PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan
Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum.
Sekarang dengan seiring jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan
dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah
mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks. Tidak ada teori yang
menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam berbagai tahap
perkembangan dan mepunyai keterbatasan. Namum perawat dapat menggunakannnya untuk
memahami fenomena yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan klien lansia.
Proses menjadi tua itu pasti akan dialami oleh setiap orang dan menjadi dewasa itu
pilihan. Penuaan bukan progresi yang sederhana, jadi tidak ada teori universal yang diterima
yang dapat memprediksi dan menjelaskan kompleksitas lansia.
Peran teori dalam memahami penuaan adalah sebagai landasan dan sudut pandang
untuk melihat fakta, menjawab pertanyaan filosofi, dan dasar memberikan asuhan
keperawatan pada pasien. Penuaan pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti
biologi, psikologi, social, fungsional dan spiritual.
Biologi molekular dapat didefinisikan sebagai studi biologi pada tingkat molekul.
Namun, istilah ini biasanya digunakan dalam arti lebih terbatas berarti mempelajari
makromolekul seperti protein, DNA, dan RNA, dan peran khusus dalam sistem kehidupan.
1.2
Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk :
1.3
1.
2.
Memehami penyebab proses penuaan dan bagaiman proses penuaan sel terjadi.
3.
Manfaat
Penyusun mengharapkan makalah ini bermanfaat :
-
Bagi mahasiswa agar sebagai dokter nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Biologi Molekuler
Biologi molekular bisa didefinisikan sebagai studi biologi pada tingkat molekul,
Tujuan akhir studi biologi molekular adalah memahami dasar-dasar molekular yang
menentukan sifat dan fenomena. Beberapa aspek biologi yang secara khusus dipelajari dalam
biologi molekular antara lain adalah bahan genetik dan proses sintesis protein. Kedua aspek
tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena proses sintesis protein
tergantung pada informasi yang ada pada bahan genetik. Di lain pihak, replikasi bahan
genetik juga tergantung pada aktivitas bermacam-macam protein. Pembahasan mengenai
kedua aspek tersebut dapat diperluas mulai dari struktur dasarnya sampai proses
pengendalian sintesisnya. Studi mengenai bahan genetik dan proses sintesis protein akhirnya
mampu menyingkap perbedaan yang lebih dalam antara kelompok jasad prokaryotik dan
eukaryotik. Dengan demikian, perbedaan antara kedua kelompok jasad tersebut tidak hanya
perbedaan morfologi dan sifat-sifat fisiologi saja. Penelitian jaga menunjukkan bahwa
meskipun ada perbedaan-perbedaan mendasar antara kedua kelompok jasad tersebut, namun
terdapat kesamaan-kesamaan yang menunjukkan hubungan kekerabatan satu sama lain. Studi
mengenai urutan nukleotida pada RNA ribosom, misalnya, menjadi salah satu dasar untuk
klasifikasi jasad hidup selular.
Penerapan biologi molekuler untuk studi penuaan baru dimulai tahun 1980-an.
Kebanyakan penelitian awal pada penuaan difokuskan pada pengembangan eksperimen
dengan binatang untuk mempelajari tentang penuaan, menjelaskan berbagai proses penuaan,
dan karakteristik perubahan berhubungan dengan usia pada manusia dan hewan . Yang
menarik adalah kebutuhan untuk mengidentifikasi dan kuantitas perubahan yang berkaitan
dengan usia dalam ekspresi gen. Hal ini menjadi mungkin sekali gen dapat digandakan dan
digunakan sebagai penyelidikan untuk mengukur jumlah molekul messenger RNA yang ada
dalam sel di bawah kondisi tertentu, seperti usia tertentu, status gizi, atau status penyakit.
pengukuran tersebut memberikan informasi tentang tingkat transkripsi dari setiap gen yang
diberikan ke messenger RNA, serta tingkat terjemahan dari RNA menjadi protein.
Kemampuan untuk mengukur jumlah relatif dari molekul messenger RNA spesifik dalam sel
2
2.2
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul
yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu
kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron
bebas.
