Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Gravitasi Newton


Mengapa planet, bulan dan matahari memiliki bentuk mendekati bola ? Mengapa
satelit bumi mengelilingi bumi 90 menit, sedangkan bulan memerlukan waktu 27
hari untuk mengelilingi bumi ? Dan mengapa satelit tidak jatuh ke bumi ? Adanya
istilah gravitasi menghasilkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini dan juga
banyak pertanyaan lain yang terkait.
Gravitasi adalah salah satu dari empat kelas interaksi yang terjadi di alam,
dan gravitasi adalah yang paling dahulu dipelajari secara intensif dan gaya yang
paling lemah dibandingkan dengan ketiga gaya lainnya, yaitu gaya
elektromagnetik, gaya interaksi kuat, gaya interaksi lemah. Newton menemukan
pada abad ke-17 bahwa ada interaksi yang sama yang menyebabkan apel jatuh dari
pohon dan menahan planet dari orbitnya mengelilingi matahari. Ini adalah awal dari
mekanika benda angkasa, pelajaran tentang dinamika objek di ruang angkasa.
Kini pengetahuan kita tentang mekanika benda angkasa memungkinkan kita
untuk menentukan bagaimana meletakkan sebuah satelit pada suatu orbit yang
diinginkan tempatnya mengelilingi bumi atau untuk memilih trayektori yang tepat
untuk mengirimkan pesawat ruang angkasa ke planet lain.Gravitasi memiliki
hokum universal, gravitasi bekerja dengan cara mendasar yang sama antara bumi
dan badan kita, antara matahari dan sebuah planet, dan antara sebuah planet dengan
salah satu bulannya. Gravitasi dapat menjelaskan fenomena seperti perubahan berat
pada ketinggian, orbit dari satelit mengelilingi bumi, dan orbit planet mengelilingi
matahari.

2.1.1 Hukum gravitasi Newton


Contoh gaya tarik gravitasi yang sudah sangat akrab dengan kita adalah berat badan
kita, gaya yang menarik kita kebumi. Selama penelitiannya tentang gerak dari
planet dan bulan, Newton menemukan karakter dasar dari gaya tarik gravitasi antara
dua benda, apapun itu. Bersamaan dengan ketiga hukumnya tentang gerak, Newton

Universitas Sumatera Utara


mempublikasikan hukum gravitasi (law of gravitation) pada tahun 1687. Hukum
itu berbunyi sebagai berikut :
“Setiap partikel dari bahan di alam semesta menarik setiap partikel lain
dengan gaya yang berbanding lurus dengan hasil kali massa-massa partikel dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak diantara partikel-partikel tersebut”
Dengan menterjemahkan hukum diatas kedalam sebuah persamaan, kita
dapatkan

𝐺𝑚1 𝑚2
𝐹𝑔 = (hukum gravitasi) (2.1)
𝑟2
Dimana Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel, m1 dan m2 adalah
massanya, r adalah jarak antara keduanya, dan G adalah konstanta fisika dasar yang
disebut konstanta gravitasi (gravitational constant). Nilai numeric untuk G
tergantung pada sistem satuan yang digunakan.
Karena simbol g dan G hamper sama, seringkali arti kedua besaran gravitasi
yang menggunakan kedua simbol tersebut jadi membingungkan. Huruf kecil g
adalah percepatan yang tergantung pada gravitasi, yang berhubungan dengan berat
w dari sebuah benda dengan m; w = mg. nilai g berbeda untuk tempat yang berbeda
di permukaan bumi dan pada permukaan planet yang berbeda. Sebaliknya, huruf
besar G berhubungan dengan gaya gravitasi antara dua benda akibat massa dan
jarak diantara keduanya. Kita sebut G adalah konstanta universal sebab mempunyai
nilai yang sama untuk setiap dua benda, tidak peduli dimanapun letaknya dalam
ruang angkasa.
Untuk menentukan nilai konstanta gravitasi G dapat diukur dengan alat
yang disebut neraca torsi, yang digunakan oleh Sir Henry Cavendish pada tahun
1798. Nilai yang diperoleh adalah
𝐺 = 6,67259(85)𝑥 10−11 𝑁. 𝑚2 /𝑘𝑔2
Gaya gravitasi selalu bekerja sepanjang garis yang menghubungkan dua
buah partikel dan membentuk pasangan aksi-reaksi. Walaupun massa kedua
partikel berbeda, kedua gaya interaksinya mempunyai besar yang sama. Pada titik
di dalam bumi, misalkan kita dapat mengebor sebuah lubang ke pusat bumi dan
mengukur gaya gravitasi dengan kedalaman yang berbeda-beda, kita akan
mendapatkan bahwa makin mendekati pusat bumi gaya makin berkurang, dan

Universitas Sumatera Utara


bukan bertambah dengan factor sebesar 1/r2. Ketika benda memasuki bagian dalam
bumi, sebagian dari massa berada pada sisi benda yang berlawanan dari pusat dan
memberikan tarikan pada arah yang berlawanan. Tepat di pusat bumi, gaya gravitasi
bumi pada benda adalah nol. (Young, Hugh D. 2002)
2.1.2 Percepatan Melintang dan Radial Planet

Gambar 2.1 Menunjukkan konstruksi geometri untuk


menentukan percepatan melintang dan radial planet

Sebuah vektor mewakili sebuah asumsi percepatan total planet, “a”, ditarik dari
berberapa sudut dengan vektor radius, r. Dalam gambar 2.1, Akan lebih mudah
menggambar "a" ke atas dan menjauh dari arah percepatan radial, aR, (yang
berlawanan dengan garis tarik antara bumi dan matahari). Salah satu komponen dari
percepatan planet diasumsikan, "a", harus sejalan dengan (tapi dalam arah yang
berlawanan) gaya gravitasi antara matahari dan planet. Komponen percepatan ini,
aR, adalah percepatan radial. Komponen lain dari percepatan planet diasumsikan,
"a", ditempatkan tegak lurus dengan percepatan radial, adalah percepatan
melintang, aT.
Tentu saja, kita tahu bahwa jika planet ini sebenarnya memiliki percepatan
melintang, gaya melintang harus diterapkan. Tetapi jika gaya melintang diterapkan,
planet ini akan didorong keluar dari orbitnya. Jadi kekuatan melintang harus nol
dan percepatan melintang juga harus nol. Konsep percepatan melintang
diasumsikan, akan menyediakan satu persamaan yang dibutuhkan untuk
pembuktian ini.
Jika percepatan diasumsikan, "a", telah ditempatkan sesuai dengan vektor
radius, itu akan menjadi identik dengan aR dan tidak ada informasi baru bisa

Universitas Sumatera Utara


diperoleh dari geometri. Meskipun ditempatkan seperti itu, percepatan "a" terdiri
dari dua vektor, aR dan aT. Percepatan radial, aR diambil sejalan dengan vektor
radius, r. Percepatan melintang, aT, ditarik tegak lurus dengan percepatan radial.
Hal ini terlihat pada Gambar 2.1, percepatan yang "a" sama dengan dua set yang
berbeda dari vektor komponen yang menyediakan informasi diperlukan untuk
melanjutkan buktinya. Satu set komponen ini adalah ax dan ay.
Pernyataan untuk kecepatan dari P dalam arah z adalah
𝑑 𝑑𝑟 𝑑𝜑
𝑣𝑧 = 𝑑𝑡 (𝑟 𝑐𝑜𝑠𝜑) = 𝑐𝑜𝑠𝜑 𝑑𝑡 − 𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜑 (2.2)
𝑑𝑡

Untuk kecepatan P dalam arah y dengan bentuk yang sama adalah


𝑑 𝑑𝑟 𝑑𝜑
𝑣𝑦 = 𝑑𝑡 (𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜑) = 𝑠𝑖𝑛𝜑 𝑑𝑡 + 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝜑 (2.3)
𝑑𝑡

Lalu dengan mengasumsi percepatan planet dalam arah z adalah az dan dalam arah
y adalah ay.
𝑑 𝑑
𝑎𝑧 = 𝑑𝑡 𝑣𝑧 dan 𝑎𝑦 = 𝑑𝑡 𝑣𝑦 (2.4)

Maka dapat ditulis


𝑑2 𝑟 𝑑𝜑 2 𝑑2 𝜑 𝑑𝑟 𝑑𝜑
𝑎𝑧 = 𝑐𝑜𝑠𝜑 [ 𝑑𝑡 2 − 𝑟 ( 𝑑𝑡 ) ] − 𝑠𝑖𝑛𝜑 [𝑟 𝑑𝑡 2 + 2 𝑑𝑡 ] (2.5)
𝑑𝑡

𝑑2 𝑟 𝑑𝜑 2 𝑑2 𝜑 𝑑𝑟 𝑑𝜑
𝑎𝑦 = 𝑠𝑖𝑛𝜑 [ 𝑑𝑡 2 − 𝑟 ( 𝑑𝑡 ) ] + 𝑠𝑖𝑛𝜑 [𝑟 𝑑𝑡 2 + 2 𝑑𝑡 ] (2.6)
𝑑𝑡

Kemudian pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa,


𝑎𝑅 = 𝑎𝑧 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑎𝑦 𝑠𝑖𝑛𝜑 (2.7)
𝑎 𝑇 = 𝑎𝑦 𝑐𝑜𝑠𝜑 − 𝑎𝑧 𝑠𝑖𝑛𝜑 (2.8)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.4) dan (2.6) kedalam persamaan (2.7) dan
(2.8), maka dapat ditulis sebagai berikut
𝑑2 𝑟 𝑑𝜑 2
𝑎𝑅 = − 𝑟 ( 𝑑𝑡 ) (2.9)
𝑑𝑡 2
𝑑2 𝜑 𝑑𝑟 𝑑𝜑
𝑎𝑇 = 𝑟 + 2 𝑑𝑡 (2.10)
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡

2.2 Teori Relativitas Einstein


Teori relativitas memeriksa bagaimana pengukuran kuantitas fisis bergantung pada
pengamat seperti juga pada peristiwa yang diamati. Dari relativitas muncul
mekanika baru yang menyiratkan kaitan yang sangat erat antara ruang dan waktu,
serta massa dan energi. Tanpa kaitan itu kita tidak mungkin mengerti dunia

Universitas Sumatera Utara


mikroskopik dalam atom yang penjelasannya merupakan persoalan sentral dalam
fisika modern.

2.2.1 Teori Relativitas Khusus (TRK)


Ketika kuantitas seperti panjang, selang waktu, dan massa ditinjau dalam fisika
pendahuluan, tidak terdapat pembahasan khusus bagaimana kuantitas itu diukur.
Karena terdapat satuan baku untuk kuantitas semacam itu, seakan-akan tidak
menjadi persoalan siapa yang menentukan kuantitas itu : setiap orang harus
mendapatkan hasil yang sama. Jika kita katakana sesuatu bergerak, kita maksudkan
kedudukannya berubah relatif terhadap sesuatu. Penumpang bergerak relatif
terhadap kapal udara, kapal udara bergerak relatif terhadap bumi, bumi bergerak
relatif terhadap matahari, matahari bergerak relatif terhadap galaxi bimasakti dan
sebagainya. Untuk menyatakan bahwa suatu bergerak selalu menyangkut kerangka
khusus sebagai acuan. Kita tidak bisa mendapatkan kerangka universal yang
meliputi seluruh ruang, ini berarti tidak terdapat gerak absolut.
Teori relativitas muncul sebagai hasil analisis konsekuensi fisis yang tersirat
oleh ketiadaan kerangka acuan universal. Dikembangkan oleh Albert Einstein tahun
1905, mempersoalkan kerangkan acuan universal yang merupakan kerangka acuan
yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap kerangka lainnya. Teori relativitas
umum (TRU), di usulkan oleh Einstein sepuluh tahun kemudian mempersoalkan
kerangka yang dipercepat satu terhadap lainnya.
Teori relativitas khusus bersandar pada dua postulat, yaitu
1. Postulat dengan prinsip relativitas, menyatakan bahwa hukum fisika dapat
dinyatakan dalam persamaan yang berbentuk sama dalam semua kerangka
acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap suatu terhadap lainnya.
2. Postulat kedua menyatakan bahwa kelajuan cahaya dalam ruang hampa sama
besar untuk semua pengamat, tidak bergantung dari keadaan gerak
pengamat itu.
Kesan pertama postulat ini kelihatannya sangat radikal. Sebenarnya postulat
itu mengikuti hamper semua konsep intuitif mengenai waktu dan ruang yang kita
bentuk berdasarkan pengalaman sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1.1 Transformasi Lorentz
Anggaplah kita berada pada kerangka acuan S dan mendapatkan koordinat suatu
kejadian pada saat t ialah x,y,z. pengamat yang berada pada kerangka acuan yang
lain S’ yang bergerak terhadapt S dengan kecepatan v akan mendapatkan bahwa
kejadian yang sama terjadi pada saat t’ dan koordinat x’,y’,z’. untuk lebih sederhana,
kita akan mengambil v dalam arah +x , seperi pada gambar 2.1. Bagaimana hasil
pengukuran x, y, z, t berhubungan dengan x’,y’,z’,t’ ?
Jika kedua waktu system diukur dari saat ketika titik-aral S dan S’ berimpit,
pengukuran dalam arah x yang dilakukan di S akan melebihi yang di S’ dengan vt,
yang menyatakan jarak yang ditempuh S’ dalam arah x. Jadi
x’ = x – vt (2.11)
tidak terdapat gerak relatif dalam arah y dan z, sehingga :
y’ = y , z’ = z , dan t’ = t (2.12)
Himpunan persamaan diatas dikenal sebagai transformasi Galilei.

Gambar 2.2. Kerangka S’ bergerak dalam arah +x


dengan kelajuan v relatif terhadap kerangka S
Dengan menurunkan rumus berdasarkan asumsi-asumsi itu, kita dapatkan
transformasi lengkap dari pengukuran suatu kejadian alam S terhadap pengukuran
yang sesuai dilakukan dalam S’, memenuhi persamaan :
𝑥−𝑣𝑡
𝑥′ = 2
(2.13)
√1−𝑣2
𝑐

𝑦′ = 𝑦 (2.14)

𝑧′ = 𝑧 (2.15)

Universitas Sumatera Utara


𝑣𝑥
𝑡− 2

𝑡 = 𝑐
2
(2.16)
√1−𝑣2
𝑐

Persamaan tersebut merupakan transformasi Lorentz. Pertama kali


ditemukan oleh seorang fisikawan belanda H.A. Lorentz yang menunjukkan bahwa
rumus dasar dari keelktromagnetan sama dalam semua kerangka acuan yang
dipakai. Baru bertahun-tahun Einstein menemukan arti penting yang sesungguhnya
dari persamaan itu. Jelaslah bahwa transformasi Lorentz tereduksi menjadi
transformasi galilei jika kelajuan relatif v kecil dibandingkan dengan kelajuan
cahaya c. (Beisher, Athur. 1986)
Bentuk-bentuk transformasi Lorentz pada persamaan (2.13), (2.14), (2.15),
(2.16) dapat digunakan untuk menurunkan persamaan relativitas sebagai efek
penggunaan transformasi ini, yaitu :
Pemuluran Waktu Relativistik yang mana waktu bergerak lebih lambat dari
penanda waktu yang berada dalam keadaan diam.
(2.17)

Kontraksi Panjang Lorentz,


𝑣2
𝑙 = 𝑙𝑜 √1 − 𝑐 2 = 𝛾𝑙0 (2.18)

Transformasi Kecepatan,

(2.19)
Bila untuk laju yang lebih kecil dari laju cahaya c dalam ruang hampa,
transformasi kecepatannya memperlihatkan kepada kita bahwa sebuah benda yang
bergerak dengan laju yang lebih kecil dari c dalam satu kerangka acuan selalu
mempunyai laju yang lebih kecil dari c dalam tiap-tiap kerangka acuan yang lain.
Ini merupakan alasan yang digunakan untuk menyimpulkan bahwa tidak ada benda
yang berjalan dengan laju yang sama atau lebih besar dari c dalam ruang hampa
relatif terhadap sembarang kerangka acuan inersial. (Longair, M. S. 1987)

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Teori Relativitas Umum (TRU)

Pada tahun 1915, Einstein memperkenalkan teori relativitas umum, yang


merupakan generalisasi dari teori khusus yang telah dirancang secara spesifik untuk
melibatkan gaya-gaya gravitasi. Menurut teorinya, semua benda pasti jatuh dengan
kecepatan yang sama. Relativitas umum didasarkan pada prinsip ekuivalensi, yang
berpendapat bahwa efek kelembamban dan gravitational tidak dapat dibedakan,
apapun keadaan gerak yang mungkin mereka miliki.

Untuk memadukan prinsip ekuivalensi, relativitas umum mendeskripsikan


efek-efek gravitasi dan kelembaman dengan metode yang sama, dalam kerangka
geometri ruang-waktu. Relativitas umum juga memperkirakan keberadaan radiasi
gravitasi, yang dihasilkan oleh massa yang bergerak. Ini analog dengan radiasi
elektromagnetik yang dihasilkan oleh muatan bergerak menurut teori Maxwell.
Einstein juga telah memprediksi pembelokkan berkas cahaya oleh matahari,
pertama kali dilihat saat gerhana matahari berlangsung pada tahun 1919. (Pinari,
Felix. 2004)

Teori gravitasi yang diperoleh dari postulat relativitas umum, unggul bukan
hanya dalam keindahannya, bukan dalam membuang kerusakan yang tersemat pada
mekanika klasik, bukan juga dalam menginterpretasikan hukum empiris mengenai
kesamaan massa inersial dengan massa gravitasional, tetapi juga telah menjelaskan
hasil observasi dalam astronomi dimana mekanika klasik tidak berdaya terhadap
hal ini. Jika kita menaikkan akurasi dari perhitungan pergerakan planet, maka
muncullah deviasi (penyimpangan) dari teori Newton. Menurut teori Newton planet
bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan berbentuk elips telah teruji dengan
akurasi yang tinggi, telah dikonfirmasi untuk semua planet kecuali satu, yaitu
presesi perihelion Merkurius. (Einstein, Albert. 2010)

Telah dilakukan penelitian untuk mengkaji secara teoretis efek relativistik


pada gerak planet. Persamaan gerak planet dalam ruang waktu Scwarzhschild
didapat dari solusi persamaan geodesik. Berdasarkan solusi tersebut, diperoleh
suatu persamaan gerak orbit planet mengelilingi matahari dengan pergeseran

Universitas Sumatera Utara


perihelion dari planet tersebut.Untuk planet Merkurius diprediksi solusi gerak
planet dengan nilai pergeseran sebesar 43 detik per abad.

Pergeseran ini sesuai dengan hasil pengamatan para ahli astronomi. Presesi
perihelion ini dapat dilihat berdasarkan hasil visualisasi gerak planet yang didapat
dari solusi persamaan Einstein yang dipengaruhi massa bintang. Semakin besar
massa bintang semakin besar sudut perihelion yang terbentuk. Massa planet dan
jarak planet terhadap bintang mempengaruhi bentuk orbit planet (eksentrisitas) dan
kecepatan planet mengelilingi bintang. (Wospakrik,1987)

2.2.2.1 Bentuk Umum Persamaan Medan Einstein

Persamaan medan Einstein menghubungkan kelengkungan ruang waktu dan


distribusi massa-energi. Persamaan ini berbentuk:
1 8𝜋𝐺
𝑅𝜇𝜈 − 𝑔𝜇𝜈 𝑅 − 𝑔𝜇𝜈 𝛬 = − 𝑇𝜇𝜈 (2.20)
2 𝑐4
dengan : 𝑅, 𝐺, 𝛬 = merupakan besaran yang bukan tensor karena tidak
memiliki indeks.
𝑅𝜇𝜈 , 𝑔𝜇𝜈 , 𝑇𝜇𝜈 = tensor kovarian rank 2

Dimana 𝛬 adalah konstanta kosmologi. Konstanta kosmologi dapat bernilai


positif dan negatif dengan nilai yang mendekati harga nol. Jika konstanta kosmologi
bernilai negatif mendekati nol maka gravitasi akan bersifat menarik secara kuat dan
seluruh alam semesta luasnya bisa menjadi beberapa kaki, sedangkan jika konstanta
kosmologi bernilai positif mendekati nol maka gravitasi akan bersifat menolak dan
segala sesuatu akan beterbangan menjauh dari kita begitu cepatnya sehingga
cahayanya tidak akan pernah mencapai kita. Nilai konstanta kosmologi sangat
berkaitan dengan model kosmologi alam semesta. (Anugraha, R. 2005)

2.3 Pengenalan Ruang Datar dan Lengkung

Ditinjau dua buah titik yang berdekatan dalam ruang tida dimensi yang dinyatakan
dengan koordinat Cartesian. Kedua titik itu masing-masing A (x,y,z) dan B
(x+dx,y+dy,z+dz). Kuadrat jarak antara keduanya adalah

𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 (2.21)

Universitas Sumatera Utara


Jika dilakukan perpindahan dalam koordinat silinder melalui transformasi

𝑥 = 𝜌 𝑐𝑜𝑠𝜑, 𝑦 = 𝜌 𝑠𝑖𝑛𝜑, 𝑧 = 𝑧 (2.22)

Maka jaraknya menjadi

𝑑𝑠 2 = 𝑑𝜌2 + 𝜌2 𝑑𝜑 2 + 𝑑𝑧 2 (2.23)

Melalui transformasi inversi

𝑦
𝜌 = √𝑥 2 + 𝑦 2 , 𝜑 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 , 𝑧 = 𝑧 (2.24)
𝑥

Ruang tiga dimensi dimana bentuk ds2 dapat dikembalikan ke bentuk 𝑑𝑥 2 +


𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 dinamakan ruang datar atau ruang Euclid. Jika tidak dapat dicari suatu
system koordinat (x,y,z) maka ruang tersebut dinamakan ruang lengkung atau ruang
Riemann.

Bentuk ds2 untuk ruang datar satu dan dua dimensi berturut-turut adalah dx2
dan dx2+ dy2. Contoh ruang datar untuk dimensi masing-masing tersebut adalah
garis lurus dan bidang datar. Sedangkan contoh ruangb lengkung dua dimensi
adalah permukaan bola, ellipsoida, parabolodia, permukaan sadel kuda, dan lain-
lain.

Contoh ruang datar empat dimensi (3 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu
berkoordinat t) dengan invarian kuadrat elemen garis adalah ruang-waktu
Minkowski yang memiliki bentuk ds2 adalah

𝑑𝑠 2 = −𝑑𝑡 2 + 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 (2.25)

Adapun contoh ruang-waktu lengkung 4 dimensi adalah apa yang


dinamakan dengan ruang bermetrik Schwarzschild untuk mana kuadrat elemen
garisnya berbentuk

𝑎 𝑎 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − 𝑟 ) 𝑐 2 𝑑𝑡 2 + (1 − 𝑟 ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.26)

Universitas Sumatera Utara


Berberapa konsekuensi kelengkungan ruang yang membedakan antara
ruang Riemann dan ruang Euclid adalah

1. Jumlah sudut dalam segitiga dengan sisi segitiga merupakan penghubung


terpendek antara titik sudutnya tidak sama dengan 1800.
2. Perbandingan antara keliling dengan diameter lingkaran ≠ 𝜋.
3. Garis penghubung terpendek antara dua titik tidak berbentuk garis lurus
melainkan garis melengkung.
4. Dua garis sejajar lokal dapat berpotongan.

Ilustrasi antara ruang datar dan ruang lengkung dua dimensi terdapat pada gambar
2.3 dan gambar 2.4

Gambar 2.3 Ruang 1 dimensi (a) datar dan (b) lengkung

Gambar 2.4 Ruang 2 dimensi (a) datar dan (b) lengkung

2.3 Metrik Schwarzschild


Karl Schwarzschild adalah seorang ilmuan astronomi Jerman yang pertama
kali memecahkan persamaan medan gravitasi Einstein secara eksak pada tahun
1916, yang dimaksud dengan pemecahan medan gravitasi Einstein adalah beliau
mendapatkan komponen-komponen tensor metrik 𝑔 dari kuadrat metriknya 𝑑𝑠2

Universitas Sumatera Utara


ruang waktu lengkung yang memenuhi hubungan antara persamaan medan
Einstein.
Metrik yang didapat Schwarzschild ini dalam teori kerelatifanya disebut
dengan metrik Schwarzschild. Schwarzschild juga mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan teori lubang hitam. Lubang hitam adalah sebuah pemusatan
massa yang cukup besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar.
Gaya gravitasi yang sangat besar ini mencegah apapun lolos darinya kecuali
melalui perilaku terowongan kuantum. Medan gravitasi begitu kuat sehingga
kecepatan lepas di dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu,
termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya
hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh
kata “hitam”. Istilah lubang hitam telah tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk
ke sebuah lubang dalam arti biasa, tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa
dimana semua tidak dapat kembali. Secara teoritis, lubang hitam dapat memliki
ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran alam raya yang dapat diamati.

Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John
Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom
Jerman bernama Karl Schwarzschild pada tahun 1916 dengan berdasar pada teori
relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen
William Hawking. Pada saat ini banyak astronom seperti charis yang percaya
bahwa hampir semua galaksi dialam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada
pusat galaksi.
John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama Lubang
Hitam sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para
penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam, akan tetapi kita bisa
mendeteksi materi yang tertarik/tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para
astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa
lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh
jutaan lubang hitam. (Hasan, Nailul, 2005)

Universitas Sumatera Utara


2.4.1 Persamaan Geodesik
Jalur terpendek antara dua titik dalam ruang melengkung dapat ditemukan dengan
menulis persamaan untuk panjang kurva, dan kemudian meminimalkan panjang ini
menggunakan kalkulus variasi. Ini memiliki beberapa masalah teknis kecil, karena
ada ruang dimensi yang tak terbatas. Diperlihatkan dalam gambar 2.3, andaikan
kurva 𝑥 𝑖 = 𝑥 𝑖 (𝑡) menghubungkan titik A dan B dengan koordinat A dan B masing-
masing diberikan oleh 𝑥1𝑖 (𝑡1 ) = 𝑥 𝑖 (𝑡1 ) dan 𝑥2𝑖 (𝑡2 ) = 𝑥 𝑖 (𝑡2 ).

Gambar 2.4. Garis geodesik dalam 2 dimensi


Maka persamaan geodesik diberikan oleh

𝑑2𝑥 𝑖 𝑑𝑥 𝑗 𝑑𝑥 𝑘
+ 𝛤𝑗𝑘𝑖 =0 (2.26)
𝑑𝑠 2 𝑑𝑠 𝑑𝑠

Penjumlahan pada indeks-indeks 𝑗, 𝑘 = 1, 2, … , 𝑛, dimana s adalah panjang


busur dan adalah simbol Christoffel dari jenis kedua. Untuk kasus bagaimana
persamaan geodesik untuk koordinat kartesius di ruang Euklidean. Jika jaraknya
konstan maka turunannya nol, dan simbol Christoffelnya juga nol. Akibatnya,
persamaan geodesiknya menjadi

(2.27)

2.4.2 Solusi Schwarzschild


Metrik ruang-waktu 4 dimensi dicirikan oleh koordinat yang terdiri dari 1 koordinat
waktu dan 3 koordinat ruang akan dirumuskan dalam wakilan koordinat bola.
Sebagai contoh ruang Minkowski dicirikan oleh koordinat xa = (x0, x1, x2, x3) = (t, r,
θ, 𝜑).

Universitas Sumatera Utara


Metrik ruang-waktu datar dalam wakilan koordinat bola diberikan oleh

𝑑𝑠 2 = −𝑐 2 𝑑𝑡 2 + 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑𝜃 2 + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜑 2 ) (2.28)

Mengikuti penulisan Weinberg (1972), nilai c sementara diisikan sama dengan 1


sehingga metrik diatas menjadi

𝑑𝑠 2 = −𝑑𝑡 2 + 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑𝜃 2 + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜑 2 ) (2.29)

Gambar 2.5. Sistem Koodinat Bola


Selanjutnya akan ditinjau metrik untuk medan gravitasi isotropik statik. Tensor
metrik untuk medan tersebut, yang dalam hal ini komponen gtt dan grr hanya
merupakan fungsi radial r. Bentuk metriknya menjadi
𝑑𝑠 2 = −𝐵(𝑟) 𝑑𝑡 2 + 𝐴(𝑟)𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑𝜃 2 + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜑 2 ) (2.30)
dimana metrik di atas akan kembali ke metrik Minkowski jika sumber medan
gravitasi diabaikan. Dari metrik di atas, komponen tensor metrik kovarian yang tak
lenyap adalah:

𝑔𝑡𝑡 = −𝐵(𝑟), 𝑔𝑟𝑟 = 𝐴(𝑟), 𝑔𝜃𝜃 = 𝑟 2 , 𝑔𝜑𝜑 = 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (2.31)

Dengan fungsi 𝐴(𝑟) dan 𝐵(𝑟) ingin didapatkan untuk menyelesaikan persamaan
medan gravitasi. Selanjutnya syarat batas untuk A dan B adalah bahwa untuk r →
∞, bentuk metrik isotropik statik tersebut harus kembali ke bentuk metrik
Minkowski dalam koordinat bola.
lim 𝐴(𝑟) = lim 𝐵(𝑟) = 1 (2.32)
𝑟→∞ 𝑟→∞

Dengan syarat batas ini hubungan antara A (r) dan B (r) dapat dituliskan secara lebih
eksplisit dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara


1
𝐴(𝑟) = (2.33)
𝐵(𝑟)

Untuk jarak yang cukup jauh dari pusat massa m yang terletak di pusat koordinat
O, komponen 𝑔𝑡𝑡 = −𝐵 harus bernilai mendekati −(1+2U) dengan U adalah
𝐺𝑀
potensial Newtonian benda bermassa M pada jarak r yang bernilai 𝑈 = − . Jadi
𝑟

dapat ditulis sebagai


2𝐺𝑀
𝐵(𝑟) = −(1 + 2𝑈) = (1 − ) (2.34)
𝑟

dan juga,
2𝐺𝑀 −1
𝐴(𝑟) = (1 − ) (2.35)
𝑟

Akhirnya bentuk metrik isotropik statik untuk ruang-waktu 4 dimensi berkoordinat


bola adalah:

2𝐺𝑀 2𝐺𝑀 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − ) 𝑑𝑡 2 + (1 − ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.36)
𝑟 𝑟

Bentuk metrik ini pertama kali diturunkan oleh K. Schwarzschild pada tahun 1916.
Karena itu, metrik ini sering disebut metrik Schwarzschild. Bentuk metrik tersebut
masih mengisi nilai c=1. Apabila nilai c diisikan kedalam persamaan, bentuk metrik
Schwarzschild menjadi:

2𝐺𝑀 2𝐺𝑀 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − ) 𝑐 2 𝑑𝑡 2 + (1 − ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.37)
𝑐2𝑟 𝑐2𝑟
𝐺𝑀
Dengan 𝑚 = 𝑐2
, 𝑚 (bersatuan panjang) maka metrik di atas menjadi:

2𝑚 2𝑚 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − ) 𝑐 2 𝑑𝑡 2 + (1 − ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.38)
𝑟 𝑟

Dari persamaan (2.23) tampak bahwa metrik tersebut valid untuk

2𝐺𝑀
𝛼 = 2𝑚 = (2.39)
𝑐2
Dengan: ds = Jarak terdekat antara peristiwa yang terjadi pada ruang
Minkowski.
α = Radius Schwarzschild
G = Tetapan gravitasi (6.673 10x −11 Newton m2/s2)
c = Kecepatan cahaya 3 x 108 m/s
M = Massa Benda

Universitas Sumatera Utara


Jari-jari Schwarzschild tersebut membentuk horizon peristiwa yang memisahkan
dua daerah:
I. 2m < r < ∞

II. 0 < r < 2m


Wilayah I disebut wilayah lubang hitam sedangkan titik r = 0 disebut titik
singularitas intrinsik.
Beberapa karakteristik penting dari solusi Schwarzschild adalah:

1. Partikel yang bergerak menuju titik singularitas akan merasakan tarikan


gravitasi yang sangat kuat.
2. Partikel (termasuk cahaya) tidak ada yang mampu keluar dari wilayah I
(batas horizon peristiwa). Partikel/cahaya yang bergerak radial keluar tidak
akan pernah menembus horizon peristiwa.
3. Cahaya atau sinyal yang dipancarkan dari dekat horizon peristiwa (wilayah
II) akan mengalami pergeseran ketika diterima oleh pengamat yang jauh.
(Anugraha, R. 2005).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai