Anda di halaman 1dari 41

PENANGANAN

NYERI

Wendra Armansyah,S.ked

DEFINISI
(International Association for the Study of Pain)

Pengalaman sensoris dan emosional


yang tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan yang
sebenarnya atau potensial kerusakan
jaringan atau digambarkan berkaitan
dengan kerusakan yang sesungguhnya.

(Morgan, 2006; Stoelting, 1999;

Nyeri dibagi menurut :

A. Patofisiologi : - nyeri nosisepsi


- nyeri neuropatik

B. Etiologi
: - nyeri post operatif
- nyeri kanker

C. Area
: - nyeri kepala
- nyeri bawah pinggang (NBP)
- dll

D. Klinis
: - nyeri akut
- nyeri kronis

PENGUKURAN NYERI
Nyeri : pengalaman subyektif
Pengukuran kualitas nyeri
hanya berdasarkan konsep verbal
sensasi nyeri yang telah
distandarisasikan

Wang Baker
VAS( visual analogue scale)

M E KA N I S M E N Y E R I
Rangsangan arus listrik SSA prostalglandin
pelepasan mediator kimia(histamin, bradikinin, 5hidrostriptine nociceptor sensitivitas akan nyeri
meningkatfenomena sensitisasi perifer

PROSES SENSITISASI SENTRAL


Ketika noxius stimuli berkenpanjangan perubahan pada
kornu dorsalis medulla spinalis
Kornu dorsalis medulla
spinalis
Second
First
order
order
neuron
neuron
Tractus
sphinothalami
cus

thalamu
s

nyeri

PATOFISIOLOGI
NYERI

Nyeri yang disebabkan oleh aktivasi atau


sensitisasi nosiseptor perifer.

Transduksi
Transmisi
Modulasi
Persepsi

IASP

Respon tubuh terhadap Nyeri


Respon Lokal :
Imflamasi dari jaringan tubuh ( Dolor, Rubor, Kalor, Fungsi Laesi. )
2. Respon Reflek Segmental :
Aktivasi Sel Kornu Posterior : Spasme Otot
Aktivasi Sarap Simpatis
: Kardiovaskuler : Vasokontriksi SVR
BP, N,Curah Jantung
3. Respon Reflek Supra Segmental :
Stimulasi pusat nafas / lainnya di MO : Hiperventilasi, BP, N, CO,
Vasokontriksi menyeluruh, SVR
Reaksi Stress
: Hormon katabolik / hormon stress.
4. Respon Kortikal :
Intergrasi dan persepsi rangsang nyeri Pengenalan bentuk nyeri
Reaksi Adaptasi Nyeri tgt : Pengalaman,Kepribadian,Kultur,Motivasi,Kondisi
Psi

Nyeri Kronik
Nyeri berdasarkan
klinis
Tak memberikan
fungsi
yang bermanfaat
Nyeri Akut
Penyebab seringkali tak
Isyarat dari proses
jelas
Seringkali tak berespon
penyakit organik
terhadap berbagai
Penyebab biasanya jelas
bentuk terapi
Menghilang bila
Opioid jarang memiliki
penyebab diterapi
indikasi ataupun
Opioid memiliki
keefektifan
indikasi yang khas dan
Umumnya memberikan
efektif
secondary gain
Biasanya tak
Tujuan penanganan:
memberikan secondary
Maksimal efektif
gain
mengurangi rasa
Tujuan penanganan:
nyeri,Membantu
Menghilangkan nyeri
penderita mengatasi
dan mengembalikan
rasa nyeri yang masih
penderita ke tingkat
ada serta meningkatkan
fungsional premorbid
kapasitas fungsional

RESPON SISTEMIK
T E R H A D A P N Y E R I A KU T
A. Efek kardiovaskular
Dominan hipertensi, tachycardia.

B.EFEK RESPIRATORI
Konsumsi oksigen tubuh total dan produksi
karbondioksida me
napas per menit.

peningkatan jumlah

C. E F E K G A S T R O I N T E S T I N A L
DAN URINARI
Tonus simpatis me tonus spinchter dan
motilitas intestinal dan urinari me memacu
ileus dan retensi urin.

D. E F E K E N D O K R I N
Respon hormonal terhadap stres meningkatkan
hormon katabolik (katekolamin, kortisol, dan
glukagon) dan menurunkan hormon anabolik
(insulin dan testosteron).
Pasien memilki balans nitrogen negatif, dan
peningkatan lipolisis.
Peningkatan kortisol bersamaan dengan
peningkatan renin, aldosteron, angiotensin, dan
hormon antidiuretik, menyebabkan retensi
sodium, retensi air, dan ekspansi ke ruang
ekstraseluler.

E . E F E K H E M AT O L O G I S
Stres meningkatkan adhesivitas
trombosit, berkurangnya
fibrinolisis, dan
hiperkoagulabilitas.

F. E F E K I M U N I TA S
Respon stres menyebabkan leukositosis
dengan limfositopenia dan menurunkan
sistem retikuloendotelial. Pada
selanjutnya predisposis terjadinya
infeksi.

