Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Komputer Di Bidang Kesehatan

Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia
IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai
macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT
adalah kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah
penggunaan alatalat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah
USG (Ultra sonografi).

USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Sekira tahun 1920-an, prinsip kerja
gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik
dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk
mendiagnosis suatu penyakit.

Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam
menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula
untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis,
haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki
gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal tahun
1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis
suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi.

Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang
dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich,
seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada
otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang
tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data),
hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik
berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat
temuan Dussik.

Tahun 1949, John Julian Wild, ahli bedah Inggris yang bekerja di Medico
Technological Research Institute of Minnesota, berkolaborasi dengan John Reid, seorang
teknisi dari National Cancer Institute. Mereka melakukan investigasi terhadap sel-sel kanker
dengan alat ultrasonik. Prinsip alat tersebut mengacu pada sistem radar. Oleh sebab itu mereka
kemudian menyebutnya sebagai Tissue Radar Machine (mesin radar untuk deteksi jaringan).
Beberapa hasil penelitian lanjutan yang cukup penting dalam bidang obstetri ginekologi antara
lain ditemukannya metode penentuan ukuran janin (fetal biometry), teknologi transduser/alat
pemindai digital, transduser dua dimensi dan tiga dimensi modern penghasil tampilan gambar
jaringan yang lebih fokus, dan penentuan jenis kelamin janin dalam kandungan (Fetal
Anatomic Sex Assignment/FASA).

Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang


ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih
jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini.
Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima
transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga
bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri
dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG
berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.

Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai alat
bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari cairan. Sonograf ini
menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan. Ultrasonografi medis digunakan
dalam:

1. Kardiologi; lihat ekokardiografi

2. Endokrinologi

3. Gastroenterologi

4. Ginaekologi; lihat ultrasonografi gynekologik

5. Obstetrik; lihat ultrasonografi obstetric

6. Ophthalmologi; lihat ultrasonografi A-scan, ultrasonografi B-scan

7. Urologi

8. Intravascular ultrasound

9. Contrast enhanced ultrasound

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan
evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik.
Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual
dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai.
Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat
mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi
perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi
dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia
internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance). Di masa yang akan datang,
pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA).
Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi
perawatan terakhir.

Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat
komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer
individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai
kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio,
merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan jugaspreadsheet. PDA
terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi
sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA
dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN
(Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan
sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7). Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama
ini adalah referensi tentang obat/drug reference.

Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia.
PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang
data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi,
riwayat medis, dan lain-lain.

Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses
secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan
cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table,
mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data,
mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA
dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat
berguna untuk program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan
pasien-perawat.

Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan
produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu
perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Pemanfaatan PDA
dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya
diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu
merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di
Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi
pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar
mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS
apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat
langsung akses browser internet.

Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih


sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan
faktor penghambatnya yaitu :

1. Kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA

2. Masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat

3. Belum terintegrasinya sistem informasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan


di klinik.

Pemanfaatan Teknologi Informasi Pada Riset Keperawatan

Perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu perkembangan peradaban


manusia mengenai penyampaian informasi. Perkembangan ini dimulai sejak zaman pra sejarah
sampai sekarang. Salah satu peran perawat adalah sebagai peneliti. Untuk itu, perawat perlu
melakukan riset yang berhubungan isu-isu keperawatan, antara lain: praktik keperawtan,
pendidikan keperawatan, dan administrasi keperawatan guna meningkatkan kemampuannya.
Untuk memudahkan riset yang dilakukan maka perawat perlu memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi yang sudah ada baik dalam hal pengolahan data, penulisan, penyimpanan,
atau pun publikasi hasil riset yang telah perawat lakukan.
Teknologi informasi dapat dimanfaatkan dalam bidang perkembangan riset
keperawatan berbasis informatika kesehatan. Dapat juga digunakan dikampus dengan video
conference, pembelajaran on line dan Multimedia Distance Learning. Pengolahan data dalam
riset keperawatan perlu ketelitian, dengan perhitungan menggunakan teknologi informasi yang
sudah ada maka kesalahan dalam perhitungan dapat diminimalkan agar dasar-dasar keilmuan
yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan
menejemen keperawatan dapat diperkuat.

Penggunaan teknologi informasi dalam riset keperawatan juga untuk


pendokumentasian hasil riset yang telah dilakukan. Setelah itu, perlu mempublikasikan hasil
riset keperawatan sebagai ilmu untuk perawat lain dan masyarakat tentang hal yang berkaitan
dengan isu keperawatan. Semua proses yang dibutuhkan dalam melakukan riset keperawtan
pun akan lebih mudah dan efektif.

Sebagai perawat yang mampu mengikuti perkembangan zaman, guna meningkatkan


profesionalisme dan kemampuan maka pemanfaatan teknologi harus benar-benar digunakan
untuk kegiatan yang dilakukan oleh perawat termasuk melakukan riset.

Sistem informasi keperawatan berbasis computer

Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan


masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan
masyarakat membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut
dengan dokumentasinya.

Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang


pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan bukti
akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Dengan
adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan legal dapat
dipertanggung jawabkan
Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai
standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai
pendokumentasian yang lengkap.

Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan
harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan kurangnya dokumentasi
juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang yang harus dimasukkan, dan
bagaimana cara mendokumentasi yang benar.

Kondisi tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar terhadap
proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan
keperawatan pada khususnya.

Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di


Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Pendokumentasian
tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada
form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan
lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form
pendokumentasian tidak tersedia

Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering
hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan
keperawatan sering terselip. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan
merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika terjadi suatu gugatan
hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan rentan terhadap gugatan
hukum.

Di luar negri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak
lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju seluruh dokumentasi
yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan keperawatan telah dimasukkan
dalam komputer. Dengan informasi yang berbasis dengan komputer diharapkan waktu
pengisian form tidak terlalu lama, lebih murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan
dan resiko hilangnya data dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat
tersimpan dalam ruang yang kecil. Sistem ini sering dikenal dengan Sistem informasi
manjemen.
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan
ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan

Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negri


sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi diterapkan pada
sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien.

Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi kesehatan


nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010 (Reliable Health Information 2010 ). (Depkes,
2001). Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah direncanakan untuk membangun system
informasi di pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di
masyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal.

Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat


dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive
dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien,
melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari pelayanan
kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan
aman. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat
dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan.

Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa institusi
kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat
menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokmuntasi keperawatan dan
meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan.

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman


bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System dan
Executive Information System.(Eko,I. 2001) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem
informasi manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian
tempat tidur /BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan
sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat
digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan
juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan riset
kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997)
Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun
pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal
ini mengingat komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam
keperawatan masih banyak kelemahannya.

Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk.
Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum atas
dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai
perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk
Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat
yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen
karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.

Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke


dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak
manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di
Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan, sumber dana, proses dan prosedur informasi
serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.

Bagaimana SIM keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi sistem


informasi manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat minim, bahkan
masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan
yang berbasis komputer tersebut. Namun seiring dengan perkembangan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan maka beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota lain sudah menerapkan system
informasi keperawatan yang berbasis komputer.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga mempunyai kontribusi dalam


pengembangan system informasi keperawatan. Fakultas ilmu keperawatan telah mempunyai
soft-ware system informasi asuhan keperawatan dan system informasi dalam manajemen untuk
manajer perawat. Media ini sangat berguna dalam menyokong proses pembelajaran yang
menyiapkan peserta didik dalam menyongsong era globalisasi. Dengan mengikuti
pembelajaran tersebut peserta didik diharapkan mampu bersaing , namun tentunya tak cukup
hanya dalam proses proses pembelajaran di kuliah. Peserta didik harus terus belajar agar dapat
mengikuti perkembangan ilmu dan tehnogi keperawatan.

Dokomentasi Keperawatan Berbasis Komputer


Kita sudah sepakat bahwa keperawatan adalah sebuah pelayanan profesional, artinya
ada kaidah yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah bukti fisik pelayanan keperawatan yang
sesuai dengan standar. Bukti fisik ini berbentuk dokumentasi keperawatan yang juga sekaligus
menjadi bukti akuntabilitas perawat terhadap asuhan yang telah diberikan kepada pasiennya.

Akan tetapi, dokumentasi ini pun sering kali terbengkalai. Sebagian perawat
melengkapi dokumentasi ketika pasien sudah pulang. Atau tidak semua kaidah dokumentasi
dipatuhi sehingga kualitas dokumentasi keperawatan buruk. Kondisi tersebut barangkali
dialami oleh sebagian besar perawat. Padahal konsep tentang mekanisme tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam keperawatan sudah termasuk dalam kurikulum pendidikan keperawatan,
termasuk ilmu dokumentasi keperawatan. Disamping itu, dokumentasi keperawatan seringkali
membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyaknya informasi yang harus ditulis dan
adanya pengulangan-pengulangan penulisan informasi yang sama.

Kesulitan tersebut barangkali tidak perlu terjadi saat kita mempunyai solusi dan
menyadari pentingnya dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan mempunyai
makna penting ditinjau dari aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan,
pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam, 2008). Singkatnya, banyak informasi yang
bisa didapat dengan melaksanakan dokumentasi keperawatan yang benar, misalnya data
penyakit pasien, angka morbiditas, angka mortalitas, lama hari rawat (length of stay/LOS),
BOR, angka nosokomial, budget keperawatan dan informasi statistik lainnya yang sangat
bermanfaat bagi manajer keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
profesionalisme keperawatan.

Saat ini telah berkembang dokumentasi keperawatan berbasis komputer (Computer


Based Nursing Documentation) yang menjadi pengganti Paper Based Documentation. Paper
based documentation, disamping kelebihannya, mempunyai banyak kelemahan, diantaranya
butuh motivasi yang kuat untuk menulis, kualitasnya rendah dan banyak keterbatasan
(Ammenwerth, at all, 2003).

Sementara dokumentasi keperawatan berbasis komputer mempunyai lebih banyak


keunggulan. diantaranya adalah lebih akurat, komplit (lengkap), legibel (dapat
dipertanggungjawabkan) dan membutuhkan waktu yang lebih singkat.

Tentunya dokumentasi keperawatan berbasis komputer juga mempunyai kelemahan,


diantaranya adalah kemampuan perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dan
keterampilan perawat menggunakan komputer (Ammenthwerth, at all, 2003).
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer telah berkembang di beberapa negara
seperti australia dan amerika. Beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota-kota lainnya juga telah
menerapkan dokumentasi keperawatan yang termasuk ke dalam sistem informasi keperawatan
berbasis komputer. Tentunya ini adalah sebuah prestasi yang membanggakan sekaligus
meningkatkan prestise (citra) perawat di mata profesi lain.

Fungsi Sistem Informasi Keperawatan

Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi utama


dalam praktik keperawatan klinik dan administratif:

1. Proses perawatan pasien


Proses perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat kepada
pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan pengobatan,
catatan keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja , administrasi pasien.
2. Proses managemen bangsal
Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara efektif
menggunakan menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.
Mentransformasikan informasi pada manajemen yang berorientasi informasi dalam
pengambilan keputusan: jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal
keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen perseorangan, perencanaan
keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana,
manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.
3. Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan subjek lain
yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan,
review data, transformasi data, dan segala bentuk pesan.
4. Proses Pendidikan dan Penelitian
Pendokumentasian fungsi dan prosedural.

Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan


1. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
2. Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan
arsip.
3. Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
4. Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik akan
mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan secara cepat
6. Meningkatkan produktivitas kerja.
7. Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan (Gurley L, Advantages
and Disadvantages of Electronic Medical Record, diakses dari
http://www.aameda.org/member )

Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:

1. Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
2. Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien
dalam satu lokasi.

Anda mungkin juga menyukai