TINJAUAN PUSTAKA
𝐺𝑚1 𝑚2
𝐹𝑔 = (hukum gravitasi) (2.1)
𝑟2
Dimana Fg adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel, m1 dan m2 adalah
massanya, r adalah jarak antara keduanya, dan G adalah konstanta fisika dasar yang
disebut konstanta gravitasi (gravitational constant). Nilai numeric untuk G
tergantung pada sistem satuan yang digunakan.
Karena simbol g dan G hamper sama, seringkali arti kedua besaran gravitasi
yang menggunakan kedua simbol tersebut jadi membingungkan. Huruf kecil g
adalah percepatan yang tergantung pada gravitasi, yang berhubungan dengan berat
w dari sebuah benda dengan m; w = mg. nilai g berbeda untuk tempat yang berbeda
di permukaan bumi dan pada permukaan planet yang berbeda. Sebaliknya, huruf
besar G berhubungan dengan gaya gravitasi antara dua benda akibat massa dan
jarak diantara keduanya. Kita sebut G adalah konstanta universal sebab mempunyai
nilai yang sama untuk setiap dua benda, tidak peduli dimanapun letaknya dalam
ruang angkasa.
Untuk menentukan nilai konstanta gravitasi G dapat diukur dengan alat
yang disebut neraca torsi, yang digunakan oleh Sir Henry Cavendish pada tahun
1798. Nilai yang diperoleh adalah
𝐺 = 6,67259(85)𝑥 10−11 𝑁. 𝑚2 /𝑘𝑔2
Gaya gravitasi selalu bekerja sepanjang garis yang menghubungkan dua
buah partikel dan membentuk pasangan aksi-reaksi. Walaupun massa kedua
partikel berbeda, kedua gaya interaksinya mempunyai besar yang sama. Pada titik
di dalam bumi, misalkan kita dapat mengebor sebuah lubang ke pusat bumi dan
mengukur gaya gravitasi dengan kedalaman yang berbeda-beda, kita akan
mendapatkan bahwa makin mendekati pusat bumi gaya makin berkurang, dan
Sebuah vektor mewakili sebuah asumsi percepatan total planet, “a”, ditarik dari
berberapa sudut dengan vektor radius, r. Dalam gambar 2.1, Akan lebih mudah
menggambar "a" ke atas dan menjauh dari arah percepatan radial, aR, (yang
berlawanan dengan garis tarik antara bumi dan matahari). Salah satu komponen dari
percepatan planet diasumsikan, "a", harus sejalan dengan (tapi dalam arah yang
berlawanan) gaya gravitasi antara matahari dan planet. Komponen percepatan ini,
aR, adalah percepatan radial. Komponen lain dari percepatan planet diasumsikan,
"a", ditempatkan tegak lurus dengan percepatan radial, adalah percepatan
melintang, aT.
Tentu saja, kita tahu bahwa jika planet ini sebenarnya memiliki percepatan
melintang, gaya melintang harus diterapkan. Tetapi jika gaya melintang diterapkan,
planet ini akan didorong keluar dari orbitnya. Jadi kekuatan melintang harus nol
dan percepatan melintang juga harus nol. Konsep percepatan melintang
diasumsikan, akan menyediakan satu persamaan yang dibutuhkan untuk
pembuktian ini.
Jika percepatan diasumsikan, "a", telah ditempatkan sesuai dengan vektor
radius, itu akan menjadi identik dengan aR dan tidak ada informasi baru bisa
Lalu dengan mengasumsi percepatan planet dalam arah z adalah az dan dalam arah
y adalah ay.
𝑑 𝑑
𝑎𝑧 = 𝑑𝑡 𝑣𝑧 dan 𝑎𝑦 = 𝑑𝑡 𝑣𝑦 (2.4)
𝑑2 𝑟 𝑑𝜑 2 𝑑2 𝜑 𝑑𝑟 𝑑𝜑
𝑎𝑦 = 𝑠𝑖𝑛𝜑 [ 𝑑𝑡 2 − 𝑟 ( 𝑑𝑡 ) ] + 𝑠𝑖𝑛𝜑 [𝑟 𝑑𝑡 2 + 2 𝑑𝑡 ] (2.6)
𝑑𝑡
𝑦′ = 𝑦 (2.14)
𝑧′ = 𝑧 (2.15)
Transformasi Kecepatan,
(2.19)
Bila untuk laju yang lebih kecil dari laju cahaya c dalam ruang hampa,
transformasi kecepatannya memperlihatkan kepada kita bahwa sebuah benda yang
bergerak dengan laju yang lebih kecil dari c dalam satu kerangka acuan selalu
mempunyai laju yang lebih kecil dari c dalam tiap-tiap kerangka acuan yang lain.
Ini merupakan alasan yang digunakan untuk menyimpulkan bahwa tidak ada benda
yang berjalan dengan laju yang sama atau lebih besar dari c dalam ruang hampa
relatif terhadap sembarang kerangka acuan inersial. (Longair, M. S. 1987)
Teori gravitasi yang diperoleh dari postulat relativitas umum, unggul bukan
hanya dalam keindahannya, bukan dalam membuang kerusakan yang tersemat pada
mekanika klasik, bukan juga dalam menginterpretasikan hukum empiris mengenai
kesamaan massa inersial dengan massa gravitasional, tetapi juga telah menjelaskan
hasil observasi dalam astronomi dimana mekanika klasik tidak berdaya terhadap
hal ini. Jika kita menaikkan akurasi dari perhitungan pergerakan planet, maka
muncullah deviasi (penyimpangan) dari teori Newton. Menurut teori Newton planet
bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan berbentuk elips telah teruji dengan
akurasi yang tinggi, telah dikonfirmasi untuk semua planet kecuali satu, yaitu
presesi perihelion Merkurius. (Einstein, Albert. 2010)
Pergeseran ini sesuai dengan hasil pengamatan para ahli astronomi. Presesi
perihelion ini dapat dilihat berdasarkan hasil visualisasi gerak planet yang didapat
dari solusi persamaan Einstein yang dipengaruhi massa bintang. Semakin besar
massa bintang semakin besar sudut perihelion yang terbentuk. Massa planet dan
jarak planet terhadap bintang mempengaruhi bentuk orbit planet (eksentrisitas) dan
kecepatan planet mengelilingi bintang. (Wospakrik,1987)
Ditinjau dua buah titik yang berdekatan dalam ruang tida dimensi yang dinyatakan
dengan koordinat Cartesian. Kedua titik itu masing-masing A (x,y,z) dan B
(x+dx,y+dy,z+dz). Kuadrat jarak antara keduanya adalah
𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 (2.21)
𝑑𝑠 2 = 𝑑𝜌2 + 𝜌2 𝑑𝜑 2 + 𝑑𝑧 2 (2.23)
𝑦
𝜌 = √𝑥 2 + 𝑦 2 , 𝜑 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛 , 𝑧 = 𝑧 (2.24)
𝑥
Bentuk ds2 untuk ruang datar satu dan dua dimensi berturut-turut adalah dx2
dan dx2+ dy2. Contoh ruang datar untuk dimensi masing-masing tersebut adalah
garis lurus dan bidang datar. Sedangkan contoh ruangb lengkung dua dimensi
adalah permukaan bola, ellipsoida, parabolodia, permukaan sadel kuda, dan lain-
lain.
Contoh ruang datar empat dimensi (3 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu
berkoordinat t) dengan invarian kuadrat elemen garis adalah ruang-waktu
Minkowski yang memiliki bentuk ds2 adalah
𝑑𝑠 2 = −𝑑𝑡 2 + 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 (2.25)
𝑎 𝑎 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − 𝑟 ) 𝑐 2 𝑑𝑡 2 + (1 − 𝑟 ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.26)
Ilustrasi antara ruang datar dan ruang lengkung dua dimensi terdapat pada gambar
2.3 dan gambar 2.4
Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John
Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom
Jerman bernama Karl Schwarzschild pada tahun 1916 dengan berdasar pada teori
relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen
William Hawking. Pada saat ini banyak astronom seperti charis yang percaya
bahwa hampir semua galaksi dialam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada
pusat galaksi.
John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama Lubang
Hitam sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para
penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam, akan tetapi kita bisa
mendeteksi materi yang tertarik/tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para
astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa
lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh
jutaan lubang hitam. (Hasan, Nailul, 2005)
𝑑2𝑥 𝑖 𝑑𝑥 𝑗 𝑑𝑥 𝑘
+ 𝛤𝑗𝑘𝑖 =0 (2.26)
𝑑𝑠 2 𝑑𝑠 𝑑𝑠
(2.27)
Dengan fungsi 𝐴(𝑟) dan 𝐵(𝑟) ingin didapatkan untuk menyelesaikan persamaan
medan gravitasi. Selanjutnya syarat batas untuk A dan B adalah bahwa untuk r →
∞, bentuk metrik isotropik statik tersebut harus kembali ke bentuk metrik
Minkowski dalam koordinat bola.
lim 𝐴(𝑟) = lim 𝐵(𝑟) = 1 (2.32)
𝑟→∞ 𝑟→∞
Dengan syarat batas ini hubungan antara A (r) dan B (r) dapat dituliskan secara lebih
eksplisit dalam bentuk
Untuk jarak yang cukup jauh dari pusat massa m yang terletak di pusat koordinat
O, komponen 𝑔𝑡𝑡 = −𝐵 harus bernilai mendekati −(1+2U) dengan U adalah
𝐺𝑀
potensial Newtonian benda bermassa M pada jarak r yang bernilai 𝑈 = − . Jadi
𝑟
dan juga,
2𝐺𝑀 −1
𝐴(𝑟) = (1 − ) (2.35)
𝑟
2𝐺𝑀 2𝐺𝑀 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − ) 𝑑𝑡 2 + (1 − ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.36)
𝑟 𝑟
Bentuk metrik ini pertama kali diturunkan oleh K. Schwarzschild pada tahun 1916.
Karena itu, metrik ini sering disebut metrik Schwarzschild. Bentuk metrik tersebut
masih mengisi nilai c=1. Apabila nilai c diisikan kedalam persamaan, bentuk metrik
Schwarzschild menjadi:
2𝐺𝑀 2𝐺𝑀 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − ) 𝑐 2 𝑑𝑡 2 + (1 − ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.37)
𝑐2𝑟 𝑐2𝑟
𝐺𝑀
Dengan 𝑚 = 𝑐2
, 𝑚 (bersatuan panjang) maka metrik di atas menjadi:
2𝑚 2𝑚 −1
𝑑𝑠 2 = − (1 − ) 𝑐 2 𝑑𝑡 2 + (1 − ) 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑θ2 + 𝑠𝑖𝑛2 θ 𝑑𝜙 2 ) (2.38)
𝑟 𝑟
2𝐺𝑀
𝛼 = 2𝑚 = (2.39)
𝑐2
Dengan: ds = Jarak terdekat antara peristiwa yang terjadi pada ruang
Minkowski.
α = Radius Schwarzschild
G = Tetapan gravitasi (6.673 10x −11 Newton m2/s2)
c = Kecepatan cahaya 3 x 108 m/s
M = Massa Benda