Pada proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan tenaga
besar disebut sebagai radikal bebas. Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat
digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan
untuk membunuh virus dan bakteri. Namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat
3
tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan normal apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal
bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, mempengaruhi
pembuluh darah, dan produksi prostaglandin.
Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa logam (misalnya besi,
tembaga), asap rokok, polusi udara, obat, bahan beracun, makanan dalam kemasan, bahan
aditif, dan sinar ultraviolet dari matahari maupun radiasi.
Atom sering kali melengkapi lapisan luarnya dengan cara membagi elektronelektron bersama atom yang lain. Dengan membagi elektron, atom-atom tersebut bergabung
bersama dan mencapai kondisi stabilitas maksimum untuk membentuk molekul. Oleh karena
radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga dapat
bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan DNA. Dalam
rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli
dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan
menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil
elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai,
yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut. Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara
umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau nonenzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi
terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit
dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan melalui rangsangan
adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS)
lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber
utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron,
misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang
menghasilkan superoksida.
Dalam kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan
energi tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan. Tekanan oksidatif
(oxidative stress) adalah suatu keadan dimana tingkat oksigen reaktif intermediate (ROI)
yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan
kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler,
sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul
yang rentan terhadap serangan radikal bebas.
4
Zn,
Mn
mitokondrial.
Isoenzim
ini
tidak
ditemukan
dalam
cairan
namun dapat terjadi mekanisme seperti pada glutation dan superoksida. pH sangat
mempengaruhi reduksi langsung oksigen menjadi superoksida oleh senyawa sulfidril,
sedangkan faktor lokal lainnya seperti konsentrasi molar dari molekul oksigen juga punya
peranan penting.
Oksigen singlet dan bagian triplet molekul yang tereksitasi mungkin disempurnakan
melalui interaksi bersama sistem konjugasi sistem diene seperti yang ditemukan pada
karoten, tokoferol, atau melanin. Seperti antioksidan pereduksi, senyawa tersebut dapat juga
menghasilkan jenis elektron aktif dan mungkin juga penyakit.
2.3
kerusakan jaringan secara lokal yang disebabkan oleh keluarnya mediator antimikrobial
sebagai radikal bebas, NO dan protease, yang juga toksik terhadap sel inang. Kemampuan
aktivitas makrofag untuk mengeluarkan mediator toksik adalah pada pertahanan inang karena
kemampuannya melawan patogen ekstraseluler yang tidak tertelan (Abbas et al. 2000,
Janeway et al. 2001).
Nitrogen oksida adalah molekul yang penting yang mempengaruhi sistem
kardiovaskuler, NO merupakan senyawa yang bersifat toksik dan berumur pendek, berupa
molekul gas yang diproduksi oleh enzim NO synthase, dengan cara mengubah asam amino
arginin menjadi NO dan sitrulin (Becker et al. 2000). Molekul NO berperan penting sebagai
regulator kardiovaskuler bertindak untuk mengatur tekanan darah. Molekul ini diproduksi
oleh neuron dan makrofag, memiliki jumlah elektron ganjil dan sebagai radikal bebas.
Molekul ini relatif stabil namun bereaksi cepat bila bertemu dengan senyawa yang
mengandung elektron yang tidak berpasangan, misalnya molekul oksigen misalnya anion
superoksida dan ion logam (Cambel dan Smith 2001).
Penelitian terahir menggambarkan bahwa inducible nitricoxyde synthase (iNOS)
terlibat dalam kelainan metabolik yang dihubungkan dengan inflamasi kronis tingkat ringan,
aterosklerosis, dan peningkatan tumour necrosis factor (TNF) (Muntalib 2003).
Peran sitokin pada patogenesis dan imunitas terhadap MD, yang diinduksi oleh virus
herpes menyebabkan limfoma pada sel T. Pada ayam umur 21 hari yang diinfeksi MDV,
peningkatan transkipsi IF-Y setelah 3 hari p.i sampai akhir percobaan, yaitu 15 hari p.i,
dimana iNOS dan IL-1 mengalami peningkatan antara 6 sampai 15 hari p.i. Pada ayam umur
1 hari p.i mRNA untuk untuk mengekspresikan IF-Y dan iNOS, antara 16 sampai dengan 64
kali pada 9 hari p.i. Kesimpulan dapat diambil dimana iNOS berperan pada patogenesis MD
(Xing dan Schat 2000).
Radikal bebas diproduksi secara normal pada fungsi imunitas, diperlukan oleh sel
imun untuk membunuh patogen dan mengeluarkannya, dalam keadaan overproduksi pada
kondisi patogenik menyebabkan kerusakan sel imun dan menimbulkan imunosupresi.
Eritrofagositosis juga terjadi pada penyakit Marek oleh makrofag. Dibutuhkan keseimbangan
oksidan-antioksidan untuk mengatur fungsi sistem imun dalam menjaga integritas dan fungsi
lipida membran, protein seluler, asam nukleat serta mengatur ekspresi gen (Wu dan Meydani
1999, Gilka dan Spencer 1995).
peroksida SE (H2O2). Sedangkan anion superoksida .O2- yang diproduksi di dalam sel
endotel akan konversi dengan bantuan Cu/Zn SOD dan Mn SOD menjadi hidrogen peroksida
H2O2 yang dapat langsung bergerak menembus membran sel. Hidrogen peroksida H2O2
yang berada di ruang ekstraselular kemudian akan dikonversi menjadi spesies oksigen yang
sangat reaktif yaitu asam hipoklorida (HOCL), oleh enzim aktivitas myeloperoksidase dalam
sel-sel fagosit pada lesi aterosklerosis pada manusia. Beberapa jenis asam lemak dalam tubuh
dapat dikelompokkan menjadi asam lemak tak jenuh jamak yang dikenal sebagai PUFA (Poly
Unsaturated Fatty Acid). Itu kelompok asam lemak yang sangat penting bagi kesehatan
manusia dan tidak dapat diganti senyawa lain. PUFA terdiri dari induk asam lemak esensial
atau esential fatty acid (EFA) dan asam lemak tidak jenuh turunannya yang berantai panjang
atau long chain more unsaturated derivatives (LCPUFA). EFA tidak dapat disentesa denovo
(dalam tubuh) manusia. Karena itu, EFA harus menjadi bagian dari menu yang dikonsumsi.
Ada dua kelompok PUFA yaitu n-6 atau Omega-6 dan n-3 atau Omega-3, yang berturut-turut
disintesa dari asam linoleat (LA) serta asam alpha linolenat (ALNA). Peran EFA sudah
diungkapkan sejak tahun 1929, tetapi banyak terfokus pada Omega-6. Baru tahun 1970-an
peran Omega-3 mulai dianggap penting berdasarkan penelitian terhadap orang-orang Eskimo
yang banyak makan ikan. Kini baik Omega-6, Omega-3, dan Omega-9, terbukti berperan
dalam pertumbuhan dan perkembangan, serta mencegah beberapa penyakit kronis.
2.4
Program Genetik
DNA adalah inti yang menyusun setiap manusia di bumi ini. DNA seperti database
yang berisikan data yang membentuk setiap manusia. Misalnya warna kulit, jenis/warna
rambut, warna mata, dan lain sebagainya. Semua tersimpan didalam DNA. Semua bermula
dari sel, DNA berada dipusat sel manusia, para ahli mempelajari bagaimana membaca DNA
dan bahkan mencoba melakukan manipulasi terhadap DNA.
Awal tahun 1950, James Watson dan Francis Crick mengemukakan mengenai
struktur DNA, ini adalah penemuan terbesar abad ke-20 dalam ilmu biologi. Bahasa DNA
tertulis dalam 4 huruf kimia yaitu A, C, G dan T. Dimana, A untuk Adenin, C untuk Cytosin,
G untuk Guanin, dan T untuk Thiamin. Kelompok huruf ini menguraikan kumpulan informasi
yang kita kenal dengan sebutan gen.
