(ITI)
January 2, 2010 at 7:24 am (Uncategorized)
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan,
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya
peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk
mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan.
Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan
kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi
yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik
oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan
yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada
realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan
konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya
dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai
potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki
sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem
Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang
sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA
( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah
dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan
lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer
genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun
terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam,
kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video,
membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki
tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak,
HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses
internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks).
Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/
touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton
MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan
produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm
Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating
System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam
produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak
diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux
PDA, dan smart phone. Coba klik : http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan
datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance
(PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses
data pasien serta informasi perawatan terakhir. “Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama
ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA
semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat
medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di
mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional
internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau
gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset,
demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat
menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan
tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat
informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV
fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data
dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan
intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan
daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk
program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat.
Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir
dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-
pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang
berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi
pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk
mulai mengaplikasikan “touch” over “tech” (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan).
Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam
asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas,
mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien,
dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih
“gaptek” tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA
dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka
website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa
menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer,
mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun
sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan,
agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di
negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari
institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi
belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa
di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat
langsung akses browser internet.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan
dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan
keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat.
Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien
jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data
base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan
dimonitor melalui komputer – menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada
saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan
meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perangkat aplikasi adalah program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan
tugas yang spesifik seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola
database dan lain sebagainya.
Rekam medis berbasis komputer adalah penggunaan database untuk mencatat semua data
medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit
Tujuan pengembangan sistem informasi ini tak lain adalah untuk :
1. Mengembangkan dan memperbaiki sistem yang telah ada sehingga memberikan suatu nilaitambah
bagi manajemen
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pengelolaan rumah sakit
3. Memberikan dasar pengawasan bagi manajemen yang kuat dalam bentuk suatu struktur
pengendalian intern didalam sistem yang dikembangkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mengetahui pengertian TI dalam dunia medis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi TI dalam dunia medis.
3. Mahasiswa mengetahui kelebiahan dan kekurangan penerapan TI dalam dunia medis.
4. Memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Rekonstruksi
Bagian terakhir dari CT Scanner adalah rekonstruksi. Banyak metode yang dapat digunakan
untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai dari back projection sampai konvolusi.
Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran. ini menggunakan
pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier.
Kemudian pixel-pixel ini disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi
dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen matrik.
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan metode konvolusi.
Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk matematik yaitu transformasi
Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat
dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas secara
eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh
proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya
ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan
citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai
sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data
masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu
metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
Proses pengumpulan data intensitas radiasi terusan pada bidang irisan obyek untuk berbagai
sudut dinamakan scanning atau pemayaran. Terdapat berbagai macam cara pemayaran, bergantung
pada "generasi" CT scan yang digunakan. Istilah "generasi" menggambarkan tipe komersial yang tersedia
yang mengacu pada perbedaan geometris gerak pemayaran, waktu pemayaran, bentuk berkas radiasi
perunut, dan sistem detektor yang berbeda-beda antara satu generasi dan generasi lain. Untuk lebih
jelasnya, skema dasar CT scan dapat dilihat pada Gambar 1 untuk CT scan generasi ke-2. Walaupun
terdapat perbedaan antara berbagai "generasi", secara umum CT scan terdir atas empat bagian
pokok, yaitu sumber radiasi, sistem deteksi, manipulator mekanis, dan komputer beserta
penampil. Fungsi sumber radiasi adalah menghasilkan radiasi, sumber ini dapat berupa
generator sinar X atau radioisotop yang menghasilkan radiasi X. Sistem deteksi ditentukan berdasarkan
jenis radiasi yang digunakan, salah satu contoh detektor yang biasa digunakan dalam CT scan salah
adalah kristal natrium iodida yang "dikotori" dengan talium (kristal NaI(Tl). Manipulator mekanis yang
digunakan berfungsi menentukan geometris gerak pemayaran yang bergantung pada "generasi" CT
scan. Komputer berfungsi mengolah dan mengumpulkan data yang kemudian ditayangkan pada
penampil sehingga diperoleh gambar irisan tampang lintang dua dimensi atau peta distribusi internal
tiga dimensi obyek yang di-scan USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali
dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun
1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran.
2.2.4 PDA
Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai
dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal digital
assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan
personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data
pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer
genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus
berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games,
internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan,
sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan
layar dengan pulpen/ touch screen.7). Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat
ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar
code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi,
riwayat medis, dan lain-lain.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat
informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus;
perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan
menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi
keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email,
alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran
keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat
memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi
menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang
pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang
keperawatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah kami di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. TI dalam dunia medis adalah teknologi informasi dan komunikasi yang diaplikasikan dalam dunia
medis yang berhubungan dengan juru medis, pasien dan karyawan.
2. Aplikasi TI dalam dunia kesehatan yaitu :
CT scann
USG
Sensor Untuk Alat Pendeteksi Golongan Darah
PDA
Smartcard Kesehatan
Video Conference
Penyimpanan gambar / image atau hasil sensor / telemetri
Monitor jarak jauh untuk pasien di ICU.
3. Kelebihan aplikasi TI dalam dunia medis
Karena menggunakan system digital maka alat-alat TI pada dunia medis ini dapat mengidentifikasi
penyakit yang sulit dideteksi secara manual, mengetahui data-data yang berhubungan dengan pasien
dengan mudah tanpa harus mencari-cari kembali arsip.
4.Kekurangan aplikasi TI dalam dunia medis
Pengambilan gambar dengan sinar X dapat menimbulkan penyakit kanker. Karena itu, pasien
sebaiknya menanyakan secara kritis segala sesuatu mengenai sinar X apabila akan menjalani pengobatan
menggunakan sinar X.Sinar X menghasilkan radiasi ion yang juga terjadi secara alami. Dosis yang efektif
yang dapat diterima manusia diukur dengan satuan ukuran millisiverts, yaitu satuan ukuran radiasi.
Selain itu, aplikasi teknologi ini memerlukan biaya yang mahal.
3.2 Saran
Setelah mempelajari teknologi komunikasi dalam dunia medis pembaca dapat memberitahukan
kepada masyarakat umum akan pentingnya peranan teknologi dan komunikasi khususnya dalam dunia
medis.
Sejarah Perkembangan Komputer Dalam Keperawatan
A. Perspektif Sejarah
Komputer telah dikenal sekitar lima puluh tahun yang lalu, tetapi rumah sakit lambat dalam menangkap
revolusi komputer. Saat ini hampir setiap rumah sakit menggunakan jasa komputer, setidaknya untuk
manajemen keuangan.
Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam menggunakan
komputer oleh perawat pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an mencakup:
1. Automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status dan perawatan pasien.
2. Penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa kecenderungan masa depan
staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ide dari sistem informasi rumah sakit (SIR) diterapkan, dan perawat
mulai merasakan manfaat dari sistem informasi manajemen. Pada akhir tahun 1980-an memunculkan
mikro-komputer yang berkekuatan besar sekali dan perangkat lunak untuk pengetahuan keperawatan
seperti sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK)
1) Robotik
Robot akan membnatu perawat dalam menjelaskan beberapa tugas. Hal yang paling praktis dengan
menggunakan robot yaitu penggunaan kartu elektronik, dimana digunakan untuk penyimpanan dan
transpor obat-obatan, kain-kain dan persediaan-persediaan lain. Contoh lain yaitu tangan robot yang
dapat digunakan untuk mengangkat yang berat. Kemungkinan aplikasi dimasa yang akan datang
termasuk prosedur-prosedur yang tidak dapat untuk dibentuk seperti mata, otak, atau perbedaan tulang
belakang atau prosedur dimana kontak secara langsung merupakan kontra indikasi untuk bahaya
kesehatan. Seperti seorang pasien dengan tidak ada sistem kekebalan.
2) Komunikasi Suara
Komunikasi suara akan membantu perawat untuk berbicara dengan komputer mereka. Keyboard dan
pembaca bar code tidak akan dibutuhkan untuk memasukkan atau mendapatkan kembali informasi
komputer akan diminta untuk menampilkan informasi atau untuk mencatatnya dengan perintah suara.
3) Kegiatan pengajaran/penyuluhan
Adalah kegiatan penyuluhan kesehatan yang diberikan pada pasien dan bersifat individual. Hal ini
dimaksudkan agar materi pengajaran/penyuluhan sesuai dengan diagnosa, pengobatan yang ditetapkan,
dan keadaan pola hidup pasien. Umumnya pasien memerlukan arahan yang meliputi tingkat aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut perawatan dan dukungan masyarakat/keluarga.
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan membutuhkan
keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanan puskesmas kepada para pengguna (pasien) dan lingkungan terkait. Dengan lingkup pelayanan
yang begitu luas, tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses pelayanan
di puskesmas. Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan kecepatan arus informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan puskesmas.
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan pasien, data-data arus
obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan cara-cara yang manual. Selain membutuhkan
waktu yang lama, keakuratan dari pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan
kesalahan sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai alat bantu
untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak program komputer yang secara
khusus didesain untuk manajemen data di puskesmas.
Sistem Informasi Puskesmas (Simpus), sesuai namanya, adalah sebuah sistem informasi rekam
medis yang secara khusus dirancang untuk digunakan di Puskesmas. Puskesmas sebagai institusi
pelayanan kesehatan, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang unik, berbeda dengan unit pelayanan
kesehatan lainnya.
Kebutuhan-kebutuhan Puskesmas yang unik tersebut, telah sejak lama dengan tekun dipelajari
dan diikuti perkembangannya oleh seorang teman, Raharjo. Setelah selama beberapa tahun Mas Jojok,
demikian ia biasa dipanggil, mengembangkan dan memasarkan Simpus yang berupa aplikasi desktop
(yang telah digunakan pada hampir 500 Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia), pada tahun
2008, ia mengajak kami untuk bersama-sama mengembangkan Simpus yang berbasis web. Keputusan ini
diambilnya setelah melihat fakta di lapangan bahwa Simpus berbasis web memiliki peluang memberikan
dukungan yang lebih baik pada Puskesmas dalam melayani masyarakat. Dalam waktu kurang lebih
setahun semenjak itu, Simpus berbasis web telah digunakan oleh beberapa Puskesmas.
Simpus merekam data rekam medis pasien-pasien yang berkunjung di Puskesmas. Tidak hanya
itu, Simpus juga membantu Puskesmas dalam menyusun laporan-laporan rutin bulanan, baik untuk
keperluan internal Puskesmas, ataupun untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama kami dalam mengembangkan Simpus berbasis
web ini:
1. Kemudahan dalam pengoperasian. Dari pengalaman sejauh ini, dengan pelatihan dua hari, yang
dilakukan selepas jam kerja Puskesmas, kebanyakan pengguna sudah memahami alur Simpus
dan cara menggunakannya.
2. Kecepatan proses pengisian data. Sudah sejak lama kami menyadari bahwa pengisian data
melalui tampilan berbasis web cenderung lebih lama, bila dibandingkan dengan pengisian data
melalui tampilan aplikasi desktop. Kami berupaya meminimalkan waktu pengisian data dengan
menyederhanakan alur, tanpa mengurangi kelengkapan data yang diisikan. Pengisian data pada
semua titik (ruang pendaftaran, ruang pelayanan medis, dll) secara rata-rata dilakukan dalam
waktu 1-2 menit.
3. Dukungan bantuan kepada pengguna. Kami menyadari bahwa belum banyak petugas Puskesmas
yang terbiasa dengan penggunaan aplikasi berbasis web. Proses pembiasaan tentu saja akan
membutuhkan waktu, dan dalam proses tersebut mungkin akan ada kendala-kendala yang
dijumpai. Dengan dukungan dari petugas setempat, kami selalu berupaya memberikan bantuan
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Kota Magelang: Puskesmas Magelang Selatan, Puskesmas Magelang Utara, Puskesmas Botton,
Puskesmas Jurangombo, Puskesmas Kerkopan
Kabupaten Demak: Puskesmas Karangawen
Kabupaten Sukoharjo: Puskesmas Kartasura, Puskesmas Polokarto
Kabupaten Bangka Barat: Puskesmas Muntok
Terbangunnya suatu perangkat lunak yang dapat digunakan dengan mudah oleh puskesmas, dengan
persyaratan yang seminimal mungkin dari segi perangkat keras maupun dari segi sumber daya manusia
yang akan menggunakan perangkat lunak tersebut.
Membantu dalam mengolah data puskesmas dan dalam pembuatan berbagai pelaporan yang
diperlukan.
Terbangunnya suatu sistem database untuk tingkat kabupaten, dengan memanfaatkan data-data
kiriman dari puskesmas.
Terjaganya data informasi dari puskesmas dan Dinas Kesehatan sehingga dapat dilakukan analisa dan
evaluasi untuk berbagai macam penelitian.
Terwujudnya unit informatika di Dinas Kesehatan Kabupaten yang mendukung terselenggaranya proses
administrasi yang dapat meningkatkan kwalitas pelayanan dan mendukung pengeluaran kebijakan yang
lebih bermanfaat untuk masyarakat.
Berbagai kendala dalam implementasi SIMPUS ataupun program aplikasi yang sudah pernah
dialami di berbagai daerah ikut menjadi masukkan untuk menentukan model pengembangan SIMPUS.
Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai di puskesmas antara lain :
Banyak puskesmas yang hanya memiliki satu atau dua komputer, dan biasanya untuk pemakaian sehari-
hari di puskesmas sudah kurang mencukupi. Sudah mulai banyak pelaporan-pelaporan yang harus ditulis
dengan komputer. Komputer lebih berfungsi sebagai pengganti mesin ketik semata. Selain itu kendala
dari sisi sumber daya listrik juga sering menjadi masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu sudah
biasa menjalani pemadaman listrik rutin sehingga pengoperasian komputer menjadi terganggu. Dari segi
keamanan, banyak gedung puskesmas yang kurang aman, sering terjadi puskesmas kehilangan
perangkat komputer.
Masih jarang sekali ditemukan satu orang staf atau petugas atau bahkan unit kerja yang khusus
menangani bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat dijumpai dari tingkat puskesmas ataupun tingkat
dinas kesehatan di kabupaten/kota. Pada kondisi seperti ini nantinya akan menjadi masalah untuk
menentukan siapa yang bertanggung jawab atas data-data yang akan ada, baik dari segi pengolahan dan
pemeliharaan data, maupun dari segi koordinasi antar bagian.
Kendala di bidang SDM ini yang paling sering ditemui di puskesmas. Banyak staf puskesmas yang belum
maksimal dalam mengoperasikan komputer. Biasanya kemampuan operasional komputer didapat
secara belajar mandiri, sehingga tidak maksimal. Belum lagi dengan pemakaian komputer oleh staf yang
kadang-kadang tidak pada fungsi yang sebenarnya.
APLIKASI SIMPUS
Dengan melihat berbagai tujuan dan berbagai kendala diatas, SIMPUS dikembangkan. Kondisi-kondisi
yang ada benar-benar menjadi pertimbangan rancangan Aplikasi SIMPUS. Hal utama yang harus
diketahui dari SIMPUS ini adalah :
SIMPUS adalah program aplikasi yang dikembangkan khusus dari puskesmas, untuk puskesmas
dengan melihat kebutuhan dan kemampuan puskesmas dalam mengelola, mengolah dan memelihara
data-data yang ada.
SIMPUS adalah aplikasi yang bersifat single user atau hanya dapat diaplikasikan hanya oleh satu orang
pada saat itu. SIMPUS bukan aplikasi multi user yang memungkinkan satu database diolah bersama-
sama oleh beberapa staf, dari beberapa ruang pelayanan yang ada di puskesmas.
Dengan luasnya lingkup pekerjaan di puskesmas, maka SIMPUS nantinya akan dikembangkan secara
modular, atau terpisah antara program kerja yang satu dengan program kerja yang lain.
Menggunakan Sistem Operasi Windows, menampilkan tampilan secara grafis dan mudah digunakan. Untuk
proses keluaran data bahkan hampir semua tampilan bisa di akses dengan menggunakan tetikus
(mouse).
Menyimpan informasi riwayat kunjungan dari pasien dengan akurat. Penomoran Index yang tepat dan benar
akan lebih mempermudah dalam proses pencarian data pasien tertentu.
Input data yang cepat, dengan sumber data dari kartu registrasi pasien. Desain masukkan data yang
dikembangkan dengan mengacu pada pengalaman di puskesmas menjadi pertimbangan utama untuk
membuat proses entry harus cepat. Dalam kondisi normal hanya butuh waktu dibawah 1 menit untuk
memasukkan satu data pasien.
Dapat menampilkan rekapitulasi data pasien dan obat, serta membuat pelaporan LB1 dan LPLPO dengan
cepat. Periode keluaran data dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, dari data harian, periode
harian, mingguan, bulanan atau tahunan.
Menampilkan data-data keluaran secara tabel maupun secara grafik dengan cepat.
Dapat digunakan untuk melakukan filter data kunjungan dengan cepat dan mudah, sesuai dengan kriteria
yang diinginkan.
METODOLOGI PENGEMBANGAN
Pengembangan suatu sistem informasi, jelas membutuhkan langkah-langkah dan strategi yang harus
dijalankan. Pengembangan tidak dapat dilakukan dengan hanya membeli satu perangkat lunak
kemudian dibagikan ke puskesmas yang ada, tetapi juga harus diikuti dengan berbagai langkah secara
organisatoris maupun secara operasional. Langkah-langkah pengembangan dapat berupa program pra-
implementasi dan program pasca-implementasi. Beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain :
Pendataan awal berbagai masalah baik dari segi perangkat keras ataupun calon petugas data.
Pembentukan team informasi baik tingkat puskesmas atau tingkat dinas kesehatan. Team untuk tingkat
puskesmas dapat terdiri dari seorang penanggung jawab program, disertai beberapa operator.
Sedangkan untuk tingkat dinas kesehatan, mungkin diperlukan satu team khusus untuk mengorganisir
alur data dan juga bertanggung jawab untuk manajemen data-data kesehatan. Apabila dimungkinkan
dapat dibentuk satu sub dinas Informatika / Pengolahan Data Elektronik.
Inventarisasi data-data dasar, baik untuk tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas kesehatan. Data-data
dasar itu antara lain : data puskesmas, data petugas medis, data tempat pelayanan kesehatan, data
obat-obat gudang farmasi, data diagnosis, dan beberapa data-data dasar lainnya. Data-data ini nantinya
akan dikodekan karena SIMPUS akan banyak membutuhkan masukkan data berupa kode.
Sosialisasi data-data dasar. Hal ini perlu dilakukan ke semua staf medis dan petugas di puskesmas supaya
lebih mengenal sedini mungkin sistem yang akan dipakai.
Pelatihan petugas SIMPUS. Dalam proses masukkan data, tentunya dibutuhkan petugas khusus yang benar-
benar menguasai program SIMPUS. Untuk itu perlu minimal 2 orang dari tiap puskesmas yang harus di
beri pelatihan untuk awal pelaksanaan implementasi SIMPUS. Setelah beberapa saat di
implementasikan, maka diharapkan staf-staf puskesmas dapat belajar dari petugas yang sudah
menguasai.
Ujicoba implementasi. Hal ini dibutuhkan untuk mencoba semua staf, dalam pengisian lembar registrasi
pasien, juga untuk mengasah ketrampilan masukkan data dari petugas yang sudah dilatih.
Evaluasi, dilakukan untuk mencari masukkan dan juga memberi masukkan kepada semua pihak yang terkait
dalam pengembangan SIMPUS.
BIAYA PENGEMBANGAN
Biaya pengembangan sistem informasi tergantung dari banyaknya puskesmas di tingkat kabupaten
beserta kelengkapan fasilitas dari program aplikasi untuk tingkat kabupaten.
Harga program SIMPUS sebesar Rp. 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah). Harga belum termasuk
pembuatan peta wilayah untuk puskesmas. Harga dasar bisa berubah tergantung dari lokasi puskesmas.
Harga program SIM Dinkes sebesar Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), harga termasuk pembuatan
gambar peta wilayah untuk pengembangan program sampai fungsi pemetaan penyakit.
Untuk pelatihan petugas operator program SIMPUS, biaya per puskesmas adalah Rp. 1.500.000,00 (satu juta
lima ratus ribu rupiah) untuk Simpus Single User, Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah) untuk Simpus Web
based. Setiap puskesmas dapat mengirimkan dua calon operator.
Harga belum termasuk transportasi Yogyakarta-daerah tujuan, akomodasi, penginapan beserta Lumpsum
untuk trainer sebesar Rp. 750.000,00 (Pulau Jawa) atau Rp. 1 500.000,00 (Luar Pulau Jawa) per hari.
Apabila dikehendaki, dapat dilakukan kunjungan untuk evaluasi dan supervisi per puskesmas, dengan
menambah biaya transportasi, akomodasi dan lumpsum.
Perkiraan harga komputer dan printer dengan spesifikasi yang layak untuk digunakan software SIMPUS : Rp.
3 500 000,00 – Rp. 4 500 000,00
Spesifikasi minimal komputer yang digunakan untuk menjalankan Program SIMPUS dengan baik :
Spesifikasi minimal untuk komputer yang digunakan sebagai pengolah data di Dinas Kesehatan
Prosesor : Pentium IV
Tentunya dengan kondisi perkembangan teknologi komputer dewasa ini, bukan masalah yang berat
untuk mengadakan komputer dengan spesifikasi tersebut. Apabila memungkinkan bahkan dapat
digunakan masing-masing dua komputer atau lebih di puskesmas untuk lebih mempercepat proses
pengetikan data ke dalam SIMPUS. Untuk transfer data di puskesmas, selain menggunakan disket atau
flash disk, juga dapat dihubungan dengan jaringan komputer.
A. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor termasuk
kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat information-
intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi
finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian
besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system. Meskipun
rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi
informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran
kesehatan maupun teknologi informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk
teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu tool penting
dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi
informasi (dan komunikasi) saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis,
dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal
kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai
tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan
mengolah menjadi informasi, TI mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari
cara-cara manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan di-
share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan yang
sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali
lebih cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi kesehatan di rumah sakit
tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini secara khusus akan membahas perkembangan
teknologi informasi untuk mendukung manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan
ini akan dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang mempengaruhi
keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows, Linux atau Mac) yang
bertugas untuk mengelola hidup matinya komputer, menhubungkan media input dan output serta
mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di komputer. Sedangkan perangkat
aplikasi adalah program praktis yang digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik
seperti menulis, membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola database dan lain sebagainya.
Selain itu terdapat juga program utility yang membantu sistem operasi dalam pengelolaan fungsi
tertentu seperti manajemen memori, keamanan komputer dan lain-lain.
Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan
dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun
jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai
Wide Area Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi seringkali disatukan
dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul istilah konvergensi teknologi informasi
dan komunikasi. Perangkat PDA (personal digital assistant) yang berperan sebagai komputer genggam
tetapi sarat dengan fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu
contoh diantaranya.
Perangkat keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta
infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan efektivitas maupun efisiensi
manajemen informasi kesehatan. Beberapa contoh penting yang akan diulas adalah (1)rekam medis
berbasis komputer, (2) teknologi penyimpan portabel seperti smart card,(3) teknologi nirkabel dan (4)
komputer genggam.
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode batang). Kode batang ini sudah
jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali
mempermudah supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug
Administration (FDA) di AS telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode
sebagai penanda obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di
rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan
sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio frequency identifier) yang
memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah
sakit masih memerlukan barcode reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat
tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan RFID akan
mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan
berjalan secara otomatis.
B. 3. Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak hampir 40 tahun
yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital
mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai
komputer dari satu terminal di nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel
koaxial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke dalam
jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel, dokter dapat selalu
terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun mobilitasnya.
Kelima rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dengan jumlah tempat tidur bervariasi
(dari 246-712 TT). Berdasarkan kepemilikan, 3 diantaranya merupakan rumah sakit swasta non profit (no
1, 3 dan 4), 1 merupakan rumah sakit daerah (nomer 2) dan 1 rumah sakit tentara (nomer 5).
Rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun
rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratoris baik berupa teks, angka maupun gambar (seperti
patologi, radiologi, kedokteran nuklir, kardiologi sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format
elektronik. Disamping itu, catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun perawat juga telah
dimasukkan ke alam komputer baik secara langsung (dalam bentuk teks bebas atau terkode) maupun
menggunakan dictation system. Sedangkan pada bagian rawat intensif, komputer akan mengcapture
data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan elektronik. Sistem pendukung keputusan
(SPK) juga sudah diterapkan untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis,
pemberitahuan riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan kelengkapan
fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan pasien, mencari data
klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian, bukan berarti kertas tidak digunakan. Dokter
masih menggunakannya untuk mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan
visit. Di bagian rawat jalan, ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf administratif terlebih dahulu.
Meskipun menggunakan pendekatan, jenis aplikasi serta pengalaman yang berbeda-beda, namun secara
umum ada kesamaan faktor yang faktor yang menentukan keberhasilan mereka dalam menerapkan
rekam medis berbasis komputer, yaitu:
Leadership, komitmen dan visi organisasi
Leadership dari pimpinan rumah sakit merupakan faktor terpenting. Hal ini ditandai dengan komitmen
jangka panjang serta visi sangat jelas. Seringkali klinisi senior yang menjadi leader dalam komputerisasi
dan menjalin kerjasama dengan ahli informatika. Selanjutnya komitmen tersebut direalisasikan secara
finansial maupun sumber daya manusia.
Bertujuan untuk meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien.
Kunci keberhasilan kedua pengembangan sistem merupakan investasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien. Saat ini, seiring dengan isyu medical error dan patient
safety, kebutuhan pengembangan IT menjadi semakin dominan.
Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem.
Di kelima rumah sakit tersebut, berbagai upaya dilakukan, baik formal maupun non formal untuk
melibatkan dokter dan dalam perancangan dan modifikasi sistem. Dokter, perawat maupun tenaga
kesehatan lain yang memiliki pengalaman informatik dilibatkan sebagai penghubung antara klinisi dan
sistem informasi. Hal ini terutama sangat penting dalam merancangn sistem pendukung keputusan
klinis. Salah satu manajer IT mengatakan bahwa “We had over 530 people involved, and doctors hired to
help us design screens and everything. The doctors were very much part of the effort.”
Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis
Meskipun diakui bahwa penggunaan komputer menambah beban bagi dokter, tetapi rumah sakit
menyediakan fasilitas yang sangat mendukung. Jaringan nir kabel disediakan agar dokter tetap dapat
mengakses data secara mobile. Demikian juga, fasilitas Internet memungkinkan mereka memantau
perkembangan pasien dari rumah. Komputer juga tersedia secara merata, untuk rawat jalan
perbandingan tempat tidur dengan komputer antara 1:3-5, bahkan di LDS 1:1. Sedangkan di unit rawat
jalan 1 ruang 1 komputer.
Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi.
Salah satu dokter mengatakan bahwa “..We demonstrated and talked about it and evangelized the
clinical staff that this was something good, something sexy, high tech and innovative and it was going to
be expected to be utilized.” Karena kesemuanya adalah rumah sakit pendidikan, setiap residen
diharuskan menggunakan komputer untuk mencatat perkembangan pasien. Akan tetapi, memelihara
momentum agar dokter dapat menggunakan komputer secara langsung bervariasi, dari 3 tahunan
hingga satu dekade.
Pengalaman di atas mengungkapkan bahwa penerapan IT untuk rekam medis merupakan effort yang
luar biasa yang tercermin mulai dari leadership pimpinan, komitmen finansial dan SDM, tujuan
organisasi, proses perancangan yang melelahkan, networking antara tenaga medis, non medis dan
informatik hingga menjaga momentum.
E. Menerapkan aplikasi
Bagaimana memilih dan menerapkan aplikasi teknologi informasi untuk manajemen kesehatan di rumah
sakit?
Ini merupakan pertanyaan krusial yang harus dijawab. Melihat pada pengalaman di atas, kita harus
mengembalikan kepada komitmen, visi dan leadership dari organisasi. Apakah ini hanya karena ikut-
ikutan atau memang sudah tertuang dalam rencana stratejik rumah sakit? Selain itu, bagaimana
implikasi biaya dan sumber daya manusia? Bagaimana menjalin kerjasama antar berbagai komponen di
rumah sakit, baik tenaga medis maupun non medis?
Jika pertanyaan tersebut sudah dijawab, kita dapat memilih aplikasi yang sesuai dengan kemampuan
organisasi. Langkah yang paling penting adalah pengembangan sistem informasi transaksional (data
administratif dan klinis sederhana). Selanjutnya, pengembangan level kedua, yaitu sistem informasi
manajemen dan sistem sistem informasi eksekutif(sistem pendukung keputusan) dapat dilakukan
kemudian. Aplikasi SMS sebagai reminder bagi ibu hamil untuk memeriksakan secara tepat waktu juga
meruapakan salah satu model SPK bagi pasien. Demikian juga model serupa agar jadwal imunisasi bagi
balita tidak terlambat. Investasi yang diperlukan cukup dengan komputer yang telah diisi dengan
database klinik pasien, nomer HP serta rule mengenai penjadwalan imunisasi. Penerapan jaringan
wireless saat ini juga bukan investasi yang mahal. Dan masih seabreg inovasi lain yang dapat
dikembangkan.
Dari konteks teknologi informasi dan komunikasi, dapat dikatakan bahwa pelbagai aplikasi sangat
potensial sekali diterapkan di dunia medis. Akan tetapi kita harus memperhatikan bahwa hingga saat ini
secara kultural, dunia medis, termasuk yang sudah menerapkan infrastruktur elektronik secara canggih
sebagian besar transaksi informasi klinis masih berjalan secara face to face. Sehingga tidak salah bila ada
yang mengatakan bahwa keberhasilan sistem informasi di rumah sakit 90% merupakan masalah sosial
kultural dan hanya 10% saja yang merupakan masalah informatika.
F. Penutup: refleksi bagi komunitas rekam medis
Mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cukup pesat, komunitas
rekam medis perlu memahami berbagai konsep serta aplikasi medical informatics (informatika
kedokteran). Informatika kedokteran (kadang disebut juga informatika kesehatan) adalah disiplin yang
terlibat erat dengan komputer dan komunikasi serta pemanfaatannya di lingkungan kedokteran dikenal
sebagai informatika kedokteran (medical informatics)[4]. Dalam pengertian yang lebih rinci, Shortliffe
mendefinisikan informatika kedokteran sebagai berikut: “Disiplin ilmu yang berkembang dengan cepat
yang berurusan dengan penyimpanan, penarikan dan penggunaan data, informasi, serta pengetahuan
(knowledge) biomedik secara optimal untuk tujuan problem solving dan pengambilan keputusan. Oleh
karena itu, informatika kedokteran bersentuhan dengan semua ilmu dasar dan terapan dalam
kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi informasi modern, yaitu komputer dan komunikasi.
Kehadiran informatika kedokteran sebagai disiplin baru yang terutama disebabkan oleh pesatnya
kemajuan teknologi komunikasi dan komputer, menimbulkan kesadaran bahwa pengetahuan
kedokteran secara esensial tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas
(paper-based methods).” Lingkup kajian informatika kedokteran meliputi teori dan terapan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa informatika kedokteran merupakan disiplin ilmu tersendiri.
Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medik elektronik, sistem pendukung
keputusan medik, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan intranet
untuk sektor kesehatan, termasuk merangkaikan sistem informasi klinik dengan penelusuran bibliografi
berbasis internet. Dengan demikian, komunitas rekam medis akan memiliki wawasan yang luas
mengenai prospek teknologi informasi serta mampu menjembatani klinisi (pengguna dan penyedia
utama informasi kesehatan) dengan para ahli komputer (informatika) yang bertujuan merancang desain
aplikasi dan sistem agar dapat menghasilkan produk aplikasi manajemen informasi kesehatan di rumah
sakit yang lebih efektif dan efisien.
Perkembangan teknologi computer (informasi) yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor
termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang bersifat
information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi komputer relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika
transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan,
sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi
teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran
kesehatan maupun teknologi informasi komputer, rumah sakit rata-rata hanya menginvestasinya 2%
untuk teknologi informasi.
Di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan salah satu tool penting
dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus informasi. Teknologi
informasi dan komunikasi komputer saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di
dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel
terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain memiliki potensi dalam
memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas
jauh lebih banyak dari cara-cara manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan
data kesehatan di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik
perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan
pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai
aplikasi inovatif terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini secara khusus akan
membahas perkembangan teknologi informasi untuk mendukung manajemen rekam medis secara lebih
efektif dan efisien. Tulisan ini akan dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor
yang mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
Komputer banyak berperan membantu di dunia kesehatan antara lain :
- adminstrasi
- obat-obatan
- penyakit → diagnostik, terapi, perawatan (monitoring status pasien)
- Penelitian
Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) komputer, atau yang biasa
disebut sebagai e-Health, tengah mendapat banyak perhatian dunia. Terutama disebabkan oleh janji
dan peluang bahwa teknologi mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Tulisan ini mencoba
mengulas bagaimana sebenarnya e-Health tersebut dan bagaimana implikasi teknologi dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan.
Pengertian e-Health sendiri secara luas dapat bermakna bidang pengetahuan baru yang merupakan
persilangan dari informasi medis, kesehatan public, dan usaha, berkaitan dengan jasa pelayanan dan
informasi kesehatan yang dipertukarkan atau ditingkatkan melalui saluran internet dan teknologi
berkaitan dengannya (Gunter Eysenbach, J Med Internet Res 2001; 3(2): e20).
Dalam pengertian lebih luas, e-Health dapat diartikan sebagai tidak hanya pengembangan teknologi
pelayanan kesehatan, namun juga mencakup pengembangan sikap, perilaku, komitmen, dan tata cara
berpikir untuk mengembangkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi.
Mengapa e-Health perlu dilaksanakan?
Di seluruh dunia, terjadi peningkatan biaya pelayanan kesehatan. Banyak orang tidak mendapat
kesempatan bagi pelayanan kesehatan yang lebih baik. Catatan kesehatan yang masih mengandalkan
dokumen kertas banyak menimbulkan kesalahan dan mengurangi produktivitas layanan.
Walau demikian, patut diakui terdapat juga kenaikan pelayanan kesehatan di masyarakat, yang
memberikan peluang kehidupan yang lebih baik, namun juga berarti terdapatkan golongan masyarakat
manula (manusia usia lanjut) yang lebih besar. Pada umumnya manula juga memerlukan layanan
kesehatan yang lebih besar dibandingkan usia produktif.
Bagi pemerintah di tingkat lokal maupun pusat juga mendapat tantangan untuk menanggulangi
meningkatkan biaya pelayanan kesehatan, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan. Selain itu,
mereka juga bertanggungjawab terhadap pemantauan kesehatan umum dan kemungkinan penyebaran
penyakit menular tertentu.
Mengembangkan layanan e-Health akan membantu pihak-pihak penyedia layanan kesehatan termasuk
pemerintah untuk mencapai hal tersebut di atas. E-Health akan memberikan kesempatan kepada semua
pihak untuk melakukan kolaborasi, pengumpulan dan analisa data kesehatan yang melampaui batasan
fisik dan waktu.
Sebagai contoh, e-Health dapat diterapkan untuk membantu pemerintah mengembangkan program
yang membantu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya saling bertukar infomasi secara
elektronik, mengambil data rekam medis pasien kapan dan dimana diperlukan, dan melakukan
kolaborasi dengan memberi layanan jasa kesehatan lainnya secara real time melalui internet. Layanan
kesehatan seperti ini akan memberikan banyak sekali penghematan dari sisi biaya dokumen dan
administrasi layanan dan memberikan keuntungan pemberian keputusan layanan kesehatan yang
terbaik kepada pasien dengan lebih cepat.
Pemberi layanan jasa kesehatan, seperti dokter dan rumah sakit, juga dapat mengembangkan layanan
jasa kesehatan berbasis internet. Program Dokter Keluarga yang tengah diperkenalkan oleh Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) misalnya; berupaya untuk mengembangkan konsep dokter sebagai pengelola data
kesehatan masyarakat. Tujuan program dokter keluarga adalah memberikan peranan lebih besar kepada
dokter untuk menjaga kesehatan masyarakat, ketimbang untuk mengobati. Dengan memanfaatkan basis
data kesehatan masyarakat yang dilayaninya, seorang dokter keluarga dapat menentukan program
kesehatan apa yang paling tepat untuk masyakarat tersebut. Karena dengan melakukan analisa data
kesehatan masyakarat, dapat diketahui pola dan kecenderungan penyakit yang mungkin terjadi dan
dapat dilakukan analisa sebab dan akibat. Untuk itulah dalam program dokter keluarga, komputer
dikatakan sebagai stetoskop kedua para dokter.
Data kesehatan masyarakat dalam kelompok-kelompok kecil dapat dikumpulkan dan dianalisa menjadi
data kesehatan masyarakat yang lebih luas untuk mencerminkan pola kesehatan secara regional
maupun nasional.
Peranan komputer dalam mengelola dan melakukan pertukaran data kesehatan melalui internet
menjadi sangat vital dalam menyelenggarakan e-Health. Karena data kesehatan tidak hanya berupa
teks, bahkan bisa merupakan data gambar, suara, dan multimedia lainnya. Diperlukan komputer yang
memiliki kemampuan proses yang tinggi untuk dapat mengolah data yang ada menjadi informasi yang
berharga bagi suatu keputusan layanan kesehatan. Komputer dengan multi-inti dan ukuran cache yang
besar, seperti yang berbasis pada prosesor Intel Core 2 Duo adalah antara lain yang disarankan sebagai
komputer bagi penyedia jasa layanan kesehatan.
Pertukaran jasa layanan kesehatan melalui internet juga harus didukung oleh infrastruktur komunikasi
pita lebar. Sekali lagi alasannya karena data yang dipertukarkan tidak hanya berupa teks, tetapi berupa
data multimedia.
Pada akhirnya, pelayanan jasa kesehatan dengan TIK, atau e-Health memerlukan komitmen dari
penyelenggara jasa kesehatan untuk melakukan modernisasi dari perangkat dan infrastruktur yang
digunakannya. Dalam tahapan awal, memang hal tersebut akan merupakan investasi dari sisi biaya,
namun dalam tahapan berkelanjutan, penerapan e-Health akan memberikan keuntungan dari
penghematan biaya-biaya.
Perkembangan teknologi informasi merupakan salah satu perkembangan peradaban manusia mengenai
penyampaian informasi. Perkembangan ini dimulai sejak zaman pra sejarah sampai sekarang. Salah satu
peran perawat adalah sebagai peneliti. Untuk itu, perawat perlu melakukan riset yang berhubungan isu-
isu keperawatan, antara lain: praktik keperawtan, pendidikan keperawatan, dan administrasi
keperawatan guna meningkatkan kemampuannya. Untuk memudahkan riset yang dilakukan maka
perawat perlu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang sudah ada baik dalam hal
pengolahan data, penulisan, penyimpanan, atau pun publikasi hasil riset yang telah perawat lakukan.
Perkembangan teknologi informasi mulai merambah dunia keperawatan. Kebutuhan layanan kesehatan
juga termasuk keperawatan yang cepat, efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat modern saat
ini. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, istilah telemedicine, telehealth dan
telenursing menjadi popular sebagai salah satu model layanan kesehatan.
Teknologi informasi dapat dimanfaatkan dalam bidang perkembangan riset keperawatan berbasis
informatika kesehatan. Dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran on line
dan Multimedia Distance Learning. Pengolahan data dalam riset keperawatan perlu ketelitian, dengan
perhitungan menggunakan teknologi informasi yang sudah ada maka kesalahan dalam perhitungan
dapat diminimalkan agar dasar-dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan
praktik klinik, pendidikan, dan menejemen keperawatan dapat diperkuat.
Penggunaan teknologi informasi dalam riset keperawatan juga untuk pendokumentasian hasil riset yang
telah dilakukan. Setelah itu, perlu mempublikasikan hasil riset keperawatan sebagai ilmu untuk perawat
lain dan masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan isu keperawatan. Semua proses yang
dibutuhkan dalam melakukan riset keperawtan pun akan lebih mudah dan efektif.
Seiring dengan pesatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi, perawat juga perlu
berpartisipasi memanfaatkan teknologi yang sudah ada agar kegiatan yang dilakukan menjadi lebih
efisien, salah satunya untuk riset keperawatan. Penggunaan teknologi informasi dalam riset
keperawatan dapat digunakan untuk pengolahan data, penulisan hasil riset, penyimpanan, metode baru
dalam pendokumentasian, peningkatan akses informasi, pengembangkan kemampuan pengambilan
keputusan yang dapat membantu melakukan perubahan dalam profesionalisasi perawat serta publikasi
hasil riset keperawatan.
Sebagai perawat yang mampu mengikuti perkembangan zaman, guna meningkatkan profesionalisme
dan kemampuan maka pemanfaatan teknologi harus benar-benar digunakan untuk kegiatan yang
dilakukan oleh perawat termasuk melakukan riset.
Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan,
mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya
peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar,
yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.
Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap.
( Hariyati, RT., th 1999)
Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan harus
dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan kurangnya dokumentasi juga disebabkan
karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara
mendokumentasi yang benar.( Hariyati, RT., 2002)
Kondisi tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses
terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pada
khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang
diberikan kepada pasien akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien
Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang.
Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan keperawatan
sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan
akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan.
Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena
tidak dapat menjadi bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada
posisi yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum.
Di luar negri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak lagi
menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju seluruh dokumentasi yang berkaitan
dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan
informasi yang berbasis dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih
murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data dapat dikurangi serta
dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil yang berukuran 10 cm x 15
cm x 5 cm . Sistem ini sering dikenal dengan Sistem informasi manjemen.
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang
berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi mempunyai
komponen- komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk,
pelanggan, supplier, dan rekanan. (Eko,I. 2001).
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan
yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang
digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989)
Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) system informasi keperawatan berkaitan dengan
legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar
dokumentasi , komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan
mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan
keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan.
Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen
yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negri sekitar tahun
1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi diterapkan pada sistem pelayanan
kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).
Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi kesehatan nasional yaitu
Informasi kesehatan andal 2010(Reliable Health Information 2010 ). (Depkes, 2001). Pada Informasi
kesehatan andal tersebut telah direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan
kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun
pelaksanaannya belum optimal.
Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat minim di rumah
sakit Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak
keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan produktifitas.
Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat dilaksanakan
dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat menjadi
sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit
serta dapat memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu dokumentasi
keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan
dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di
ruang penyimpanan.
Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa institusi kesehatan
yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30
menit waktu yang dipakai untuk dokmuntasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam
dokumentasi keperawatan.
Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi
pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System dan Executive
Information System.(Eko,I. 2001) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen
yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien,
angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data yang akurat
pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain.
Sistem Informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan
secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997)
Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun
pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini
mengingat komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan
masih banyak kelemahannya.
Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi
tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan hukum atas dokumen perusahaan yang
diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap
dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang
sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat
dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk
menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan
kebakaran.
Bagaimana SIM keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi sistem informasi
manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat minim, bahkan masih banyak
perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan yang berbasis komputer
tersebut. Namun seiring dengan perkembangan pengetahuan dan ilmu pengetahuan maka beberapa
rumah sakit di Jakarta dan kota lain sudah menerapkan system informasi keperawatan yang berbasis
komputer.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga mempunyai kontribusi dalam
pengembangan system informasi keperawatan. Fakultas ilmu keperawatan telah mempunyai soft-ware
system informasi asuhan keperawatan dan system informasi dalam manajemen untuk manajer perawat.
Media ini sangat berguna dalam menyokong proses pembelajaran yang menyiapkan peserta didik
dalam menyongsong era globalisasi. Dengan mengikuti pembelajaran tersebut peserta didik
diharapkan mampu bersaing , namun tentunya tak cukup hanya dalam proses proses pembelajaran di
kuliah. Peserta didik harus terus belajar agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan tehnogi
keperawatan. Bagaimana dengan anda, siapkah anda memasuki era tehnologi dan era globalisasi ?
Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka perlu dibuat
suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan cepat berkaitan dengan dokumentasi proses
keperawatan.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi
perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik. Metode
pendokumentasian asuhan keperawatan saat sudah mulai menunjukkan perkembangan, dari yang
sebelumnya manual, bergeser kearah komputerisasi. Metode pendokumentasian tersebut dengan
menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari sistem informasi yang berbasis komputer ini ialah system
ini sangat praktis karena mampu menyimpan data yang sangat banyak penuh dalam sebuah kotak kecil /
hard disk yang berukuran hanya 15x10x 5 cm. Sistem informasi berbasis komputer juga dirancang untuk
mengikuti era globalisasi sehingga perawat di Indonesia tidak tertinggal dengan perawat yang diluar
negeri.
Dokumentasi keperawatan juga merupakan salah satu bentuk upaya membina dan mempertahankan
akontabilitas perawat dan keperawatan (Webster New World Dictionary dalam Marelli (1996).
Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui,
memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah
sakit (Fisbach, 1991).
Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah prasyarat dalam melaksanakan perawatan yang baik
dan untuk efesiensi dari kerjasama dan komunikasi antar profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan
professional. Dokumentasi keperawatan yang lengkap dan akurat akan memudahkan disiplin ilmu lain
untuk menggunakan informasi di dalamnya. Dokumentasi diperlukan untuk memudahkan alur dan
koordinasi dalam perawatan pasien ( Brunt/Serangan et al. 1999 dalam Gapko dawn). Dokumentasi
keperawatan yang akurat dan lengkap telah sesuatu yang penting ketika berhadapan dengan
pembayaran dan kwalitas pelayanan. Griffiths dan Hutchings ( 1999 dalam Gapko dawn yang diakses
dari http://www.hhdev.psu.edu/nurs/).) menuliskan bahwa perawat merasakan bahwa dokumentasi
tertulis mereka tidak dihargai. termasuk komunikasi verbal dengan profesi lain. karena komunikasi lisan
yang tidak tertulis pada dokumentasi juga tidak dibayar. Alasan yang lain terhadap pentingnya
dokumentasi ilmu perawatan yang akurat dan lengkap adalah berkaitan dengan urusan pengadilan.
Kita sudah sepakat bahwa keperawatan adalah sebuah pelayanan profesional, artinya ada kaidah yang
harus dipenuhi. Salah satunya adalah bukti fisik pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standar.
Bukti fisik ini berbentuk dokumentasi keperawatan yang juga sekaligus menjadi bukti akuntabilitas
perawat terhadap asuhan yang telah diberikan kepada pasiennya.
Sayang, dokumentasi ini pun sering kali terbengkalai. Sebagian perawat melengkapi dokumentasi ketika
pasien sudah pulang. Atau tidak semua kaidah dokumentasi dipatuhi sehingga kualitas dokumentasi
keperawatan buruk. Hariyati (1999) dalam penelitian yang berjudul "Hubungan antara pengetahuan
aspek hukum dari perawat dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokumentasi keperawatan di RS
X" menyimpulkan bahwa masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan
harus dipertanggungjawabkan dan banyak pihak yang menyebutkan bahwa kurangnya dokumentasi
disebabkan karena tidak tahu apa yang harus dimasukkan (dicatat) dan bagaimana dokumentasi yang
benar.
Kondisi tersebut barangkali dialami oleh sebagian besar perawat. Padahal konsep tentang mekanisme
tanggung jawab dan tanggung gugat dalam keperawatan sudah termasuk dalam kurikulum pendidikan
keperawatan, termasuk ilmu dokumentasi keperawatan. Disamping itu, dokumentasi keperawatan
seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyaknya informasi yang harus ditulis dan
adanya pengulangan-pengulangan penulisan informasi yang sama.
Kesulitan tersebut barangkali tidak perlu terjadi saat kita mempunyai solusi dan menyadari pentingnya
dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan mempunyai makna penting ditinjau dari aspek
hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam,
2008). Singkatnya, banyak informasi yang bisa didapat dengan melaksanakan dokumentasi keperawatan
yang benar, misalnya data penyakit pasien, angka morbiditas, angka mortalitas, lama hari rawat (length
of stay/LOS), BOR, angka nosokomial, budget keperawatan dan informasi statistik lainnya yang sangat
bermanfaat bagi manajer keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalisme
keperawatan.
Dewasa ini telah berkembang dokumentasi keperawatan berbasis komputer (Computer Based Nursing
Documentation) yang menjadi pengganti Paper Based Documentation. Paper based documentation,
disamping kelebihannya, mempunyai banyak kelemahan, diantaranya butuh motivasi yang kuat untuk
menulis, kualitasnya rendah dan banyak keterbatasan (Ammenwerth, at all, 2003).
Sementara dokumentasi keperawatan berbasis komputer mempunyai lebih banyak keunggulan. (Lyden,
2008) dalam papernya yang berjudul "From Paper to Computer Documentation : One Easy Step?"
menuliskan pengalamannya bahwa dokumentasi keperawatan berbasis komputer yang diterapkan di
ICU dengan nama "The eICU system" mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah lebih
akurat, komplit (lengkap), legibel (dapat dipertanggungjawabkan) dan membutuhkan waktu yang lebih
singkat.
Senada dengan Lyden, Menke, at all (2001) dalam penelitian yang berjudul "Computerized Clinical
Documentation System (CDS) in the Pediatric Intensive Care Unit" mengatakan bahwa dibandingkan
dengan paper based documentation, CDS lebih dapat dipertanggungjawabkan (legibel), lebih lengkap
(komplit) dan memerlukan waktu yang lebih singkat. Disamping itu juga memperbanyak waktu untuk
merawat pasien, menurunkan "medical errors", meningkatkan kualitas dokumentasi dan meningkatkan
kesinambungan pelayanan.
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer telah berkembang di beberapa negara seperti
australia dan amerika. Beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota-kota lainnya juga telah menerapkan
dokumentasi keperawatan yang termasuk ke dalam sistem informasi keperawatan berbasis komputer.
RS Banyumas contohnya, aplikasi sistem informasi keperawatan telah berdampak positif berupa
meningkatnya penghargaan terhadap perawat. Tentunya ini adalah sebuah prestasi yang
membanggakan sekaligus meningkatkan prestise (citra) perawat di mata profesi lain.
Pengertian Computerized nursing documentation adalah suatu modul keperawatan yang
dikombinasikan dengan sistem komputer rumah sakit ke staf perawat.Dengan sistem yang
terkomputerisasi ini perawat dapat melakukan akses ke laboratorium, radiologi, fisioterapi, dan disiplin
yang lain, seperti ahli gizi, fisioterapi, dan disiplin ilmu lain seperti ahli gizi, fisioterapis, occupational
therapies. Pemikiran tentang dokumentasi keperawatan yang terkomputerisasi di buat dalam rangka
memudahkan dan mempercepat pendoukmentasian asuhan keperawatan yang dibuat. Dengan sistem
ini perawat lebih dapat menghemat waktu dan perawat akan lebih sering berada di samping pasien.
Dengan dokumentasi yang terkomputerisasi ini pencatatan dapat dilakukan akurat dan lengkap,( Gapko
dawn yang diakses dari http://www.hhdev.psu.edu/ nurs/) .
Sedangkan menurut Holmas (2003, dalam Sitorus 2006) terdapat beberapa keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:
Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan cepat diketahui
Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat
berfokus pada pemberian asuhan