Cahaya Sebagai Gelombang
Cahaya Sebagai Gelombang
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Cahaya sebagai Gelombang“.
Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata.
Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya kami dengan ketulusan hati
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pengajar Mata Pelajaran Fisika kelas XII IPA 4
yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................................ 4
A) Tujuan ..................................................................................................................................................... 4
BAB II ISI.................................................................................................................................................................. 5
A) Pengertian .......................................................................................................................................... 10
2
A) Sudut dispersi ................................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ................................................................................................................................................. 28
B. Saran ............................................................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................ 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nganu
A) TUJUAN
B. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
ISI
A. INTERFERENSI CAHAYA
A) PADUAN GELOMBANG
5
B) BEDA LINTASAN
Jarak tempuh cahaya yang melalui dua celah sempit mempunyai perbedaan
(beda lintasan), hal ini yang menghasilkan pola interferensi.
C) KONDISI INTERFERENSI
6
E) SYARAT INTERFERENSI MINIMUM
Interferensi minimum terjadi jika beda fase kedua gel 180o, yaitu jika selisih
lintasannya sama dgn bilangan ganjil kali setengah λ.
d sin (m 12 ); m 1, 2, 3,...
Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap ke nol. Untuk m=1 disebut gelap
ke-1, dst. Mengingat sin θ = tan θ = p/l, maka
pd
( m 12 )
l
Dengan p adalah jarak terang ke-m ke pusat terang.
Jarak antara dua garis terang yg berurutan sama dgn jarak dua garis gelap
berurutan.
pd
Jika jarak itu disebut Δp, maka :
l
Interferensi optik dapat terjadi jika dua gelombang (cahaya) secara simultan
hadir dalam daerah yang sama.
7
1 m1 sin(kr1 t )
2 m2 sin(kr2 t )
m
m2
r
kr2 m1
l kr1
2 2
(r2 r1 ) r
m m21 m2 2 2 m1 m2 cos
Interferensi konstruktif terjadi jika:
kr2 kr1 k (r2 r1 )
2m m 0, 1, 2, r d sin
2m
d sin d sin
2 2
Interferensi destruktif terjadi jika:
(2m 1) m 0, 1, 2,
(2m 1) 1
d sin d sin (m )
2 2
8
Penentuan panjang gelombang
Dari gambar diperoleh:
p l tan
jika l d maka:
p l sin pm d
l
ml
ml
pm
d
Perubahan fase180o
Perubahan fase 0o
n>1 t
9
B. DIFRAKSI CAHAYA
A) PENGERTIAN
berlawanan fase dan tidak memberikan efek apapun pada P. Setiap sinar dari
setengah bagian atas celah akan dihapuskan oleh pasangannya yang berasal dari
1
bagian bawah, yaitu mulai dari titik 2d bagian bawah. Titik P akan minimum
pada pola difraksi dan memiliki intensitas O. Syarat keadaan ini adalah :
10
1 1
𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃 = 𝑛 𝜆 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑 sin 𝜃 = 𝑛 𝜆 … … . (1.1)
2 2
𝑃
sehingga tanθ = 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑙
Pita terang utama O akan menjadi lebih lebar jika celah dipersempit. Jika lebar
celah sama dengan panjang gelombang (𝜆) maka minimum pertama akan terjadi
pada sudut θ = 90°.
Contoh soal :
Celah tunggal yang lebarnya 0,1 mm disinari berkas cahaya dan panjang gelombang 4.000 A°, apabila pola
difraksi ditangkap pada layar yang jaraknya 20 cm dari celah. Tentukan jarak antara garis gelap ketiga dari
pusat terang?
= 4.000 A° = 4 x 10-7 m
l = 20 cm = 2 x 10-1
Jarak garis gelap ketiga dari pusat terang dapat dihitung dari rumus jarak gelap ke-n dari pusat jarak.Jadi,
d sinθ = n
𝑃𝑑
=𝑛𝜆
𝑙
Untuk garis gelap ketiga maka n = 3
3
𝑃= 𝑙𝜆
𝑑
3(2𝑥10−1 )(4𝑥10−7 )
=
10−4
28𝑥10−8
=
10−4
= 24𝑥10−4 𝑚
= 2,4 mm
11
2. Difraksi pada Kisi
Difraksi cahaya juga terjadi jika cahaya
melalui banyak celah sempit terpisah sejajar
satu sama lain dengan jarak konstan. Celah
semacam ini disebut kisi difraksi atau sering
disebut dengan kisi. Kisi adalah sebuah
penghalang yang terdiri atas banyak celah
sempit. Jumlah celah dalam kisi dapat
mencapai ribuan pada daerah selebar 1cm. Selain itu perlu juga kita ketahui apa
itu difraksi kisi? Difraksi kisi merupakan piranti untuk menghasilkan spectrum
dengan menggunakan difraksi atau interferensi yang tersusun oleh celah sejajar
dalam jumlah sangat banyak dan memiliki jarak yang sama (biasanya dalam
1
orde 1.000/mm).Tetapan kisi 𝑑 = 𝑁 . Bila banyaknya garis (celah)/satuan
1
Interferensi minimum : d sinθ = (𝑚 − ) 𝜆 → m = 1,2,3,…
2
12
Contoh soal :
Seberkas cahaya jatuh tegak lurus pada kisi yang terdiri dari 2.000 garis tiap cm. Orde terang kedua
membentuk sudut 12° terhadap horizontal. Berapakah
Solusi :
N = 2.000 gsrid/cm
1
d= = 5𝑥10−4 𝑐𝑚 = 5𝑥10−4 𝑚
2000
θ = 12°, m = 2
l = 40 cm = 0,4 m
13
Pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah celah bulat terdiri atas bintik terang
pusat yang dikelilingi oleh cincin-cincin terang dan gelap seperti pada Gambar
di atas. Pola tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan Gambar di bawah
ini.
Jari-jari lingkaran terang (dm atau r) yang terbentuk dapat diartikan daya pisah
pola difraksi yang terbatas. Jika cahaya melalui ruang hampa atau udara, daya
urai dari celah lingkaran dapat ditentukan dengan persamaan
𝜆𝑙
𝑟 = 1,22
𝐷
Menurut Rayleigh dan Jeans, kriteria jarak antara kedua maksimum tersebut
paling kecil sama dengan jari-jari lingkaran terang. Maksimum yang kedua jatuh
pada minimum yang pertama, atau jarak sudut antara kedua pusat bayangan,
yaitu
𝑟 λ
sin 𝜃 = = 1,22
𝑙 𝐷
Untuk sudut yang kecil,
𝑟 λ
𝜃= = 1,22
𝑙 𝐷
Keterangan:
r = daya urai (m)
l = jarak benda dari lensa (m)
14
λ = panjang gelombang cahaya (m)
D = diameter lubang
Ө = sudut deviasi
Contoh Soal
Ketika diameter mata diperbesar sampai 5 mm, berapa jarak minimum antara
dua sumber titik yang masih dapat dibedakan oleh mata pada jarak 80 cm dari
mata?
4
Panjang gelombang cahaya di udara 600 nm dan indeks bias mata 3.
Jawab:
Diketahui : diameter lensa (D) 5 mm = 5 × 10-3 m
panjang gelombang cahaya (λ) = 600 nm = 6× 10-7 m
4
indeks bias n = 3
= 8,78× 10-5 m
15
4. Difraksi Sinar-X
Sinar-X merupakan radiasi
elektromagnetik berenergi
tinggi yang dihasilkan
akibat interaksi antara
berkas elektron eksternal
dengan elektron pada kulit
atom.
Panjang gelombang sinar-x memiliki orde yang sama dengan jarak antara atom.
Berkas sinar-X yang memiliki panjang gelombang beberapa angstrom akan
dihamburkan jika dikenakan pada sebuah kristal zat padat. Pada arah tertentu,
gelombang hamburan ini akan mengalami interferensi konstruktif (saling
menguatkan), sedangkan pada arah lain gelombang ini dapat mengalami
insterferensi destruktif (saling melemahkan). Keteraturan letak atom-atom dan
struktur zat padat dapat diketahui dengan cara menganalisis pola difraksi dan
interferensi yang dihasilkan.
16
mengenai atom A pada bidang pertama dan atom B pada bidang kedua.
Interferensi konstruktif hanya dapat terjadi jika kedua sinar-X tersebut
dihamburkan sejajar dan beda jalan yang ditempuhnya adalah λ, 2λ, 3λ dan
seterusnya. Jadi, untuk menghasilkan interferensi konstruktif maka beda jalan
yang harus ditempuh adalah nλ (n adalah bilangan bulat).
2d sin θ = nλ
dengan:
Contoh Soal
Jawab:
q1 = 17,46o
q2 = 36,87o
𝑛 (1)(1,25×10−10 𝑚)
untuk n1 = 1 → 𝑑 = 2 sin1λ𝜃 = (2)(0,3)
= 2,08 × 10-10 m
1
17
𝑛 (2)(1,25×10−10 𝑚)
untuk n2 = 2 → 𝑑 = 2 sin2λ𝜃 = (2)(0,6)
= 2,08 × 10-10 m
2
Jarak antara bidang kisi pada suatu kristal selalu tetap. Dari perhitungan
tersebut, didapat harga d = 2,08 × 10-10 m atau d = 2,08 Å.
Difraksi Sinar-X
18
B. POLARISASI CAHAYA
Polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Gejala
polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang
longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.
Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang
dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang
pada tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah
tegak lurus celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut.
Dapat dikatakan, Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban dua arah
getar menjadi satu arah getar.
Gelombang cahaya yang belum terpolarisasi mempunyai dua arah getar. Ketika
cahaya tersebut dilewatkan pada sebuah celah (polarisator), cahaya mengalami
pengutuban (polarisasi) sehingga cahaya hanya mempunyai satu arah getar.
19
Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah sinar yang tak
terpolarisasi. Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain
karena peristiwa pemantulan dan pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan
hamburan.
Ketika cahaya mengenai bidang batas dua medium optik dengan kerapatan
berbeda, sebagian cahaya akan dipantulka dan sebagian lainya akan dibiaskan.
Sudut datang dan sudut pantul pada saat polarisasi maksimum disebut sudut
Brewster atau sudut polarisasi (iP). Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling
tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa : ip + r = 90o
atau r = 90o - i
Sinar pantul
Sinar datang
n1
n2
20
Menurut hukum Snellius,
n1 sin ip = n2 sin r
sin 𝑖𝑝 𝑛1
n1 sin ip = n2 cos ip dimana cos 𝑖𝑝 = 𝑛2
𝑛1
Tan ip =
𝑛2
dengan:
Contoh Soal:
Seberkas sinar datang pada permukaan zat cair yang memiliki indeks bias 4/3.
Jika indeks bias udara = 1, tentukan besarnya sudut Brewster.
Jawab:
𝑛1
tan ip = 𝑛2
1
Tan ip = 3/4
4
Tan ip = 3 dimana tan 530 = 4/3
ip = 530
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu
bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada
kristal kalsit.
21
Bias ganda merupakan sifat yang dimiliki beberapa kristal tertentu (terutama
kalsit) untuk membentuk dua sinar bias dari suatu sinar datang tunggal. Gejala
pembiasan ganda merupakan fenomena rumit yang terjadi pada kristal kalsit atau
kristal plastik yang ditegangkan, misalnya selofen
Pada kebanyakan zat, laju cahaya adalah sama untuk semua arah. Pada kristal
kalsit, laju cahaya bergantung arah rambat pada material tersebut. Zat semacam ini
disebut zat isotropik.
Ketika berkas cahaya masuk pada zat isotropik, berkas tersebut terpisah
menjadi dua bagian yang disebut berkas sinar biasa dan sinar luar biasa. Berkas-
berkas ini terpolarisasi dalam arah yang saling tegak lurus dan berjalan dengan
kecepatan yang berbeda.
Sinar yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan sinar
ini tidak terpolarisasi. Sedangkan sinar yang dibelokkan disebut sinar luar biasa
karena tidak memenuhi hukum Snellius dan sinar ini adalah cahaya yang
terpolarisasi.
22
lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses)
dan polaroid untuk kamera.
Polaroid terdiri atas molekul panjang yang rumit yang tersusun paralel satu
sama lain.
Intensitas cahaya yang lewat akan diperkecil setengahnya karena setengah dari
cahaya tersebut dihilangkan.
Rumus:
E2 = E cos θ
1
I1 = 2 I0
I2 = I1 cos2θ
1
I2 = 2 I0 cos2θ 1
I2 = I1 cos2θ = 2 I0 cos2θ
23
Polarisasi akibat penyerapan terjadi jika cahaya melalui zat yang dapat
memutar bidang polarisasi gelombang cahaya. Zat semacam ini disebut zat optik
aktif. Contoh zat ini adalah larutan gula.
Contoh soal:
Suatu cahaya tak terpolarisasi mengenai palaroid pertama dengan intensitas Io.
Tentukan intensitas cahaya yang keluar dari sistem palaroid, yang terdiri dari dua
palaroid. Jika sudut antara kedua sumbu transmisi adalah 30o.
Jawab:
1
I2 = 2 I0 cos2θ
1
I2 = I0 (cos 30) 2
2
1 1
I2 = 2 I0 ( 2 √3 ) 2
3
I2 = 8 I0
24
C. DISPERSI CAHAYA
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya
menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang
gelombang cahaya mana yang dapat diuraikan menjadi komponen komponennya
Untuk cahaya ultraviolett adalah prisma dari kristal untuk cahaya putih adalah prisma
dari kaca untuk cahaya infrarot adalah
prisma dari garam batu.
Pada gambar di samping, garis jelas
bahwa dari cahaya warna merah
hingga warna biru, frekuensinya (f)
semakin besar. Karena cepat rambat
semua cahaya sama, maka semakin
besar frekuensi semakin pendek panjang gelombangnya (λ) dan sebaliknya. Ini
membuktikan bahwa cahaya warna biru memliki panjang gelombang paling pendek,
sedangkan cahaya warna merah memiliki panjang gelombang paling panjang.
A) SUDUT DISPERSI
F = du - dm
F = (nu - nm)b
25
dm = sudut deviasi merah
du = sudut deviasi ungu
nu = indeks bias untuk warna ungu
nm = indeks bias untuk warna merah
Catatan :
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan
susunan Prisma Akhromatik.
Ftot = F kerona - Fflinta = 0
Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan susunan
prisma pandang lurus.
Dtot = Dkerona - Dflinta = 0
26
Cahaya putih terdiri dari gabungan beberapa warna, yaitu merah, hijau dan biru.
Putih disebut warna polikromatik, yaitu warna cahaya yang masih bisa
diuraikan lagi menjadi warna-warna dasar.
Merah, hijau dan biru merupakan warna dasar atau warna monokromatik, yaitu
warna cahaya yang tidak dapat diuraikan kembali.
27
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
6) Sudut deviasi dari sebuah cahaya yang datang dari suatu medium dan melalui
sebuah prisma dengan sudut pembias tertentu adalah sebagai berikut.
28
𝑛𝑝
𝛿 = 𝛽( − 1)
𝑛𝑚
Jika medium yang dimaksud adalah udara (nm = 1) maka persamaannya menjadi
𝛿 = 𝛽(𝑛𝑝 − 1)
7) Sudut dispersi sebuah prisma
𝛿 = 𝛿𝑢 − 𝛿𝑚
Bentuk lain persamaan sudut dispersi prisma adalah𝜑 = (𝑛𝑢 − 𝑛𝑚 )𝛽
8) Hubungan antarsudut pembias dari susunan prisma akromatik adalah sebagai
berikut.
(𝑛𝑢1 − 𝑛𝑚1 )
𝛽2 = 𝛽
(𝑛𝑢2 − 𝑛𝑚2 ) 1
B. SARAN
Sebaiknya ilmu-ilmu fisika yan g dipaparkan dalam makalah kami lebih diaplikasikan
dan dimanfaatkan agar ilmu pengetahuan dan teknologi dapat lebih berkembang.
29
DAFTAR PUSTAKA
Damari Ari, Sri Handayani. 2009. Fisika Untuk Kelas XII SMA dan MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan Dinas Pendidikan Nasional.
Kamajaya. 2008. Fisika untuk Kelas XII Semester 1 Sekolah Menengah Atas. Bandung:
Penerbit Grafindo Media Pratama.
Budiyanto Joko. 2009. Fisika untuk Kelas XII SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Dinas Pendidikan Nasional.
Siswanto, Sukaryadi. 2009. Fisika untuk Kelas XII SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan
Dinas Pendidikan Nasional.
30
Makalah
Disusun Oleh:
2010
31