10
Kloning merupakan sel yang berlipat ganda dengan menciptakan suatu tiruan yang
sama persis. Kloning secara alamiah terjadi pada wanita yang mengandung anak kembar di
rahimnya, embrio melakukan kloning dengan sendirinya sehingga pecah menjadi dua dan
terlahirlah anak kembar. Embrio tercipta dari pertemuan sperma dan sel telur pada saat terjadi
coitus (hubungan seksual), jutaan sperma berenang dan hanya satu yang berhasil mencapai
sel telur untuk selanjutnya terjadi pembuahan, kemudian suatu embrio yang unik terbentuk.
Para ahli biologi, mencoba merekonstruksi sel dan berusaha menumbuhkan embrio.
Diharapkan, organ baru dapat terbentuk dengan rekayasa sel, untuk memperbaiki organ tubuh
manusia yang rusak. Walaupun dengan tujuan medis, ini tetap menuai kontroversi.
Selain kloning, para ilmuwan juga mempelajari DNA untuk mencoba memprediksi
sifat manusia. Struktur DNA seperti sebuah kode kehidupan yang berisi kumpulan informasi
yang menguraikan bagaimana manusia akan berkembang dan menjalani hidupnya.
Para ahli juga mempelajari sel untuk memperlambat proses penuaan atau
memperpanjang usia, percobaan ini telah dilakukan pada hewan, apabila ini dapat dilakukan
pada manusia, diperkirakan manusia masa kini dapat bertahan hidup hingga usia 150 tahun.
Tapi, tubuh manusia sangatlah kompleks, tubuh manusia terdiri dari milyaran sel yang
berbeda, sebagian ada yang diproduksi tanpa henti. Sel darah merah terbentuk 174 milyar
setiap hari untuk membawa oksigen didalam tubuh, dan 10 milyar sel darah putih terbentuk
untuk melawan penyakit.
Hipotesis regulasi gen menyatakan bahwa gen-gen berperan penting dalam siklus
hidup organisme. Menurut hipotesis telomere, proses penuaan terjadi karena pemendekan
telomere selama pembelahan sel. Hipotesis stres oksidatif menyatakan bahwa akumulasi
berbagai spesies reaktif, termasuk radikal-radikal bebas, menyebabkan kerusakan pada selsel, yang pada akhirnya menyebabkan penuaan.
Banyak dari teori penuaan yang masuk dalam hipotesis neuroendokrin dan
neuroendokrin-imun mengandung gagasan bahwa aksis hipothalamus-hipophysis adrenal
terlibat di dalam proses penuaan.
Dari berbagai teori tersebut (hipotesis evolusi, hipotesis regulasi gen, hipotesis
telomere, hipotesis stres oksidatif, hipotesis neuroendokrin, dan hipotesis neuroendokrinimun), sejauh ini hipotesis stres oksidatif adalah yang paling banyak menerima dukungan
ketimbang teori-teori lainnya. Namun, tidak lantas berarti bahwa lebih dari 300 hipotesis
11
lainnya tidak sesignifikan teori ini, karena pemahaman kita tentang fenomena penuaan masih
terus berkembang.
Sumber energi yang tersedia bagi organisme terbagi menjadi tiga aktivitas penting,
yakni etabolisme dasar, pemeliharaan tubuh (soma), dan reproduksi. Metabolisme dasar
meliputi sintesis biokimia, respirasi, pergantian sel, pergerakan, pencernaan, dan eksresi.
Pemeliharaan tubuh meliputi perbaikan DNA, pertahanan anti-oksidan, pembuangan dan
perbaikan protein, respon imun, mekanisme proof-reading untuk sintesis makromolekul,
detoksifikasi senyawa berbahaya, pemulihan luka, homeostatis, stabilitas epigenetik dari selsel yang berdiferensiasi, apoptosis, deposisi lemak, perawatan bulu. Semua pemeliharaan ini
memerlukan energi yang besar.
2.5
Ketidakstabilan Genom
Karakteristik sel yang tidak stabil adalah adanya sejumlah kerusakan yang tertunda,
yang meliputi aberasi kromosom, mikronuklei, kematian reproduktif, mutasi dan amplifikasi
gen, laju mutasi yang tinggi pada lokus yang berbeda dan/atau kegagalan dalam membagi
kromosom pada saat mitosis karena adanya perubahan ploidi sehingga menghasilkan sel
aneuploid. Besarnya respon dan karakteristik sel tidak stabil bergantung pada LET dan dosis
radiasi, serta jenis dan genetik sel.
Kejadian ketidakstabilan genom akibat radiasi pertama kali dilaporkan oleh
Weissenborn dan Streffer tahun 1988. Mereka mengamati pembentukkan aberasi baru pada
sel embrio tikus yang dipapar neutron atau sinar X pada mitosis kedua dan ketiga setelah
paparan.
Paparan radiasi dosis rendah menyebabkan kerusakan yang tidak bersifat letal pada
sel dan akan diekspresikan setelah beberapa generasi pada turunan sel yang terpajan radiasi
tersebut. Keadaan ini aka mengarah pada peningkatan frekuensi perubahan genetic pada sel
anak. Kerusakan atau ketidakstabilan akibat radiasi yang dimaksud telah dipelajari secara in
vitro dan in vivo pada berbagai jenis sel. Pengujian dilakukan terhadap berbagai hasil akhir
kerusakan yang tertunda, seperti transformasi malignansi, kematian reproduktif, aberasi
kromosom dan mutagenesis.
Sejumlah jalur metabolisme yang kompleks mengatur duplikasi dan distribusi DNA
secara akurat; dan sejumlah jalur lain mempertahankan integritas informasi yang disandi
DNA dan mengatur ekspresi gen selama pertumbuhan dan perkembangan. Secara
12
keseluruhan, semua jalur tersebut berfungsi untuk menjaga stabilitas genom. Pada setiap
fungsi jalur ini terdapat suatu frekuensi latar normal yang bila terjadi perubahan atau
kesalahan maka akan mengarah pada mutasi spontan dan anomali genom lainnya.
Sementara multipel fenotip yang berhubungan dengan ketidakstabilan genom akibat
radiasi telah diketahui karakteristiknya, tetapi kejadian molekuler, biokimia, genetik dan
seluler yang menginisiasi dan mempertahankan ketidakstabilan pada beberapa generasi masih
belum diketahui. Kerusakan DNA yang diinduksi secara langsung seperti double strand
breaks kemungkinan tidak secara langsung sebagai penyebab ketidakstabilan genom. Tetapi,
kesalahan sel dalam merespon kerusakan DNA tersebut, perubahan ekspresi gen atau
perubahan homeostatis sel nampaknya lebih terlibat dan memberikan penjelasan kenapa
terbentuk fenotip tidak stabil.
Sejumlah gen berperan dalam transfer informasi genetik secara akurat dari satu sel
ke turunannya pada setiap siklus pembelahan. Mutasi pada stabilitas genom suatu gen akan
menjadi kejadian awal proses karsinogenesis dan mungkin menghasilkan multipel mutasi
yang diamati pada tumor. Berbagai bukti mengimplikasikan peran kejadian ekstra nuclear,
dan bahkan ekstra seluler, dalam menginisiasi dan mempertahankan ketidakstabilan
kromosom akibat radiasi. Aktivasi jalur transduksi sinyal dan ekspresi gen alternatif dapat
sebagai jalur tidak langsung pada instabilitas genom.
Tedapat bukti peningkatan reactive oxygen species (ROS) dalam kultur sel yang
menunjukkan ketidaktabilan genom akibat radiasi. Studi ini menunjukkan adanya pengaruh
tekanan oksigen dalam mempertahankan fenotip atau sel yang tidak stabil. Sel dengan
kondisi hipoksia (kandungan oksigen sekitar 2%) secara nyata mereduksi efek yang diinduksi
sinar X, khususnya kematian sel, pembentukan sel giant dan aberasi kromosom,
dibandingkan dengan sel dengan oksigen normal 20%.
Perbedaan genetis antar individu menentukan ekspresi ketidakstabilan kromosom
yang diinduksi radiasi. Ketidakstabilan kromosom ini dihubungkan pula dengan adanya
peningkatan radikal oksida intraseluler, kerusakan basa oksidatif dan peningkatan generasi
superoksida.
