Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN KOMPUTER DI RADIOLOGI

Di susun oleh:

Finka Febriani (32211007)

PROGAM STUDI D3 RADIOAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PERTAMINA BINA MEDIKA

JAKARTA

Jln.bintaro raya no.10 kebayoran lama,Jakarta selatan,112240

Tahun Ajaran 2022/2023


ABSTRAK
Dari awal mulai komputer diciptakan untuk pertama kalinya sudah mulai diterapkan
dalam beberapa hal yang cukup sederhana. Contohnya yaitu penghitungan secara manual
dan lama kelamaan mulai kearah hal-hal yang lebih komplek dan modern. Memang pada
zaman, sekarang ini komputer merupakan barang atau suatu benda yang sangat penting
sekali bagi kebutuhan manusia karena setiap hari di setiap tempat dimanapun kita berada,
komputer atau sejenisnya itu selalu ada untuk melengkapi dan membantu aktivitas kita

Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas
diantaranya menerima input, memproses input menjadi output, menyimpan perintah dan
hasil pengolahan dan menyediakan output dalam bentuk inpormasi. Dibidang kesehatan
komputer dapat membantu segala kebutuhan dokter beserta jajarannya untuk melakukan
riset di bidang kesehatan, komputer bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit, serta
menganalisis organ tubuh manusia bagian dalam yang sulit dilihat.

ABSTRACT
From the beginning when the computer was created for the first time, it has begun to be
implemented in a number of ways that are quite simple. An example is manual counting and over
time it starts towards things that are more complex and modern. Indeed, in this day and age,
computers are goods or objects that are very important for human needs because every day in
every place wherever we are, computers or the like are always there to complement and help our
activities.

A computer is an electronic device capable of performing several tasks including receiving input,
processing input into output, storing orders and processing results and providing output in the
form of information. In the field of health, computers can help all the needs of doctors and their
staff to conduct research in the health sector, computers can be used to diagnose diseases, as well
as analyze internal human organs that are difficult to see.
Pemanfaatan computer di radiologi

Sejak ditemukannya sinar-x pada tahun 1895, pemanfaatan teknologi sinar-x dalam
menghasilkan pencitraan gambar mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Penggunaan digital technology dengan bantuan komputer dan detektor mampu
memperoleh dan memproses gambar serta memudahkan jaringan komunikasi untuk
mengirim dan menyimpan gambar. Teknologi ini sangat membantu pelayananan kesehatan
dalam mendiagnosa suatu penyakit lebih cepat(Ningrum, 2020).

Dunia kedokteran dikenal istilah radiologi, yang merupakan suatu ilmu tentang
penggunaan sumber sinar pengion dan bukan pengion, gelombang suara dan magnet untuk
pencitraan diagnosa dan terapi. Salah satu contoh sinar pengion adalah sinar-X. Penyinaran
dengan menggunakan sinar-X bertujuan untuk mengetahui dan mendiagnosa kondisi organ
dalam dari pasien. Akan tetapi, hasil citra sinar-X yang ada bentuknya terlalu besar
sehingga tidak efisien. Agar mudah dibawa maka citra itu dibuat secara komputerisasi.
Disamping itu format digital akan memungkinkan adanya penyimpanan data citra dalam
komputer maupun untuk keperluan proses-proses analisa citra(Priyawati, 2011a)

Penanganan informasi pada bagian radiologi umumnya diselesaikan dengan


komputerisasi bagian melalui pengembangan suatu sistem informasi radiologi atau
Radiology Information System (RIS). Sistem ini sangat memudahkan penjadwalan,
pelacakan pasien, perawatan dan penelusuran film, pemberian kode, pelaporan hasil dan
28 28 pembuatan rekening/tagihan. Sehingga teknologi komputer sangat mutlak
diperlukan di bagian instalasi radiologi(Program et al., 2009). Komputer ini bisa
dimanfaatkan dalam mendiagnosa suatu penyakit dan mengambil gambar semua organ
tubuh dengan computer(UNIKOM_Rizal Bagus Nur Achmad_BAB II, n.d.). penjadwalan dan
pelacakan pasien menggunakan sistem Bar Code Assisted Medication Administration
(BCMA) merupakan inovasi teknologi alat penunjang keselamatan pasien di RS yang
dikembangkan untuk mencegah kesalahan identitas pasien dalam pemberian medikasi
pasien(Wulandari & Lesmana, 2021).

Radiology Information System (RIS) merupakan sebuah sistem yang dirancang


untuk mendukung alur kerja operasional dan analisis dalam suatu departemen radiologi.
RIS juga merupakan tempat penyimpanan data pasien dan pelaporan data pasien, dan
memberikan kontribusi terhadap catatan data pasien secara elektronik, baik sebagai
pendiagnosa suatu penyakit maupun sebagai acuan pemberian arah pengobatan bagi para
petugas radiologi dalam sebuah rumah sakit(Nance et al., 2013).

RIS adalah penggerak alur kerja departemen radiologi. RIS bertanggung jawab
untuk pemesanan penjadwalan, membagikan informasi klinis yang di butuhkan dalam
membuat pemesanan penjadwalan dan menyediakan informasi klinis untuk departemen
lain yang memerlukannya, mempersiapkan worklist atau daftar kerja modality, dan
menyediakan informasi data yang dibutuhkan Picture Archiving and Communication
System (PACS) untuk menjalankan perannya(Ryan et al., 2013).

Picture Archiving and Communication System (PACS) adalah filmless dan metode
komputerisasi komunikasi dan menyimpan data gambar medis seperti computed
radiographic, digital radiographic, computed tomographic, ultrasound, fluoroscopic,
magnetic resonance dan foto X-ray (Tong et al., 2009). Selama lebih dari 100 tahun,
effisiensi praktek radiologi telah dibatasi oleh film dan kegiatan penanganan film, dengan
adanya PACS memungkinkan gambar radiologi dapat dilihat secara virtual atau elektronik
dimanapun pada computer server ataupun computer personal biasa(Smith, 2006).

PACS berfungsi untuk menerima, menyimpan, menampilkan serta


mendistribusikan gambar medis radiologi. PACS saat ini menyimpan, melanjutkan dan
mengubah data medis di rumah sakit atau praktik medis. Akibatnya, PACS menjadikan data
mudah diakses dari berbagai lokasi, tersedia dalam waktu lama, dan dapat diedit. Gambar
dapat dilihat dan dibandingkan di workstation khusus, memberikan banyak keuntungan
seperti melihat secara simultan di lokasi yang berbeda dan perangkat lunak grafis yang
kuat. (Suandari et al., 2020).

Akusisi citra adalah titik awal data citra masuk ke PACS dari hasil pemeriksaan citra
yang dilakukan oleh berbagai modalitas citra digital (seperti CT - Computed Tomography,
MR - Magnetic Resonance, PET - Positron Emission Tomography, US - Ultrasound, XA -
XRay Angiography, dll).(Ariana, 2016)

Penggunaan peralatan berbasis teknologi sekarang ini, terutama pada foto ronsen,
mengalami peningkatan; salah satunya perkembangan sistem komputerisasi untuk
pengambilan gambar computed tomography (CT)3 dimensi (3D) sangat membantu untuk
mengetahui luas kelainan struktur yang terlibat dan gambaran lebih akurat dibanding alat
konvensional 2D. (Toppo, 2013). Saat sinar X melewati pasien, sinar X dilemahkan dan
kemudian diukur dengan detektor. Detektor mengubah foton x-ray menjadi sinyal listrik
atau sinyal analog yang harus berupa data digital (numerik) untuk dimasukkan ke dalam
komputer. Komputer kemudian melakukan proses rekonstruksi. Gambar direkonstruksi
dalam bentuk numerik dan harus diubah menjadi sinay listrik untuk dilihat di monitor.
Gambar dan data terkait kemudian dikirim ke PACS, di mana ahli radiologi dapat
mengambil dan menafsirkannya.(Lubis, n.d.).

Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang menggunakan


imaging plate untuk akusisi data gambar X-Ray.  
CR merupakan teknologi digital yang mendukung pengembangan komputer berbasis
sistem informasi dan prosessing. Radiograf yang dihasilkan CR akan terformat dalam
bentuk digital sehingga dapat dimanipulasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Komponen Utama CR :
1. Image Plate (IP)
2. Casette
3. Image Reader
4. Image Console 
5. Imager

Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-sensor sinar-X
digital digunakan menggatikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi
digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer.
(Neitzel, 2005)

Komponen utama DR :

1. X-ray source
2. Detector
3. Analog digital converter
4. Computer
5. Output device

akhir-akhir ini penggunaan computed radiografi (CR) semakin berkembang dengan pesat.
Hal ini disebabkan karena penggunaan CR ini dipandang sangat menguntungkan, mudah
dalam pengoperasian dan bahkan dapat meminimalisir kerugian secara finansial dengan
mengurangi angka reject film.(Murniati et al., 2019)

Di radiologi konvensional, komputer radiografi ini sangat membantu dalam hal


proses-proses pengolahan analisis citra gambar. format digital computer akan
memungkinkan adanya penyimpanan data citra dalam komputer maupun untuk keperluan
proses-proses analisa citra. Biasanya citra yang sudah dicetak kemudian dimasukkan ke
dalam sistem komputerisasi akan mengalami penurunan kualitas seperti citra terlihat
buram atau gelap. Sehingga sangat dibutuhkan peningkatan kualitas citra untuk
menciptakan citra yang berkualitas dalam memudahkan dokter mendiagnosa dan
memperkecil kemungkinan kesalahan analisa(Priyawati, 2011b).

Di MRI (Magnetic Resonance Imaging) Sistem komputer berfungsi untuk


membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan
memori beberapa citra dan ada juga Sistem pencetakan citra, berfungsinya untuk mencetak
gambar pada film rongent atau untuk menyimpan citra(Minhas & Oliver, 2022)
Sedangkan di UltraSonografi computer berfungsi mengklafikasi ciri tekstur yang
dapat di implementasikan dengan system computer yang disebut Computer Aided
Diagnosis (CAD). CAD bertujuan untuk sistem pendukung keputusan dan pertimbangan
bagi dokter radiologi dalam menentukan diagnosis yang bersifat objektif(Hanneman,
2009). Prinsip kerja CAD menggunakan algoritma pengolahan citra dan pengenalan pola,
seperti peningkatan kualitas citra, ekstraksi dan penyeleksian ciri tekstur pada citra, serta
klasifikasi hasil(Nugroho et al., 2017)

Pemanfaatan komputer juga sebagai sarana pembuatan dan pengiriman informasi


medis dari Radiologi ataupun dari dokter spesialis ke bagian radiologi merupakan upaya
yang dapat mempercepat dan memperpanjang bergeraknya informasi medis untuk
kepentingan ketepatan tindakan medis yang disebut rekam medis. (Basyarudin, 2022).

Ada juga Teleradiologi yaitu bagian dari layanan telemedis dimana transmisi
gambar radiologi dari pasien terjadi. Secara sederhana teleradiologi berarti gambar
radiologi dikirim dari lokasi pemeriksaan ke sebuah lokasi lain dimana seorang radiologis
(dokter ahli radiologi) akan membuat analisa radiologi, selanjutnya hasil analisa radiologi
ini akan dikirim kembali untuk dijadikan bahan rujukan bagi dokter penanggung jawab
yang menangani pasien. Pelayanan teleradiologi ini laksanakan untuk memberi akses
pelayanan ekspertise dan konsultasi hasil pemeriksaan radiologi diagnostik secara jarak
jauh dari dokter spesialis radiologi di fasilitas pelayanan kesehatan pengampu, kepada
fasilitas pelayanan kesehatan yang diampu yang tidak/ belum memiliki dokter spesialis
radiologi. Sedangkan bagi rumah sakit yang telah memiliki dokter spesialis radiologi, maka
teleradiologi dilaksanakan untuk second opinion dan menunjang proses
pembelajaran(Nabila Achmad Wildan, 2019).

Daftar Pustaka
Ariana, R. (2016). 済無 No Title No Title No Title. 1, 1–23.

Basyarudin, B. (2022). Aspek Yuridis Rekam Medis Elektronik Dijadikan Alat Bukti Apabila
Terjadi Kesalahan Pelayanan Kesehatan. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 1(12), 3495–3510.
https://www.bajangjournal.com/index.php/JCI/article/view/3212

Hanneman, R. A. (2009). Daftar Isi Daftar Isi : 2–5.


Lubis, A. J. (n.d.). PEMANFAATAN CT-SCAN (COMPUTER TOMOGRAPHY) DALAM DUNIA
MEDIS. www.snastikom.com

Minhas, A. S., & Oliver, R. (2022). Magnetic Resonance Imaging Basics. Advances in
Experimental Medicine and Biology, 1380, 47–82. https://doi.org/10.1007/978-3-031-
03873-0_3

Murniati, E., Masrochah, S., & Kurniawati, A. (2019). Pengembangan Metode Kuadran Untuk
Penentuan Kedalaman Benda Asing Dengan Menggunakan Modalitas Komputer
Radiografi. Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD), 5(2), 60.
https://doi.org/10.31983/jimed.v5i2.4463

Nabila Achmad Wildan, E. M. (2019). Pimpinan Redaksi Faizal Mahananto Dewan Redaksi
Eko Wahyu Tyas Darmaningrat Tata Pelaksana Usaha Achmad Syaiful Susanto Rini
Ekowati Sekretariat. JURNAL SISFO Inspirasi Profesional Sistem Informasi, 8(2), 109–
116.

Nance, J. W., Meenan, C., & Nagy, P. G. (2013). The Future of the radiology information
system. American Journal of Roentgenology, 200(5), 1064–1070.
https://doi.org/10.2214/AJR.12.10326

Neitzel, U. (2005). Status and prospects of digital detector technology for CR and DR.
Radiation Protection Dosimetry, 114(1–3), 32–38.
https://doi.org/10.1093/rpd/nch532

Ningrum, S. A. (2020). Efek Perubahan Dosis Radiasi Dan Kualitas Gambar Pada Hasil
Radiograph Dengan Luas Kolimasi Berbeda. Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD), 6(2),
103–106. https://doi.org/10.31983/jimed.v6i2.5772

Nugroho, H. A., Rahmawaty, M., Triyani, Y., Ardiyanto, I., Choridah, L., & Indrastuti, R.
(2017). Texture analysis and classification in ultrasound medical images for
determining echo pattern characteristics. 2017 7th IEEE International Conference on
System Engineering and Technology (ICSET), 23–26.
https://doi.org/10.1109/ICSEngT.2017.8123414

Priyawati, D. (2011a). teknik pengolahan citra digital berdomain spasial untuk peningkatan
citra sinar-x: Vols. II, No.

Priyawati, D. (2011b). Teknik Pengolahan Citra Digital Berdomain Spasial Untuk


Peningkatan Citra Sinar-X. KomuniTi, II(2), 44–50.

Program, S., Magister, I., Kesehatan, M., Konsentrasi, S., Informasi, M., Kesehatan, O., & Sri, R.
(2009). MANUAL PROGRAM Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S2.

Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). 済無 No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents, 12–26.

Smith, G. (2006). Introduction to RIS and PACS. In PACS: A Guide to the Digital Revolution:
Second Edition. https://doi.org/10.1007/0-387-31070-3_2
Suandari, P. V. L., Juliantara, I. P. E., & Rusmana, E. R. (2020). Peran Implementasi Picture
Archiving and Communication System dalam Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit
Premier Bintaro. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 8(3), 161–166.
https://doi.org/10.14710/jmki.8.3.2020.161-166

Tong, L., Shinohara, R., Sugisawa, Y., Tanaka, E., Maruyama, A., Sawada, Y., Ishi, Y., & Anme,
T. (2009). Relationship of working mothers’ parenting style and consistency to early
childhood development: A longitudinal investigation. Journal of Advanced Nursing,
65(10), 2067–2076. https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2009.05058.x

Toppo, S. (2013). Tingkat penggunaanCT-scanuntukpemeriksaanameloblastoma di RS


Wahidin Sudirohusodo lebih tinggi dibandingkan dengan radiografi konvensional
Level of using CT-scan in examinating ameloblastoma at Wahidin Sudirohusodo
Hospital was higher than conventional ra. Journal of Dentomaxillofacial Science, 12(1),
16. https://doi.org/10.15562/jdmfs.v12i1.342

UNIKOM_Rizal Bagus Nur Achmad_BAB II. (n.d.).

Wulandari, D. A., & Lesmana, T. C. (2021). Analisa Performance Instalasi Radiologi Dalam
Upaya Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (Spm) Di Rumah Sakit Condong Catur
Yogyakarta. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 9(2), 87–92.
https://doi.org/10.14710/jmki.9.2.2021.87-92

Anda mungkin juga menyukai