Anda di halaman 1dari 7

Ionisasi bisa terjadi pada saat radiasi berinteraksi dengan atom materi

yang dilewatinya. Radiasi yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi


disebut radiasi pengion. Termasuk dalam katagori radiasi pengion ini
adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron.
Pada saat menembus materi, radiasi pengion dapat menumbuk elektron
orbit sehingga elektron terlepas dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion
positif dan ion negatif.

Efek-efek yang timbul akibat radiasi pengion :

1. Efek Genetik

Merupakan efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan orang yang


menerima radiasi, karena perubahan kode genetik terjadi pada sel
pembawa keturunan.

2. Efek Somatik

Merupakan efek radiasi yang langsung dirasakan oleh orang yang


menerima radiasi tersebut. Terdapat 2 macam efek somatik, antara lain :

1. Efek Stokastik
Adalah efek yang timbul karena perubahan pada sel normal akibat radiasi
pengion. Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan
untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat
molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak
membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau
sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.
Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek
stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis
ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin
besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik,
sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang
diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka
sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya
sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel
somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya,
akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek
pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi,
namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.

Ciri – ciri efek stokastik :

i. Tidak mengenal dosis ambang

ii. Timbul setelah masa tenang yang lama

iii. Dosis radiasi tidak mempengaruhi keparahan efek

iv. Tidak ada penyembuhan spontan. Contoh : kanker & penyakit


turunan

2. Efek Non-Stokastik (Deterministik)

Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi
yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat
terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun
lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis
ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah
terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat
bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi
bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis
ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian
adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini
menjadi 100%.

Ciri-ciri Efek Non Stokastik :


i. Punya dosis ambang

ii. Timbul beberapa saat setelah radiasi

iii. Adanya penyembuhan spontan

iv. Dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek.

contoh :luka bakar, sterilitas, dan katarak

Ketika melewati materi, maka sinar-X akan mengalami interaksi dengan


materi tersebut. Dari interaksi tersebut, akan timbul efek yang melalui
4 tahapan, antara lain :

1. Tahap Fisika
Pada proses fisika, terjadi peristiwa absorbsi energi oleh materi sesaat
setelah terkena radiasi. Tahapan fisika diikuti oleh eksitasi dan ionisasi
atom atau molekul.

Berlangsung hanya kira-kira 10-16 detik dimana energi terdeposit di


dalam sel dan menyebabkan ionisasi. Di air reaksinya dapat dinyatakan
sebagai :

H2O —> H2O+ + e–


Dimana H2O+ adalah ion positif dan e– adalah ion negatif
2. Tahap Kimia – Fisika

Pada proses kimia, terjadi peristiwa perusakan molekul-molekul secara


kimiawi. perubahan ini diakibatkan oleh antara lain:

a. Efek langsung

b. Efek tidak langsung


Berlangsung kira-kira 10-6 detik, dimana ion-ion berinteraksi dengan
molekul air lainnya yang menghasilkan beberapa produk baru. Sebagai
contoh, ion positif terdisosiasi :
H2O+ —> H+ + OH–
Ion negatif, yaitu elektron, terikat pada molekul air netral yang
selanjutnya terdisosiasi

H2O+ + e– —> H2O


H2O– —> H + OH–
Sehingga produk dari reaksinya adalah H+ , OH– ,H dan OH. Dua ion
pertama, yang ada dalam sebagian besar air, tidak mengambil bagian
dalam reaksi berikutnya. Dua produk lainnya, H dan OH disebut radikal
bebas, yaitu mereka yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan
dan secara kimia sangat reaktif. Hasil reaksi lainnya adalah hidrogen
peroksida H2O2, yang merupakan oksidan yang sangat kuat dan terbentuk
dengan reaksi:
OH + OH —> H2O2
3. Tahap kimia

Berlangsung hanya beberapa detik, dimana hasil reaksi berinteraksi


dengan molekul-molekul organik yang penting dari sel. Radikal bebas dan
oksidan dapat menyerang molekul komplek yang membentuk koromosom.
Misalnya, sebagai contoh , radikal tersebut dapat mengikatkan dirinya ke
molekul atau menyebabkan ikatan rantai panjang menjadi putus.

4. Tahap Biologi

Dimana waktunya bervariasi dari puluhan menit sampai puluhan tahun


bergantung pada gejala khusus yang muncul. Perubahan kimia yang
didiskusikan diatas dapat mempengaruhi sel individu dalam berbagai
cara, misalnya :

1. Kematian sel lebih awal


2. terhambatnya atau tertundanya pembelahan sel
3. perubahan tetap pada sel turunannya
Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologik diawali dengan interaksdi
fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi
akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik
dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi
secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan
molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul
organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari
air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara
tidak langsung.

B. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)

Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air
akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta
sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh. Radikal
bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang tidak
berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal
bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul
organik vital. Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi
menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga
berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat
pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal
bebas untuk menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi.
Secara alamiah kerusakan yang timbul akan mengalami proses perbaikan
secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan biokimia yang
terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi penting
tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak
mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian
sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu
efek biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis,
jenis sel lainnya.

C. Radiasi dengan DNA


Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan
struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa,
hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya
salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya
kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel
mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap
kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang
spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang
terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual
dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam
kondisi tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya
sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna
sehingga menghasilkan DNA yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi.

D. Radiasi dengan Kromosom

Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama
lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat
menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom
yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya
menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya
kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan
kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan
meningkatnya dosis radiasi.

Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah :

1. Fragmen Asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak


mengandung sentromer,
2. Kromosom cincin,
3. Kromosom Disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer
4. Translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua
atau lebih kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat
paparan radiasi sehingga jenis aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter
biologic yang dapat diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan salah
satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom
bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis
dan lainnya..

Anda mungkin juga menyukai