Selain
itu,
ketidakstabilan
genom
yang
diinduksi
radiasi
mungkin
ujung kromosom eukariotik. Telomer mengandung ribuan ulangan urutan DNA pendek untuk
mempertahankan stabilitas kromosom secara selaras. Pada sel somatik, telomer memendek
setiap putaran replikasi karena polimerase DNA tidak dapat secara sempurna mereplikasi
bagian ujung DNA linier. Kehilangan urutan terminal kromosom secara reguler berhubungan
dengan umur seluler sehingga telomer bertindak sebagai jam mitosis yang membatasi masa
hidup sel somatik. Pemendekan telomer di bawah batas kritis biasanya berhubungan dengan
peningkatan dramatis frekuensi aberasi.
Selain kerusakan strand breaks DNA, ketidakstabilan genom dan efek bystander
kemungkinan besar dimediasi oleh tekanan dari metabolisme oksidatif, dan inflamasi. Tumor
Necrosis Factor (TNFA) sebagai sitokin pro-inflammatory selain terlibat dalam penyakit
peradangan (rheumatoid arthritis dan penyakit Crohn), juga dalam respon terhadap radiasi.
Terbukti bahwa inisiasi ketidakstabilan genom sel yang diirradiasi secara langsung direduksi
dengan inaktivasi TNFA. Pemblokan aktivitas TNFA mereduksi ketidakstabilan genom, ini
berarti TNFA berperan dalam inisiasi penurunan atau transmisi ketidakstabilan genom ke sel
anak.
2.6
Teori Penuaan
Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan, aspek biologis pada proses
menua, proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan menurut sisem tubuh, dan aspek
psikologis pada proses penuaan. Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang
dikemukakan, namun tidak semuanya bisa diterima.
Teori penuaan sel merupakan suatu teori yang mebahas dan memfokuskan pada perubahan
degenerative(kemerosotan) yang terjadi pada sel individu, disamping itu mekanisme yang
menyebabkan sel tubuh menua adalah oksidasi radikal bebas. Perubahan struktur kolagen dan
elastin, rusaknya DNA serta penurunan system imun secara progressif, merupakan faktorfaktor yang dapat menyebabkan radikal bebas. Rangkaian kovalen hydrogen yang saling
menyilang antara molekul yang saling berdekatan merupakan konsekuensi dari peningkatan
umur karena oksidasi radikal bebas. Rangkaian lurus antara molekul yang saling berdekatan
ini juga mengakibatkan perubahan konfigurasi fungsional yang signifikan. Contohnya,
penuaan identik dengan elastisitas kulit,serta penurunan fleksibiitas dan gerakan. Semua ini
terjadi akibat perubahan intrinsik sel karena proses penuaan sel.
2. Teori genetik
Teori penuaan genetik merupakan salah suatu teori biologis yang lebih memfokuskan pada
peran herediter(keturunan) sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan proses penuaaan.
Penuaan merupakan hasil dari penurunan integritas dari nukleotida DNA. Penurunan DNA
menyebabkan gangguan kemampuan sel untuk terus memproduksi sel-sel baru, meskipun
pada beberapa tingkat DNA terjadi mutasi pada semua tahapan kehidupan, beberapa sel DNA
sulit terealisasi untuk terus hidup, akibatnya penuaan sel tidak dapat dihindari lagi sehingga
terjadi penuaan .
3. Teori kontrol.
Teori penuaan kontrol menjelaskan bahwa, penuaan merupakan suatu proses system yang
spesifik untuk mengatur fungsi-fungsi fisiologis pada tubuh individu. Kemerosotan umur
sering dihubungkan dengan menurunnya fungsi system imun tubuh, lansia tidak hanya
mengalami aktivitas pada sel-T, tetapi juga mengakibatkan sel imun rentan akan serangan
penyakit. Major Histocompatibility Complex(MHC) merupakan serangkaian komplek gen
yang menjaga rantai fungsional antara sel,gen dan kontrol fungsi fisiologis. MHC tidak hanya
menjaga kefungsionalan sel imun, tetapi juga mengatur fungsi oksidatif, selain itu juga
menjaga sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Pada lansia kontrol system imun lebih
banyak terjadi pada MHC, selain system imun, neuroendokrin dan system saraf pusat juga
menjadi pengatur dari perubahan penurunan fungsi pada lansia.
2.6.2 Teori Psikososial
15
Disengagement theory
Kelompok teori ini dimulai dare University of Chicago, yaitu Disengagement Theory, yang
menyatakan bahwa individu dan masyarakat mengalami disengagement dalam suatu mutual
withdrawl (menarik diri). Memasuki usia tua, individu mulai menarik diri dari masyarakat,
sehingga memungkinkan individu untuk menyimpan lebih banyak aktivitas-aktivitas yang
berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan pada stadium ini.
2.
Teori aktivitas
Menekankan pentingnya peran serta dalam kegiatan masyarakat bagi kehidupan seorang
lansia. Dasar teori ini adalah bahwa konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya
dalam berbagai peran. Apabila hal ini lulang, maka akan berakihat negatif terhadap kepuasan
hidupnya. Ditekankan pula bahwa mutu dan jenis interaksi lebih menentukan daripada jumlah
interaksi. Hasil studi serupa ternyata menggambarkan pula bahwa aktivitas informal lebih
berpengaruh daripada aktivitas formal. Kerja yang menyibukkan tidaklah meningkatkan self
esteem seseorang, tetapi interaksi yang bermakna dengan orang lainlah yang lebih
meningkatkan self esteem.
3.
Teori kontinuitas
Berbeda dan kedua teori sebelumnya, di sini ditekankan pentingnya hubungan antara
kepribadian dengan kesuksesan hidup lansia. Menurut teori ini, ciri-ciri kepribadian individu
berikut strategi kopingnya telah terbentuk lama sebelum seseorang memasuki usia lanjut.
Namun, gambaran kepribadian itu juga bersifat dinamis dan berkembang secara kontinu.
Dengan menerapkan teori ini, cara terbaik untuk meramal bagaimana seseorang dapat
berhasil menyesuaikan diri adalah dengan mengetahui bagaimana orang itu melakukan
penyesuaian terhadap perubahan-perubahan selama hidupnya.
4.
Teori subkultur
Pada teori subkultur (Rose, 1962) dikatakan bahwa lansia sebagai kelompok yang memiliki
norma, harapan, rasa percaya, dan adat kehiasaan tersendiri, sehingga dapat digolongkan
selaku suatu subkultur. Akan tetapi, mereka ini kurang terintegrasi pada masyarakat luas dan
lebih banyak berinteraksi antar sesama mereka sendiri. Di kalangan lansia, status lebih
16
ditekankan pada bagaimana tingkat kesehatan dan kemampuan mobilitasnya, bukan pada
hasil pekerjaan/pendidikan/ekonomi yang pernah dicapainya.
5.
6.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Biologi molekular bisa didefinisikan sebagai studi biologi pada tingkat molekul, Tujuan
akhir studi biologi molekular adalah memahami dasar-dasar molekular yang menentukan sifat
dan fenomena.
2.
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang
memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya.
3.
Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap
rangsangan.
4.
Radikal bebas terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut
kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS),
5.
Kerusakan oksidatif sel disebabkan oleh Reaktif Oksigen Spesies (ROS). Radikal bebas
yang dihasilkan selama proses metabolisme memberikan kontribusi dalam proses penuaan.
6.
Kerusakan DNA yang diinduksi secara langsung seperti double strand breaks kemungkinan
tidak secara langsung sebagai penyebab ketidakstabilan genom
3.2 Saran
Pemahaman tentang biologi molekuler dan proses menua perlu dimiliki oleh para
klinisi, sebab reaksi-reaksi kimia yang menimbulkan kerusakan pada tingkat seluler maupun
mekanisme pertahanan tubuh untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat menjelaskan
terjadinya fenomena-fenomena klinis sehingga dapat membantu perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
http://www.144-teori-penuaan-.htm
http://www.batasan-biologi-molekular-20101008818.html
http://www.teoriPenuaan-Venomous Story's.html
http://fkunhas/teori-teori-tentang-penuaan-20100731460.html
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en
%7Cid&u=http://medicine.jrank.org/pages/1170/Molecular-Biology-
19