Anda di halaman 1dari 28

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sinar X

Sinar X adalah pemancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis

dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet tetapi dengan

panjang gelombang yang sangat pendek, yaitu 10-8cm (Sjahrial Rasyad).

Tabung Sinar X

Tabung sinar X merupakan bagian terpenting dalam proses terbentuknya

sinar X, dimana dalam tabung sinar X terdapat dua element yang sangat penting

yaitu anoda dan katoda.

a. Katoda

Merupakan bagian negatif dari tabung sinar X yang memiliki dua bagian

penting, yaitu:

1) Filament yang merupakan sebuah gulungan kawat kecil yang berfungsi sebagai

pengantar arus listrik

2) Tabung Fokus (focusing Cup) adalah suatu lapisan logam yang di desain

sebagai rumah filament untuk mengarahkan keluarnya elektron dari filament.


5

b.Anoda

Merupakan bagian positif dari tabung sinar X, terdiri atas:

1) Target berfungsi sebagai penghenti gerakan elektron dari katoda sehingga

terjadi tabrakan antara elektron dengan target dan menimbulkan sinar X.

2) Bidang Fokus (Focal Spot) adalah bagian daerah target dimana sinar X

dihasilkan. Rangkaian sinar-x dapat dilihat pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1 : tabung sinar X

c.Line Focus Principle

Merupakan sistem penyudutan yang dilakukan pada daerah target (bidang

fokus), sehingga daerah focus efektif (efftive focal spot ) lebih kecil dari pada

daerah fokus sebenaran nya(actual focal spot). Karena bila titik fokus efektif lebih

besar dapat mengurangi ketajaman gambar.


6

2.2. Syarat Terjadi Sinar X

Sinar X sebagai gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang

yang sangat pendek akan terjadi dengan syart-syarat sebagai berikut :

a. Mempunyai sumber elektron (katoda)


b. Adanya gaya yang dapat mempercepat gerakan elektron,tergantung pada

tegangan (beda pontensial) yang dimiliki pesawat rontngen


c. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara antara katoda dan

anoda
d. Alat pemusat berkas elektron,alat ini menyebabkan elektron tidak bergerak

terpencar-pencar,tetapi terarah kebidang focus (focal spot)


e. Penghenti gerakan elektorn (target) yang dapat dibedakan atas:
1. Keping wolfrom yang ditanamkan dalam tembaga pada tabung rontgen

anoda diam
2. Piring wolfrom diatas tangkai molbydenum pada tabung rontgen anoda

putar

2.3. Proses Terjadinya Sinar X

Sinar X terbentuk didalam tabung sinar X, tabung sinar X merupakan

tabung yang terbuat dari bahan gelas yang hampa udara.

Didalam tabung sinar X terdapat dua buah dioda yaitu katoda dan

anoda. Saat filamen yang berada dikatoda dipanaskan, elektron yang keluar

dari filamen akan semakin banyak sehingga terjadilah apa yang disebut dengan

awan elektron.

Kemudian antara katoda dengan anoda diberi beda potensial yang

sangat tinggi, minimal 40 kV (40.000 volt) sehingga elektron yang berbeda di

katoda akan bergerak dengan cepat menuju anoda.


7

Elektron yang bergerak menuju ke anoda dengan sangat cepat

menumbuk bagian kecil dari anoda yang disebut dengan target.

Elektron bergerak dari katoda ke anoda pada tabung hampa, biasa

disebut dengan elektron proyektil. Saat elektron proyektil berbenturan dengan

atom logam berat dari target, elektron akan berinteraksi dengan atom – atom,

dengan mentrasfer energi kinetiknya ke target. Saat itulah proyektil elektron

melambat dan akhirnya berhenti.

Proyektil elektron berinteraksi dengan lintasan elektron atau inti dari

atom target. Interaksi tersebut menghasilkan konvensi energi kinetik menjadi

energi panas dan energi elektromagnegtik kedalam bentuk sinar X.

Secara umum lebih dari 99% energi kinetik proyektil elektron diubah

menjadi energi panas dan menyisakan kurang dari 1% yang berubah menjadi

sinar X.

2.4. Pesawat Sinar X

Sinar X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan jerman

Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 18 november 1895. Pada saat roentgen

menyalakan sumber listrik tabung untuk penelitian sinar katoda, berlian

mendapatkan bahwa sejenis cahaya berpendar pada layer yang terbuat dari barium

platino Cyanide yang kebetulan berada didekatnya. Jika sumber listrik

dipadamkan, maka cahaya pendarpun hilang (Akhadi, 2000).

Pada umumnya bentuk fisik pesawat sinar X terdiri atas beberapa bagian, yaitu :

1. Control panel
8

Control panel adalah suatu bagian pesawat sinar X yang disana

terdapat panel-panel untuk mengatur faktor-faktor exposi (V, mA dan

second) serta indikator-indikatornya. Didalam control panel terdapat

komponen tegangan menengah dan tegangan rendah (dibawah 500V).

2. High Volt tank

HV tank merupakan penghasil tegangan tinggi untuk suplay anoda.

Dalam HV tank terdapat travo penaik tegangan (lilitan skunder lebih

banyak dari kumparan primer). Tegangan primernya didapat dari control

panel, sedangkan tegangan skundernya akan dikirim ke Anoda. Selain

travo tegangan tinggi, juga terdapat rangkaian penyearah (dioda) yang

menyearahkan tegangan tinggi (skunder travo). Selain hal tersebut, dalam

HV tank juga terdapat oli yang berfungsi sebagai penyekat dan pendingin

travo - dioda.

3. X ray tube head

X ray Tube head adalah bagian pesawat sinar x yang berfungsi untuk

menghasilkan sinar x. Didalamnya terdiri atas tabung sinar x, dan oli.

Selain itu biasanya tube head digabung dengan kolimator, kolimator

merupakan bagian yang berfungsi untuk membatasi paparan radiasi yang

dihasilkan tabung sinar X, sehingga sinar X hanya dipancarkan pada

daerah yang dibutuhkan saja. Seperti terlihat pada gambar 2.2 :


9

Gambar 2.2 : X Ray tube head

Selain bagian-bagian tersebut, bagian tambahan lain adalah :

1. Examination table

Examination table adalah meja dimana pasien diperiksa.

Berdasarkan pemakaiannya, examination table dapat dibagi

menjadi 2, yaitu :

- Moveable Table

Adalah meja yang dapat bergerak secara elektrik, sehingga lebih

prakris. Secara umum pergerakanya adalah sliding ( pergerakan

secara horizontal dan tilting (pergerakan menuju vertikal)

- Stationary table

Adalah meja yang tidak dapat bergerak (diam) sehingga

pengoperasianya sangat terbatas.

2. Bucky

Bucky adalah bagian pesawat yang berfungsi sebagai pemegang

kaset radiografi. Berdasarkan tempatnya, bucky dapat dibagi menjadi


10

dua, yaitu bucky stand (bucky yang biasanya letaknya terpisah dan

berdiri vertikal) dan table top bucky (bucky yang letaknya menyatu

dengan examination table)

3. Monitor

TV monitor merupakan perangkat yang biasanya terdapat pada

pesawat fluoroscopy, dimana pada saat pemeriksaan, hasil dapat

langsung dilihat.

2.5. Kaset

Kaset adalah sebuah kotak pipih yang kedap cahaya, kaset berfungsi

sebagai tempat meletakkan film saat film itu hendak di ekspose oleh sinar X.

dengan kaset, film yang berada didalamnya tidak akan terbakar akibat cahaya

tampak, sebab kaset dirancang kedap cahaya maksudnya tidak ada satupun

cahaya yang bias masuk kedalam kaset, didalam kaset biasanya terdapat

Intensifiying Screen (IS).

Kaset diproduksi oleh berbagai macam perusahaan yang biasanya juga

memproduksi film radiografi. Bentuk, ukuran, warna dan bahan dasarnya sangat

bervariasi tergantung perusahaan pembuatnya. Namun untuk ukuran kaset berlaku

ukuran standar dimana semua perusahaan wajib mematuhi ukuran ini.

