Anda di halaman 1dari 29

i

INTERFERENSI CAHAYA
(Makalah Optika)

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (Kelas B)

Jihan Fhara Amanda 1617041040


Erasri Yuni Suhesti 1617041041
Siti Marhamah 1617041042
Syifa Ulyanida 1617041044
Ria Oktaviani 1617041045

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ .ii
I. Interferensi
A. Pengertian Interferensi Cahaya ....................................................... 1
B. Syarat terjadi Interferensi Cahaya ................................................... 1
C. Koherensi ........................................................................................ 2
II. Jenis-jenis Interferensi Cahaya
A. Interferensi Cahaya Dua Sumber .................................................... 5
B. Interferensi Cahaya dari Film Tipis ................................................ 8
C. Interferensi Cincin Newton ............................................................. 13
III. Penutup
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
B. Kumpulan Soal dan Jawaban .......................................................... 16
IV. Daftar Pustaka

i
ii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Interferensi bersifat membangun ............................................. 1
Gambar 2. Interferensi bersifat merusak ................................................... 1
Gambar 3. Dua sumber gelombang koheren ............................................. 3
Gambar 4. Gelombang koheren ................................................................. 3
Gambar 5. Gelombang inkoheren .............................................................. 4
Gambar 6. Pola interferensi percobaan Young .......................................... 5
Gambar 7. Efek interferensi Young ........................................................... 6
Gambar 8. Interferensi Young berasal dari satu panjang gelombang........ 6
Gambar 9. Interferensi sinar refleksi pada film tipis ................................. 9
Gambar 10. Pita-pita warna yang terlihat pada gelembung sabun ............ 9
Gambar 11. Gelombang cahaya saat na >nb .............................................. 11
Gambar 12. Gelombang cahaya saat na = nb ............................................. 11
Gambar 13. Gelombang cahaya saat na <nb .............................................. 12
Gambar 14. Film udara antara sebuah lensa cembung dengan
permukaan rata ....................................................................... 13
Gambar 15. Potret cincin Newton ............................................................. 13

ii
iii 1
1
1
1
I. INTERFERENSI

A. Pengertian Interferensi Cahaya


Interferensi adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu
gelombang baru. Atau disebut juga penjumlahan atau perpaduan antara
dua gelombang atau lebih yang hasilnya dapat saling menguatkan
(konstruktif) atau saling melemahkan (desduktrif). Dua berkas cahaya
disebut koheren jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap.
Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua
gelombang cahaya berbeda fase 180°. Sedangkan interferensi
konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya
sefase atau beda fasenya nol. Interferensi destruktif maupun interferensi
konstruktif dapat diamati pada pola interferensi yang terjadi.

Gambar 1. Interferensi Gambar 2. Interferensi bersifat


bersifat membangun merusak
Agar hasil interferensinya mempunyai pola yang teratur, kedua
gelombang cahaya harus koheren, yaitu memiliki frekuensi dan
amplitudo yang sama serta selisih fase tetap. Young melakukan
percobaan, dimana celah sempit akan menghasilkan sumber cahaya
baru yang memiliki beda fasa sama atau konstan sehingga disebut
koheren.

B. Syarat Terjadi Interferensi Cahaya


Cahaya merupakan gelombang, yaitu lebih spesifiknya gelombang
elektromagnetik.Interferensi cahaya dapat terjadi apabila terdapat dua
atau lebih berkas sinar yang bergabung pada satu titik.

ii
2

Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka penampakan


interferensinya akan sulit untuk diamati.
Interferensi akan terjadi apabila dua syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya haruslah memilikibeda fasa yang selalu tetap.
2. Kedua sinar atau cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki
frekuensi yang sama.
3. Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitudo yang hampir
sama.
4. Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau
polarisasi lain, termasuk cahaya natural atau alami.

C. Koherensi
Seandainya ada dua sumber-sumber identik dari cahaya monokromatik
menghasilkan gelombang-gelombang yang amplitudonya sama, panjang
gelombangnya sama, ditambah lagi keduanya memilki fasa yang sama
secara permanen dan kedua sumber tersebut bergetar bersama. Dua
sumber monokromatik yang mempunyai frekuensinya sama dengan
sebarang hubungan beda fasa, 𝜙, konstan yang tertentu (tidak harus
sefasa) terhadap waktu itulah yang dikatakan koheren. Jika syarat ini
dipenuhi, maka akan diperoleh pola garis interferensi yang baik dan
stabil.
Jika dua buah sumber gelombang cahaya beda fasa yang akan tiba di
titik P berubah-ubah terhadap waktu secara acak (pada suatu saat
mungkin dipenuhi syarat saling menghapuskan, tetapi pada saat
berikutnya dapat terjadi penguatan). Sifat beda fase yang berubah-ubah
secara acak ini terjadi pada setiap titik-titik pada layar, sehingga hasil
yang nampak adalah terang yang meratapada layar. Dalam keadaan ini
kedua sumber tersebut dikatan inkoheren (tidak koheren).
3

Gambar 3. Dua sumber gelombang koheren

Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa


seperti menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya
atom-atom memancarkan cahaya secara kooperatif. Dan pada tahun
1960 telah berhasil dibuat sumber cahaya tampak yang atom-atomnya
dapat berlaku kooperatif, sekeluaran cahayanya sangatlah
monokromatik, kuat dan sangat terkumpul. Alat ini di sebut dengan laser
(light amplification through stimulated emission of radiation).
Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan:
1. Menjumlahkan amplitudo masing-masing gelombang secara vector
dengan memperhitungkan beda fasadi dalamnya.
2. Menguadratkan amplitudoresultannya, hasil ini sebanding dengan
intensitas resultan.

Gambar 4. Gelombang koheren

Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren


intensitasnya dapat diperoleh dengan beberapa syarat.
4

1. Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh


besaran yang sebanding dengan intensitas masing-masing berkas.
2. Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas
resultan.

Gambar 5. Gelombang Inkoheren


Langkah-langkah di atas, sesuai dengan hasil pengamatan bahwa untuk
sumber cahaya yang tidak saling bergantungan, intensitas resultan pada
setiap titik selalu lebih besar daripada intensitas yang dihasilkan oleh
masing-masing sumber di titik tersebut.
5

II. JENIS-JENIS INTERFERENSI CAHAYA

A. Interferensi Cahaya Dua Sumber (Percobaan Thomas Young 1801)


Jika dua gelombang mekanis berfrekuensi sama yang merambat dalam
arah yang sama (hampir sama) dengan beda fase yang tetap konstan
terhadap waktu, maka dapat terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga
energinya tidak didistribusikan secara merata dalam ruang, tetapi pada
titik tertentu dicapai harga maksimum, dan pada titik-titik lain
merupakan harga minimum.
Melalui percobaannya Young berhasil memeperoleh panjang gelombang
cahaya dan ini merupakan hasil pengukuran pertama bagi besaran yang
sangat penting ini.

Gambar 6. Pola interferensi percobaan Young

Young melewatkan cahaya matahari melalui lubang kecil a pada layar


S1.Sinar yang keluar melebar karena adanya difraksi dan jatuh pada
lubang kecil b dan c pada layar S2.Di sinipun terjadi peristiwa difraksi
dan gelombang yang telah melewati layar S2 menyebar dan saling
tumpang tindih.
Persyratan optika geometri, bahwa a >> λ (a adalah diameter lubang)
jelas tidak terpenuhi di sini. Lubang tidak memberikan bayang-bayang
geometris, tetapi bertindak sebagai sumber gelombang Huygens yang
menyebar.Namun dalam hal ini kita gunakan optika gelombang.
6

Gambar 7. Efek interferensi Young


Gambar kita memperhatikan gambar di atas dengan seksama, maka
akan tampak adanya penghapusan (perusakan) gelombang, dan
diantaranya juga saling memperkuat. Jika sebuah layar dipasang dalam
daerah kedua gelombang ini maka diharapkan diperoleh pola terang dan
gelap silih berganti pada layar tersebut.
Misalkan cahaya yang datang hanya berasal dari satu panjang
gelombang, percobaan Young dapat dianalisa secara kuantitatif seperti
pada gambar di bawah ini.

𝑟2

𝑟1

Gambar 8. Interferensi Young berasal dari satu panjang gelombang


Pada gambar di atas dengan S sebagai sumber sinar, A adalah titik
sembarang pada layar yang berjarak r1 dari celah sempit S2 dan r2 dari
celah sempit S2. Tariklah garis S2 ke B sehingga panjang garis AS1 dan
AB sama. Jika jarak celah d jauh lebih kecil daripada jarak kedua
layar(𝑎) maka S1B hampir tegak lurus kepada r1 dan r2. Hal ini berarti
bahwa sudut S2S1B hampir sama dengan sudut 𝐴𝜃𝑃0 . Dengan demikian
hal ini mengatakan bahwa r1 dan r2 sejajar.
7