G. S E N S A S I P E R A S A A N
UMUM
Kebanyakan reaksi nyeri akut adalah
kecemasan. Gangguan tidur juga
merupakan salah satu tanda. Ketika
durasi nyeri bertambah, depresi
merupakan hal yang umum terjadi.
Beberapa pasien menjadi marah dan
sering diarahkan kepada staf medis.

NYERI KRONIK

L A N G KA H - L A N G KA H M A N A J E M E N
NYERI

By the Ladder

Acute Pain

Pain
Deminishing

Severe
Pain

Pain
Deminishing

Strong Opioid
+/- Non Opioid
+/- Adjuvants

WFSA

Moderate
Pain

Weak Opioid
+/- Non Opioid
+/- Adjuvants

Parenteral
Parenteral

Mild

Non-Opioid

Pain

+/Adjuvants

Oral

Pain
Persisting
Or Increasing
Pain
Persisting

Moderat
e

Or Increasing

Pain

Mild

Non-Opioid

Pain

+/Adjuvants

Oral

Severe
Pain

Strong Opioid
+ / - Non
Opioid
+/- Adjuvants

Weak Opioid
+/-

Or / Par

Non-Opioid

+/- Adjuvants

Chronic
Pain
24

WHO

M A C A M - M A C A M O B AT N S A I D

M E KA N I S M E K E R J A O B AT N S A I D
Menghambat enzim siklooksigenase konversi asam
arakidonat menjadi Prostalglandin terhambat

M E KA N I S M E K E R J A O B AT O P I O I D

CONTOH OBAT
Morfin
Fenthanyl
Tramadol
Kodein

M A C A M - M A C A M O B AT A D J U VA N T S
Anti konvulsi
Anti depresan
kortikosteroid

M A N A J E M E N N Y E R I KA N K E R
Gunakan anak tangga three step leader
Tepat obat atas indikasi dan tepat dosis
Gunakan medikasi adjuvants
Gunakan VAS untuk menilai intesitas nyeri

Nyeri kanker ringan (13)


dimulai pada langkah 1

NSAID atau paracetamol tanpa opioid

Nyeri kanker sedang (46)


dimulai pada langkah ke2.

Opioid seperti codein atau oxycodone


harus ditambahkan bersama NSAID

Nyeri kanker berat (7-10)


Dimulai pada langkah ke3

Pada awalnya pasien diberikan


morfin dosis pendek

Tahap keempat : Adjuvant analgesik

LAPORAN KASUS
Pasien wanita usia 60 tahun dengan CA Mammae
grade IV direncanakan operasi MRM .
Bagaimana perencanaan manajemen untuk pasien
ini.

PERENCANAAN
Manajemen nyeri kanker :
Nilai intensitas nyeri menggunakan VAS + gejalah
tambahan
Gunakan three step leader
Gunakan medikasi adjuvants

Jika intesintas nyeri 1-3 (ringan) gunakan Nsaid


tanpa opioid
Jika intesitas 4-6( sedang) gunakan opioid lemah
+terapi adjuvants
Jika intesitas 7-10 (berat)gunakan opioid kuat +
terapi adjuvants

Untuk pasien dengan kanker, memiliki intensitas


nyeri berat. Sehingga manajemen terapi nyeri
yang diberikan adalah langkah ke 3 yaitu opioid
kuat + terapi adjuvants

Golongan opioid yang kuat adalah morfin,


diberikan secara peroral terlebih dahulu, jika
nyeri tidak berkurang 24jam, makan diganti
melalu iv melalui infus
Jika dalam pemberian opioid kuat memiliki efek
samping seperti depresi pernapasan, persiapan
nalokson dengan dosis 0,04mg+ nacl 0,9%=
10ml

Penambahan terapi adjuvants: golongan anti


konvulsan seperti carbamazepin dengan dosis
100-400mg/hari diberikan 2-4 kali/hari
Jika pasien kanker memiliki keluhan depresi maka
di gunakan obat antidepresan golongan trisiklik
contoh obat amitriptilin dengan dosis 25mg
perhari.

KESIMPULAN
Untuk mengatasi nyeri pada kanker, WHO menerapkan a three step
ladder yaitu 3 langkah bertahap sesuai dengan nyeri yang dialami
pasien.
Langkah pertama penanganan nyeri menurut WHO adalah penggunaan
OAINS untuk nyeri ringan (VAS 1-4).
Jika nyeri masih ada atau bahkan meningkat (VAS 5-7), opioid seperti
kodein atau hydrocodone harus ditambahkan (bukan sebagai pengganti)
ke OAINS

Jika dibutuhkan dosis opioid yang lebih tinggi,maka langkah


ketiga diperlukan.
Pada langkah ketiga, analgesic opioid dan nonopioid harus dalam
preparat yang berbeda untuk menghindari dosis asetaminofen
atau OAINS yang berlebihan.
Obat adjuvant dapat dipergunakan di setiap langkah.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai