Anda di halaman 1dari 36

FUNGSI-FUNGSI KHUSUS INTEGRAL

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Matematika II)

Kelas C

Dosen Pembimbing :

Dr. I Ketut Mahardika, M.Si.

Kelompok 3
disusun oleh :

Nicky Anggraini (120210102046)

Didin Dyah Handayani (120210102049)

Yayan Mega Lusiana (120210102051)

Dea Ayu Kharisma (120210102106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014
FUNGSI-FUNGSI KHUSUS

A. FUNGSI FAKTORIAL
Dalam kalkulus dasar kita telah mempelajari perhitungan sebuah fungsi.
Sekarang kita akan membahas integral tertentu di bawah ini

∫ e−αx dx
0

Untuk α > 0, maka

∫ e−αx dx= −1

(e ¿ ¿−α ∞−e−α 0 )¿
0

∫ e−αx dx= ∝1
0

Bila kedua ruas diturunkan terhadap , maka



d 1
∫ e−αx dx=
dα 0 ∝

∫−xe−αx dx= −1

2
0

atau

∫ xe−αx dx= ∝12 = 1∝!2


0

Diturunkan lagi terhadap ∝ , maka



d 1
∫ x e−αx dx= 2
dα 0 ∝

∫ x 2 e−αx dx= 1.2


∝ 3
2!
= 3

0

Turunan selanjutnya,

d 1.2 2 !
∫ x 2 e−αx dx= 3 = 3
dα 0 ∝ ∝

∫ x 3 e−αx dx = 1.2∝4.3 = ∝3 !4
0

Sehingga didapatkan persamaan umum sebagai berikut


∫ x n e−αx dx = ∝n!
( n +1) !
0

Untuk ∝=1, rumus umum menghasilkan


∫ x n e−αx dx = ∝n!
( n +1) !
0

∫ x n e−1 x dx= 1(nn+1! )!


0

∫ x n e−x dx= 1(n!


n+1 ) !
=n ! , dengan n=1 , 2 ,3 … … . .
0

Dengan demikian, terdapat integral tertentu yang nilainya n! ( dibaca “n


faktorial), dengan n bilangan bulat positif. Yang dikenal sebagai fungsi
faktorial.

Untuk n = 0, memberikan hasil

∫ x 0 e−x dx=0 !
0

∫ e−x dx=−e−∞ −(−e−0 )=0+1=1


0

Hal ini menunjukkan bukti sederhana bahwa 0!=1


Untuk n bilangan bulat positif, kita selalu dapat menentukan bentuk integral
dalam fungsi faktorial.
CONTOH SOAL
∞ 5 −x
Tentukan nilai dari ∫
0
x e dx
Pembahasan
Diketahui:
n= 5 ; α = 1

∞ n −αx n!
∫ 0
x e dx= ( n+1)
α
∞ 5!
∫0 x 5 e− x dx= ( 5+1 )
=5 !=5. 4 .3 . 2. 1=120
1

LATIHAN SOAL
Tentukan nilai dari

∞ 9 −x
1. ∫0
x e dx
∞ 7 −2x
2. ∫ 0
x e dx

Pembahasan

1. Diketahui:
n= 9 ; α=1
∞ n!
∫0 x n e−αx dx= ( n+1)
α
∞ 9!
∫0 x 9 e− x dx= ( 9+1)
=9!=362880
1

2. Diketahui:
n= 7 ; α=2
∞ n!
∫0 x n e−αx dx= ( n+1)
α
∞ 7! 7 ! 5040
∫0 x 7 e−2 x dx= (7+1)
= =
28 256
2

B. FUNGSI GAMMA
Fungsi Gamma merupakan generalisasi dari fungsi faktorial, yaitu n tidak
selalu bilangan bulat positif. Biasanya kita mengatakan fungsi faktorial jika n
bilangan bulat positif dan funsi Gamma () jika n bukan bilangan bulat.
Dalam kasus ini n boleh benilai sembarang, kita menggantikan n dengan p
sehingga fungsi Gamma didefinisikan sebagai

( p )=∫ x p−1 e−x dx , p>0
0

Untuk 0 < p < 1akan menjadi integral tak sebenarnya, sebab x p−1 menjadi
tak hingga pada batas bawah meskipun demikian dapat dibuktikan bahwa
untuk sembarang p > 0 integralnya konvergen. Untuk p ≤ 0 integralnya
divergen sehingga tidak dapat digunakan untuk mendefinisikan ( p ) . Pada
pembahsan selanjutnya kita akan melihat cara menentukan (p) untuk p ≤ 0.
Hubungan antara fungsi faktorial dan fungsi Gamma dapat diperoleh melalui
persamaan sebagai berikut:

( n ) =∫ x n−1 e−x dx=( n−1 ) !
0


( n+1 ) =∫ xn e− x dx=( n ) !
0

Dengan demikian,
(1)= 0!=1, (2)=1!=1, (3)=2!=2 dan seterusnya
Mengganti p dengan (p+1), kita akan memperoleh

( p+1 )=∫ x p e−x dx=( p ) ! , p>−1
0

Selanjutnya kita akan menerapkan integral parsial sehingga diperoleh



( p+1 )=∫ x p e−x dx=( p ) !
0
( p+1 )=¿

( p+1 )= p ∫ x p−1 e− x dx
0

( p+1 )= p( p)
Jadi,
( p+1 )= p( p) disebut hubungan rekursif

Dengan menggunakan hubungan rekursif, kita dapat menghitung fungsi


gamma pecahan

Untuk p ≤ 0, dapat memberikan pemecahan ( p) dengan menggunakan


hubungan rekursif.

Γ ( p+1)
Γ( p )=
p

CONTOH SOAL

Tentukan nilai dari (7)

Pembahasan

Diketahui n=7
∞ n-1 − x
Γ(n)=∫ 0
x e dx=(n−1)!
Γ(n)=(n−1)!
Γ(7)=(7−1 )!=6 !=6 .5 .4.3 .2 .1=720

LATIHAN SOAL

Tentukan nilai dari:

10
1. Γ ( )
2

Γ (9)
2.

3. Γ (363 )
Pembahasan

1. Diketahui n=5

Γ (102 )=Γ (5) ∞


Γ(n)=∫0 x n-1 e− x dx=(n−1)!
Γ(n)=(n−1)!
Γ(5)=(5−1)!=4!=24

2. Diketahui n=9

Γ(n)=∫0 x n-1 e− x dx=(n−1)!
Γ(n)=(n−1)!
Γ(9)=(9−1 )!=8 !=40320

3. Diketahui n=12

Γ (363 )=Γ(12)
∞ n-1 − x
Γ(n)=∫ 0
x e dx=(n−1)!
Γ(n)=(n−1 )!
Γ(12)=(12−1 )!=11!=39916800

C. NILAI (1/2)
Khusus untuk p = 1/2 , kita dapat menghitungnya secara analitis sebagai
berikut. Berdasarkan definisinya:
∞ ∞
1 1 −x 1
() =∫
2 0 √x
e dx=∫ e−t dt
0 √t

1 1
() =∫ e−t dt
2 0 √t

( 12 )=∫ t e dt
0
−t / 2 −t

( 12 )=∫ t 1 e dt , misal t= y ; dt=2 y dy


0
1/ 2
−t 2

( 12 )=∫ ( y1) e 2 y dy
2
−y
2 1/ 2
0


1
()
2

=2 ∫ e− y dy
2 0

Misal y2 = x2

1
()
2

=2 ∫ e− x dx
2 0

Dengan mengalikan kedua peryataan (1/2) diatas, diperoleh integral lipat


dua, yaitu

¿
¿
Ini merupakan integral pada kuadran pertama dalam sistem koordinat
kartesian. Dengan melakukan transformasi ke dalam sistem koordinat polar,
integral di atas menjadi
¿

Misal:
u = r2
du = 2r dr
du
=r dr
2
Jadi
¿
¿
¿
¿
¿
¿
¿
¿
¿
Dengan demikian
(1/2)=√ π

CONTOH SOAL

1. Tentukan nilai dari Γ ( −32 )


Pembahasan
Ingat
( p+1 )
( p )=
p
−3 2
+
−3 2 2
Γ
2( )

−3
2

Γ ( −32 )= −23 Γ ( −12 )


−1 2
+
−3 −2 2 2
Γ
2( )
=
3
Γ
−1
2

Γ( −32 )= −23 .− 21 Γ ( 12 )
−3 4
Γ(
2 ) 3
= √π
LATIHAN SOAL

1. Tentukan nilai dari


3. Γ ( 43 ) . Γ (− 52 )
1
Γ( )
3

2. Tentukan nilai dari Γ ( −112 )

Pembahasan

1.
3. Γ ( 43 ) . Γ (− 52 )
1
Γ( )
3
1 1 5
3. Γ
3 3
.Γ −
2 ( ) ( ) =Γ − 5
=
1
Γ( )
( 2)
3

( p+1 )
( p )=
p
−5 2
+
−5 2 2
Γ
2 ( )

−5
2

Γ ( −52 )= −25 Γ −32


−3 2
+
−5 −2 2 2
Γ
2 ( )
=
5
Γ
−3
2

Γ ( −52 )= −25 .− 23 Γ − 12
−1 2
+
−5 −2 2 2 2
Γ
2( )
=
5
.− Γ
3 −1
2

Γ( −52 )= −25 .− 23 − 21 Γ 12
−5 −8
Γ(
2 ) 15
= √π

2. Tentukan nilai dari Γ ( −112 )


Pembahasan
( p+1 )
( p )=
p
−11 2
+
−11 2 2
Γ
2( )

−11
2

Γ ( −112 )= −211 Γ −92


−9 2
+
−11 −2 2 2
Γ
2( )
=
11
Γ
−9
2

Γ ( −112 )= −211 − 29 Γ −72


−7 2
+
−11 −2 2 2 2
Γ
2( )
= − Γ
11 9 −7
2

Γ ( −112 )= −211 .− 29 .− 27 Γ −52


−5 2
+
−11 −2 2 2 2 2
Γ
2( )
= − .− Γ
11 9 7 −5
2
Γ ( −112 )= −211 .− 29 .− 27 .− 25 Γ −32
−3 2
+
−11 −2 2 2 2 2 2
Γ
2( )
= − .− .− Γ
11 9 7 5 −3
2

Γ ( −112 )= −211 .− 29 .− 27 .− 25 .− 23 Γ −12


−1 2
+
−11 −2 2 2 2 2 2 2
Γ
2( )
= − .− .− .− Γ
11 9 7 5 3 −1
2

Γ( −112 )= −211 .− 29 .− 27 .− 25 .− 23 .− 21 Γ 12
−11 −64
Γ( )= √π
2 10395

D. FUNGSI BETA

Berikut kita akan meninjau definisi fungsi beta.

DEFINISI 1

Untuk p > 0, q > 0, fungsi beta didefinisikan oleh integral tertentu :

1
B( p , q)=∫ x p−1 (1−x )q−1 dx
0

Dengan melakukan penggantian variabel sederhana terhadap variabel x


pada persamaan diatas sehingga kita dapat menyatakan fungsi beta ini dalam
beberapa pernyataan bermanfaat lainnya.

1. Mengubah daerah integrasi


Bila kita mengambil :
x = y/a, sehingga x = 1 berkaitan dengan y = a, maka persamaan 1
beralih pernyataan menjadi :
a
1
B( p , q)=
a
p +q−1 ∫ y p−1 (a− y)q −1 dy
0

Pembuktian :

y dx 1
X= =
a dy a

1
B ( p , q )=∫ x p−1 (1−x)q −1 dx
0

a p −1 q−1
y y 1
¿∫
0
() (
a
1−
a ) a
dy

a p −1 q−1
y a− y 1
¿∫
0
() (
a a ) a
dy

a q−1
y p−1 (a− y ) 1
¿∫
0
( )(
a p −1
a q−1
a
dy )
a
y p−1 .( a− y )q−1 .1
B ( p , q )=∫ dy
0 a( p−1)+( q−1)+1

a
y p−1(a− y )q−1
¿∫ p+ q+1
dy
0 a

a
1
¿
a p+ q−1 ∫ y p−1 (a− y)q−1 dy
0

2. Pernyataan dalam fungsi trigonometri sin dan cos


Bila kita mengambil,
x = sin 2θ, maka (1 – x) = 1 - sin 2θ = cos 2θ,
dan dx = 2sinθ cosθ dθ, x = 1 berkaitan dengan θ = π/2
dengan melakukan substitusi ini, maka akan menjadi :
π/2
B( p , q)=2 ∫ (sinθ)2 p−1 (cosθ )2q −1 dθ
0

Pembuktian :
1
B ( p , q )=∫ x p−1 (1−x)q −1 dx
0

π /2
¿ ∫ ( sin2 θ) p−1 (1−sin 2 θ)q−1 2 sinθ cosθ dθ
0

π /2
p−1 q−1
¿ ∫ ( ( sinθ )2 ) ( cos2 θ ) 2 sinθ cosθ dθ
0

π /2
(sin2 θ) p (cos 2 θ)q
¿∫ 2 sinθcosθ dθ
0 (sin2 θ)1 (cos 2 θ)1
π /2
(sin 2 θ) p (cos 2 θ)q
¿∫ 2 sinθ cosθ dθ
0 ( sinθ . cosθ)( cosθ . cosθ)
π /2
(sin2 θ) p (cos 2 θ)2
¿∫ 2 dθ
0 sinθ cosθ
π/2
¿ 2 ∫ (sin 2 θ) p−1 (cos2 θ)q−1 dθ
0

1
B ( p , q )=∫ x p−1 (1−x)q −1 dx
0

π /2
¿ ∫ ( sin2 θ) p−1 (1−sin 2 θ)q−1 dx
0

π /2
2 p−1
¿ ∫ (( sin2 θ ) ) ( cos2 θ )q −1 2 sinθ cosθ dθ
0

π /2
¿ ∫ sinθ 2 p . sin−2 θ .cosθ 2 q .cos−2 θ .2 sinθ cosθ dθ
0

π /2
1
¿ ∫ sinθ 2 p cosθ 2 q 2 sinθ cosθ dθ
sin θ .cos 2 θ
2
0

π /2
1
¿ ∫ sinθ 2 p cosθ 2 q 2 sinθ cosθ dθ
0 ( sinθ . sinθ)(cosθ . cosθ)
π/2
¿ 2 ∫ sinθ 2 p cosθ2 q ( sinθ)−1 (cosθ)−1 dθ
0

π/2
¿ 2 ∫ sinθ 2 p−1 cosθ2 q−1 dθ
0

Contoh Soal :

Hitunglah integral berikut ini :

π /2

∫ sin3 x cos xdx


0

Penyelesaian :

2p – 1 = 3 p=2

2q – 1 = 1 q=1

π/2
B ( p , q )=2 ∫ ( sin θ )2 p−1 ( cos θ )2q −1 dθ
0

π/2
1
B ( p , q )=∫ ( sin θ )2 p−1 ( cos θ )2 q−1 dθ
2 0

Jadi,

π /2
Г (2)Г (1) 1 1! 0! 1
∫ sin3 x cos xdx= 12 B ( 2,1 )= 12 Г (3)
=
2 2!
=
2
0

3. Pernyataan nisbah
Bila kita mengambil x = y/(y+1), kita peroleh :

y p−1
B( p , q)=∫ p+q
dy
0 (1+ y )

Pembuktian :
1
Substitusi x = y/(y+1) maka dx= 2
dy
( 1+ y)
Batas x = 0 y=0
x=1 y=∞

1
B ( p , q )=∫ x p−1 (n−x )q−1 dx
0

∞ p−1 q−1
y y 1
¿∫
0
( ) (
y +1
1−
y +1 ) (1+ y )2
dy


y p−1 q −1
y +1− y 1
¿∫
0 ( y +1) p−1 (
y+1 ) ( y +1)2
dy


y
p−1
(1)q−1 1
¿∫ dy
( y +1) ( y+ 1) ( y+1)2
p−1 q −1
0


y p−1 . 1q−1 .1
¿∫ dy
0 ( y +1)( p−1)+( q−1) +2

y p−1
¿ dy
( y +1)( p−1)+ (q−1) +2

Contoh Soal.
Hitunglah integral berikut ini.

y3
∫ (1+ y )5 dy
0

Penyelesaian :

P–1=3 p=4

P+q=5 q=1

Jadi,

∞ 3
Г (4 )Г ( 1) 3! 0! 1
∫ (1+y y )5 dy =B ( 4,1 )= Г (5)
=
4!
=
2
0
4. Sifat simetri
Dapat diperlihatkan bahwa fungsi beta memiliki sifat simetri :
B ( p , q )=B(q , p)

Pembuktian :

Dengan substitusi 1- x = y maka dx = -dy

0
B ( p , q )=∫ (1− y) p −1 ( y )q−1 dy
1

0
¿−∫ (1− y) p−1 y q−1 dy
1

1
¿ ∫ (1− y) p −1 ( y )q−1 dy
0

1
B ( p , q )=∫ y q−¿ (1− y ) p−1 dy
0

Contoh Soal.

∫ x 2 (1−x )3 dx
0

Penyelesaian :

P–1=2 p=3

Q–1=3 q=4

Jadi,

1
Г (3) Г (4 ) 2 ! 3 ! 1
∫ x 2 (1−x )3 dx=B ( 3,4 )= Г (7)
=
6!
=
60
0

E. HUBUNGAN ANTARA FUNGSI BETA DAN GAMMA


Fungsi beta ternyata dapat pula diungkapkan dalam fungsi gamma.
Hubungannya adalah :

Г ( p)Г (q)
B ( p , q )=
Г ( p+ q)

Dari persamaan diatas kita dapat menghitung pula nilai fungsi beta untuk
p<0, dan q<0. Pembuktiannya dapat kita perlihatkan dengan memanipulasi
ruas kanan. Untuk itu kita tinjau kembali definisi integral tentu dari fungsi
gamma.

Pembuktiannya menggunakan teknik seperti yang kita terapkan untuk


menghitung nilai Г(1/2). dengan melakukan substitusi x = u2 ke dalam
Persamaan kita peroleh :


2

Г ( p)=2∫ e−u u2 p−1 du


0

Karena u adalah variabel integral, sehingga dapat diganti dengan huruf apa
saja, maka :


2

Г ( p)=2∫ e−v v 2 q−1 dv


0

Dengan memperkalikan kedua pernyataan ini kemudian ubah integral lipat


duanya kedalam koordinat polar (r,θ) :

∞ ∞
2 2

u2 p−1 v 2 q−1 du dv
−(u +v )
Г ( p) Г (q) = 4 ∫ ∫ e
0 0

∞ π /2
2

(r cosƟ)2 p−1 (r sinƟ )2q −1 rdrdƟ


−r
= 4 ∫∫ e
0 0

∞ π
2
2 p +2 q−1
dr ∫ ( cos Ɵ )2 p−1 ( sin Ɵ )2 q−1 dƟ
−r
= 4 ∫e r
0 0
Dengan menggunakan definisi fungsi gamma, pada integral pertama, dan
pernyataan trigonometri fungsi beta pada integral kedua, kita peroleh :

∞ ∞
2 2

Г ( p ) Г ( q )=4 ∫ ∫ e−(u +v ) u2 p−1 v2 q −1 du dv


0 0

Dengan demikian, dari tabel nilai fungsi gamma, kita dapat pula
menghitung nilai fungsi beta yang bersangkutan. Dengan selalu mengingat
bentuk – bentuk fungsi beta yang kita sajikan di atas, kita dapat langsung
menghitung beraneka macam integral yang terkait.

F. FUNGSI ERROR

Fungsi kesalahan dijumpai pada teori probabilitas.

Persamaan umum:

x
2 2

Erf (x) ¿ ∫ e−t dt


√π 0

Terdapat beberapa bentuk integral yang berkaitan dengan persamaan


(3.37). nilai dari bentuk-bentuk integral ini dapat dibaca pada tabel. Untuk
menentukan nilai fungsi kesalahan menggunakan tabel dari integral yang
berkaitan. Beberapa bentuk integral yang berkaitan dengan (3.37) adalah
sebagai berikut. Pertama fungsi Gaussian atau distribusi normal standart yang
didefinisikan sebagai,

x −t
1 1 1
p (−∞ , x )= ∫
√ 2 π −∞
e 2 dt = + erf
2 2 ( √x2 )
Pembuktian :
2
x −t
1 1 1
P (−∞ , x )= ∫e
√ 2 π −∞
2
dt= + erf
2 2 ( √x2 )
x −t
1
P (−∞ , x )= ∫ e 2 dt
2 π
√ −∞
x
Misalkan: t=√ 2u dan t 2=2 u2 , dt= √2 du, u= , dengan t=x
√2
Sehingga,
x
√2
1 2

P (−∞ , x )= ∫ e−u √2 du
√ 2 π −∞
x
√2
1 2

¿ √ 2 ∫ e−u du
√2 π −∞
x
√2
1 2

¿ ∫ e−u du
√ π −∞
x

¿
1
√π [ 0
2

∫ e−u +∫ e−u
−∞
√2

0
2

] du

Integral kedua menyatakan fungsi error

x
√2
∫ e−u du= √2π erf √x2
2

0
( )
erf (−∞ )=1

1 π √π
[√
Jadi, ¿
√π 2
+
2
erf ( √x2 )]
1 x
¿
2[ ( √ )]
1+erf
2

1 1
¿ + erf
2 2 ( √x2 )
Untuk P(0,x)

x −t
1 1
p(0 , x)= ∫
√2 π 0
e 2 dt= erf
2 ( √x2 )
Untuk P(a,b)yaitu
b

∫ e−t dt= √2π erf ( b )− √2π erf ( a )


2

Menurut teorema kalkulus

d 2 −t 2

erf ( x )= e
dt √π
Sehingga,
b b
π d
dt=∫ √
2
−t
∫e erf ( x ) dt
a a 2 dt

π
¿ √ [ erf ( b )−erf ( a ) ]
2

Kedua Fungsi kesalahan pelengkap


1 2

erfc ( x )= ∫ e−t dt=1−erf ( x ) (3.40)


√2 π x

Pembuktian fungsi error pelengkap



2 2

erfc ( x )= ∫ e−t dt=1−erf ( x )


π
√ x

2 2

erfc ( x )= ∫ e−t dt
√π x
0 ∞
¿
2
√π [ −t 2
∫ e +∫ e
x 0
−t 2
] dt
x ∞
¿
2
√π 0
−t
[0
−t
−∫ e +∫ e dt
2 2

]
2 √ π erf ( x )+1
¿ –
√π 2 [ ]
¿ 1−erf ( x )

Atau,

∞ −t
2 x
√ ∫
π x
e 2 dt=erfc
√2 ( )
Dengan mengingat tabel distribusi normal standart diperoleh, (dari 3.39)

erf ( x )=2 P ( 0 , x √ 2 )=2 P(−∞ , x √ 2)−1

Pembuktian:

1 x 2
erf ( x )=2 P ( 0 , x √ 2 )=2
( ( √√ ))
2
erf
2
=erf ( x )

1 1 x 2
erf ( x )=2 P (−∞ , x 2 −1=2
√ ) ( ( √√ ) )
+ erf
2 2 2
−1

¿ 1−1 erf ( x )=erf ( x )

Fungsi error merupakan Fungsi ganjil, berada di daerah kurva lonceng.

erf (−x )=−erf ( x )

Dengan definisi(3.37) persaam utana, maka dapat menghitung erf ( ∞ )


2 2

erf ( ∞ ) = ∫ e−t dt (3.43)


√π 0

Karena variabel t pada 3.43 merupakan variabel dami sehingga boleh


sembarang diganti.
Dengan persamaan pada fungsi gamma, makan 3.43 didapatkan:

2 1 1
erf ( ∞ ) = Γ
√π 2 2
=1 ()
Pembuktian:


2 2

erf ( ∞ ) = ∫ e−t dt
√π 0

1
()
2

Gamma Γ =2∫ e− y dy
2 0

Ket: Γ ( 12 )=√ π
Agar nilainya tetap maka:

2 1 1
erf ( ∞ ) = Γ
√π 2 2 ()
2 1
erf ( ∞ ) = √ π =1
√π 2

Untuk x yang sangat kecil atau dibawah tabel, dapat diuraikan dalam deret
pangkat dengan mengganti nilai x=-t2

x x2 x3
e =1+x+ + +…,
2! 3!
Maka,

x 2 t 4 x6
e =1−t + − +…,
2 ! 3!

Subtitusi persamaan terhadap persamaan utama fungsi error.

x 4
2 2 t x6
(
Erf ( x ) = ∫ 1−t + − + … , dt
√π 0 2! 3! )
2 x3 x 5 x7
¿
√π(x− + −
3 5.2! 7.3 !
+… , )
1−erf ( x ) =erfc ( x )

Hitunglah:

2
2

a. ∫ e−x dx
0


2 2

b. ∫ e−x dx
√ π 1,5

Penyelesaian

a. Dengan definisi (3.37) dan persamaan(3.42)


2

∫ e−x dx = √2π erf ( 2 ) = √2π [ 2 P ( 0 ,2 √ 2 ) ]=√ π P ( 0 , 2,83 )


2

Dari tabel distribusi normal standart, kita dapat menentukan P(0, 2,83).
Caranya pada x=2,8 baca nilainya pada kolom angka 3. Kita memperoleh
P(0, 2,83) = 0,4976 jadi,
2

∫ e−x dx = √2π erf ( 2 ) = √2π [ 2 P ( 0 ,2 √ 2 ) ]=√ π P ( 0 , 2,83 )=0,8820


2

b. Dengan menggunakan definisi (3,40), diperoleh:


2 2

∫ e−x dx=1−erf ( 1,5 )


π
√ 1,5
Seperti pada pembahasan (a) , kita akan memperoleh
erf ( 1,5 ) =2 P ( 0 , 1,5 √2 ) =0,9652
Jadi,

2 2

∫ e−x dx=1−erf ( 1,5 )=0,0348


π
√ 1,5

G. INTEGRAL ELIPTIK

Dengan menggunakan tabel integral, integral sebuah fungsi dapat


diselesaikan dengan mudah. Integral eliptik merupakan bentuk integral yang
nilainya dapat dibaca pada tabel. Tabel ini dikenal sebagai Tabel Integral
Eliptik. Selama ini dikenal tiga macam integral eliptik, yaitu integral eliptik
jenis pertama, kedua, dan ketiga. Dalam makalah ini hanya akan dibahas
integral eliptik jenis pertama dan kedua, yaitu tentang definisi dan sifat-sifat
dasarnya. Pada akhir pembahasan ini akan diberikan contoh penerapan
integral eliptik dalam fisika.

Integral eliptik tak lengkap jenis pertama dan kedua berturut-turut


didefinisikan sebagai berikut.


d∅
F ( k , ∅ )=∫
0 √ 1−k 2 sin2 ∅

E ( k , ∅ )=∫ √ 1−k 2 sin 2 ∅ d ∅
0

π
Dimana, 0 ≤ k ≤1 atau k=sin θ , 0 ≤ θ≤ (4.1)
2

Dengan k disebut modulus dan ∅ disebut amplitudo. Deskripsi (4.1)


dikenal sebagai integral eliptik bentuk legendre. Nilai integral (4.1) dapat

π
dibaca pada tabel, yaitu dengan melihat harga θ=arcsin k dan ∅ (0< ∅< )
2
lihat pada tabel integral eliptik. Biasanya, dari bentuk integral eliptik diketahui
harga k 2, sehingga perlu mengambil nilai akarnya untuk memperoleh k.

Contoh soal
1. Hitunglah integral berikut.
π
3
d∅
I =∫
0 √1−0,0303 sin2 ∅
Penyelesaian:
Integral ini merupakan bentuk integral eliptik tak lengkap jenis pertama,

π 0
dengan k 2=0,0303 atau k =0,174 dan ∅= =60 . Tetapi k =sinθ maka
3
θ=arcsin 0,174=100 . Jadi,
π
3
d∅
I =∫ 2
=F ( 0,174 , 100 )
0 √1−0,0303 sin ∅

Dengan menggunakan tabel integral eliptik untuk θ=100 dan ∅=600,

diperoleh F=( 0,174 ,60 0 )=1,0519. Dengan demikian,

π
3
d∅
I =∫ 2
=F ( 0,174 , 600 ) =1,0519
0 √1−0,0303 sin ∅
Integral eliptik lengkap merupakan keadaan khusus dari definisi rumus (4.1),

π
yaitu jika ∅= . Dengan demikian, integral eliptik lengkap jenis pertama dan
2
kedua berturut-turut didefinisikan sebagai

π
2
π d∅
K ( k ) =F (k , )=∫
2 2 2
0 √ 1−k sin ∅

π
2

E ( k ) =E k ,( π2 )=∫ √ 1−k sin ∅ d ∅


0
2 2 (4.2)

Nilai integral lengkap ini dapat dibaca pada pada tabel integral eliptik.
Menurut definisi (4.1), harga k dibatasi pada interval 0 ≤ k ≤1 sehingga

π
amplitudo θ terbatas pada interval 0 ≤ θ ≤ . Di sisi lain, tabel integral eliptik
2

π
juga hanya memuat harga θ antara 0 ≤ θ ≤ . Sementara, harga ∅ dapat
2
bernilai sembarang, baik negative maupun positive. Personalannya,
bagaimanakah menentukan nilai integral eliptik untuk harga ∅ yang tidak ada
dalam tabel?

1
Integral persamaan (4.1) berturut-turut berbentuk dan
√1−k 2 sin2 ∅
√ 1−k 2 sin2 ∅ . Jadi, keduanya merupakan fungsi sin2 ∅ atau f (sin 2 ∅).

Diandaikan kita mempunyai grafik f (sin 2 ∅) sebagaimana disajikan pada


gambar 4.1.

π
Harga sin ∅ sama pada kuadran I dan II sehingga grafik f (sin 2 ∅) dari ke
2

π π
π merupakan pencerminan terhadap garis ∅= dari grafik antara 0 dan .
2 2
Baik F (k , ∅) maupun E( k , ∅), nilai integral merupakan luas daerah di bawah

π
kurva, yaitu ∫ f ( sin2 ∅ ) d ∅. Untuk harga ∅ > , nilai integralnya dapat
2
ditentukan berdasarkan batas integral dari 0 ke π ditambah (atau dikurangi)
π
luasan lain yang ekuivalen dengan integral dari nol ke sudut θ< . Sehingga
2
ilustrasi, dengan menggunakan gambar 4.1 dapat diperoleh integral berikut.

9π π π
4 2π 2π 4π 2 4

∫ ¿ ∫ +luas A=∫ +∫ ¿ 4 ∫ +∫ dan


0 0 0 0 0 0

7π π π
2 2π 2 4

∫ ¿ ∫ −luas A=4∫ −∫ .
0 0 0 0

7π 3π π
4 2 4
Perhatikan bahwa ∫ ≠ ∫ +∫ , sebab luas A tidak sama dengan luas B.
0 0 0

Dengan mengunakan definisi integral eliptik lengkap, diperoleh sifat-sifat


berikut.

F ( k , nπ ± ∅ )=2 nK ± F (k , ∅ ),

E ( k , nπ ± ∅ )=2 nE ± E ( k , ∅ ). (4.3a)

Jika batas integral eliptik tidak sama dengan nolmaka digunakan hubungan
berikut ini.

∅2 ∅2 ∅1
d∅ d∅ d∅
∫ 2 2
=∫ 2 2
−∫ 2 2
=F ( k , ∅ 2 )−F (k , ∅ 1).(4.4)
∅ √ 1−k sin ∅
1 0 √ 1−k sin ∅ 0 √ 1−k sin ∅

Jika batas integralnya negatif, dengan menggunakan kenyataan bahwa


F (k , ∅) dan E( k , ∅) merupakan fungsi gasal maka F ( k ,−∅ )=−F (k , ∅) dan
E=( k , ∅ )=−E( k , ∅).

−∅ ∅
d∅ d∅
F=( k ,−∅ )=∫ =−∫ =−F ( k , ∅ ) . (4.3b)
0 √1−k sin ∅ 0 √ 1−k 2 sin2 ∅
2 2

Dari definisi integral eliptik, harga k 2 sin2 ∅ <1 untuk k < 1. Oleh karena itu,
integralnya dapat diuraikan ke dalam deret pangkat (deret binomial) dan
selanjutnya dapat di integralkan suku demi suku. Untuk k kecil, deret ini
konvergen dan merupakan metode untuk menghitung integral eliptik untuk
harga k di bawah nilai tabel.

Contoh soal.

Hitunglah E ¿).

Penyelesaian:

Ini merupakan integral eliptik tak lengkap jenis kedua dengan k =0,13 dan


∅= . Jadi,
3


3

(
E 0,13 , =∫ √ 1−0,13 2 sin2 ∅ d ∅.
)
3 0

Sebagaimana telah diuraikan di depan,

7π 7π π π
3 2π 3 2 3

∫ ¿ ∫ +∫ ¿ 4 ∫ +∫ .
0 0 2π 0 0

Oleh karena itu,

7π π π π
(
E 0,13 ,
3 ) ( ) ( )
=4 E 0,13 , + E 0,13 , =4 E ( 0,13 ) + E(0,13, ),
2 3 3

Dengan θ=arcsin 0,13=7,50. Berdasarkan tabel integral eliptik


lengkap,diperoleh nilai E ( 0,13 ) untuk θ=7,50, yaitu E ( 0,13 )=1,5640.

π
Selanjutnya, kita akan menghitung E 0,13 , ( 3). Ini merupakan integral eliptik

π 0
taklengkap jenis kedua dengan k =0,13 atau θ=7,50 dan θ= =60 .
3
Berdasarkan tabel integral eliptik taklengkap, dengan metode interpolasi

p
diperoleh E 0,13 , ( 3 )
=1,044 . Dengan demikian,

p
(
E 0,13 ,
3 )
= ( 4 x 1,5640 )+1,044=7,30 .

Sekarang kita akan membahas bentuk lain dari integral eliptik.

dx dx
Dengan subtitusi sin θ=x, dx=cos ∅ d ∅, atau d ∅= cos ∅ = ke
√1−x 2
persamaan (4.1) dan (4.2) serta mengubah batas-batas integral,
diperoleh

x
dx
F ( k , ∅ )=∫ , (4.5a)
2 2
0 √ ( 1−x ) (1−k x2 )

x
1−k 2 x2
E=( k , ∅ )=∫
0 √ 1−x 2
dx, (4.5b)

1
π dx
( )
K ( k ) =F k , =∫
2 0 √ ( 1−x ) ( 1−k 2 x 2 )
2
, (4.5c)

1
π 1−k 2 x 2
E ( k ) =E k , ( ) 2
=∫
0 1−x 2 √ dx. (4.5d)

Deskripsi (4.5) dikenal sebagai integral eliptik dalam bentuk Jacobi.


Kita dapat mereduksi sebuah integral menjadi salah satu kombinasi dari
beberapa bentuk integral eliptik. Sebagai contoh,

1
I =∫
x

0 √ 10−5 x
1−x2
dx=√ 10∫
0
2 x

√ 1− x 2
2
1−x 2
1
dx=√ 10 k ( , ∅)
√2
.

Contoh soal
1. Sebuah elips mempunyai persamaan parameter x=a sin ∅ dan
y=b cos ∅, dengan a> b. Tentukan panjang busur dari elips tersebut.

Penyelesaian:

Panjang busur s dinyatakan dengan persamaan

ds 2=dx 2 +dy 2

Dengan ds=a cos ∅ d ∅ dan dy =−b sin ∅ d ∅. Oleh karena itu,

ds=√ a2 cos 2 ∅ +b 2 sin2 ∅ d ∅

Dengan subtitusi cos 2 ∅=1−sin2 ∅ serta mengingat a 2−b2 >0 , diperoleh

a2−b 2 2
s=a∫ 1−
√ a2
sin ∅ d ∅ .

Deskripsi ini merupakan bentuk integral eliptik jenis kedua dengan

2 a2−b 2 2
k = 2 =e , dengan e sering dikenal sebagai eksentrisitas elips. Untuk
a
menghitung keliling elips, batas integralnya adalah ∅=0 ke ∅=2 π, dan

π
integral terakhir dapat dituliskan sebagai 4 ae (k , ). Untuk panjang busur
2
yang lebih kecil, kita dapat menentukan sendiri batas-batas integral ∅ 1 dan ∅ 2,

sehingga diperoleh E ( k , ∅ 2 )−E ¿ ).

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan integral eliptik


pada fisika, kita akan melanjutkan pembahasan tentang ayunan sederhana
yang telah dibahas sebelumnya. Kita mulai dengan persamaan berikut.

2g
θ̇2= cos θ+ c .
l
π
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, jika sudut simpangan awal θ=
2
maka θ=0 dan tetapan c persamaan di atas sama dengan nol.

Sekarang kita akan membahas ayunan sederhana untuk sudut simpangan


awal sembarang, misalnya α, sehingga pada saat θ=α maka θ=0 dan
tetapan c=−¿ ¿. Dengan demikian, persamaan diatas menjadi

dθ 2g
dt
=
l √
¿¿ ,

Atau

dθ 2g
√ cos θ−cos α
=
√l
dt. (4.6)

Dengan demikian,

α
dθ T 2g
∫ √ cos θ−cos
0
= α
α 4 √ l
. (4.7)

Symbol T α menunjukan periode ayunan dengan sudut simpangan awal α.


Batas atas integral ruas kanan (4.6) adalah . Sebab pada saat perubahan θ
4
dari 0 ke α, pada saat itu pula ayunan menempuh seperempat periode.
Bentuk integral (4.7) dapat diubah menjadi integral eliptik dalam bentuk
Jacobi, yaitu dengan melakukan beberapa subtitusi dengan berikut.

θ α
cos θ=1−2 sin2 ( ¿) ¿, cos α=1−2 sin2 ( ),
2 2

θ
sin 2 )
(

cos θ−cos α=2 sin ( ) 1−
2
( )
sin α
(2)
.
2

2 (4.8)

Dari hasil (4.7) selanjutnya dilakukan subtitusi


sin ( θ2 ) =x atau sin θ =x sin α ,
α
sin ( )
(2) (2) (4.9)

α
dθ=
( 2)
2 sin
dx , (4.10)
α
√1−x sin ( 2 ) 2 2

Dengan batas integral x=0 ke x=1. Substitusi (4.8),(4.9),dan (4.10) ke (4.7),


diperoleh

x 1
dθ dx
∫ √ cos θ−cos =√ 2 ∫
α . (4.11)
0 0

√ ( 1−x 2) 1−x 2 sin 2 α


( ( 2 ))
Persamaan (4.11) merupakan bentuk Jacobi dari integral eliptik jenis

pertama dengan k =sin ( α2 ) jadi persamaan (4.11) dapat ditulis sebagai


x

∫ √ cos−dθ
0 θ−cos α
=√ 2 F
[ sin ( α2 ) , π2 ]=√2 K [ sin ( α2 )]. (4.12)

Substitusi (4.12) ke (4.7), diperoleh

T α =4
√ l
2g
√ 2 F sin
α
2
=4
l
g
K sin
α .
[ ( )] √ [ ( )]
2
(4.13)

Mengingat definisi (4.2) maka deskripsi (4.13) menjadi

π π

T a=4
l

2

∫ d ∅ =4 gl ∫ ( 1−k 2 sin2 ∅ )
g 0 √ 1−k 2 sin 2 ∅ 0 √ 2 −1
2
d∅
. (4.14)

Pengenbangan deret binomial integral persamaan (4.14) akan menghasilkan


π
2
l
T α =4
√ g0
∫ 1+ 12 k 2 sin2 ∅+ 38 k 4 sin4 ∅+… d ∅
( ) (4.15)

Dengan menggunakan tabel integral, deskripsi (4.15)menjadi

l k 2 ∅ sin 2 ∅ 3 k 4 3 ∅ sin 2 ∅ sin 4 ∅


T α =4
√{ g
∅+
2 2 (

4
+ )
8 8(−
4
+
32 ) }|
+ … π /2
0

l 1 2 2 1.3 2 4
√{
¿2π
g
1+
2()k +
2.4
k +… . } (4.16)

Karena k =sin α /2 maka

l 1 2 2 1.3 2 4
T α =2 π
√{ g
1+
2 ()
sin ( α /2 )+
2.4 }
sin ( α /2 )+ … . (4.17)

Persamaan (4.17) merupakan rumus periode ayunan bandul untuk


sembarang sudut simpangan. Jika sudut simpangan kecil maka sin ( α /2 ) ≈ 0
dan persamaan (4.17) tereduksi menjadi persamaan yang telah dijelaskan
pada betta.

H. FUNGSI ELIPTIK

Dalam kalkulus dasar, kita mempunyai bentuk integral berikut.

x
dx
u=∫ 2
=sin−1 x (4.18)
0 √ 1−x
Secara sederhana, persamaan (4.18) menyatakan bahwa x=sin u.
Deskripsi (4.18) ini pula dapat diterapkan pada integral eliptik. Hal ini
dapat dilakukan dengan menuliskan u=F ( k , ∅ ) pada definisi (4.5a), yaitu

x
dx
u=F ( k , ∅ )=∫ 2 2 2
=sn−1 u. (4.19)
0 √1−x √ 1−k x
Deskripsi (4.19) sering ditulis singkat,
x=sn u. (4.20)

Karena ∅=ampu menunjukan amplitudodari integral eliptik u=F ( k , ∅ )

maka deskripsi (4.20) menjadi

x=sn u=sin ∅=sin ( ampu ). (4.21)

Fungsi sn u dikenal sebagai fungsi eliptik. Definisi fungsi-fungsi eliptik


yang lain adalah

cn u=cos ∅=cos ( ampu )=√ 1−sin 2 ( amp u )=√ 1−sn2 u= √1−x 2. (4.22)

Dan

d∅ 1
dn u= = . (4.23)
du du/d ∅

Dengan menuliskan


d∅ du 1
u=F ( k , ∅ )=∫ atau = (4.24)
0 √1−k 2 2
sin ∅ d ∅ √ 1−k 2 sin2 ∅

Maka

dn u=√ 1−k 2 sin 2 ∅=√ 1−k 2 sn2 u=√ 1−k 2 x 2. (4.25)

Ada beberapa rumus yang dapat dikembangkan berkaiatan dengan fungsi


eliptik. Misalnya, mengingat sn u=sin ∅ maka

d d d∅
( sn u )= ( sin ∅ )=cos ∅ =cnu dnu . (4.26)
du du du
DAFTAR PUSTAKA

Boas, M. L. 1983. Mathematical Methods in The Physical Sciences. New


York : John wiley and sons.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19690817199
4031-ANDI_SUHANDI/Fungsi_khusus_integral_
%5BCompatibility_Mode%5D.pdf

Wospakrik, Hans J. 1994. Dasar –DasarMatematikaUntukFisika.


Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai