dan
Tampon Hidung
Kelompok M (2)
Juwita Yogiswara
NPM 220210190015
Muna Az Zahra
Anggota NPM 220210190016
Euis Irna
Nurpadhillah
NPM 220210190022
Pemeriksaan Visus
Tujuan
01 03
Bagi pasien yang mengalami Pemeriksaan penunjang untuk
keluhan gangguan pada pasien dengan gangguan mata
ketajaman penglihatan selain gangguan refraksi, misalnya
endoftalmitis atau mata merah
02 04
Digunakan sebagai penentu diagnosis Pemeriksaan penunjang untuk pasien
pasien terkait dengan gangguan refraksi dengan gangguan neurologi yang
baik disebabkan oleh organik maupun berhubungan dengan penglihatan,
anorganik misalnya retinopati atau stroke
KONTRAINDIKASI
● Orang yang diperiksa berada pada posisi 6 meter atau 20 kaki dari kartu snallen,
karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan istirahat atau tanpa
akomodasi; Title text addition Title text addition
● Kartu snellen diletakkan sejajar dengan mata orang yang diperiksa;
● Thepemeriksaan
Pastikan ruang tempat user can The user can
cukup cahaya (tidak gelap dan tidak silau);
demonstrate on a demonstrate on a
● Orang yang diperiksa
projector or tidak buta
computer, or huruf (tau membaca huruf), jika oryang
projector computer, or
print huruf
bersangkutan buta the presentation print the presentation
makan dapat menggunakan Echart atau menggunakan
and make it film and make it film
Cincin Landolt.
● Orang yang diperiksa harus berumur > 5 Tahun.
● Tidak melakukan pemeriksaan sendiri, artinya harus ada paling tidak 2 orang yaitu
orang yang diperiksa dan pemeriksa yang bertugas mengarahkan orang yang
diperiksa.
● Pemeriksa berdiri di samping kartu snellen.
Alat Yang Dibutuhkan
Tahap Interaksi
1. Berikan salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien (nama dan TTL) dan panggil sesuai namanya
3. Jelaskan tindakan prosedur
4. Kontrak waktu
5. Jelaskan tujuan pemberian tindakan dan beri kesempatan kepada klien serta keluarga untuk bertanya
Tahap kerja
1. mengucapkan salam
2. menjelaskan tujuan pemeriksaan pada pasien
3. menjelaskan langkah dan prosedur pada pasien
4. menanyakan kesiapan pasien
5. gantungkan kartu snellen pada dinding setinggi atau lebih tinggi dari mata pasien
6. cek bahwa semua huruf atau angka yang tertera pada kartu snellen jelas terbaca
7. atur pencahayaan ruangan sehingga cukup terang untuk membaca
8. atur posisi duduk/berdiri pasien sehingga pasien merasa nyaman dan berjarak 6 meter
dari kartu snellen
9. jika pasien pengguna kacamata, anjurkan untuk dibuka terlebih dahulu
10. lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan langkah berikut :
○ beritahu pasien untuk menutup salah satu matanya secara bergantian untuk mengetes ketajaman pada
kedua mata
○ perintahkan pasien untuk membaca huruf atau angka yang tertera pada kartu snellen secara berurutan
dari yang paling besar hingga paling kecil
11. kemudian kaji batas huruf / angka yang masih terbaca oleh pasien. tentukanlah tajam penglihatan dengan
standar baku tajam (biasanya terdapat pada sisi kanan kartu snellen)
12. jika pasien tidak dapat membaca huruf pada kartu snellen, pasien diminta untuk menghitung jari pemeriksa
dalam jarak 5 meter hingga jarak 1 meter
13. kemudian jika pasien tidak bisa menghitung jari, maka lakukanlah pemeriksaan selanjutnya dengan menilai
gerakkan tangan pemeriksa dengan cara pemeriksa melambaikan tangan dalam jarak 1 meter di depan pasien
14. jika pasien tidak bisa melihat lambaian tangan maka lakukanlah pemeriksaan refleks cahaya dengan lampu
senter
15. bereskan kembali alat yang telah digunakan
16. mengucapkan salam
17. melepas sarung tangan dan cuci tangan
18. lakukan dokumentasi hasil pemeriksaan visus pada dokumen pasien
Tahap terminasi
1. Evaluasi perasaan klien dan hasil kegiatan
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dan cuci tangan
Dokumentasi
1. Catat waktu pemberian tindakan
2. Respon klien selama dan setelah tindakan
3. Tanda tangan dan nama jelas
DAFTAR PUSTAKA
Tampon hidung merupakan prosedur yang dilakukan dalam penatalaksanaan epistaksis sebagai salah
satu upaya kontrol terhadap perdarahan. Tampon hidung memiliki efikasi mencapai 85% dalam
tatalaksana epistaksis. Tampon hidung diindikasikan pada perdarahan hidung anterior maupun posterior.
Tindakan tampon hidung harus didahului dengan assessment yang baik terhadap airway, breathing, dan
circulation. Hal ini diperlukan karena walaupun tidak sering, epistaksis dapat menjadi keadaan yang
mengancam nyawa (red flag epistaksis). Lokasi perdarahan hidung, kecurigaan trauma, dan tanda
hipovolemia harus dinilai sebelum melakukan tindakan nasal tampon. Secara umum, pemasangan tampon
hidung dibedakan berdasarkan lokasi perdarahannya, yaitu tampon anterior dan tampon posterior.
Tampon anterior dilakukan dengan memasukkan tampon melalui nostril. Tampon anterior dapat
menggunakan bahan kapas atau kasa yang diberi vaselin maupun kasa rol (ribbon gauze) yang diletakkan
berlapis-lapis dalam kavum nasi. Tampon posterior dilakukan dengan memasukkan tampon hingga dapat
menutupi koana. Tampon posterior dapat menggunakan bahan tampon Bellocq maupun kateter foley.
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN
Hal-hal yang perlu diketahui dalam pemasangan tampon hidung, antara lain :
● Terlebih dahulu harus mengetahui sumber perdarahan dan jenis tampon yang akan dipasang sesuai
indikasi. Terdapat dua jenis tampon hidung & dua jenis perdarahan yaitu anterior dan posterior
●ThePemasangan
user can demonstrate on a projector
tampon hidung harus didahului dengan penilaian yang baik terhadap airway, breathing,
or computer, or print the presentation
and dan circulation
make it film
● Periksa kembali lokasi perdarahan pada kedua nares sebelum pemasangan tampon
● Gunakan antibiotik topikal dan bila perlu berikan antibiotik sistemik untuk mencegah komplikasi
akibat pemasangan tampon hidung, seperti sinusitis dan toxic shock syndrome
The user can demonstrate on a projector
Bila pasien
●or computer, datang dengan epistaksis, perhatikan keadaan umumnya, nadi, pernapasan serta
or print the presentation
and tekanan darahnya. Bila ada kelainan, atasi terlebih dahulu misalnya dengan memasang infus.
make it film
● Jalan napas dapat tersumbat oleh darah atau bekuan darah, perlu dibersihkan atau dihisap.
● Kalau keadaan umum lemah sebaiknya posisi setengah duduk atau berbaring dengan kepala
ditinggikan. Harus diperhatikan agar jangan sampai darah mengalir ke saluran napas bawah.
Alat Yang Dibutuhkan
1. Lampu Kepala 2. Handscoon Bersih 3. Masker 4. Spekulum Hidung 5. Alligator
6. Pinset Bayonet 7. Tongue Spatel 8. Gunting 9. Tampon Anterior 10. Tampon Posterior
11. Kapas 12. Kain Kasa 13. Plaster 14. Nelaton Kateter
15. Adrenalin 1/1000 16. Larutan Lidokain 17. Xylocaine pump 18. Vaselin
1 amp. 2% spray
SOP Pemasangan Tampon Hidung
Tahap Interaksi
1. Berikan salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien (nama dan TTL) dan panggil sesuai namanya
3. Jelaskan tindakan prosedur
4. Kontrak waktu
5. Jelaskan tujuan pemberian tindakan dan beri kesempatan kepada klien serta keluarga untuk
bertanya
Tahap Kerja :
Dokumentasi
1. Catat waktu pemberian tindakan
2. Respon klien selama dan setelah tindakan
3. Tanda tangan dan nama jelas
DAFTAR PUSTAKA
Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS ILMU KESEHATAN TELINGA
HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER. Africa’s Potential for the Ecological Intensification of Agriculture,
53(9), 1689–1699.
Marbun, E. M. (2017). Etiologi, Gejala dan Penatalaksanaan Epistaksis. J. Kedokt Meditek, 23(62), 71–76.
Kravchik L, Pester JM. Anterior Epistaxis Nasal Pack. [Updated 2019 Apr 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538304/
Thomsen TW, Setnik GS. Epistaxis Management. Procedures Consult. Elsevier: 2019.
http://www.proceduresconsult.com/medical-procedures/epistaxis-management-EM-068-procedure.aspx#preprocedur
e
Marrero JJ, Sing RF. Nasal Packing for Epistaxis. Interventional Critical Care 2016 (pp. 241-245). Springer, Cham
Thank you for
listening