Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEKNIK CT SCAN DASAR

SEJARAH PERKEMBANGAN CT SCAN


Dosen pengampu Marido Bisra, S.Tr.Rad

Disusun Oleh :

Depri Yandi

18002007

PROGRAM STUDI DIII RADIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

AWAL BROS PEKANBARU

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Sejarah
Perkembangan CT Scan Dasar”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian
data dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
berguna dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Demikianlah makalah ini disusun apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak dapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pekanbaru, 18 Maret 2020

Penulis

Depri Yandi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan Penulisan................................................................................... 1

D. Manfaat Penulisan.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3

A. Sejarah perkembangan CT-Scan............................................................ 5

BAB III PENUTUP ……………………………………………………... 15

A.Kesimpulan............................................................................................ 15

B.Saran.......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CT Scan merupakan alat kedokteran yang digunakan untuk menampilkan
gambar penampang tubuh yang dideteksi menggunakan sinar X-Ray dengan bantuan
komputer. Gambar-gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi
untuk melihat bagian dalam tubuh pasien. CT scan sering digunakan untuk
mengevaluasi otak, leher, tulang belakang, dada, perut, panggul, dan sinus. Alat ini
telah menjadi prosedur yang lazim dilakukan dalam dunia kedokteran.
CT-Scan telah merevolusi bidang medis karena memungkinkan dokter untuk
melihat penyakit di masa lalu, yang sering kali ini hanya bisa ditemukan di meja
operasi atau proses otopsi. CT-Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif, aman, dan
ditoleransi dengan baik. Hal ini memberikan hasil tampilan yang sangat rinci pada
beberapa bagian tubuh.
Penggunaan CT-Scan yang semakin marak dalam dunia kedokteran,
mendorong penulis untuk mengetahui lebih dalam bagaimana prinsip kerja dan
pengaplikasian ilmu fisika dalam alat tersebut.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan makalah ini, penulis perlu
membatasi masalah-masalah yang akan dibahas, penulis akan menyajikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan CT-Scan?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan CT-Scan.

D. Manfaat

1
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan informasi
kepada pembaca mengenai sejarah perkembangan CT Scan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan CT-Scan


Awal perkembangan CT-Scan bermula dari tanggal 11 Agustus 1895, yaitu
dengan ditemukannya radiasi sinar-x oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman
yang bernama Wilhem Conrad Rontgen (1845-1923) yang langsung dinobatkan
sebagai pemenang penghargaan Nobel pada saat itu.
Sinar-x adalah merupakan gelombang electromagnet yang mempunyai panjang
gelombang berkisar antara 10 nm – 100 pm. Sinar-x mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Memiliki daya tembus yang besar.
2. Dapat diserap oleh materi (tergantung nomor atomnya).
3. Memiliki efek fotografi (dapat menghitamkan film).
4. Dapat menimbulkan efek fluorosensi (memendarkan fosfor).
5. Dapat dibelokkan / dihamburkan (difraksi sinar-x)
6. Menimbulkan ionisasi.

Sinar-x memungkinkan orang pertama kali untuk melihat struktur dari tubuh
manusia bagian dalam tanpa melakukan operasi / pembedahan. Namun sinar-x pada
masa ini juga memiliki keterbatasan, yaitu, gambar yang dihasilkan merupakan
superimposisi (overlap) dari obyek yang diamati dan juga tidak dapat
menggambarkan jaringan lunak. Selain itu ada juga masalah lainnya yaitu, pada
teknik radiografi konvensional, jika dua buah obyek yang memiliki besar yang
berbeda, dapat tampak sama besar jika hanya dilhat dari satu sudut pandang saja. Dan
masalah lainnya, jika dua buah obyek yang berbeda ukuran dan terletak dalam satu
garis lurus sinar-x, maka organ yang kecil tidak dapat terlihat, karena tertutup obyek
yang lebih besar.

