Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model 𝚲𝑪𝑫𝑴 atau Model Standar Kosmologi

Model Standar Kosmologi didasarkan pada dua model teoritis yaitu Standar Model
Fisika Partikel (SMPP) yang menggambarkan fisika pada skala yang sangat kecil
yaitu fisika kuantum. Dan Teori Relativitas Umum (TRU) yang menggambarkan
fisika pada skala besar yaitu fisika kosmologi. Model ini mengasumsikan bahwa:

1. Alam semesta dimulai dari Big Bang


2. Komponen penyusun alam semesta terdiri dari 5% materi biasa, 27% Dark
Matter, dan 68% Dark energy
3. Interaksi gravitasi antar komponen penyusun alam semesta dijelaskan oleh Teori
Relativitas Umum
4. Alam semesta adalah Homogen dan Isotropik [24].

Meskipun model ini adalah salah satu model standar yang paling sesuai dengan
kondisi alam semesta yang sekarang, namun pada SMPP maupun Teori Relativitas
Umum tidak memberikan pemahaman empiris tentang beberapa pengamatan.
Contohnya pada SMPP tidak memberikan pemahaman empiris pada sifat dari
gravitasi, Dark Matter, dll. Dan Teori Relativitas Umum tidak memberikan
pemahaman empiris pada sifat Dark energy, kosmologi Big-Bang, inflasi, dll.

Versi terbaru dari Model Standar Kosmologi adalah kosmologi ΛCDM yang
merupakan parameterisasi model kosmologi Big-Bang dengan Teori Relativitas
Umum berisi Konstanta Kosmologi (Λ) yang dikaitkan dengan Dark energy. Model
Λ-CDM adalah model kosmologi sederhana yang paling sesuai dengan observasi.
Model ini mulai dikembangkan sejak tahun 1990-an. Penamaan model ini
merupakan gabungan dari Lambda (Λ) yang saat ini diasumsikan adalah Dark
energy dan CDM yang merupakan singkatan dari Cold Dark Matter atau materi
gelap dingin [1]. Model ini diperkirakan paling sesuai dengan kondisi alam semesta
yang sekarang. Namun sampai saat ini belum ada deskripsi yang memuaskan
tentang keberadaan Dark energy yang merupakan pusat dari model ΛCDM [15].

4
2.1.1 Alam Semesta Homogen dan Isotropik

Dalam KBBI Homogen artinya “sama” secara harfiah pengertian Homogen dalam
istilah kosmologi berarti "menjadi sama di seluruh dunia", di mana pun pengamat
berada di alam semesta. Contoh, pengamat melihat alam semesta dari bumi atau
dari galaksi yang berjarak jutaan tahun cahaya maka alam semesta akan terlihat
sama. Isotropi dalam KBBI artinya adalah “zat yang memiliki sifat fisik yang sama
di segala arah dari suatu zat” [16]. Homogenitas dan isotropik adalah konsep yang
berbeda namun saling terkait. Misalnya alam semesta yang isotropik akan homogen
sedangkan alam semesta yang homogen mungkin tidak isotropik. Alam semesta
yang hanya isotropik di sekitar satu titik tidaklah homogen. Dan dalam Prinsip
Kosmologi alam semesta memenuhi keadaan ini [17].

Di alam semesta yang Homogen dan istropik yang berekspansi diperkenalkan


parameter kelengkungan alam semesta (𝑘), dengan skenario 𝑘 = +1 untuk alam
semesta dengan geometri tertutup, 𝑘 = 0 untuk alam semesta datar, dan 𝑘 = −1
untuk geometri alam semesta tertutup. Parameter faktor skala (𝑎) yang
menunjukkan bagaimana jarak di alam semesta meningkat seiring waktu saat alam
semesta mengembang, atau berkurang dengan waktu saat alam semesta
berkontraksi. Faktor skala dinormalisasi sehingga 𝑎(𝑡) = 1 saat ini. Dan jika alam
semesta 𝑘 ≠ 0 maka diperkenalkan juga parameter 𝑅0 yaitu jari-jari alam semesta
saat ini [25].

2.1.2 Persamaan Medan Relativitas Umum

Kosmologi modern didasarkan pada persamaan medan Relativitas Umum, yang


ditulis sebagai berikut:
𝐺𝜇𝜈 = 𝜅 2 𝑇𝜇𝜈 , (2.1)

dengan 𝜅 = 8𝜋𝐺, dengan 𝐺 adalah Konstanta Gravitasi Newton. 𝐺𝜇𝜈 adalah Tensor
Einstein
1
𝐺𝜇𝜈 = 𝑅𝜇𝜈 − 𝑅𝑔𝜇𝜈 (2.2)
2
Keterangan:

5
𝑔𝜇𝜈 : Tensor metrik ruang-waktu
𝑅𝜇𝜈 : Tensor Ricci
𝑅 : Skalar kurvatur

Tensor metrik Ruang-waktu (𝑔𝜇𝜈 ) mendefinisikan elemen garis dari ruang-waktu


dengan metrik signatur 𝑔𝜇𝜈 yang digunakan adalah (−,+,+,+) [14].

𝑑𝑠 2 = 𝑔𝜇𝜈 𝑑𝑥 𝜇 𝑑𝑥 𝜈 (2.3)

𝜎
dan dua kontraksi Tensor Riemann 𝑅𝜆𝜇𝜈 yaitu Tensor Ricci (𝑅𝜇𝜈 )

𝜎
𝑅𝜇𝜈 ≡ 𝑅𝜆𝜇𝜈 (2.4)

Tensor Ricci ditulis dengan

𝜆 𝜆 𝜆 𝜎 𝜆 𝜎
𝑅𝜇𝜈 = 𝜕𝜆 Γ𝜇𝜈 − 𝜕𝑣 Γ𝜆𝜈 + Γ𝜆𝜎 Γ𝜇𝜈 − Γ𝜎𝜈 Γ𝜆𝜇 (2.5)

Kuantitas 𝑇𝜇𝜈 pada persamaan (2.1) adalah tensor Tekanan-Energi total yang
mendefinisikan distribusi energi di alam semesta.

2.1.3 Persamaan Keadaan Fluida Ideal

Fluida ideal adalah fluida yang bisa sepenuhnya ditentukan oleh dua kuantitas yaitu
kerapatan energi dalam kerangka diam 𝜌 dan tekanan 𝑝 dalam kerangka diam
isotropik. Untuk fluida ideal dalam notasi tensor metrik konvensi signatur ruang-
positif Tekanan-Energi ditulis dengan persamaan

𝑝
𝑇𝜇𝜈 = (𝜌 + ) 𝑢 𝑢 + 𝑝𝑔𝜇𝜈 , (2.6)
𝑐2 𝜇 𝜈

Tensor tekanan-energi (𝑇𝜇𝜈 ) adalah kuantitas fisik tensor yang menggambarkan


kerapatan dan fluks energi serta momentum dalam ruang-waktu yang
menggeneralisasi tensor tekanan fisika Newton. Parameter tunggal 𝑝 berfungsi
untuk menentukan tekanan, 𝜌 adalah kerapatan energi, dengan signatur
convension𝑔𝜇𝜈 yang digunakan adalah (-,+,+,+). Komponen tensor momentum
tekanan-energi dituliskan dalam matriks 4×4 berikut,

6
𝜌𝑐 2 0 0 0
𝑝 0
(𝑇𝜇𝜈 )𝜇,𝜈=0,1,2,3 =( 0 0
𝑝 0 ). (2.7)
0 0
0 0 0 𝑝

Sedangkan komponen 𝑢𝜇 dalam persamaan (2.6) adalah elemen kecepatan-4 fluida


yang ditulis dengan metrik,
1 0 0 0
𝑢𝜇 = ( 0 0 0 0). (2.8)
0 0 0 0
0 0 0 0

Dalam kosmologi modern Dark energy diasumsikan sebagai fluida ideal yang
mengikuti persamaan keadaan. Persamaan keadaan dalam kosmologi adalah
hubungan matematis antara tekanan (𝑝) dengan kerapatan energi (𝜌) dari
komponen-komponen penyusun alam semesta yang secara umum dituliskan dengan

𝑝 = 𝑤𝜌, (2.9)

𝑤 adalah bilangan yang tidak berdimensi dan tidak bergantung waktu. Nilai 𝑤 yang
direkomendasikan digunakan pada saat ini adalah untuk materi nilai 𝑤 = 0, untuk
1
radiasi nilai 𝑤 = 3 , sedangkan untuk dark energy nilai 𝑤 = −1 [26].

Tabel 2.1 Tekanan dan kerapatan fluida kosmologi dengan faktor skala [14].

Fluida 𝒑 𝝆
Materi 0 𝑎−3
1
Radiasi 𝑎−4
3𝜌
Dark energy (Λ) -𝜌Λ 𝑎0

2.1.4 Evolusi Kerapatan (𝝆) Fluida Kosmologi

Setelah masa inflasi, alam semesta terbagi menjadi menjadi tiga periode dominasi
fluida kosmologi, periode pertama adalah alam semesta didominasi oleh radiasi,
kerapatan radiasi (𝜌𝑟 ) berkurang seiring bertambahnya usia alam semesta, sehingga
alam semesta berganti pada periode kerapatan materi (𝜌𝑚 ) mendominasi alam

7
semesta. Semakin bertambahnya usia alam semesta hingga sekarang, berdasarkan
hasil observasi bahwa komponen alam semesta saat ini telah didominasi oleh Dark
energy (Λ) [23].

Gambar 2.1 Evolusi Kerapatan (𝜌) Fluida Kosmologi [23].

Pada gambar 2.1 tampak bahwa kerapatan dark energy di alam semesta tidak
berubah seiring waktu atau konstan. Kepadatan dark energy sangat rendah namun
mendominasi massa-energi alam semesta karena seragam diseluruh ruang.
Persamaan kerapatan fluida dalam hukum energi dinyatakan dalam

𝑎0 𝑛
𝜌𝑖 = 𝜌𝑖,0 ( ) , (2.10)
𝑎

dengan indeks 𝑖 menunjukkan jenis fluida, dan pangkat 𝑛 memiliki nilai 𝑛 = 3


untuk materi dan 𝑛 = 0 untuk dark energy. Sedangkan 𝑎 adalah faktor skala
[28][30].

2.1.5 Persamaan Medan Gravitasi Einstein dengan Konstanta Kosmologi

Pada tahun 1915 Albert Einstein mempublikasikan persamaan medan yang ditulis
dalam bentuk [11],

1 8𝜋𝐺
𝑅𝜇𝜐 − 𝑔𝜇𝜐 𝑅 = 4 𝑇𝜇𝜐 (2.11)
2 𝐶

8
Keterangan:
𝑅𝜇𝜐 : Tensor kelengkungan Ricci
𝑅 : Skalar kelengkungan
𝑔𝜇𝜐 : Tensor metrik ruang-waktu
𝑇𝜇𝜐 : Tensor momentum Energi-Tekanan.

Ruas kiri dari persamaan tersebut melambangkan kelengkungan ruang-waktu dan


ruas kanan adalah komponen massa dan energi alam semesta. Einstein
menginginkan agar persamaan medannya dapat memodelkan keseluruhan alam
semesta. Tetapi dia salah mengasumsikan bahwa alam semesta statis. Dia
menyadari bahwa gravitasi daya tarik materi akan menyebabkan alam semesta
runtuh dan tidak tetap statis [9], sehingga Einstein memperkenalkan apa yang
disebut dengan Konstanta Kosmologi ke dalam persamaannya yang dilambangkan
dengan Λ. Pada awalnya Konstanta Kosmologi diartikan sebagai ekspresi alami
kecenderungan ruang untuk mengalami perluasan yang dipercepat [11].

1 8𝜋𝐺
𝑅𝜇𝜐 − 𝑔𝜇𝜐 𝑅 + 𝑔𝜇𝜐 Λ = 4 𝑇𝜇𝜐 (2.12)
2 𝐶

Konstanta Kosmologi adalah sebagai efek dari gaya tolak yang mengkompensasi
gaya tarik gravitasi dan dengan demikian dapat mempertahankan struktur ruang
dari keruntuhan akibat alam semesta homogen. Observasi yang dilakukan oleh
Hubble pada tahun 1929 menunjukkan bahwa alam semesta mengembang,
sehingga Einstein mengatakan bahwa tidak perlu lagi memasukkan Konstanta
Kosmologi pada persamaan medan gravitasi tersebut. Tidak diperlukan alam
semesta statis dan Einstein sendiri mengira bahwa Konstanta Kosmologi adalah
sebuah kesalahan dan permasalahan Konstanta Kosmologi dianggap selesai [9].

Namun hasil temuan peneliti supernova type Ia yang membuka fakta baru bawah
perluasan alam semesta pada saat ini terjadi lebih cepat, masalah Konstanta
Kosmologi kembali menjadi topik penelitian yang dikaitkan dengan adanya dark
energy. Hasil perhitungan komputasi bahwa Konstanta Kosmologi tidaklah bernilai
nol yang pada saat ini nilai Λ = 2,03×10-35 s-2 [2], [29].

9
2.1.6 Metrik FLRW

Pada tahun 1922, matematikawan Uni Soviet Alexander Friedmann memprediksi


ekspansi alam semesta melalui persamaan matematika. Friedmann membuat suatu
model metrik yang digunakan untuk menurunkan persamaan medan Einstein.
Prediksinya ini telah diperiksa langsung oleh Albert Einstein, namun Albert
Einstein ternyata tidak berhasil memahami kondisi fisis dari persamaan yang dibuat
Friedman. Sehingga Einstein menganggap bahwa prediksi ini hanya asumsi
matematis saja.

Pada tahun 1928, Georges Lemaitre seorang biarawan dan astronom Belgia
membuat kalkulasi mengenai prediksi Friedmann, dan ternyata hasil yang
didapatkan Lemaitre sama dengan prediksi hasil Friedman. Lalu pada tahun 1929,
Edwin Hubble menemukan fakta bahwa alam semesta mengembang. Penemuan
Edwin Hubble ini membuat Sir Arthur Eddington menerjemahkan jurnal yang
dibuat oleh Lemaitre ke Bahasa Inggris.

Fisikawan Amerika, Howard P. Robertson dan matematikawan Inggris, Arthur


Geoffrey Walker, pada tahun 1935 mereka mulai mengkaji lebih jauh mengenai
penemuan Friedmann dan Lemaitre tersebut. Yang kemudian metrik ini diberi nama
metrik FRW. Penamaan metrik terdapat kontroversi, ilmuwan di Amerika
menamakan metrik ini dengan metrik Robertson-Walker atau metrik RW.
Sedangkan ilmuwan di luar Amerika memberikan nama dengan metrik Friedmann-
Lemaitre atau metrik FL.

Metrik FLRW dibangun oleh dua prinsip kosmologi yaitu bahwa alam semesta
adalah Homogen dan Isotropik. Penurunan metrik FLRW yaitu diawali dengan
asumsi bahwa alam semesta adalah isotropik dan mengalami ekspansi sejauh 𝑎.
Dalam geometri Lorentzian nontrivial di 4-D ruang-waktu

𝑑𝑠 2 = −𝑐 2 𝑑𝑡 2 + 𝑎2 (𝑡)[𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 ] (2.13)

Metrik ini menggambarkan bahwa alam semesta adalah ruang Euclid datar tiga
dimensi. Dengan mengasumsikan bahwa c = 1 dan 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 = 𝑑𝑙 2 , maka
metrik

10
ruang-waktu menjadi

𝑑𝑠 2 = −𝑑𝑡 2 + 𝑎2 (𝑡)𝑑𝑙 2 (2.14)

𝑑𝑙 2 merupakan komponen metrik ruang yang perlu diuraikan lebih lanjut.

Asumsi pertama bahwa metrik ruang-waktu ini adalah ruang Euclid tiga dimensi,
yang dapat dirumuskan sebagai berikut

𝑑𝑙 2 = 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 (2.15)

Relativitas Umum menjelaskan bahwa massa dan energi mempengaruhi


kelengkungan ruang-waktu. Sehingga asumsi kedua adalah seluruh materi dalam
ruang-waktu harus melengkung. Dari asumsi kedua dapat ditentukan model
permukaan yang memiliki kelengkungan adalah permukaan alam semesta tertutup
(permukaan bola) dan model permukaan alam semesta terbuka (permukaan pelana
kuda), sedangkan untuk model permukaan alam semesta datar tidak ada
kelengkungan sama sekali. Namun karena prinsip kosmologi bahwa alam semesta
adalah homogen yang menyebabkan kurvatur dari ruang harus sama pada setiap
titik, maka model permukaan alam semesta terbuka (permukaan pelana kuda) tidak
memenuhi prinsip kosmologi. Sehingga permukaan yang mungkin untuk
pemodelan ini adalah permukaan alam semesta tertutup (permukaan bola). Maka
metrik ruang-waktu dari asumsi pertama yaitu metrik ruang-waktu dalam koordinat
kartesian akan ditransformasi menjadi metrik ruang-waktu dalam koordinat bola.

𝑥 = 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜙
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜙 (2.16)
𝑧 = 𝑟 cos 𝜃

Dengan menurunkan koordinat 𝑥, 𝑦, 𝑧 maka diperoleh elemen garis

𝑑𝑙 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 + 𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑𝜙 2 (2.17)

Geometri alam semesta merupakan bidang Euclid tiga dimensi hyper-bola atau
disebut dengan bidang Euclid empat dimensi. Sedangkan elemen garis 𝑑𝑙 2

11
merupakan elemen garis pada bidang Euclid empat dimensi. Sehingga elemen garis
𝑑𝑙 2 harus di buat menjadi bidang Euclid empat dimensi

1
𝑑𝑙 2 = ( ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 + 𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑𝜙 2 (2.18)
𝑟2
1− 2
𝑅

Parameter kurvatur kelengkungan


𝑘 (2.19)
 =
𝑅2

Dengan  adalah kurvatur kelengkungan. Alam semesta tertutup (permukaan bola)


memiliki 𝑘 = +1, alam semesta datar (permukaan datar) memiliki 𝑘 = 0, dan alam
semesta terbuka (permukaan pelana kuda) memiliki 𝑘 = −1. Model metrik ini
mengasumsikan bahwa permukaan alam semesta adalah permukaan tertutup
(permukaan bola) sehingga 𝑘 = +1. Sehingga diperoleh elemen garis untuk bidang
Euclid empat dimensi

1
𝑑𝑙 2 = ( ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 + 𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑𝜙 2 (2.20)
1 − 𝑘𝑟 2

Substitusikan persamaan (2.18) ke persamaan (2.12) maka diperoleh

1
𝑑𝑠 2 = −𝑑𝑡 2 + 𝑎2 (𝑡) [( ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 + 𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑𝜙 2 ] (2.21)
1 − 𝑘𝑟 2

Persamaan (2.21) adalah persamaan metrik yang disebut dengan Metrik FLRW
[14]. Dari metrik FLRW di atas terdapat empat buah elemen garis ruang-waktu
yaitu elemen waktu 𝑑𝑡 dan tiga buah elemen ruang yaitu 𝑑𝑟, 𝑑𝜃, dan 𝑑𝜙. Empat
buah elemen tersebut merupakan elemen diagonal dari tensor metrik 𝑔𝜇𝜈 .

0
−1 𝑎2 0 0
( ) 0
𝑔𝜇𝜈 = 0 1 − 𝑘𝑟 2
0 (2.22)
0 𝑎2 𝑟 2 0
0 0 0 𝑎2 𝑟 2 sin2 𝜃
( 0 )

Invers dari 𝑔𝜇𝜈 adalah

12
0 0 0
−1 1 − 𝑘𝑟 2 0 0
0 ( )
𝑔𝜇𝜈 = 𝑎2 1 0 . (2.23)
0 1
0 0 𝑎2 𝑟 2
( 0 0 𝑎2 𝑟 2 sin2 𝜃 )

2.1.7 Simbol Christoffel

Simbol Christoffel adalah suatu deretan angka yang menggambarkan hubungan


metrik. Simbol Christoffel jenis pertama dapat diturunkan dari metrik 𝑔𝜇𝜈 sebagai
berikut [14]

𝜆
1 𝜆𝜎
Γ𝜇𝜈 = 𝑔 (𝜕𝜇 𝑔𝜈𝜎 + 𝜕𝜈 𝑔𝜇𝜎 − 𝜕𝜎 𝑔𝜇𝜈 ). (2.24)
2

2.1.8 Kurvatur Alam Semesta

Dalam model standar kosmologi alam semesta memiliki tiga kemungkinan bentuk
yaitu alam semesta datar 𝑘 = 0 adalah alam semesta yang tidak memiliki
kelengkungan atau kurvatur nol, alam semesta yang kedua adalah adalah alam
semesta tertutup 𝑘 = 1 adalah alam semesta yang melengkung menyerupai
permukaan bola. Dan alam semesta yang ketiga adalah alam semesta terbuka 𝑘 =
−1 adalah alam semesta yang memiliki kelengkungan seperti pelana kuda [14].

𝜌 < 𝜌𝑐𝑟𝑖𝑡 ↔ Ω<1 ↔ 𝑘 = −1 ↔ open


𝜌 = 𝜌𝑐𝑟𝑖𝑡 ↔ Ω=1 ↔ 𝑘 = 0 ↔ flat
𝜌 > 𝜌𝑐𝑟𝑖𝑡 ↔ Ω>1 ↔ 𝑘 = +1 ↔ closed

13
Gambar 2.2 Tiga kemungkinan kurvatur alam semesta [18].

Pengamatan telah menunjukkan bahwa alam semesta saat ini sangat dekat dengan
geometri datar spasial Ω ≃ 1. Ini merupakan hasil alami dari inflasi di alam semesta
awal [27].

2.1.9 Aksi Hilbert-Einstein

Hilbert menggunakan prinsip aksi terkecil 𝛿𝑆 = 0 untuk menurunkan persamaan


medan Einstein. Kelengkungan ruang-waktu digambarkan oleh tensor metrik. Di
mana tensor metrik dipengaruhi oleh distribusi massa sebagai sumber gravitasi.
Jumlah aksi total yang berasal dari aksi massa sumber dan aksi medan gravitasi
adalah

𝑆 = 𝑆𝑀 + 𝑆𝐺 (2.25)

maka persamaan aksi total menjadi

𝛿𝑆𝑀 + 𝛿𝑆𝐺 = 0
(2.26)
𝛿𝑆𝑀 = −𝛿𝑆𝐺

Persamaan (2.25) dan (2.26) menghasilkan persamaan Euler-Lagrange untuk


medan skalar.

14
1
𝑆𝐺 = ∫ ℒ𝐺 √−𝑔𝑑 4 𝑥 (2.27)
2𝑘 𝑀
dan

𝑆𝑀 = ∫ ℒ𝑀 √−𝑔𝑑 4 𝑥 (2.28)
𝑀

Dengan ℒ adalah skalar rapat Lagrangian dan 𝑑4 𝑥 adalah elemen volume dalam
4D dan 𝑔 = det (𝑔𝜇𝜈 ) [12].

2.1.10 Persamaan Friedmann

Pada tahun 1922 dan 1924, peneliti Rusia Alexander Friedmann mempresentasikan
dengan lebih realistis model alam semesta mengembang dengan materi sebagai
solusi persamaan medan Einstein dengan sebuah Konstanta Kosmologi [11].
Persamaan Friedmann digunakan untuk menjelaskan pengembangan alam semesta
dalam model alam semesta yang homogen dan isotropik. Persamaan ini berasal dari
persamaan medan gravitasi Einstein yang diturunkan dengan Metrik FLRW [12].

𝑎̇ 2 𝑘 8𝜋𝐺
+ 2= 𝜌 (2.29)
𝑎 2 𝑎 3

Persamaan (2.28) di atas disebut dengan Persamaan Friedmann jenis pertama yang
juga didefinisikan dengan Parameter Hubble (𝐻)

𝑎̇
= 𝐻2 (2.30)
𝑎

yang menyatakan tingkat fraksi perluasan alam semesta. Sedangkan persamaan


Friedmann jenis kedua ditulis sebagai berikut [12].

𝑎̈ 4𝜋𝐺
=− . (2.31)
𝑎 3(𝜌 + 3𝑝)

2.2 Hukum Hubble dan Ekspansi Alam Semesta

Pada tahun 1929, Edwin Hubble melakukan pengamatan pergeseran merah dari
cahaya yang datang dari galaksi yang jauh. Hubble menemukan hubungan antara

15
jarak dan kecepatan radial galaksi yang sekarang dikenal sebagai “Hukum Hubble”.
Hubble menemukan bahwa kecepatan galaksi menjauh dari kita sebanding dengan
jarak 𝑉 ∝ 𝑟. Dan menggunakan pengamatan untuk menentukan konstanta
perbandingan yang sekarang disebut “Konstanta Hubble”. Hukum Hubble ditulis
seperti berikut

𝑉 = 𝐻0 𝑟 (2.32)

Dengan 𝑉 adalah komponen kecepatan radial, 𝐻0 adalah Konstanta Hubble saat ini,
dan 𝑟 adalah jarak galaksi. Melalui pengamatan yang dilakukan oleh Hubble
mengubah pandangan Einstein bahwa alam semesta adalah statis. Hubble
mengatakan bahwa alam semesta tidak statis namun mengalami pengembangan
atau berekspansi [10].

Nilai dari Konstanta Hubble 𝐻0 adalah konstan, sehingga awalnya Konstanta


Hubble diperkirakan dapat digunakan untuk menghitung jarak dan kecepatan pada
masa sekarang. Namun pada penelitian bintang supernova yang memperoleh
temuan bahwa alam semesta mengalami ekspansi yang dipercepat. Maka Konstanta
Hubble bukan hanya konstanta biasa namun berkurang terhadap waktu. Yang
sekarang ditulis dengan 𝐻 disebut “Parameter Hubble” sebagai pembeda antara
Konstanta Hubble dengan Parameter Hubble.

2.3 Model Alam Semesta Lemaitre

Model Standar Alam Semesta Lemaitre atau disebut juga Model Standar
Kosmologi Modern, model ini juga dikaitkan dengan model Λ𝐶𝐷𝑀 yang
dikembangkan lebih lanjut. Pada tahun 1931, Lemaitre menerbitkan sebuah artikel
yang berjudul “L’Expansion de l’Espace”, dalam artikelnya tersebut Lemaitre
mempresentasikan model alam semesta baru yang secara mengejutkan mirip
dengan model standar alam semesta saat ini. Lemaitre meramalkan bahwa alam
semesta tidak hanya berekspansi, namun juga mengalami percepatan perluasan
ekspansi. Temuannya juga di konfirmasi oleh tim peneliti Supernova pada tahun
1998 [11], [13].

16
Gambar 2.4 Grafik jarak kosmik berubah sebagai fungsi waktu di alam semesta
model yang disajikan Lemaitre pada tahun 1931 [11].

1
Kuantitas 𝐻0
, di mana 𝐻0 adalah nilai dari Parameter Hubble saat ini dan disebut

juga waktu Hubble. Alam semesta Lemaitre dimulai dengan ledakan ruang dan
memasuki era pertama dengan ekspansi yang cepat. Ekspansi kemudian terhambat
oleh gaya tarik gravitasi oleh materi. Alam semesta kemudian memasuki periode
ekspansi yang rendah. Di era ini terdapat kesetimbangan antara gaya tarik gravitasi
karena materi dan gaya tolakan karena konstanta kosmologi. Dan tahap terakhir
pada model alam semesta Lemaitre ini adalah alam semesta pada periode sekarang
dengan ekspansi yang dipercepat [13].

Kasus untuk mendeteksi Λ atau Dark energy dimulai dengan model kosmologis
Friedmann-Lemaitre. Di Model ini sejarah perluasan alam semesta ditentukan oleh
seperangkat parameter tak berdimensi yang jumlahnya adalah dinormalisasi
menjadi satu-kesatuan

Ω𝑚,0 + Ω𝑟,0 + Ω𝑘,0 + ΩΛ,0 = 1 (2.33)

Ω𝑚 adalah ukuran massa jenis rata-rata saat ini dalam materi non relativistik,
terutama baryon dan non baryonic (Materi Gelap). Ω𝑟,0 ∼ 1 × 10−4 adalah ukuran
massa saat ini dalam kosmik termal relativistik 3K radiasi latar belakang gelombang
mikro yang mengisi ruang secara hampir homogen, dan disertai dengan neutrino
bermassa rendah. Ω𝑘0 merupakan efek dari kelengkungan ruang. Dan ΩΛ,0 adalah
parameter kerapatan dark energy [22].

17
2.4 Dark energy

Dark energy atau energi gelap merupakan penamaan energi yang terdapat di alam
semesta, yang sifat fisisnya sampai saat ini belum diketahui. Setelah terjadinya Big
Bang, alam semesta diperkirakan mulai mengalami ekspansi. Para ilmuwan pernah
mengira bahwa dengan terjadinya ekspansi akan menyebabkan energi di alam
semesta akan habis sehingga akan mengalami ekspansi yang diperlambat. Namun
studi tentang supernova mengungkapkan bahwa alam semesta saat ini berekspansi
dengan lebih cepat daripada sebelumnya, hal ini akan terjadi jika alam semesta
berisi cukup energi untuk melawan gravitasi, energi itulah yang disebut dengan
Dark energy. Di alam semesta Dark energy terdapat sekitar 68% dari total seluruh
penyusun alam semesta. Di alam semesta Dark energy berdistribusi secara merata
di mana Dark energy tidak memiliki efek gravitasi lokal, melainkan efek gravitasi
global di alam semesta, dengan kata lain pengaruh Dark energy tidak berkurang
seiring dengan perluasan alam semesta. Karena gaya gravitasi yang tersebar di
seluruh alam semesta menyebabkan gaya tolak yang akan mempercepat ekspansi
alam semesta [5].

2.5 Bukti Pengamatan Observasi

2.5.1 Penelitian Supernova type Ia

Bukti paling langsung untuk mendeteksi energi gelap berasal dari pengamatan
supernova dari jenis yang luminositas intrinsiknya mendekati seragam. Penelitian
yang dilakukan oleh Adam G. Riess, dkk. pada tahun 1998 [2] tentang pengamatan
pergeseran merah bintang Supernova Ia membuktikan bahwa alam semesta
mengalami percepatan. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa cahaya
dari Supernova tidak secerah yang diharapkan dan terjadi pergeseran merah yang
asalnya adalah karena peningkatan perjalanan foton di alam semesta saat
mengembang. Kecerahan yang diamati sebagai fungsi dari pergeseran panjang
gelombang dari radiasi [19], [22].

18
Hasil pengukuran observasi sesuai dengan model kosmologis relativistik dengan
Ω𝑘,0 = 0 yang artinya tidak ada kelengkungan spasial, dan Λ ≠ 0. Sebelum adanya
observasi ini para kosmolog percaya bahwa alam semesta mengalami ekspansi yang
diperlambat, namun pada kenyataannya berdasarkan observasi ini, alam semesta
mengalami ekspansi yang dipercepat. Dengan parameter perlambatan yang bernilai
negatif.

𝑎̈ 𝑎
𝑞≔− (2.34)
𝑎̇ 2

2.5.2 Cosmic Microwave Background (CMB)

Pada tahun 1964 dua orang Astronom Radio Amerika Serikat Arno Penzias dan
Robert Wilson secara tidak sengaja menemukan CMB menggunakan antena horn
yang terkalibrasi dengan baik. Mereka mengamati bahwa radiasi itu memancar
secara sepihak dari segala arah di langit, dan memiliki suhu sekitar 3 Kelvin (2,73K)
[7], [20].

Latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) dianggap sebagai sisa radiasi dari
Big Bang, atau saat alam semesta dimulai. Menurut teori, ketika alam semesta lahir,
alam semesta mengalami inflasi dan ekspansi yang cepat. CMB merepresentasikan
panas yang tersisa dari Big Bang. Latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB)
telah memainkan peran penting dalam membatasi kerapatan energi fraksional
dalam materi ΩM dan Dark energy atau konstanta kosmologis ΩΛ (ΩM + ΩΛ + Ωk )
[21].

19

Anda mungkin juga menyukai