Keadaan interferensi di titik A di tentukan oleh banyaknya panjang


gelombang yang termuat dalam segmen S1B (beda lintasan/ r2-r1). Agar
di titik A diperoleh maksimum, maka S1B = dsinθ haruslah kelipatan
bulat dari panjang gelombang.
𝑆1 𝐵 = 𝑚𝜆 dengan m = 0, 1, 2,
menjadi
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚𝜆 dengan m = 0, 1, 2, ………………...(1)

dengan d = jarak kedua celah (m)


m = orde (0, 1, 2, 3, dst)
λ = panjang gelombang (m)
θ = sudut

Letak maksimum di atas titik O simetris dengan letak maksimum di


bawah titik O. Sedangkan maksimum di titik pusat O (sentral O)
dinyatakan dengan harga m=0.
Untuk keadaan minimum di titik A, S1B = dsinθ harus merupakan
kelipatan ½ bulat dari panjang gelombang, yaitu
𝑑 sin 𝜃 = (𝑚 + 1⁄2)𝜆 dengan m = 0, 1, 2, …………………….…(2)
Sedangkan pola yang timbul pada layar akan terlihat sebagai sebuah
urutan pita terang dan pita gelap (pita interferensi). Pusat polanya adalah
sebuah pita terang yang bersesuaian dengan m=0 seperti yang dijelaskan
di atas.
Untuk mengetahui jarak terang pusat dengan terang ke-m (p).Dalam hal
ini p kita umpamakan sebagai ym kita bisa menggunakan persamaan
berikut.
𝑦𝑚 = 𝑎 tan 𝜃𝑚′ ………………………….(3)
Dalam eksperimen seperti ini, jarak 𝑦𝑚 seringkali jauh lebih kecil dari
jarak 𝑎 dari celah-celah itu kelayar tersebut. Maka 𝜃𝑚 adalah sangat
kecil, tan 𝜃𝑚 hampir sama dengan sin 𝜃𝑚′ dan
𝑦𝑚 = 𝑎 sin 𝜃𝑚′ ………………………….(4)
8

𝑚𝜆
Jika kita ketahui bahwa sin 𝜃 = , maka
𝑑
𝜆𝑎
𝑦𝑚 = 𝑚 ………………………………(5)
𝑑

Kita dapat mengukur 𝑎 dan d, serta posisi 𝑦𝑚 dari pita-pita terang itu,
sehingga eksperimen ini menyediakan pengukuran langsung dari
panjang gelombang (λ).
Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu sesuai
dengan persamaan di atas, berbanding terbalik dengan jarak d di antara
celah-celah itu. Semakin berdekatan celah-celah tersebut, maka akan
semakin tersebarlah pola-pola interferensinya, begitu sebaliknya.
Persamaan ini hanya untuk sudut yang kecil saja. Dan persamaan ini
hanya dapat digunakan jika jarak 𝑎 dari celah-celah ke layar jauh lebih
besar daripada pemisahan celah d dan jika 𝑎 jauh lebih besar dari jarak
𝑦𝑚 dari pusat pola interferensi ke pita terang ke-𝑚.

B. Interferensi Cahaya dari Film Tipis


Kita pasti sering melihat sebuah pemandangan warna-warna pada
gelembung sabun. Peristiwa ini merupakan peristiwa dimana gelombang
cahaya direfleksikan dari permukaan-permukaan yang berlawanan dari
film tipis seperti itu, dan interferensi konstruktif diantara kedua
gelombang yang direfleksikan itu (panjang lintasan yang berbeda) terjadi
di tempat berbeda untuk panjang gelombang (λ) yang berbeda pula
mengakibatkan adanya perbedaan fasa di antara kedua gelombang
tersebut. Warna-warni pelangi menunjukkan bahwa sinar matahari adalah
gabungan dari berbagai macam warna dari spektrum kasat mata. Dilain
pihak, warna pada gelombang sabun, bukan disebabkan oleh pembiasan.
Hal ini terjadi karena interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar
yang dipantulkan oleh suatu lapisan tipis. Adanya gejala interferensi ini
bukti yang paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang.
9

Gambar 9. Interferensi sinar refleksi pada film tipis

Gambar 10. Pita-pita warna yang terlihat


pada gelembung sabun

Peristiwa seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas menunjukkan


cahaya yang menyinari permukaan atas dari sebuah film tipis yang
mempunyai ketebalan 𝑡 sebagian direfleksikan di permukaan bagian
atas. Cahaya yang ditransmisikan melalui permukaan atas, sebagian
didirefleksikan di pemukaan bagian bawah. Kedua gelombang yang
direfleksikan itu nantinya akan berkumpul di titik P yang berada di
retina mata. Kedua gelombang tersebut kemudian dapat berinterferensi
secara konstruktif maupun destruktif (tergantung dari fasa yang dimiliki
kedua gelombang tersebut). Warna-warna yang berbeda pada pita warna
menunjukkan panjang gelombang yang berbeda-beda, sehingga untuk
beberapa warna dapat mengalami interferensi konstruktif dan sebagian
lagi mengalami interferensi destruktif.
Kemudian kita lihat peristiwa cahaya monokromatik yang direfleksikan
dari dua permukaan yang hampir paralel yang masuk dalam arah yang
10

hampir normal. Situasinya sama seperti pada interferensi akibat refleksi


cahaya yang menyinari film tipis. Bedanya situasi ini memiliki
ketebalan film yang tidak homogen. Selisih lintasan di antara kedua
gelombang tersebut, persis dua kali tebal 𝑡 dari lapisan udara di setiap
titik. Pada titik dimana 2𝑡 adalah kelipatan bulat dari panjang
gelombang, maka kita akan melihat interferensi konstruktif dan sebuah
pola terang. Pada titik-titik dimana 2𝑡 adalah kelipatan setengah
bilangan bulat dari panjang gelombang, kita berharap akan melihat
interferensi destruktif dan sebuah pola gelap. Dan di sepanjang garis
dimana pelat-pelat itu bersentuhan, secara praktis tidak ada selisih
lintasan dan kita berharap akan mendapatkan sebuah pola terang. Jika
hal-hal tersebut tidak kita temukan (menyimpang dari yang di teorikan)
maka itu menunjukkan bahwa salah satu dari gelombang yang
direfleksikan itu telah mengalami pergeseran fasa setengah siklus
selama refleksinya meskipun panjang gelombangnya tetap sama.
Menurut Maxwell pergeseran fasa tersebut dapat di perkirakan dengan
persamaannya menurut sifat elektromagnetik dari cahaya. Misal sebuah
gelombang cahaya dengan amplitudo medan listrik 𝐸𝑖 merambat dalam
sebuah amaterian optik yang lain dengan indeks refraksi 𝑛𝑏 . Amplitudo
𝐸𝑟 dari gelombang yang direfleksikan dari antarmuka itu sebanding
dengan amplitudo 𝐸 i dari gelombang yang masuk dan diberikan oleh:
𝑛 −𝑛
𝐸𝑟 = 𝑛𝑎 +𝑛𝑏 𝐸𝑖 (arah masuk normal)……(6)
𝑎 𝑏

Hasil ini memperlihatkan bahwa amplitudo yang masuk dan di


refleksikan mempunyai tanda sama bila 𝑛𝑎 lebih besar dari 𝑛𝑏 dan
berlawanan tanda bila 𝑛𝑏 lebih besar dari 𝑛𝑎 . 𝑛𝑎 >𝑛𝑏
11

Gambar 11. Gelombang cahaya saat na >nb

Gambar di atas ini menunjukkan bila 𝑛𝑎 >𝑛𝑏 , cahaya merambat lebih


lambat dalam medium pertama dibanding dalam medium kedua. Dalam
kasus ini, 𝐸𝑟 dan 𝐸𝑖 mempunyai tanda sama, dan pergeseran fasa dari
gelombang yang direfleksikan relative terhadap gelombang yang masuk
adalah sama dengan nol. Hal ini analog dengan refleksi sebuah
gelombang mekanik transfersal pada sebuah tali yang berat di sebuah
titik di mana tali itu 𝑛𝑎 = 𝑛𝑏 di sambungkan erat-erat ke sebuah tali
yang lebih ringan atau sebuah cincin yang dapat bergerak secara vertical
tanpa gesekan.

Gambar 12. Gelombang cahaya saat na = nb ,

Gambar di atas menjelaskan bila 𝑛𝑎 =𝑛𝑏 , amplitudo 𝐸𝑟 dari gelombang


yang direfleksikan itu adalah nol. Gelombang cahaya yang masuk tidak
dapat melihat antarmuka itu dan tidak ada gelombang yang
direfleksikan.
12

Gambar 13. Gelombang cahaya saat na <nb

Sedangkan gambar di atas menunjukkan bahwa 𝑛𝑎 <𝑛𝑏 , cahaya


merambat lebih lambat dalam material kedua daripada dalam material
pertama. Dalam kasus ini, 𝐸𝑟 dan 𝐸𝑖 mempunyai tanda yang berlawanan,
dan pergeseran fasa dari gelombang yang direfleksikan itu relatif
terhadap gelombang yang masuk adalah π rad (180° atau setengah
siklus). Ini analog dengan refleksi (dengan inversi) sebuah gelombang
mekanik transfersal pada sebuah tali yang ringan di sebuah titik di mana
tali itu di sambungkan erat-erat ke sebuah tali yang lebih berat atau
sebuah penopang tegak.
Gelombang-gelombang yang direfleksikan dari garis persentuhan tidak
mempunyai selisih lintasan untuk memberikan pergeseran fasa
tambahan dan gerlombang-gelombang itu berinterferensi secara
destruktif.
Pembahasan di atas dapat kita simpulakan secara matematis. Jika film
tersebut mempunyai tebal 𝑡, cahaya masuk dalam arah normal dan
dengan panjang gelombang λ dalam film tersebut, jika tidak ada satupun
dari gelombang-gelombang itu atau jika kedua gelombang yang
direfleksikan dari kedua permukaan itu mempunyai pergeseran fasa
refleksi sebesar setengah siklus, maka syarat untuk interferensi
konstruktif adalah:
2𝑡 = 𝑚𝜆……………………………………………...……(7)
(dengan 𝑚 = 0, 1, 2, …)
Akan tetapi, bila satu dari kedua gelombang itu mempunyai pergeseran
fasa refleksi sebesar setengah siklus, persamaan ini adalah syarat untuk
interferensi destruktif.
13

Demikian juga jika tidak satupun dari gelombang-gelombang atau jika


keduanya mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka syarat
untuk interferensi destruktif dalam gelombbang-gelombang yang
direfleksikan itu adalah:
1
2𝑡 = (𝑚 + 2) 𝜆……………………………………………(8)
(refleksi konstruktif dari film tipis, tidak
(dengan𝑚 = 0, 1, 2, …)
ada pergeseran fasa relatif siklus)

Akan tetapi jika satu gelombang mempunyai pergeseran fasa setengah


siklus, maka inilah syarat untuk interferensis konstruktif.

C. Interfernsi Cincin Newton

Gambar di bawah memperlihatkan permukaan cembung sebuah lensa


yang bersentuhan dengan sebuah pelat kaca yang rata. Sebuah film udara
dibetuk di antara kedua permukaan itu. Bila kita memandang susunan itu
dengan cahaya monokromatik, maka kita akan melihat cincin-cincin
interferensi yang berbentuk lingkaran. Seperti pada gambar di sebelah
kanan.

Gambar 14. Film udara antara Gambar 15. Potret cincin


sebuah lensa Newton
cembung dengan
permukaan rata

Jika kita memandang susunan itu melalui cahaya yang direfleksikan,


maka pusat pola itu terlihat berwarna hitam.
Kita dapat menggunakan pita interferensi untuk membandingkan
permukaan dari dua bagian optis dengan menempatkan keduanya
bersentuhan dan dengan mengamati pita-pita interferensi. Gambar di
14

sebelah kanan merupakan potret yang dibuat selama pengasahan sebuah


lensa objektif teleskop. Garis-garis bentuk itu adalah pita-pita interferensi
Newton, setiap pitanya menunjukkan sebuah jarak tambahan di antara
bahan contoh dan induk sebesar setengah panjang gelombang (½ λ). Pada
10 garis pada noda pusat, jarak antara kedua permukaan itu adalah lima
panjang gelombang (5 λ), atau kira-kira sebesar 0,003 mm. Ini belum
dapat dikatakan sangat baik, lensa dikatakan berkualitas tinggi jika
diasah secara rutin dengan ketelitian sebesar kurang dari satu panjang
gelombang. Permukaan cermin premier dari teleskop ruang angkasa
hubble di asah sampai ketelitian yang lebih baik dari pada seper
limapuluh panjang gelombang (1/50 λ). Tapi sayang sekali, terleskop
tersebut diasah dengan spesifikasi yang tidak benar, yang menciptakan
salah satu kesalahan yang paling teliti dalam sejarah teleskop optis.
Dan interferensi maksimum/lingkaran terang adalah:
𝑛𝑟𝑡 2 = (2𝑚 − 1)½𝜆𝑅 dengan 𝑚 = 1, 2, 3 ………………..(9)
Sedangkan interferensi minimum/lingkaran gelap adalah:
𝑛𝑟𝑔 2 = (2𝑚)½𝜆𝑅 dengan 𝑚 = 0, 1, 2 ………….………..(10)
dengan
n = indeks bias udara = 1
m = orde interferensi (1, 2, 3, … dst)
R = jari-jari lengkungan lensa plan konveks
𝑟𝑡 /𝑟𝑔 = jari-jari lingkaran terang atau gelap ke-m
Untuk jari-jari ke-m lingkaran terang diberikan pada :
𝜆𝑅 ½
𝑟 = [(𝑚 − ½) ] …………......................................(11)
𝑛

Untuk jari-jari ke-m lingkaran gelap diberikan pada :

𝜆𝑅 ½
𝑟 = [𝑚 ] ………...........….………..(12)
𝑛

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
15

1. Interferensi (interference) merupakan perpaduan atau interaksi dua


atau lebih gelombang yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan
yang dapat menghasilkan suatu pola gelombang baru.
2. Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah kedua gelombang
cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya
haruslah memiliki beda fase yang selalu tetap. Oleh sebab itu kedua
sinar atau cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki
frekuensi yang sama dan kedua gelombang cahaya haruslah
memiliki amplitude yang hampir sama.
3. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah
antara dua gelombang atau dau sumber gelombang.
4. Interferensi konstruktif terjadi titik-titik dimana selisih panjang
lintasan dari kedua sumber adalah nol. Jika sudut interferensi adalah
θ dan jarak antara sumber-sumber adalah 𝑑 maka
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚𝜆 dengan 𝑚 = 0, ±1, ±2 …
5. Interferensi destruktif terjadi di titk-titik dimana selisih lintasan itu
adalah kelipatan setengah bilangan bulat dari panjang gelombang.
1
𝑑 sin 𝜃 = (𝑚 + 2) 𝜆 dengan 𝑚 = 0, ±1, ±2 …

6. Bila θ sangat kecil, maka posisi 𝑦𝑚 dari pita terang ke-𝑚 pada
sebuah layar yang diletakkan sejauh 𝑅 dari sumber-sumber itu
diberikan oleh
𝑚𝜆
𝑦𝑚 = 𝑅
𝑑
7. Interferensi terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya interferensi
dua sumber (eksperimen Young), interferensi film tipis, dan
interferensi cincin Newton.

B . Kumpulan Soal dan Jawaban


1. Berikut ini merupakan contoh-contoh peristiwa interferensi cahaya:
(1) Langit bumi terlihat berwarna biru
16

(2) Air kolam terlihat berwarna-warni akibat minyak tanah yang


tertumpah dipermukaannya
(3) Cahaya yang melwati suatu prisma kaca terurai menjadi
warna-warni pelangi
(4) Terjadinya cincin Newton
Contoh yang benar adalah...
a. 1, 2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4
e. 1,2,3 dan 4
Jawaban : C

2. Perpaduan dua gelombang akan saling menguatkan (interferensi


konstruktif) jika selisih fasenya adalah sebagai berikut:
(1) 𝜋
(2) 2𝜋
(3) 3𝜋
(4) 4𝜋
Selisih fase yang benar adalah...
a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 1
d. 2
e. 1,2,3 dan 4
Jawaban :B

3. Pada percobaan Young (celah ganda), jika jarak antara dua celahnya
dijadikan dua kali semula, maka jarak antara 2 garis gelap yang
berurutan menjadi...
a. 4 kali semula
b. 2 kali semula
17

c. ¼ kali semula
d. ½ kali semula
e. Tetap
∆𝑦
Pembahasan : berdasarkan persamaan d𝑑 =𝑛𝜆
𝑙

Kita bisa menyimpulkan jikan antara d dan ∆𝑦 berbanding terbalik


dengan n=1 (gelap terdekat), sehingga didapati persamaan :
𝑑2 ∆𝑦1
=
𝑑1 ∆𝑦2
𝑑1
∆𝑦2 = × ∆𝑦1
𝑑2
𝑑1
∆𝑦2 = × ∆𝑦1
2𝑑1
1
∆𝑦2 = × ∆𝑦1
2
Jadi jawabannya ½ kali semula
Jawaban : D

4. Suatu celah sempit dengan lebar d disinari oleh cahaya monokromatis


dengan panjang gelombang 5678 A˚. Lebar celah terjadi pola difraksi
maksimum orde pertama pada sudut 30° adalah.....A˚
a. 4567
b. 5678
c. 9134
d. 11356
e. 12568
Diketahui : θ = 30°
λ = 5678 A°
m=1
Ditanya : d?
Jawab : Celah tunggal garis terang
1
d sin θ = (𝑚 − 2) 𝜆
1
d sin 30° = (1 − 2) 5678
18

1 1
d (2) = 2 (5678)

d = 5678 A°
Jawaban: B

5. Seberkas cahaya jatuh tegak lurus pada kisi yang terdiri dari 5.000
goresan tiap cm. Sudut deviasi orde kedua adalah 30°. Panjang
gelombang cahaya yang digunakan adalah
a. 2.500 A˚
b. 4.000 A˚
c. 5.000 A˚
d. 6.000 A˚
e. 7.000 A˚
Diketahui : N = 5.000 goresan/cm
m=2
θ = 30°
Ditanya : λ ?
1 1
Jawab : d = = = 0,2 × 10−3 𝑐𝑚
𝑁 5.000/𝑐𝑚

d = 0,2 × 10−5 𝑚
maka,
d sin θ = m λ
0,2 × 10−5 𝑚 . sin 30° = 2 𝜆
1
𝜆 = 0,1 × 10−5 . 2 𝑚 = 0,05 × 10−5 𝑚

𝜆 = 0,05 × 10−5 / 10−10 𝐴˚ = 5000 𝐴˚


Jawaban: C

6. Seberkas cahaya monokromatik dengan panjang gelombang 500 nm


tegak lurus pada kisi difraksi. Jika kisi memeiliki 400 garis tiap cm dan
sudut deviasi sinar 30° maka banyaknya garis terang yang terjadi pada
layar adalah...
a. 24
b. 25
19

c. 26
d. 50
e. 51
Diketahui : λ = 500nm = 500x10-9m
N = 400 goresan/cm
θ = 30°
Ditanya : N?
1 1
Jawab : d = 𝑁 = = 0,25 × 10−2 𝑐𝑚
400/𝑐𝑚

d = 0,25 × 10−4 𝑚
maka,
d sin θ = m λ
0,25 × 10−4 𝑚 . sin 30° = 2 𝜆
1
𝜆 = 0,1 × 10−5 . 2 𝑚 = 𝑛 . 500 × 10−9 𝑚
1
𝑚 = 5 × 10−4 10−4 . 2 𝑚 109 = 2,5 × 101 𝑚

m = 25
Jawaban: B

7. Berkas sinar monokromatis dilewatkan pada celah ganda terukur jarak


antar celah 0,6 mm sinar mengalami interferensi terang pertama terukur
berjarak 1 mm dari terang pusat, jarak celah ke layar 1 m. Besar
panjang gelombang sinar yang dipakai adalah..
a. 500 nm
b. 700 nm
c. 400 nm
d. 600 nm
e. 300 nm
Diketahui : d = 0,6 × 10-3 m
y = 1 × 10-3 m
L=1m
m=1
Ditanya : λ?
20

𝑦𝑑
Jawab : =𝑚𝜆
𝐿
𝑦𝑑
λ = 𝑚𝐿
1 × 10−3 . 0,6×10−3
λ= 1×1

λ = 600 nm
Jawaban: D

8. Berkas sinar monokromatis dilewatkan pada celah ganda terukur jarak


antar celah 0,2 mm sinar mengalami interferensi pola gelap kedua
terukur berjarak 3 mm dari terang pusat, jarak celah ke layar 1 m. Besar
panjang gelombang sinar yag dipakai adalah...
a. 200 nm
b. 300 nm
c. 400 nm
d. 500 nm
e. 600 nm
Diketahui : d = 0,2 × 10-3 m
y = 3 × 10-3 m
L=1m
m=2
Ditanya : λ?
𝑦𝑑 1
Jawab : = (2𝑚 − 1) 2 𝜆
𝐿
𝑦𝑑 2
λ= 𝐿 (2𝑚−1)

3 × 10−3 . 0,2×10−3 2
λ= 1 3

λ = 4 × 10 m -7

λ = 400 nm
Jawaban: C
9. Sebuah cahaya monokromatis dijatuhkan pada dua celah sempit vertikal
dan berdekatan dengan jarak d = 0,01 mm. Pola interferensi yang terjadi
ditangkap pada jarak 20 cm dari celah. Diketahui bahwa jarak antara
garis gelap pertama di sebelah kanan adalah 7,2 mm panjang
gelombang berkas cahaya adalah...
21

a. 180 nm
b. 270 nm
c. 1.800 nm
d. 720 nm
e. 360 nm
Diketahui : d = 0,01 mm = 1 × 10-5 m
y = 7,2 mm = 7,2 × 10-3 m
L = 20 cm = 0,2 m
m=1
Ditanya : λ?
𝑑𝑦
Jawab : =𝑚𝜆
𝐿
𝑑𝑦
λ = 𝑚𝐿
1 × 10−5 . 7,2×10−3
λ= 1×0,2

λ = 3,6 × 10-7 m
λ = 360 nm
Jawaban: E

10. Seberkas sinar monokromatik dengan panjang gelombang 5 × 10-7 m di


arahkan tegak lurus pada kisi, jika jarak ke kisi 2 m dan pada layar
terjadi terang ke-3 dengan jarak 150 cm ke terang pusat maka konstanta
kisi yang digunakan adalah...
a. 4 × 10-6 m
b. 3 × 10-6 m
c. 6 × 10-6 m
d. 5 × 10-6 m
e. 2 × 10-6 m
Diketahui : λ = 5 × 10-7 m
y = 1,5 m
L=2m
m=3
Ditanya : d?
22

𝑑𝑦
Jawab : =𝑚𝜆
𝐿

𝑚 𝜆𝐿 (3) ( 5 × 10−7 ) (2)


𝑑= =
𝑦 1,5
d = 2 × 10-6 m
Jawaban: E

11. Sebuah celah ganda disinari dengan cahaya yang panjang


gelombangnya 640 nm. Sebuah layar diletakan 1,5 m dari celah. Jika
jarak kedua celah 0,24 mm. Jarak kedua pita terang yang berdekatan
adalah...
a. 4,0 mm
b. 6,0 mm
c. 8,0 mm
d. 9,0 mm
e. 9,6 mm
Diketahui : λ = 640 nm = 6,4×10-7 m
L = 1,5 m
d = 0,24 mm = 0,24×10-3 m
m=1
Ditanya : y?
𝑑𝑦
Jawab : =𝑚𝜆
𝐿
(0,24×10−3 )𝑦
= (1)(6,4 × 10 − 7 )
1,5

y = 4×10-3 m
y = 4,0 mm
Jawaban : A

12. Suatu berkas cahaya monokromatis setelah melalui sepasang celah


sempit yang jarakya 0,3 mm membentuk pola interferensi pada layar
yang jaraknya 1,2 m dari celah. Bila jarak antara garis gelap kedua
terhadap pusat pola 3 mm, maka panjang gelombang yang digunakan...
a. 1,25 × 10-7 m
23

b. 2,50 × 10-7 m
c. 3,75 × 10-7 m
d. 5,60 × 10-7 m
e. 7,50 × 10-7 m
Diketahui: celah tunggal pola gelap ke -2
m=2
L = 1,2 m
d = 0,3 mm = 3× 10-4 m
y = 3 mm = 3× 10-3 m
Ditanya : λ?
𝑑𝑦
Jawab : =𝑚𝜆
𝐿
𝑑𝑦
λ = 𝑚𝐿
3×10−4 3𝑥10−3
λ= 2×1,2

λ = 3,75 × 10-7 m
Jawaban : C
13. Selaput tipis air sabun disinari dengan arah tegak lurus dengan
menggunakan cahaya natrium = 589,3 nm. Jika indeks bias air sabun
adalah 1,33, hitunglah tebal minmum selaput yang tampak terang...
a. 100,05 nm
b. 110,02 nm
c. 110,77 nm
d. 120,15 nm
e. 112,77 nm
Diketahui : l = 589,3 nm
n = 1,33
r = 0° (tegak lurus)
Ditanya = d?
1
Jawab : 2nd cos r = (𝑚 + 2) 𝑙

2 × 1,33 × d × cos 0° = (0 + ½) 589,3


2,66 × d × l = (½) 589,3
2,66 × d = 294,65
24

294,65
d= 2,66

d = 110,77 nm
Jawaban : C

14. Dua buah celah sempit berjarak 0,3 mm, disinari cahaya sehingga
terbentuk pita-pita hasil interferensi pada sebuah layar yang berjarak 1,2
m dari kedua celah tersebut. Jika letak pita terang ke-3 adalah 12 mm
dari titik pusat, tentukan panjang gelombang cahaya yang digunakan...
a. 0,001 mm
b. 0,01 mm
c. 0,1 mm
d. 0,002 mm
e. 1 mm
Diketahui : d = 0,3 mm
L = 1,2 m = 1200 mm
m=3
y = 12 mm
Ditanya : 𝜆?
𝑑𝑦
Jawab : =𝑚𝜆
𝐿
0,3. 12
= 3𝜆
1200
3,6 = 3600 𝜆
𝜆 = 0,001 𝑚𝑚
Jawaban : A

15. Cahaya monokromatik melewati dua celah sempit yang sejajar. Jarak
antara kedua celah adalah 0,66mm. Jarak antara layar dengan kedua
celah adalah 60 cm. Pola interferensi yang terjadi pada layar adalah
berupa garis terang dan gelap yang dipisahkan oleh jarak yang sama.
Jika jarak dua garis terang berdekatan adalah 0,2 mm, tentukan panjang
gelombang cahaya yang digunakan...
a. 196 nm
25

b. 197 nm
c. 200 nm
d. 198 nm
e. 190 nm
Diketahui : d = 0,6 mm = 0,0006 m = 6×10-4 m
y = 0,2 mm = 0,0002 m = 2×10-4 m
l = 60 cm = 600 mm = 0,6 m
Ditanya : λ?
Jawab : sudut sangat kecil sehingga sin θ ≈ tan θ
𝑦 0,2 𝑚𝑚
sin θ ≈ tan θ = 𝑙 = = 0,00033 = 3,3 × 10−4
600 𝑚𝑚

rumus interferensi konstruktif (terang pertama, n =1)


n 𝜆 = d sin θ
1 𝜆 = (6×10-4m) (3,3 × 10−4 )
𝜆 = 19,8× 10−8 𝑚 = 1,98 × 10−7 𝑚
𝜆 = 198 nm
Jawaban : D

DAFTAR PUSTAKA

Resnick, Robert dan David Halliday.1994.Fisika Jilid 2 Edisi 3.


Erlangga.Jakarta.
Sarojo, Ganiati Aby.2010.Gelombang dan Optik.Salemba Teknik.Jakarta.
Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman.2003.Fisika Universitas.
Erlangga.Jakarta.
26

http://tienkartika.wordpress.com/2010/08/21/interferensi-cahaya/
http://phys.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/03/BAB4/INTERFERENS
I-CAHAYA.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Newton
http://id.wikipedia.org/wiki/Interferometer_Michelson

Anda mungkin juga menyukai