3
Pada tahun 1920, dikembangkan suatu teknik yang berusaha memisahkan
gambaran overlapping dari suatu organ yang diperiksa yang dinamakan Tomografi.
Teknik yang dikembangkan adalah dengan menggerakkan tabung sinar-x dan film
dalam kaset secara bersamaan, dan menggunakan fulcrum sebagai titik focus dari
organ yang akan diperiksa. Organ yang ada di bagian atas dan bawah obyek yang
diperiksa akan tampak blur (samar) sedangkan objek yang diperiksa akan tampak
lebih jelas. Teknik Tomografi ini digunakan pertama kali pada tahun 1935.
Namun demikian teknik ini masih mempunyai beberapa kekurangan, yaitu hanya
area tertentu saja yang berada pada bidang focus yang dapat terlihat jelas, dan bidang-
bidang lainnya yang tidak berada pada bidang focus tidak dapat terlihat dengan jelas.
Sedangkan dunia ilmu pengetahuan terus berkembang dengan pesat. Ilmu kedokteran
modern membutuhkan gambaran yang mampu menampilkan organ dengan lebih jelas
tidak hanya pada organ yang diperiksa, melainkan juga organ lain disekitarnya.
Pada tahun 1972, Godfrey N. Hounsfield dan J. Ambrose yang bekerja di Central
Research Lab of EMI, Ltd di Inggris menghasilkan Gambar klinis pertama dengan
CT-Scan (Computed Tomography Scan). Dan merupakan tanda awal dari dimulainya
era baru perkembangan diagnostic imajing.
Pada tahun 1974, enam puluh unit CT terpasang. Awalnya pemeriksaan yang
dilakukan hanya terbatas pada CT kepala saja. Dan pada tahun 1975 diperkenalkan
pertama kali sebuah Whole Body scanner (CT-Scan seluruh tubuh) yang digunakan
untuk penunjang klinis . Pada tahun 1979, Hounsfield dan Cormack dianugerahi
hadiah nobel.
Pada tahun 1989, W.A. Kalender dan P. Vock melakukan pemeriksaan klinis
pertama dengan menggunakan Spiral CT. Dan pada tahun 1998 mulailah
diperkenalkan alat Multi Slice CT (MSCT) dengan 4 slice. Pada tahun 2000
dikembangkan PET/CT system, kemudian di tahun 2001 telah dikembangkan CT
Scan 16 slice. Pada tahun 2004 dikembangkan teknik CT Scan 64 slice dan telah
lebih dari 40000 instalasi CT untuk aplikasi klinik.
Teknik pencitraan CT sama sekali berbeda dengan teknik pencitraan radiologi
biasa (konvensional). Computed Tomography atau CT adalah sebuah proses radiologi
untuk menghasilkan gambaran dari potongan melintang (trans-axial) tubuh pasien.

4
Dua buah karakteristik baru yang ada pada gambar yang dihasilkan pada CT adalah
peralatan digital yang menghasilkan gambaran digital dan gambar irisan
mempresentasikan volume / informasi 3 Dimensi.
Namun pencitraan CT Scan juga masih mengalami kendala terhadap organ –
organ yang mempunyai densitas hampir sama. Misalnya adalah kasus tumor pada
jaringan, dimana gambaran tumor sulit dibedakan dengan jaringan sekitarnya.

Demikian juga pencitraan system peredaran darah, system urinaria (saluran


kencing), dan masih banyak lagi kasus – kasus pemeriksaan CT Scan yang sulit
divisualisasikan secara baik dengan pemeriksaan CT Scan. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka mulailah dilakukan penelitian untuk memperoleh hasil pencitraan CT
Scan yang dapat membedakan suatu organ yang diperiksa dengan organ lain
disekitarnya dengan menambahkan suatu zat yang dianggap mampu
memvisualisasikan organ – organ yang mempunyai densitas hampir sama. Zat
tersebut dinamakan “Contrast Media” atau Bahan Kontras.
Perkembangan CT Scan sangat pesat. Dimulai dari generasi I yang hanya
memiliki satu detector dan menggunakan berkas Pencil Beam, sampai yang sekarang
ini sudah menggunakan Multi Slice Detector (MSCT) dan Dual Source CT (DSCT).
Ciri-ciri generasi perkembangan CT Scan dari awal hingga sekarang :

1. Generasi Pertama

Gambar 2.1

5
Pesawat CT Scan pertama kali dirancang bangun pada tahun 1971 atas dasar tindak lanjut ide
teori Dr. Hounsfield dengan prinsip kerja pesawat teknik tomografi. Dimana lingkup kerja
pesawat CT Scan hanya terbatas pada pengambilan gambar-gambar diagnosa kepala secara
scanner, sehingga pesawat CT Scan waktu itu disebut CT Head Scanner.

Ciri-ciri CT Scan generasi pertama diantaranya :

• X-ray tube yang digunakan masih menghasilkan pencil beam.

• Detector yang digunakan single detector untuk mendapatkan gambaran per-slicenya.

• Pixel yang dihasilkan dalam bentuk pixel recon matrix memiliki ukuran 80 x 80 pixel recon
matrix, 13 mm slice thickness 33 mA, 120 KV.

• Scanning time yang bisa dilakukan pesawat adalah 4 s/d 5 menit.

• Kerja x-ray tube secara continous radiation.

