Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat segala rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini
disusun sebagai bagian dari tugas mata pelajaran Biologi yang kami tempuh pada semester
ini.
Dalam pelaksanaan praktikum, kami mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori
yang telah dipelajari di dalam kelas ke dalam situasi praktis. Praktikum ini membuka
wawasan dan memberikan pengalaman berharga dalam memahami konsep- konsep dasar
Ekspirasi dan Inspirasi pada Sistem Pernapasan Manusia. Kami juga bisa melibatkan diri
secara aktif dalam proses percobaan, observasi, dan analisis data. Semuanya termasuk aspek
penting dalam pengembangan keterampilan praktis.
Selama pelaksanaan praktikum, kami mengalami beragam tantangan dan hambatan.
Namun, kami dapat mengatasinya melalui kerja sama tim, bimbingan bapak/ibu guru mapel
fisika, dan semangat pantang menyerah. Kami menyadari bahwa setiap kesalahan dan
kegagalan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Hal tersebut membantu kami terus
meningkatkan kualitas kinerja dan pemahaman.
Laporan ini mencakup langkah-langkah praktis yang kami lakukan, tujuan penelitian,
analisis data, serta kesimpulan. Kami berharap laporan yang disusun ini dapat memberikan
gambaran jelas dan komprehensif tentang konsep Respirasi pada Manusia tepatnya mengkaji
ekspirasi dan inspirasi menggunakan replika botol dan balon.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada guru pembimbing, teman-
teman sekelas yang telah memberikan dukungan juga bimbingan selama pelaksanaan
praktikum. Semoga laporan ini bisa memberikan kontribusi positif bagi pembaca yang ingin
mengetahui lebih lanjut mengenai difraksi. Akhir kata, kami menyampaikan permohonan
maaf jika terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan laporan ini.

Tim Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Rumusan Masalah

Landasan Teori

Alat dan Bahan

Cara Kerja

Hasil

Pertanyaan

Pembahasan

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Lampiran
Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan panjang gelombang cahaya monokromatik


(laser) menggunakan kisi difraksi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pemahaman sifat difraksi cahaya.

I. Dasar Teori
Gelombang memiliki beberapa sifat, salah satunya adalah difraksi. Difraksi adalah
peristiwa pembelokan atau pelenturan arah gelombang ketika melewati penghalang berupa
celah. Jika gelombang melewati celah yang ukurannya sempit, maka difraksi menyebabkan
celah tersebut seolah-olah merupakan sumber gelombang melingkar. yang disebabkan oleh
adanya penghalang berupa celah. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin
besar.Sama halnya dengan gelombang, cahaya yang dilewatkan pada sebuah celah sempit
juga akan mengalami difraksi. Difraksi cahaya terjadi juga pada celah sempit yang terpisah
sejajar satu sama lain pada jarak yang sama.
Bila cahaya monokromatik (satu warna) dijatuhkan pada celah sempit, maka cahaya
akan dibelokkan atau dilenturkan. Sedangkan bila cahaya dijatuhkan polikromatik (cahaya
putih atau banyak warna), selain akan mengalami peristiwa difraksi, juga akan terjadi
peristiwa interferensi. Hasil interferensi menghasilkan pola warna pelangi. Berkas cahaya
jatuh pada celah tunggal, akan dibelokkan dengan sudut belok θ. Pada layar akan terlihat pola
gelap dan terang. Pola gelap dan terang akan terjadi bila mengalami peristiwa interferensi.
Cahaya yang dilewatkan pada kisi difraksi akan membentuk garis gelap dan terang
dengan rumus sebagai berikut :
Interferensi maximum

Interferensi minimum

Kisi difraksi merupakan suatu piranti atau alat untuk menganalisis sumber cahaya.
Kisi adalah celah sempit yang dibuat dengan menggores sebuah lempengan kaca dengan
intan. Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 600 celah setiap 1 mm. pada kisi, setiap goresan
merupakan celah. Celah diantara goresan-goresan adalah transparan terhadap cahaya dan
arena itu bertindak sebagai celah-celah yang terpisah.
Sebuah kisi memiliki konstanta atau tetapan kisi yang menyatakan banyaknya
goresan tiap satu satuan panjang, yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan
menjadi lebar celah atau jarak antar celah. Sebuah kisi dapat mempunyai ribuan garis per
sentimeter. Banyaknya goresan tiap satuan panjang dinyatakan dengan N. Jika terdapat N
garis per satuan panjang, maka tetapan kisi d adalah kebalikan dari N, yaitu:

Jika berkas cahaya monokhromatis dijatuhkan pada sebuah kisi, sebagian akan
diteruskan sedangkan sebagian lagi akan dibelokkan. Akibat pelenturan tersebut, apabila kita
melihat suatu sumber cahaya monokhromatis dengan perantaraan sebuah kisi, akan tampak
suatu pola difraksi berupa pita-pita (garis) terang pada layar. Intensitas pita-pita terang
mencapai maksimun pada pita pusat dan pita-pita lainnya yang terletak dikiri dan kanan pita
pusat. Intensitas pita berkurang untuk warna yang sama bila pitanya jauh dari pita pusat. Pita-
pita terang terjadi bila selisih lintasan dari cahaya yang keluar dari dua celah kisi yang
berurutan memenuhi persamaan :

atau

Sedangkan pita gelap akan terjadi bila memenuhi persamaan :

dimana :
n = orde pola difraksi (0,1,2,………)
d = jarak antara dua garis kisi ( konstanta kisi)
λ = panjang gelombang cahaya yang digunakan
θ = sudut lenturan (difraksi)
∆Y (P) = jarak terang pusat dengan orde ke-n
L = jarak layar ke kisi difraksi

Jika cahaya yang digunakan berupa cahaya polikhromatis, kita akan melihat suatu
spectrum warna. Spektrum yan paling jelas terlihat adalah spektrum dari orde pertama (N=1).
Garis gelap dan terang atau pembentukan spektrum akan lebih jelas dan tajam jika lebar
celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya semakin banyak atau besar. Garis gelap dan
terang dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari cahaya yang berasal dari kisi
tersebut yang jatuh pada layar titik atau tempat tertentu.

II. Alat dan Bahan


1. Sumber cahaya monokromatik / laser merah
2. Kisi difraksi (100 grs/mm, 300 grs/mm, 600 grs/mm)
3. Mistar / penggaris
4. Kertas mili meter blok / kertas buram / kertas HVS

III. Langkah Kerja


1. Susun alat seperti pada gambar di bawah ini, dan tentukan tetapan kisi difraksi dengan
membaca angka yang tertulis pada masing-masing jendela kisi.
2.

3. Ukur bacaan kiri/kanan pada layar dengan menghitung jarak terang pusat ke terang
kiri/kanan ke 1 (orde ke 1), terang
4. pusat ke terang kiri/kanan ke 2 (orde ke 2), dan seterusnya. 4. Lakukan kembali
percobaan ke 3 dengan mengubah jarak layar ke kisi difraksi (1) sebanyak 3 kali yang
berbeda- beda.
5. Pindahkan arah sinar laser ke jendela kisi N = 300 grs/mm.
6. Ulangi percobaan ke 3-4 di atas.
7. Isilah tabel dengan menentukan nilai 2. rata-rata dari semua hasil percobaan
IV. Data Pengamatan

V. Pertanyaan
1. Mengapa dalam kegiatan laboratorium ini menggunakan sinar laser? bisakah
dengan menggunakan lampu senter? Jelaskan!
2. Bagaimana pengaruh tetapan kisi (N) terhadap jarak dari terang pusat ke
terang berikutnya (y)? Jelaskan.
3. Bagaimana pengaruh jarak kisi ke layar (L) terhadap jarak dari terang pusat ke
terang berikutnya (y)? Jelaskan.
Jawaban
1. Sinar laser memiliki sifat koheren fase, yang berarti gelombang sinusoidal dari
laser memiliki fase yang tetap terkait satu sama lain. Hal ini penting dalam
kisi difraksi karena memungkinkan terjadinya interferensi konstruktif dan
destruktif dengan jelas. Interferensi ini menghasilkan pola difraksi yang
teratur dan dapat diukur.Di sisi lain, lampu senter menghasilkan cahaya yang
tidak koheren, dengan berbagai panjang gelombang dan fase yang acak. Oleh
karena itu, sulit untuk menciptakan pola difraksi yang terorganisir dengan
lampu senter karena tidak ada keteraturan dalam fase gelombang cahaya yang
dihasilkan.Dengan menggunakan sinar laser, kita dapat mencapai pola difraksi
yang presisi dan terukur, sesuai dengan sifat koheren dan konsistensi panjang
gelombangnya.
2. Ketika tetapan kisi (N) meningkat, jarak antar celah (d) dalam rumus tersebut
bertambah. Akibatnya, jarak dari terang pusat ke terang berikutnya (y) akan
mengalami peningkatan. Artinya, semakin besar tetapan kisi, semakin besar
pula jarak antara terang pusat dan terang berikutnya dalam pola difraksi.
3. Secara umum, semakin jauh layar dari kisi, sudut difraksi (θ) menjadi lebih
kecil, dan ini menyebabkan terjadinya peningkatan jarak (y). Dengan kata lain,
ketika jarak kisi ke layar bertambah, terang-terang dalam pola difraksi akan
lebih terpisah satu sama lain.

VI. Analisis Data


VII. Pembahasan
Difraksi adalah fenomena yang terjadi ketika gelombang cahaya
melewati atau berinteraksi dengan penghalang, seperti kisi difraksi. Dalam
konteks penggunaan sinar laser dalam kisi difraksi, teori ini terkait dengan
sifat koheren fase. Sinar laser memiliki fase yang tetap terkait satu sama lain,
memungkinkan interferensi konstruktif dan destruktif yang menciptakan pola
difraksi teratur. Teori difraksi juga mendasari rumus difraksi Bragg, yang
mencakup tetapan kisi (N). Dalam rumus ini, (d) mewakili jarak antar celah
atau tetapan kisi, dan panjang gelombang lambda memainkan peran penting
dalam membentuk pola difraksi. Peningkatan tetapan kisi menghasilkan
peningkatan jarak antara terang pusat dan terang berikutnya (y), sesuai dengan
prinsip difraksi.
Pengaruh jarak kisi ke layar (L) dalam rumus (y = n . lambda . L / d)
juga terkait erat dengan sudut difraksi yang memainkan peran dalam
pembentukan pola difraksi. Ketika (L) bertambah, sudut difraksi berubah,
menghasilkan peningkatan jarak antara terang pusat dan terang berikutnya.
Dengan demikian, penggunaan sinar laser, tetapan kisi, dan jarak kisi ke layar
bekerja bersama sesuai dengan prinsip difraksi gelombang cahaya untuk
membentuk pola difraksi yang dapat diamati dan diukur. Semua ini
menyiratkan hubungan erat antara eksperimen difraksi dan teori difraksi dalam
konteks penggunaan sinar laser dan kisi difraksi.

VIII. Kesimpulan
Dengan menggunakan kisi difraksi, kita dapat menentukan panjang
gelombang cahaya monokromatik (laser) melalui analisis pola difraksi yang
terbentuk. Dalam konteks ini, tetapan kisi (N) dan jarak kisi ke layar (L)
berperan penting dalam membentuk pola difraksi. Pada dasarnya, pola tersebut
mencerminkan interferensi konstruktif dan destruktif dari gelombang cahaya
yang melewati kisi.
Pengukuran jarak antara terang pusat dan terang berikutnya (y) dalam
pola difraksi, bersama dengan mengetahui orde difraksi (n), memungkinkan
kita menggunakan rumus difraksi (y = n .lambda. L / d). Dalam rumus ini,
(lambda) mewakili panjang gelombang cahaya.
Oleh karena itu, melalui eksperimen difraksi dengan kisi, kita dapat
secara langsung menentukan panjang gelombang cahaya monokromatik dari
laser. Ini menggambarkan keterkaitan erat antara fenomena difraksi, tetapan
kisi, dan geometri pengukuran pada layar. Keseluruhan proses ini memberikan
metode yang akurat dan berdasarkan prinsip-prinsip teori difraksi untuk
menentukan panjang gelombang cahaya monokromatik dengan menggunakan
kisi difraksi.

IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai