Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sulis Nur Apni

NPM : 220210190022
Program Studi : Keperawatan PSDKU Pangandaran

“TEKNOLOGI INFORMASI KEPERAWATAN”

Saat ini kita berada di ambang revolusi teknologi yang secara fundamental akan mengubah cara kita
hidup, bekerja, dan berhubungan satu sama lain. Dalam skala, ruang lingkup, dan kompleksitasnya,
transformasi yang sedang terjadi berbeda dengan apa yang telah dialami manusia sebelumnya. Kita
belum tahu persis apa yang akan terjadi di masa depan. Tetapi ada satu hal yang jelas, dunia harus
merespon terhadap perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik dan swasta, sampai
akademis, dan tentunya masyarakat sipil.

Revolusi industri (RI) pertama yang dimulai sejak 1784 memperkaryakan air dan kekuatan uap
untuk mekanisasi sistem produksi. RI kedua yang dimulai tahun 1870 menggunakan daya listrik
untuk melangsungkan produksi masal. Sedangkan RI ketiga yang dimulai tahun 1969 menggunakan
kekuatan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi proses produksi. Sekarang dunia
telah memasuki era baru RI keempat, di mana kekuatannya bertopang pada revolusi industri ketiga.
Dalam abad ini, RI ini ditandai dengan bersatunya beberapa teknologi sehingga kita melihat suatu
area baru yang terdiri dari tiga bidang ilmu independen : fisika, digital dan biologi.

Majunya suatu Negara yang semakin modern menuntut adanya sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk
mencapai tujuan yang baik . Salah satu kegiatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
tersebut dapat dilakukan melalui bidang teknologi . Miarso (2007) yang mengungkapkan bahwa
teknologi merupakan suatu bentuk proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses yang berjalan
tersebut dapat menggunakan atau menghasilkan produk tertentu, dimana produk yang dihasilkan
tidak terpisah dari produk lain yang telah ada. Lebih lanjut disebutkan pula bahwa teknologi
merupakan suatu bagian dari sebuah integral yang terdapat di dalam suatu sistem tertentu. Dari
penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa teknologi adalah sebuah benda atau subjek yang
tercipta oleh pemikiran manusia yang di implementasikan dalam sebuah karya. Teknologi pada era
globalisasi sangat meningkat pesat diberbagai bidang contoknya seperti teknologi komunikasi,
transformasi, pendidikan dan medis.
Teknologi medis punya peran penting untuk memberikan kualitas dan kuantitas mutu dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal tersebut membuat perkembangan teknologi dan informasi
seakan telah membuat standar baru yang harus dilakukan. Contoknya di bidang keperawatan,
dengan demikian membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus
mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan berbasis teknologi informasi, agar menjadi lebih
baik dalam pelayanan . kondisi tersebut, tidak dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam
penerapan teknologi untuk pelayanan keperawatan ditatanan rumah sakit atau kesehatan masyarakat
karena kurangnya pengetahuan serta disiplin ilmu yang mengkaji hal tersebut. Penggunaan
teknologi modern dalam perawatan kesehatan meledak.

Berbagai alat teknologi seharusnya membuat perawatan kesehatan lebih efektif dan aman,
untuk memberikan informasi yang sesuai, dan untuk membuatnya tersedia secara tepat waktu.
Keamanan pasien, seharusnya kualitas perawatan, dan aksesibilitas keperawatan kesehatan
ditingkatkan melalui penggunaan berbagai teknologi . Akses ke informasi terbaru mungkin
diperlukan di mana saja dan kapan saja, dan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) seharusnya
memfasilitasi pengambilan keputusan oleh pendukung personal perawatan kesehatan. Potensi untuk
meningkatkan organisasi dan menjadikannya lebih efektif melalui ICT berbeda dengan
penggunaannya yang terbatas. Mengenai pengembangan TIK di Swedia, Nasional Grup Tingkat
Tinggi untuk e-Health telah mencapai kesepakatan tentang membangun kerja sama nasional. TIK
yang ramah pengguna sistem bertujuan untuk menyediakan lebih banyak waktu bagi tenaga
perawatan kesehatan habiskan bersama pasien. Saat ini, TIK digunakan di semua bidang kesehatan
merawat berbagai tujuan dan dalam berbagai cara, tetapi bahkan lebih kegunaan yang efisien
diperlukan. Penggunaan TIK dapat difasilitasi dengan membuatnya lebih ramah pengguna dan
dengan demikian menyederhanakan harian rutinitas tenaga kesehatan, tujuan yang dapat dipenuhi
oleh PDA.

PDA adalah komputer genggam yang sangat kecil dan portabel, yang memiliki lebih banyak
fungsi daripada kalkulator, dan kapasitas untuk menyimpan informasi seperti Komputer Pribadi
(PC) . ada juga yang berpendapat bahwa Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah
alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer
individu, namun terus berkembang sepanjang masa (Koeniger-Donohue, 2008). PDA memiliki
fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima
email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan
juga spreadsheet (Mechling, Gast, & Seid, 2009). PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar
berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser
internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan
ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA
memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/touch screen (Chatterley &
Chojecki, 2010). Fungsionalitas dasar yang tersedia pada sebagian besar PDA termasuk buku
alamat, jadwal, kalender, buku catatan, dan email . PDA nyaman digunakan dalam situasi klinis dan
lapangan untuk manajemen data yang cepat, dan informasinya bisa disinkronkan dengan PC.
Melalui jaringan nirkabel, informasi dapat dipertukarkan kapan saja dari mana saja ke dan dari PDA
, dan jaringan akan menyediakan akses langsung untuk semua jenis data klinis dan administrasi
yang diperlukan.

Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri.
Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan
keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara
luas di negara ini. Di Indonesia akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi
pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar
mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS
apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung
akses browser internet .

Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang


Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone
dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat,
pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera
melalui PDA (Platt, 2009). Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa
riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi
informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan
keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan
secara online tanpa mengenal batas geografis (Platt, 2009).
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan
bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan
keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat.
Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung
koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base
pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan
dimonitor melalui komputer - menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui (Joan, et al.,
2006). Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja
perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat
minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor
penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika
khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum
terintegrasinya sistem informasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik.
Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan
institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis
IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan membutuhkan
waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat
membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan.
Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan
pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga
yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja
yaitunurses notes (catatan keperawatan) (Brubaker, et al., 2009).
Pengambilan dan pengolahan data menggunakan PDA oleh dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, akan berdampak terhadap meningkatnya perawatan pasien dan meningkatkan
efisiensi dengan mengurangi kesalahan medis, meningkatkan kualitas perawatan pasien dan
keselamatan (Fisher & Koren, 2007). PDA juga dapat dihubungkan dengan informasi di Internet
dan mampu menerima program-program penting untuk praktek keperawatan, yang dapat
disinkronkan dengan komputer pribadi. Perawat pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam
bidang ini dan perlu menyadari dan tanggap terhadap tren baru dan perubahan dalam lingkungan
perawatan. Munculnya informatika keperawatan dalam praktek merupakan sebuah tantangan untuk
pendidik perawat untuk menemukan cara-cara untuk mengintegrasikan teknologi di kurukilum
keperawatan (Simpson, 2001).
Belajar bagaimana menggunakan PDA sebagai organizer pribadi dan menetapkan bahwa
technology, sebagai alternatif untuk mencari beberapa literature ke situs klinis (Koeniger-Donohue,
2008). Penggunaan PDA telah digambarkan sebagai strategi baru yang berguna untuk
mempromosikan keselamatan pasien melalui pendekatan berbasis informatika terhadap pendidikan
keperawatan untuk penggunaan dokumentasi selama pertemuan klinis, untuk mengambil informasi
yang terkait dengan keselamatan pasien di area perawatan, dan mengembangkan keterampilan
prosedural.
Penggunaan PDA dalam setting pendidikan klinis dapat menyediakan informasi mengenai
obat, penyakit, proses tanda & gejala, penyakit, pengobatan dan prosedur keperawatan
keterampilan, dan kesehatan. Penilaian menyediakan Sebuah upaya persiapan klinis ini
menunjukkan tiga manfaat dari PDA: ukuran perangkat memungkinkan untuk merekam
keperawatan keterampilan atau pengalaman belajar segera setelah waktu klinis, manajemen waktu
dalam perspektif untuk evaluasi klinis adalah bahwa sedikit waktu yang dipercepat untuk
menyelesaikan evaluasi dengan dokumentasi kinerja dan pertumbuhan dalam file PDA, dan
mobilitas PDA sangat penting untuk pekerjaan yang harus diselesaikan dalam konferensi kamar
atau tempat yang ditunjuk lainnya. Secara keseluruhan, proyek-proyek positif menunjukkan bahwa
integrasi PDA menjadi kinerja klinis efektif.

Gambar 1.1 PDA (Personal Digital Assistants)


Daftar Pustaka

Viken, Alexander (April 10, 2009). "The History of Personal Digital Assistants 1980 –
2000". Agile Mobility. Archived from the original on 30 October 2013. Retrieved 22 September
2017.

"Ernest Khoo: Alternative operating systems on your PDA". Archived from the original on
2012-08-10.

"Highlights: Knowing the differences in PDA operating systems". Retrieved 9 June 2015.

Personal Digital Assistants (PDA) for the nurse practitioner. Volume 16, Issue 6,
November–December 2002, Pages 317-320.

Lindquist, A. M., Johansson, P. E., Petersson, G. I., Saveman, B. I., & Nilsson, G. C. (2008). The
use of the Personal Digital Assistant (PDA) among personnel and students in health care: A
review. Journal of Medical Internet Research. https://doi.org/10.2196/jmir.1038

Anda mungkin juga menyukai