Anda di halaman 1dari 17

PELURUHAN MODEL TITRASI CAIRAN

A. TUJUAN

1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat menggambarkan


grafik model peluruhan model titrasi cairan

2. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat menggunakan analogi


model titrasi cairan dengan kekentalan tertentu untuk menjelaskan pola
peluruhan radioaktif

3. Setelah melakukan analisa data praktikum, mahasiswa dapat


menganalisis bentuk grafik untuk mendapatkan waktu paruh dalam
peluruhan radioaktif

B. ALAT DAN BAHAN

No. Ilustrasi Gambar Keterangan

1 Alat praktikum Peluruhan


Radioaktif dengan model
Titrasi

Alat praktikum ini terdiri dari:

a. Tiang Kayu

b. Tabung transparan
dengan skala volume

c. Sumbat

d. Wadah penampung
cairan
2 Stopwatch

(untuk mengukur waktu


berkurangnya volume atau
ketinggian zat cair pada
tabung)

3 500 mL Oli

(Oli Motor digunakan sebagai


media untuk menganalogikan
unsur radioaktif 3.)

4 500 mL Minyak Goreng

(Minyak Goreng digunakan


sebagai media untuk
menganalogikan unsur
radioaktif 2.)

C. TEORI DASAR

Unsur-unsur yang ada di alam ini memiliki inti atom yang tersusun atas
proton dan neutron. Suatu inti X secara simbolis dituliskan sebagai dengan Z
adalah nomor atom, yaitu sama dnegan jumlah proton dalam inti. Sementara A
disebut nomor mass yag merupakan penjumlahan jumlah proton Z dan jumlah
neutron (A=Z+N). Inti atom ada yang stabil dan ada juga yang tak stabil. Pada
dasarnya, kestabilan inti ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya neutron
(N) dengan banyaknya proton(Z). Hubungan proton dan neutron dapat dinyatakan
dalam bentuk grafik yang disebut grafik pita kestabilan.
Berdasarkan grafik diatas, inti atom stabil ditunjukkan oleh titik-titik yang
berekerumunan membentang seperti pita sehingga disebut pita kestabilan. Dalam
Kusminarto (2011 : 161). Inti stabil berada pada garis Z=N untuk unsur yang
memiliki nilai Ndan Z yang kecil. Inti=inti ringan cenderung memiliki neutron
dan proton yang sama untuk menjaga kestabilannya. Sedangkan inti berat
cenderung memiliki neutron lebih banyak daripada proton. Kelebihan neutron
merupakan kompensasi karena adanya gaya tolak Coulomb akibat penambahan
proton. Unsur-unsur yang berada diluar pita kestabilan tergolong unsur yang tidak
stabil atau inti radioaktif.

Inti atom stabil merupakan inti atom yang tidak dapat meluruh atau
berubah secara spontan. Sedangkan inti atom yang tak stabil akan mengalami
peluruhan secara spontan dengan cara memancarkan partikel dan atau radiasi dan
berubah menjadi inti yang stabil. Kemampuan inti atom yang tak stabil untuk
memancarkan partikel dan atau radiasi secara spontan dan berubah menjadi inti
yang stabil disebut radioaktivitas atau perluruhan radioaktif.

Jumlah inti radioaktif

Inti tak stabil keadaan mula-mula disebut inti induk, sedangkan inti hasil
peluruhannya disebut inti turunan. Proses peluruhan merupakan proses statistik.
Kemungkinan suatu inti untuk meluruj pada suatu waktu ke watu adalah tertentu.
Untuk sejumlah inti sejenis, kemungkinan meluruh adalah sama untuk masing-
masing inti dan boleh dikatakan tidak bergantung pengaruh luar.

Jika laju peluruhan inti radioaktif adalah

𝑑𝑁
− 𝑑𝑡 = 𝜆𝑁 (1)

Dimana λ adalah konstanta peluruhan. Konstanta peluruhan menyatakan


karakteristik inti tak stabil dengan satuan dalam SI adalah per sekon (s-1). Untuk
mencari N dalam fungsi waktu dilakukan dengan mengintegrasikan persamaan (1)
menjadi :

𝑑𝑁
= −𝜆𝑁
𝑑𝑡
𝑁 𝑡
𝑑𝑁
∫ = −𝜆 ∫ 𝑑𝑡
𝑁𝑜 𝑑𝑡 𝑡𝑜

ln 𝑁 − ln 𝑁𝑜 = −𝜆(𝑡 − 𝑡𝑜 )

Jika t0 = 0, maka :

𝑁
𝑙𝑛 = −𝜆𝑡
𝑁𝑜

𝑁
= 𝑒 −𝜆𝑡
𝑁𝑜

𝑁 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 (2)

Berdasarkan persamaan diatas, hubungan N dan t pada proses peluruhan


inti radioaktif dapat dinyatakan dalam grafik dibawah ini.
Waktu paruh

Waktu paruh adalah periode waktu dimana jumlah inti radioaktif tinggal
setengah dari jumlah semula (N=1/2No). Maka :

𝑁 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡

1 −𝜆𝑇1
𝑁𝑜 = 𝑁0 𝑒 2
2

1 −⋋𝑇1
=𝑒 2
2

𝑙𝑛1 − 𝑙𝑛2 = −𝜆𝑇1


2

𝑙𝑛2 = −𝜆𝑇1
2

𝑙𝑛2
𝑇1 = (3)
2 𝜆

Dari persamaan (3), kita bisa menyimpulkan bahwa waktu paruh erat kaitannya
dengan konstanta peluruhan. Selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan (3)
ke persamaan (2), maka:

𝑙𝑛2
𝑇1
𝑁 = 𝑁𝑜 𝑒 2

𝑡
𝑇1
𝑁 = 𝑁𝑜 (𝑒 −𝑙𝑛2 ) 2

𝑡
1 𝑇1
𝑁= 𝑁𝑜 (𝑒 𝑙𝑛2 ) 2
𝑡
1 𝑇1
𝑁 = 𝑁𝑜 (2) 2 (4)
Waktu hidup rata-rata

Karena tidak semua inti memiliki rumus sama, maka kita hanya dapat
mendefinisikan waktu hidup rata-rata sebesar

∫ 𝑡|𝑑𝑁|
𝜏= (5)
∫ |𝑑𝑁|

Dengan |𝑑𝑁| adalah jumlah inti yang umurnya antara t+dt, yaitu dN=λN0e-
λh
dt. Jadi umur rata-ratanya:

∫0 𝑡𝜆 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 𝑑𝑡 1
𝜏= ∞ = (6)
∫0 𝜆 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 𝑑𝑡 𝜆

Dari persamaan (3) dan (6), kita bisa mengetahui hubungan antara waktu paruh
dan umur rata=rata, yaitu:

𝑇1 = 𝜏 ln 2
2

Aktivitas Inti Radioaktif

Aktivitas radioaktif (R) didefinisikan sebagai laju peluruhan, yaitu jumlah


inti radioaktif yang meluruh tiap satuan waktu.

𝑑𝑁
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑅 = |− | = 𝜆𝑁𝑜 𝑒 −𝜆𝑡
𝑑𝑡

𝑅 = 𝑅𝑜 𝑒 −𝜆𝑡

Dimana Ro adalah laju peluruhan saat t=0 dan R adalah laju peluruhan saat t.
Satuan SI untuk laju peluruhan adalah Becquerel atau disingkat Bq.

1Bq = 1 peluruhan per detik

Hambatan alir R pada fluida kental berdasarkan hokum Poiseuille untuk


hambatan diberikan dengan persamaan dibawah ini.

8ηL
R = 𝜋𝑟 4 (8)

Dimana η adalah koefisien kekentalan fluida, r adalah jari-jari pipa yang


mengandung fluida, dan L adalah panjang pipa. Dengan demikian laju alir untuk
fluida kental pada pipa dinyatakan dengan persamaan:
𝜋𝑟 4 (𝑝2−𝑝1)
Q= (9)
8ηL

Didalam tabung terdapat fluida kental setinggi h, sehingga terdapat perbedaan


tekanan antara permukaan fluida dengan dasar tabung (lubang). Jika tekanan di
permukaan fluida adalah p1 dan tekanan di dasar tabung adalah p2, maka:

𝑝1 = 0

𝑝2 = 𝜌𝑔ℎ

Persamaan laju alir fluida pada dasar tabung menjadi:

𝜋𝑟 4 𝜌𝑔ℎ
Q= (10)
8ηL

Jika lubang dibuka, maka terjadi pengurangan volume fluida pada tabung dan
fluida keluar melalui lubang. Penurunan volume fluida tiap satuan waktu sama
dengan debit fluida yang keluar dari lubang pada dasar tabung. Maka:

𝑑𝑉 𝜋𝑟 4 𝜌𝑔ℎ
− =
𝑑𝑡 8ηL

𝑑(𝐴ℎ) 𝜋𝑟 4 𝜌𝑔ℎ
− =
𝑑𝑡 8ηL

𝑑𝑉 𝜋𝑟 4 𝜌𝑔ℎ
−𝐴 =
𝑑𝑡 8ηL

Sehingga:

ℎ = ℎ0 𝑒 −𝑐𝑡 (11)

dengan:

Persamaan (11) memberikan penjelasan bahwa penurunan ketinggian fluida pada


tabung akan terjadi secara eksponensial bergantung pada waktu. Persamaan
tersebut identik dengan persamaan (2) untuk proses peluruhan radioaktif. (Tim
Dosen, 2022)
TEORI TAMBAHAN

Pada tahun 1986 fisikawan Prancis bernama Henri Becquerel


menemukan garam uranium memancarkan radiasi yang dapat menggelapkan
film fotografi, bahkan jika film itu dibungkus kertas hitam yang tahan terhadap
cahaya. Terbukti radiasinya seperti cahaya bisa mengionisasi atom dalam
emulsi fotografi dan karenanya menampakkan film. Tidak seperti cahaya
biasanya karena ini dapat menembus kertas hitam. Itu emisi radiasi yang
disebut radioaktivitas. Lalu dalam dua tahun kemudian, Marie dan Pierrre
Curie telah mengidentifikasi tiga unsur radioaktif lagi yaitu thorium, polonium,
dan radium.
Radiasi dari bahan radioaktif ditemukan mengionisasi di udara dan
pengukuran listrik yang melewati udara terionisasi menjadi metode umum
untuk mendeteksi dan mengukur radiasi. Ditemukan bahwa radiasi dibagi
menjadi tiga jenis yaitu sinar alfa mengionisasi udara paling banyak dan paling
mudah. Lalu sinar beta sebagai perantara dalam ionisasi dan dalam kemampuan
menembus materi. Kemudian sinar gamma mengionisasi paling sedikit dan
menembus paling jauh. Listrik dan magnet menunjukkan defleksi bahwa sinar
α yang membawa muatan positif dan sinar β yang membawa muatan negatif,
sementara sinar γ itu netral. (Taylor, 2017)
Peluruhan radioaktif adalah peristiwa di mana sebuah inti atom yang
tidak stabil kehilangan energi (berupa massa dalam diam) dengan melepaskan
emisi partikel seperti partikel alfa, beta, positron, dan sinar gamma, sehingga
membentuk kestabilan baru. Besarnya radioaktivitas unsur radioaktif
(radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan (λ) dan waktu paruh (t1/2).
(Rachma, 2019)
Terdapat tiga proses peluruhan yaitu peluruhan alfa, beta dan gamma
merupakan contoh dari subjek umum peluruhan radioaktif. Sifat dasar
radioaktif yaitu laju di mana inti radioaktif yang tidak stabil meluruh dalam
sampel material disebut aktivitas sampel. Semakin besar aktivitasnya, semakin
besar nuklir meluruh per detik. Aktivitas ditentukan hanya oleh jumlah
peluruhan per detiknya. Satuan dasar yang mengukur aktivitas adalah curie.
Awalnya curie didefinisikan sebagai aktivitas satu gram radium, tetapi definisi
itu telah diganti dengan yang lebih nyaman.
1 curie (Ci) = 3.7 × 1010 decays/s
Satu curie adalah aktivitas yang cukup besar, lebih sering dengan millicurie
(mCi) sama dengan 10-3 Ci, dan microcurie (µCi) sama dengan 10-6 Ci. (Krane,
2019)
Semakin besar aktivitas maka semakin banyak inti yang meluruh per
satuan waktu. Aktivitas juga menunjukkan laju peluruhan bahan radio aktif,
sehingga dapat ditulis:
𝑑𝑁
𝐴(𝑡) = [− ]
𝑑𝑡
Nilai A pada rumus di atas merupakan A atau aktivitas, dan N merupakan
bahan radioaktif besarnya tergantung dari banyaknya zat radio aktif.
Sedangkan tanda (-) menunjukkan N berkurang terhadap waktu. Hubungan
antara aktivitas awal (A0) dengan aktivitas sesudah t (At) adalah sebagai
berikut:
𝐴𝑡 = 𝐴0 𝑒 −𝜆𝑡
Hasil persamaan akhirnya diperoleh: N = N0e-λt dengan mengalikan λ pada
masing-masing ruas, sehingga didapatkan bahwa A = A0e−λt, dimana λ
merupakan konstanta peluruhan, N sebagai jumlah atom suatu bahan radioaktif
pada suatu waktu, N0sebagai jumlah atom mula-mula, t sebagai waktu
peluruhan dalam satuan sekon, e merupakan bilangan natural bernilai
2,71828.(Dita,2017)
Sedangkan waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan suatu inti radioaktif
menjadi separuh atau setengah dari inti mula-mula. Untuk waktu paruh yang
terjadi pada radioaktif alami tidak terpengaruh oleh faktor-faktor alam seperti
perubahan situasi lingkungan (cuaca, suhu, tekanan, dll) maupun peristiwa-
peristiwa kimia yang lain. Sehingga aktivitasnya :
1
𝐴𝑡 = 𝐴
2 0
kemudian didapat nilai waktu paruh peluruhannya menjadi:
𝑇1 ln 2 0.693
= =
2 𝜆 𝜆
𝑡
Jika λ tiadak diketahui nilainya, maka dapat menggunakan rumus: 𝑇 = 𝑛
0.693 5
Sehingga didapat nilai konstanta disintegrasinya: 𝜆 = 𝑇1 . Berdarsarkan
2

persamaan-persamaan diatas semakin pendek waktu paro, semakin cepat zat


radioaktif tersebut meluruh sehingga kemampuannya memancarkan radiasi
berkurang dengan cepat pula. Sebaliknya semakin panjang waktu paruhnya,
semakin lama pula umur zat radioaktif tersebut karena zat radioaktif meluruh
dengan laju yang lambat (Crish, 2019)
Waktu paruh yang lebih lama menawarkan kemungkinan untuk memberi
label pada molekul yang lebih besar seperti mAB fragmen dan menggunakan
radiofarmasi ⁶⁴Cu di rumah sakit tanpa siklotron dan unit radiofarmasi.
Namun, ⁶⁴Cu ada dalam tiga keadaan oksidasi dan membentuk kompleks
kelat in vivo yang tidak stabil. Selain itu, ⁶⁴Cu menyajikan positron yang
relatif rendah rasio percabangan (17,6 %) dan emisi partikel 𝛽 − yang tinggi
(rasio percabangan 39 %) yang secara signifikan berkontribusi pada dosis
pasien tambahan. Pada tahun 2010, radionuklida ⁴⁴Sc diusulkan oleh Roesch
sebagai alternatif potensial untuk ⁶⁸Ga dalam diagnosis klinis PET. ⁴⁴Sc
meluruh dengan emisi positron berenergi rendah 𝐸𝛽+ , dengan waktu paruh
𝑇1/2 = 3,97 h, yang hampir empat kali lebih lama dari itu dari ⁶⁸Ga. (Walczak,
2015)
D. LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan alat praktikum peluruhan radioaktif dengan model titrasi


2. Pada percobaan 1, memasukkan oli motor sebanyak 420 mL atau lebih ke
dalam tabung

3. Membuka sumbat hingga cairan keluar melalui tabung


4. Menunggu beberapa saat hingga volume cairan mencapai 400 mL
5. Menyalakan stopwatch, ketika air mencapai 400 mL
6. Mencatat volume air setiap 10 detik pada tabel yang sudah disediakan,
lakukan hingga kurang lebih 20 kali pengambilan data atau hingga cairan
hamper habis
7. Melakukan langkah 1-6 untuk cairan dalam bentuk minyak goreng

E. PERTANYAAN AWAL

1. Dalam peluruhan, radioaktif meluruh secara bertahap. Jelaskan konsep fisika


dari peluruhan ini.
Jawab:
Radioaktivitas adalah salah satu konsep fisika yang mempelajari terkait suatu
unsur yang tidak stabil. Salah satu sub konsep yang dipelajarinya yaitu
peluruhan radioaktif.
Peluruhan radioaktif adalah peristiwa dimana sebuah inti atom yang tidak stabil
kehilangan energi (berupa massa dalam diam) dengan melepaskan emisi
partikel, sehingga membentuk kestabilan baru. Besarnya radioaktivitas unsur
radioaktif (radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan (λ) dan waktu
paruh (𝑡1/2 ). Dalam mempelajari konsep ini diperlukan pemahaman yang
sangat tinggi karena konsep radioaktivitas merupakan salah satu konsep yang
abstrak. Salah satu cara mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak,
yaitu melalui percobaan secara langsung. Namun, untuk konsep radioaktivitas
tidak dapat dilakukan percobaan secara langsung. Hal tersebut dikarenakan
tingkat bahaya yang sangat tinggi jika siswa harus berhadapan langsung dengan
unsur radioaktif. Oleh sebab itu, dibuatlah sebuah alat bernama illustration
board of radioactive decay. Sebuah alat yang menerapkan konsep pengisian dan
pengosongan kapasitor untuk mengilustrasikan konsep peluruhan
radioaktivitas. Selain untuk mengilustrasikan konsep peluruhan radioaktivitas,
alat tersebut juga dapat digunakan untuk mencari konstanta peluruhan radioaktif
dan waktu paruh.
Aktivitas zat radioaktif merupakan laju peluruhan inti radioakif.
Semakin besar aktivitas, semakin banyak inti yang meluruh per satuan waktu.
Dimana aktivitas (𝐴) merupakan perubahan jumlah (pengurangan) inti
radioaktif yang meluruh setiap satuan waktu. Ketika sampel meluruh, jumlah
intinya berkurang sebanyak 𝑁. Besarnya aktivitas zat radioaktif ditentukan oleh
konstanta peluruhan (λ) yang menyatakan laju peluruhan tiap detik dan waktu
paruh (𝑡1/2 ) Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝑁𝑡 = 𝑁0 𝑒 −λt (1)

dengan mengalikan kedua ruas dengan λ, maka diperoleh:

𝐴𝑡 = 𝐴0 𝑒 −λt (2)

Seorang ilmuwan Polandian yaitu Maria Curie dapat mengilustrasikan


teori radioaktivitas melalui percobaan pengosongan dua keping sejajar
(kapasitor). Maria Curie menganggap arus yang muncul pada proses
pengosongan kapasitor tersebut merupakan indikator tingkat aktivitas suatu zat
radioaktif. Sedangkan, jumlah muatan yang tersimpan dalam kapasitor dapat
diilustrasikan sebagai jumlah partikel radioaktif yang meluruh. Oleh sebab itu,
persamaan yang terdapat pada proses pengosongan kapasitor dapat
diilustrasikan sebagai persamaan radioaktivitas, yaitu:

𝑡
𝐼𝑡 = 𝐼0 𝑒 −𝑅𝐶 (3)

Waktu paruh merupakan waktu yang dibutuhkan suatu zat radioaktif


untuk meluruhkan jumlah partikelnya menjadi setengah dari jumlah partikel
mula-mula. Maka waktu paruh dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan:

ln 2
𝑡1 = (4)
2 λ

2. Untuk fluida kental laju aliran fluida di hukum Poiseuille. Tentukan pengaruh
kekentalan dalam laju aliran berdasarkan hukum Poiseuille!
Jawab :
Bila fluida mengalir melalui pipa, maka akan terjadi gesekan antara fluida
dengan dinding pipa, hal ini mengakibatkan kecepatan aliran semakin ke pusat
pipa semakin besar. Kelajuan aliran rata-rata yang dinyatakan dalam Q ditulis
sebagai berikut:
Q = Av = ΔV/Δt

Persamaan di atas adalah persamaan debit aliran. Kelajuan aliran tergantung


dari sifat fluida, dimensi pipa, dan perbedaan tekanan di kedua ujung pipa.
Sehingga kekentalan berpengaruh dalam laju aliran, karena semakin kental
suatu cairan maka laju aliran yang dihasilkan semakin lama. Jean Poiseuille
mempelajari tentang aliran zat alir dengan viskositas konstan dalam pipa dan
tabung yang alirannya laminer. Dari studinya, Poiseuille berhasil menjabarkan
persamaan untuk Kelajuan Aliran yang dikenal dengan hukum Poiseuille,
yaitu:
𝜋𝑟 4 (𝑃1−𝑝2)
Q= 8ᶯ𝐿

Hukum Poiseuille menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui saluran


pipa akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan
pangkat empat jari-jari pipa. Jadi rumus diatas dapat dinyatakan :
volume/detik = tekanan/tahanan

3. Faktor apa yang mempengaruhi proses titrasi fluida dari suatu tabung yang
Panjang?
Jawab :

Pada proses titrasi fluida dari tabung yang panjang pada percobaan ini terjadi
peroses adsorpsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah

1) Waktu optimum, dimana ketika adsorben sudah tidak dapat melakukan


penyerapan.
2) Jenis adsorbat
a. Ukuran molekul adsobat, ronggatempat terjadinya adsorpsi dapat
dicapai melalui ukuran yang sesuai, sehingga molekul-molekul yang
bisa diadsorpsi adalah molekul-molekul yang berdiameter sama atau
lebih kecil dari diameter pori adsorben
b. Polaritas molekul adsorbat, apabila diameter sama, molekul-molekul
polar lebih kuat diadsorpsi daripada molekul-molekul yang kurang
polar, sehingga molekul-molekul yang lebih polar bisa menggantikan
molekul-molekul yang kurang polar.
3) Sifat adsorben
a. Karakteristik Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu
energi permukaan dan gaya tarik permukaan. Oleh karena itu sifat
fisik yaitu ukuran partikel dan luas permukaan merupakan sifat yang
terpenting dari bahan yang akan digunakan sebagai adsorben.
b. Kemurnian adsorben, adsorben yang lebih murni memiliki daya serap
yang lebih baik.
c. Luas permukaan, semakin luas permukaan adsorben maka jumlah
adsorbat yang terserap akan semakin banyak pula.
d. Temperatur, adsorpsi merupakan proses eksotermis sehingga jumlah
adsorbat akan bertambah dengan berkurangnya temperatur adsorbat.
Adsorpsi fisika yang substansial biasa terjadi pada temperatur
dibawah titik didih adsorbat, terutama d ibawah 50oC, sebaliknya
pada adsorpsi kimia jumlah yang teradsorpsi berkurang dengan
naiknya temperatur adsorbat.
e. Tekanan, untuk adsorpsi fisika kenaikan tekanan adsorbat
mengakibatkan kenaikan jumlah zat yang teradsorpsi
f. Kelarutan Proses adsorpsi terjadi pada molekul-molekul yang ada
dalam larutan harus dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan
dengan permukaan adsorben. Sifat unsur yang terlarut mempunyai
gaya tarik-menarik terhadap cairannya yang lebih kuat bila
dibandingkan dengan unsur yang sukar larut. Dengan demikian unsur
yang terlarut akan lebih sulit terserap pada adsorben bila
dibandingkan dengan unsur yang tidak larut.

Kecepatan adsorpsi tidak hanya tergantung pada perbedaan


konsentrasi dan luas permukaan adsorben, melainkan juga pada suhu, pH
larutan, tekanan (untuk gas), ukuran partikel dan porositas adsorben tetapi juga
bergantung padaukuran molekul bahan yang akan diadsorpsi dan viskositas
campuran yang akan dipisahkan

4. Dapatkan hubungan ketinggian fluida dalam tabung dengan waktu titrasi


melalui lobang yang sangat kecil dari diameter tabung!
Jawab :
Jika ada tabung berisi fluida lalu tabung tersebut terdapat lobang, maka
𝑣2
ketinggiannya dapat diketahui dengan rumus : ℎ1 = 2𝑔 , dan waktu yang

2ℎ2
diperlukan fluida dapat dicari dengan rumus : 𝑡 = √ , jarak fluida yang
𝑔

2ℎ2
mengalir dapat dihitung dengan 𝑥 = 𝑣. 𝑡 = √2𝑔ℎ1 . √ .
𝑔

Maka hubungan waktu dengan ketinggian fluida adalah berbanding lurus.


5. Jelaskan relevansinya proses titrasi fluida dengan peluruhan radioaktif!
Jawab :
Pada saat terjadinya peluruhan radioaktif, waktu paruh dan konstanta
peluruhan memiliki kaitan yang sangat erat terhadap keduanya. Sedangkan
pada saat proses titrasi fluida dibutuhkan suatu ketinggian fluida, volume serta
kekentalan zat cair yang berhubungan dengan viskositas. Untuk itu maka
dibutuhkan waktu paruh pada saat proses titrasi fludia agar sebagian atau
setengah dari inti radioaktif mengalami peluruhan.

6. Tentukan variabel bebas, variable kontrol dan variabel terikat dalam


praktikum ini!
Jawab :

Variabel praktikum pada peluruhan model titrasi cairan menjadi tiga, yaitu
variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

• Variabel bebas di sini adalah variabel yang di manipulasi dalam


percobaan untuk memperoleh data. Dalam praktikum ini waktu
dimanupilasi atau ditentukan setiap 10 detik sekali sebanyak 20 kali.
Sehingga variabel bebasnya yaitu waktu (t)
• Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh oleh variabel bebas,
dan menjadi besaran yang diukur dalam eksperimen. Dalam praktikum ini
volume minyak goreng dan oli akan ditentukan atau dipengaruhi oleh
waktu selama 10 menit. Sehingga variabel terikatnya adalah Volume oli
dan Volume minyak goreng (V)
• Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan dalam eksperimen
dan menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat
eksperimen. Dalam praktikum ini variabel kontrolnya yaitu massa jenis
minyak goreng dan massa jenis oli

7. Rumuskan hipetesis hubungan antar variabel tersebut dalam praktikum ini.


Jawab :
Dari variabel yang sudah diketahui bisa diambil hipotesa bahwa besar nilai
volume bergantung Terhadap waktu. Dimana jika nilai volume zat cair yang
akan di titrasi semakin besar maka Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan
titrasi semakin kecil. Hal ini dikarenakan volume Berbanding terbalik
terhadap waktu.

Anda mungkin juga menyukai