Ukuran kaset yang digunakan sama dengan ukuran film radiografi yang

diproduksi yaitu 18 x 24 cm, 24 x30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35 cm, dan 35 x 43 cm

(Rahman, Nova 2009).


11

Adapun fungsi kaset adalah :

a. Melindungi Intensfiying Screen (IS) dari kerusakan fisik

b. Melindungi film dari pengaruh cahaya

c. Menjaga agar kontak antara screen dengan film tetap rata

d. Melindungi screen dari kotoran dan debu

Dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut :

Gambar 2.3 : Bagian dalam kaset (Ball and Price, 1990)

Struktur dari kaset radiografi dan fungsinya :

- Aluminium (Al)

Berfungsi sebagai filter (penyaring) bagi sinar-x yang masuk ke

kaset. Hal ini dimaksudkan agar sinar-x yang masuk akan mengenai

screen adalah sinar-x yang benar benar berkualitas, bukan sinar-x

yang sifatnya hamburan. Sinar-x yang sifatnya hamburan apabila

mengenai screen justru hanya akan membuat bayangan kabur pada


12

film sehingga kualitas gambar yang dihasilkan akan menjadi

berkurang

- Spon

Spon terbuat dari busa lembut. Spon ini berfungsi untuk

menekan dua screen pada bagian depan dan bagian belakang,

sehingga akan benar- benar menekan film yang berada diantara dua

screen tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kontak antara screen dan

film benar- benar rata.

- Pb ( timbal)

Pb hanya dipasang pada bagian belakang kaset. Sesuai dengan

bahannya, dipasang Pb pada bagian belakang kaset dimaksudkan

agar sinar-x yang masih kuat sampai kebelakang kaset tidak mampu

menembus lagi karena dihambat oleh Pb. (Rahman, Nova 2009)

Macam- macam kaset :

a. Curved Cassette

Yaitu kaset yang bentuknya melengkung dengan komposisi

sama seperti kaset umum. Kaset ini dipakai untuk pemmotretan

obyek-obyek yang melengkung atau letak dari obyeknya berada

pada posisi yang membentuk kurva.

b. Gridded Cassette
13

Yaitu kaset yang dilengkapi dengan grid. Umumnya dipakai

untuk pemotretan dimana Central Ray (CR) tegak lurus terhadap

kaset.

c. Flexible Cassette

Yaitu kaset yang dindingnya lentur, biasanya terbuat dari plastik

atau yang paling sederhana terbuat dari kertas. Yang terpenting

adalah harus kedap cahaya. Kaset jenis ini tidak memiliki screen di

dalamnya. Biasanya digunakan pada industri (misalnya untuk

melihat sambungan pipa pada gas).

d. Multi Section Cassette

Kaset jenis ini digunakan untuk pemotretan jaringan yang terdiri

dari beberapa lapisan. Bedanya dengan tomografi adalah bahwa

pada tomografi yang difoto hanya satu lapis. Kaset ini cukup tebal

karena di dalamnya mampu menampung 3 – 7 film. Film yang

pertama menggunakan screen high definition untuk bagian depan

saja. Film kedua menggunakan medium speed screen untuk bagian

belakangnya saja. Film ketiga menggunakan sepasang screen high

definition (low speed). Film keempat sepasang screen medium

speed. Film kelima sampai ketujuh menggunakan sepasang screen

high speed.

2.6. Film
14

Film dalam radiografi secara umum mempunyai fungsi sebagai pencatat

bayangan sehingga gambaran yang kita inginkan bisa dapat dilihat melalui film.

Bahan film radiografi yang paling utama adalah emulsi. Emulsi film radiografi

terbuat dari senyawa yang bernama perak bromide atau dengan rumus senyawa

kimianya adalah AgBr. Ukuran film yang umum digunakan adalah berukuran

18 x 24 cm, 24 x 30 cm, 30 x 40 cm, 35 x 35 cm, dan 35 x 43 cm.

Jika sebuah objek diletakkan diatas film, kemudian objek ini di eksposi

dengan menggunakan sinar X maka sinar X yang mengenai objek sebagian akan

diserap dan sebagian lagi akan diteruskan secara otomatis akan berkurang

intensitasnya. Akibatnya pada bagian film yang terletak dibawah objek akan

mendapatkan sinar X yang lebih sedikit, sementara bagian film yang tidak

dihalangi objek akan mendapatkan sinar X yang banyak.

Bagian film yang mendapatkan sinar X lebih sediki tnantinya akan

berwarna putih sementara bagian film yang mendapatkan sinar X yang lebih

banyak akan berwarna hitam. Perbedaan gambaran ini tentunya baru bisa dilihat

dengan mata apabila film telah diproses. (Rahman, Nova 2009)

1. Struktur Film Radiografi

Secara umum struktur film terbagi menjadi dua bagian yaitu struktur

film untuk double emulsi dan struktur film untuk single emulsi.

a. Film double emulsi

Film double emulsi berarti film radiografi yang memiliki dua

emulsi yaitu pada bagian depan dan belakang. Film jenis ini secara

fisik terlihat lebih tebal dibandingkan dengan yang single emulsi. Film
15

jenis ini banyak digunakan pada pelayanan radiologi di Indonesia

karena film ini lebih mudah digunakan dan dari segi harga relatif lebih

murah dibandingkan dengan yang single emulsi.

Terlihat pada gambar 2.4 :

Gambar 2.4 : Struktur film double emulsi (Ball and Price, 1990)

b. Film single emulsi

Film single emulsi berarti film radiografi yang hanya memiliki satu

emulsi saja. Secara fisik film jenis ini terlihat lebih tipis dibandingkan

dengan yang double emulsi. Film jenis ini tidak digunakan pada

semua pelayanan radiologi, sebab film jenis ini hanya digunakan

untuk pemeriksaan radiologi yang khusus saja seperti pemeriksaan

mamografi (pemeriksaan radiologi untuk memeriksa payudara).

Terlihat pada gambar 2.5 :


16

Gambar 2.5 Struktur film single emulsi (Ball and Price, 1990)

2. Bagian-Bagian Pada Film Radiografi

Bagian-bagian film radiografi mempunyai nama dan fungsi masing-

masing. Bagian-bagian film tersebut adalah :

a. Supercoat

Merupakan lapisan pelindung atau disebut juga lapisan anti

abrasive. Lapisan ini terbuat dari gelatin murni yang cenderung keras

dan permukaan mengkilat. Lapisan ini juga berfungsi untuk menahan

debu dan kotoran, serta menjaga film dari goresan . Selama prosesing

penembusan oleh cairan kimia akan diperlambat oleh lappisan ini, hal

inilah yang menjadikan lapisan ini bersifat anti static (Jenkins, 1980).

b. Emulsi

Merupakan lapisan film yang sensitif terhadap radiasi. Emulsi film

terdiri dari butiran perak bromida (AgBr) yang melekat digelatin

murni. Lapisan ini sangat mudah rusak oleh cairan kimia, pergerakan

mekanik atau pemanasan. Emulsi terletak diantara supercoat dan


17

lapisan adhesive dengan maksud memberikan perlindungan pada

emulsi (Jenkins, 1980).

c. Adhesive

Lapisan ini disebut juga subbing layer, digunakan untuk

merekatkan antara film base dengan lapisan emulsi (Jenkins, 1980).

d. Film Base

Merupakan bahan plastik transparan (polyester) yang terlihat kuat

dan tidak mudah sobek (Jenkins, 1980)

3. Perawatan & Perlindungan Pada Film

Perlindungan pada film harus dilakukan dalam keadaan apapun, perlu

perlakuan khusus dengan cara melindung film dari :

a. Kerusakan fisik

b. Cahaya

c. Suhu yang tinggi

d. Kelembaban yang relatif tinggi

e. Udara dan uap

f. Sinar-x dan sumber radioaktif

g. Api

(Ball and Price, 1990)

2.7. Automatic Processing.


18

Dalam dunia radiografi, pengolahan film yang dilakukan tidak hanya

dengan cara manual, tetapi ada pengolahan film dengan cara lain yaitu pengolahan

film secara otomatis (Automatic processing). Automatic processing mempunyai

pengertian pengolahan film yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan

mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang

biasanya dilakukan oleh manusia.

Dalam automatic processing, semua telah diatur oleh mesin mulai film

masuk ke developer, ke fixer hingga film keluar dari mesin dalam keadaan kering.

Automatic processing dikenal juga dengan istilah dry to dry yang artinya film

masuk dalam keadaan kering dan keluar juga dalam keadaan kering, tidak seperti

pada pengolahan film secara manual dimana film masih harus dikeringkan

beberapa saat sebelum akhirnya kering. (Rahman, Nova 2009)

Prinsip yang digunakan dalam pengolahan film secara otomatis benarnya

sama dengan pengolahan film secara manual. Namun pada pengolahan film secara

otomatis tidak terdapat tahapan rinsing. Hal ini dikarenakan tahapan rinsing

digantikan oleh roller yang berada didalam mesin automatic processing. Tahapan-

tahapan yang ada pada automatic processing adalah Develoving, Fixing,

Washing dan Drying.

Semua tahapan diatas sama dengan manual seperti bagaimana proses di

Develover, Fixer hingga masuk ke Dryer.perbedaannya hanya pada proses ini

cairan yang digunakan untuk Develover dan Fixer tidak boleh yang berjenis

powder, develover dan fixer untuk pengolahan film secara otomatis hanya boleh

dari jenis liquid. Hal ini disebabkan pada develover dan Fixer dari jenis powder
19

masih ada beberapa Kristal dari Develover dan Fixer yang tidak larut dalam cairan

sehingga jika digunakan pada mesin automatic processing , Kristal ini dapat

menempel pada roller yang kemudian akan berakibat tergoresnya film saat roller

menjepit film. (Rahman, Nova 2009)

Hal ini disebabkan karena alasan –alasan dibawah ini:

a. Pengelahan film bisa dilakukan dengan cepat

b. Pekerjaan yang di lakukan lebih praktis dan bersih

c. Pengolahan film mempunyai waktu yang standar

d.Kamar gelap yang digunakan relatif lebih kecil dibanding manual

prossecing ,bahkan untuk beberapa jenis mesin processing tertentu ada

yang tidak memerlukan kamar gelap (day light sytem)

e. Total cost untuk keseluruhan biaya bisa lebih murah dibanding dengan

manual.

Berikut adalah contoh gambar dari processing automatic :

Gambar 2.6 : Automatic Processing

2.8 Anatomi
20

Genu adalah persendian antara distal femur dengan proksimal cruris. Yang

terdiri dari tulang femur, cruris dan patela. Dapat kita lihat pada gambar 2.7

Basis patela

Epicondilus lateralis
Epicondilus medialis
Fossa intercondilaris

Sulkus popliteus Apex patela


Condilus lateralis Condilus medialis (femur)

Condilus lateralis Condilus medialis (tibia)


T. intercondilus medial
Apex capitis fibulae
T. intercondilus lateral
Articulation tibiofibularis
Linea epiphysialis
Caput fibula

Corpus fibulae Corpus tibia

Gambar 2.7 genu

2.8.1. Femur

Femur adalah tulang yang berkembang dari pemanjangan pada bagian

epifise (bonggol tulang). Ujung dari epifise dibungkus oleh tulang rawan hialin.

Pertumbuhan secara longitudinal ini disebabkan oleh Osifikasi secara endokondral

pada epifise. Gambar Os.femur dapat kita lihat pada gambar 2.8.
21

Gambar 2.8 Os. Femur

2.8.2. Tibia

Tibia adalah merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan

berfungsi menyanggah berat badan. Tibia bersendi diatas dengan condylus

femoris dan caput fibula. Gambar Os.Tibia dapat kita lihat pada gambar 2.9.

2.8.3. Fibula

Fibula adalah tulang lateral tungkai bawah yang langsung.Tulang ini tidak

ikut berartikulasi pada articulatio genu,tetapi dibawah tulang ini membentuk

malleolus lateralis dan articulatio talocruralis. Gambar Os.Fibula dapat kita lihat

pada gambar 2.10.


22

Gambar 2.9 Os. Tibia

Gambar 2.10. Os. Fibula

2.8.4 Patela
23

Petela adalah tulang sesamoid yang terbesar. (yaitu sebuah tulang yang

berkembang didalam tendon dari m. quadri ceps femoris didepan articulatio genu)

2.8.4.1 Bagian-bagian dari patela

1.basis patela

2.facies patela

3.apex patela

2.8.4.2 Batas patela

1. Corpus femoris

2.8.4.3 Batas bawah patela

1.Fossa intercondy laris

2.Sulcus politeus

3.Femur condylus lateralis

4.Femur condylus medialis

5.Tuber culum intercondylari lateral

6.Tuber culum intercondylari medialis

7.Condilus lateralis tibia dan condilus medialis tibia

Gambaran dari patella dapat kita lihat pada gambar 2.11.


24

Gambar 2.11 patela

2.9 Patologi

Tempurung lutut ini adalah sesamoid tulang yang paling tetap dan yang

paling besar didalam badan. Tempurung lutut suatu tulang yang bersegi tiga

flat/kempes terletak di distal permukaan yang berada di depan tulang paha.

Ada beberapa klinis dalam pemeriksaan genu yaitu:

1.Fraktur

2.Dislokasi

3.Fissura

4.OA(ostroarthritis)

2.10 Teknik Radiografi

Pada perbandingan genu proyeksi yang digunakan adalah proyeksi weight

bering AP dan AP erect. Supaya mendapatkan gambaran radiografi pada

perbandingan genu.

2.10.1 Teknik pengambilan gambar


25

2.10.1.1. Weight bering Ap

Weight bering adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan

beban.

Posisi pasien

a. Erect di depan bucky stand

b. Kaki yang akan di periksa di atur lurus

c. Kaki yang tidak di periksa di angkat dan fleksikan sehingga tubuh

menompang pada kaki (menompang), sehingga kaki pasien tidak

menempel pada Backy Stand

d. Erect (berdiri) membelakangi buchy stand (suatu penampang kaset yang

berdiri sendiri) dan menggunakan alat bantu berupa tangga.

Posisi objek

a. Atur knee joint true AP di pertengahan kaset.

b. Kaki sedikit di renggangkan agar kesimbangan tubuh tetap terjaga karena

kaki sebagai penopang berat badan.tangan tidak boleh berpegangan pada

bucky stand karena jika berpegangan otomatis berat badan akan tertumpu

pada tangan

FFD = 100 cm

CR = Horizontal tegak lurus

CP = Di pertengahan ke dua Condylus

Dapat dilihat pada gambar 2.12 :

Kriteria gambarannya:
Distal femur
26

Patela super posisi

Condylus medialis

Condylus lateralis

Froksimal cruris

Fibula

Gambar 2.12 kriteria gambaran Weight Bearing AP

a. Tampak Condylus lateralis

b. Tampak Condylus medialis

c. Patela

d. Distal femur

e. Proksimal cruris

f. Fibula

2.10.1.2. AP Erect

Posisi pasien

a. Erect di depan sbacky stand

b. Kedua tungkai di atur lurus

Posisi objek
27

a. Genu/lutut diatur dipertengahan kaset

b. Harus true AP

FFD = 100 cm

CR = Horizantal tegak lurus

CP = Di antara ke dua Condylus

Kriteria gambaran dapat kita lihat pada gambar 2.13

kriteria gambaran yang terlihat adalah

a. Tampak Condylus lateralis

b. Tampak Condylus medialis

c. Patela super posisi

d. Distal femur

e. Froksimal cruris

f. Fibula
28

Distal femur

Patela super posisi

Condylus medialis

Condylus lateralis

Froksimal cruris

Fibula

Gambar 2.13 Kriteria gambaran Genu AP Erect

2.11. Kualitas Radiograf

Secara umum, kualitas radiograf terdiri atas 4 komponen yaitu:

1. Densitas

Densitas adalah tingkat kehitaman pada fim rontgen

( Charles A.Jacobi,1977:hal 86)

2.Kontras

Kontras adalah Perbedaan densitas pada area yang berdekatan dalam

radiograf

(Chesney’s,1990:hal 9)

3.Ketajaman

Ketajaman adalah Perbedaan densitas, maka ketajaman memperlihatkan

bagaimana perubahan densitas pada perbatasan antara daerah yang berdekatan.


29

Semakin tnggi nilai kontras, maka semakin tajam gambaran yang dihasilkan

(Chesney’s,1990:hal 10)

4. Detail

Detail adalah Kemampuan untuk memperlihatkan struktur yang sangat

berdekatan atau mampu memproyeksikan struktur terkecil dari objek.

2.12. Dasar –dasar Proteksi Radiasi (M.Akhadi.2000)

Proteksi Radiasi adalah suatau cabang ilmu atau teknik yang mempelajari

masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan

pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang atau pun

kepada keturunan terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat

paparan radiasi.

Untuk mencapai tujuan proteksi radiasi diperkenalkan tiga asas proteksi

radiasi yaitu:

1.Asas Justifikasi atau pembenaran

Asas ini menghendaki agar setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan

paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengajian yang

cukup mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut cukup besar

dibandingkan dengan kerugian yang dapat ditimbulkan.

2.Asas Optimasi

Asas ini menghendaki agar paparan radiasi yang berasal suatu kegiatan

harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan


30

sosial. Asas ini juga dikenalkan sebutan ALARA (As Low As Reasonably

Achieable).

3.Asas Pembatasan Dosis Perorangan atau Limitasi

Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang

dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah

ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

2.13. Acuan dasar proteksi radiasi

Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi, baik untuk pekerja

radiasi maupun anggota masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga

setiap kegiatan proteksi harus selalu sesuai dengan acuan dasar. Sesuai dengan

rekomendasi ICRP, dalam setiap kegiatan proteksi dikenal adanya standar dalam

nilai batas dan tingkat acuan. Nilai batas terdiri atas nilai batas dasar, nilai batas

turunan dan nilai batas ditetapkan. Sedang tingkat acuan terdiri atas tingkat

pencatatan, tingkat penyelidikan dan tingkat intervensi.

a) Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat di ukur secara

langsung. Sedang dalam pelaksanaan program proteksi radiasi, rancangan

program pemantauan radiasi memerlukan metode interpretasi untuk secara

langsung dapat menunjukkan bahwa hasil pemantauan itu sesuai dengan

nilai batas dosis.


b) Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan

dengan nilai batas dasar dengan menggunakan sebuah model. Dengan

demikian hasil pengukuran yang sesuai dengan nilai batas turunan secara

otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar. Sedangkan nilai batas
31

ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh pemerintah

maupun peraturan lokal pada suatu instalasi.

Pelaksanaan program proteksi radiasi memerlukan perencanaan yang hati-

hati dalam menentukan tingkat acuan dan tingkat nyata yang perlu diambil jika

nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini secara operasional

akan sangat membantu penguasa instalasi atom dalam upaya mencapai tujuan

proteksi radiasi. Ada tiga tingkat acuan, yaitu:

1. Tingkat pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu

hasil pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang

dari 1/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.


2. Tingkat penyelidikan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka

penyebab atau implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat

penyelidikan harus kurang dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen

tahunan.
3. Tingkat intervensi, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa

tindakan penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus

ditentukan sehingga tingkat penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi

operasi normal. (Mukhlis Akhadi, 2000: hal 153)

Anda mungkin juga menyukai