• Proyeksi gambar scanning secara paralel untuk tiap kali rotasi.

• Prinsip kerja pesawat menggunakan prinsip kerja teknik tomografi

• Secara translation dan rotation yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan
detector.

• Secara translation dan rotation yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan
detector.

• Perintis    :  EMI, London, 1977

• X-ray      :  pencil beam

• Gerakan  :  translate – rotate

• Detektor  :  single detector

• Rotasi      :  180 derajat

• Waktu     :  4,5 – 5,5 menit / scan slice

• App        :  head scanner

Gambaran pergerakan tabung dan detektor pada generasi pertama :

6
Gambar 2.2

2. Generasi Kedua

         CT Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975, dimana pesawat CT Scan II merupakan
evolution CT Scan generasi pertama, pada pesawat CT Scan II mempunyai fasilitas komponen
yang lebih lengkap, terutama dalam pemakaian komponen detector. Pada CT Scan II, sistem
detector yang dipakai adalah multidetector, sehingga sensitifitas pesawat tersebut terhadap
berkas radiasi x-ray yang terpancar dari sumber sinar-x lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pesawat CT Scan yang menggunakan single detector.

CT Scan generasi kedua juga memiliki ciri-ciri khusus diantaranya :

• X-ray tube yang digunakan dapat menghasilkan fan beam.

• Banyaknya detector yang dipakai biasanya lebih dari 30 detector.

• Lama waktu Scanning ± 20 s/d 90 second.

• Menghasilkan x-ray secara continous radiation.

• Sudah bisa digunakan untuk Scan hampir seluruh tubuh.

Gambaran gerakan tabung dan detector pada alat CT Scan generasi kedua :

7
Gambar 2.3

3. Generasi Ketiga

         Berdasarkan hasil rekontruksi gambaran diagnosa yang dihasilkan, CT Scan III mampu
menampilkan tampilan gambaran diagnostik suatu objek dengan kemampuan resolusi yang lebih
baik daripada gambaran diagnostik yang dihasilkan pada generasi CT Scan sebelumnya. CT
Scan III muncul sekitar tahun 1977 setelah CT Scan II muncul. Kemunculan pesawat CT Scan
III merupakan imbas dari kemajuan teknologi komputer dalam merekontruksi gambar-gambar
medik dengan resolusi citra yang baik. Hal ini ditandai dengan semakin kompleksnya sistem
pesawat pada CT Scan III. Sehingga pencitraan medik pada gambaran diagnostik tampak lebih
sempurna.

CT Scan III mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

• Sinar-x yang dihasilkan oleh x-ray tube adalah fan beam geometri.

• Detector yang digunakan sebagai pendeteksi sinyal radiasi x-ray lebih banyak daripada CT
Scan I dan II, yakni jumlahnya sebanyak 380 s/d 768 element.

• Dapat menghasilkan sinar-x yang bersifat pulsed radiation atau continous radiation (tergantung
dari rancangan pesawat tersebut).

• Sistem pergerakkan kerja rotanx dan detector tidak secara linier, melainkan secara rotasi
dengan kecepatan tinggi (high speed).

8
• Exposure time yang relatif cepat ± 500 ms (Somatom Plus 4, Siemens) s/d 1,4 second
(Somatom DR Siemens).

• Dapat digunakan untuk mendiagnosa seluruh tubuh.

Gambaran gerakan tabung dan detector pada alat CT Scan generasi kedua :

Gambar 2.4

4. Generasi Keempat

         Pesawat CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munulnya CT Scan III.
Pesawat CT Scan IV merupakan suatu modifikasi dari CT Scan III. Karena semua cara kerja
yang diaplikasikan pada pesawat CT Scan IV adalah dasar prinsip kerja pesawat CT Scan III.
Meskipun berdasarkan kedetailan penyampaian informasi secara digital, CT Scan IV sedikit
lebih akurat daripada CT Scan III. Hal ini disebabkan karena pada CT Scan IV dimodifikasi
dengan stationary detector.

Pengembangan dari generasi III

 X-ray      :  wide fan beam


 Gerakan :  stationary-rotate system
 Detektor :  multi detector (424-2400)
 Slip ring detector
 Rotasi    :  360 derajat
 Waktu    :  <10 detik / scan slice
 App        :  whole body scanner

9
CT Scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin yang dinamakan  ring. Sehingga
hanya tabungnya saja yang berputar 360 derajat dan detektornya statis (diam). Waktu yang
diperlukan untuk satu kali scanning selama 1 – 5s
Gambaran pergerakan tabung sinar-x dan detector :

Gambar 2.5

5. Generasi Kelima

          CT Scan V muncul tidak layaknya seperti CT Scan generasi sebelumnya. Pada CT Scan
generasi I, II, III, dan IV hadir dengan prinsip aplikasi fungsional dan peranan x-ray sebagai
media pembentuk gambaran diagnostik. Akan tetapi, pesawat CT Scan V muncul tanpa
menggunakan peranan x-ray sebagai media untuk menampilkan tampilan diagnosa. 

           Pada Electron Beam Technique tidak menggunakan tabung sinar-x, tapi menggunakan
electron gun yang memproduksi pancaran electron berkekuatan 130 KV. Pancaran electron
difokuskan oleh electro-magnetic coil menuju fokal spot pada ring tungsten. Proses
penumbukkan electron pada tungsten menghasilkan energy sinar-x.  Sinar-x akan keluar
melewati kolimator yang membentuknya menjadi pancaran fan beam.  Kemudian sinar-x akan
mengenai obyek dan hasil atenuasinya akan mengenai solid state detector dan selanjutnya
prosesnya sama dengan prinsip kerja CT Scan yang lain.  Perbedaannya hanya pada pembangkit
sinar-x nya bukan menggunakan tabung sinar-x tetapi menggunakan electron gun.

10
Gambar 2.6

6. Generasi Keenam (Spiral / Helical CT)

Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-x berputar,
sehingga gerakan tabung sinar-x membentuk pola spiral terhadap pasien ketika dilakukan
akuisisi data.

Pola spiral ini diterapkan pada konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat.

Pengembangan dari generasi III dan IV

·         X-ray      :  wide fan beam

·         Gerakan :  stationary-rotate system

·          scanning (spiral CT)

·         Detektor :  multi detector (424-2400)

·         slip ring detector

·         Rotasi    :  360 derajat

·         Waktu    :  <10 detik / scan slice

·         App        :  whole body scanner (multi slice, 3D, 4D)

             Gambaran pergerakan tabung sinar-x, detector dan meja pasien :

11
Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9

7. Generasi Ketujuh (Multi Array Detector CT / Multi Slice CT

12
Dengan menggunakan multi array detector, maka apabila kolimator dibuka lebih lebar maka
akan dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga diperoleh irisan yang lebih tebal
sehingga penggunaan energy sinar-x menjadi lebih efisien.

Gambar 2.10

Gambar 2.11

8. Generasi Kedelapan (Dual Source CT)


13
Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-x dan terhubung pada dua buah
detector. Masing-masing tabung sinar-x menggunakan tegangan yang berbeda. Yang satu
menggunakan tegangan tinggi (biasanya sekitar 140 KV) dan tabung yang lainnya menggunakan
tegangan rendah (sekitar 80 KV).  DSCT berguna untuk menentukan jenis bahan atau zat.

Gambar 2.12

Gambar 2.13

BAB III
PENUTUP

14
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. CT Scan merupakan suatu modalitas imaging diagnostic yang menggunakan gabungan
dari sinar x dan komputer untuk mendapatkan citra atau gambar berupa variasi irisan
tubuh manusia.
2. Dari perkembangan teknologi CT Scan dapat diperoleh indicator perkembangannya
sebagai berikut yaitu makin compact / ringkas komponennya, Makin cepat scanning time
nya, Makin halus resolusinya, Makin banyak slice nya, Makin luas dimensinya, Makin
banyak manfatnya, dan Makin kecil bahaya nya.
B. Saran
Dalam penggunaan modalitas CT scan, diperlukan pemahaman yang sangat luas
dikarenakan fungsinya yang sangat kompleks dan kebutuhan penggunaan CT Scan dalam
bidang diagnostic yang tinggi. Oleh karena itu sebagai calon radiographer yang akan
terjun dibidang diagnostic perlu mendalami CT Scan dengan baik sehingga dapat
mengoprasikan CT Scan secara sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

15
Ballinger, Philip W dan Frank, Eugene D. 2003. Merrills’s Atlas of Radiographic Positions &
Radiologic Procedures, Third Volume. USA: Mosby.
Bushong, Stewart C. Computed Tomography. 2000. Computed Tomography: Essentials of
Medical Imaging Series. USA: The McGraw-Hill Companies.
Singh, Harjit dan Neutze, Janet A. 2012. Radiology Fundamentals: Introduction to Imaging &
Technology, Fourth Edition. New York: Spring Science+Business Media.
Takahashi, S. 1983. Illustrated Computer Tomography. New York.
http://zonaradiology.blogspot.com/2013/10/perkembangan-ct-scan-generasi-i-sekarang.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai