Anda di halaman 1dari 29

PEMANFAATAN TI DALAM BIDANG MEDIS

Peranan Teknologi Informasi Dalam Bidang


Kesehatan
Seperti yang kita ketahui, peranan Teknologi Informasi sudah banyak di manfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya dalam kehidupan kita sangatlah besar.
Bahkan sekarang ini teknologi informasi sudah tidak bisa di pisahkan dalam
keseharian kita. Setiap pekerjaan yang kita lakukan sedikit banyak bergantung pada
teknologi-teknologi yang ada. Karena memang pada kenyataan, adanya teknologi
informasi ini mempermudah kita dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Seperti
contohnya kita bisa dengan mudah menghubungi orang yang jauh keberadaannya
dengan menggunakan telepon ataupun internet, tidak harus dengan menemuinya
langsung, dan juga jika kita ingin mengerjakan tugas, kita tidak perlu membuka-buka
halaman buku satu per satu untuk mendapatkan jawaban ataupun materi yang kita
perlukan, tetapi dengan mudah kita bisa mencarinya di internet, begitu pula dalam
pengerjaannya kita tidak perlu menulis banyak yang kadang apabila terjadi
kesalahan kita harus menghapusnya dan mengotori halaman tugas kiuta itu atau
apabila terjadi kekurangan dalam tulisan kita itu kita harus menggantinya lagi,
dengan menggunakan komputer atau laptop misalnya kita bisa dengan mudah meng-
copy dan paste materi yang sudah kita dapatkan dari internet, kemudian apabila
terjadi kesalahan kita hanya perlu menghapus tanpa mengotori halaman tugas kita,
dan bila ada yang kurang kita bisa menyisipkan kata-kata tersebut di tempat yang
kita inginkan tanpa perlu mengganti kertas dan menulisnya dari awal.
Dan hal sedemikian itu juga berpengaruh di Bidang Kesehatan. Sekarang ini
Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan sangat memiliki peran yang sangat
signifikan untuk menolong jiwa manusia serta riset-riset di bidang kedokteran.
Teknologi Informasi digunakan untuk menganalisis organ tubuh manusia bagian
dalam yang sulit dilihat, untuk mendiagnosa penyakit, menemukan obat yang tepat
untuk mengobati penyakit, dan masih banyak lagi.
Pemanfaatan Teknologi Informasi ini tentunya sudah sangat membantu orang-orang
yang bergerak di bidang kesehatan ini, setidaknya bisa membantu mereka dalam
menangani para pasiennya sehingga sedikit banyak Teknologi di bidang Kesehatan
ini bisa meningkatkan kesehatan masyarakat sekarang ini. Adanya Teknologi
Informasi dimanfaatkan Dokter dan Perawat untuk memudahkan mereka memonitor
kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat monitor komputer, aliran
darah, memeriksa organ dalam pasien dengan sinar X. Dengan teknologi modern bisa
memonitor, bahkan menggantikan fungsi organ dalam seperti Jantung, Paru-paru
dan Ginjal. Itu merupakan teknologi kesehatan yang digabungkan dengan teknologi
Informasi dan Komputer.
Seperti yang tercantum di dalam sebuah artikel yang ada di website, beberapa
temuan teknologi sudah dikembangkan oleh pakarnya. Teknologi-teknologi yang
sudah di kembangkan di bidang Kesehatan diantaranya adalah berupa
Sistem Computerized Axial Tomography (CAT) digunakan untuk menggambar
struktur bagian otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak
bergerak dengan menggunakan sinar-X. Sedangkan untuk yang bergerak
menggunakan sistem Dynamic Spatial Reconstructor (DSR) yang dapat digunakan
untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh. Keunggulan-keunggulan dari
CT scan ini adalah :
1. Memiliki kontras resolusi dan spatial resolusi yang tinggi. Kontras
resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang memiliki
densitas hampir sama. Spatial resolusi adalah kemampuan untuk
membedakan dua objek yang saling berdekatan letaknya.
2. Hasil gambaran dapat direkontruksi sesuai kebutuhan, misalnya dari
proyeksi axial dijadikan proyeksi sagital atau coronal.
3. Gambaran jaringan lunak memiliki karakteristik yang baik dengan
adanya pengaturan window.
4. Hasil gambaran berupa irisan melintang ( cross sectional ) sehingga
superposisi antar organ dapat dihindari.
5. Diagnosa lebih akurat dengan adanya pengambilan gambaran dari
berbagai proyeksi seperti proyeksi axial, sagital dan coronal.


Gambar 1. CT SCAN
Single Photon Emission Computer Tomography (SPECT) merupakan sistem komputer
yang mempergunakan gas radioaktif untuk mendeteksi partikel-partikel tubuh yang
ditampilkan dalam bentuk gambar. Bentuk lain adalah Positron Emission
Tomography (PET) juga merupakan sistem komputer yang dapat menampilkan
gambar yang menggunakan isotop radioaktif. Selain itu Nuclear Magnetic
Resonancemerupakan teknik mendiagnosis dengan cara
memagnetikkan nucleus (pusat atom) dari atom hidrogen. Fungsi utama PET-Scan
adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak didapatkan dengan alat
pencitraan konvensional lainnya. Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh
dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini.
PET-SCAN ini memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan alat CT-Scan maupun
MRI, dimana PET-Scan tidak hanya mendeteksi kanker pada aspek anatomi tubuh saja
tetapi mekanisme kerja organ tubuh yang disebut metabolisme tubuh juga dapat
dideteksi alat ini. Alat ini bahkan dapat mendeteksi tingkat keganasan, lokasi, serta
cara rambat penyakit kanker. Pengembangan PET-SCAN ini
tidak hanya dapat mendeteksi kanker, tetapi juga dapat digunakan pada bidang-
bidang kedokteran lainnya.


Gambar 2. Proses Kerja PET-SCAN
Di dalam artiel ini juga menyebutkan bahwa saat ini sudah di temukan juga komputer
DNA yang mampu mendiagnosis penyakit sekaligus memberi obat. Ehud Shapiro
beserta timnya dari institut Sains Weizmann, Rehovot, Israel, telah membuat
komputer DNA ultrakecil yang mempu mendiagnosis dan mengobati kanker tertentu.
Komponen penyusun komputer DNA adalah materi genetik yang diketahui urutan
basanya. Seperti diketahui bahwa urutan gen secara intrinsik mempunyai
kemampuan inheren untuk mengolah informasi layaknya komputer. Oleh karena itu
trilyunan mesin biomolekul yang bekerja dengan ketepatan lebih dari 99,8% itu,
dapat dikemas dalam setetes larutan. Komputer DNA menggunakan untai nukleotida
sebagai masukan data, dan molekul biologi aktif sebagai larutan data dapat
menghasilkan sistem kendali logis dari proses-proses biologi. Mesin ini bahkan
mampu mengerjakan soal-soal matematik.
Ada satu rahasia yang merupakan keunggulan utama komputer DNA.
Enzim-enzim yang terlibat bekerja secara paralel. Komputer klasik
membaca dan mengolah data secara linier (berurutan). Melibatkan data
dalam jumlah besar, komputer klasik akan sangat kerepotan mengolah
data-data yang luar biasa banyaknya. Penghitungan membutuhkan
waktu sangat lama karena dilakukan satu per satu. Di sinilah keunggulan
komputer DNA! Untuk jumlah data yang sangat banyak, komputer DNA
dapat melakukan penghitungan jauh lebih cepat karena semua prosesnya
dilakukan secara paralel (bersamaan). Ukuran molekul DNA yang sangat
kecil juga merupakan keunggulan komputer masa depan ini. Satu gram
DNA yang sudah dikeringkan memiliki kapasitas menyimpan informasi
dalam jumlah yang sama dengan 1 triliun compact disc (CD). Padahal, 1
gram DNA kering itu ukurannya hanya sebesar butiran gula pasir!
Dengan semakin majunya perkembangan teknologi, jumlah data dan
informasi pun semakin bertambah. Lama-kelamaan, data yang berlimpah
ini tidak dapat lagi disimpan dalam memory chip komputer yang terbuat
dari silikon seperti yang selama ini kita gunakan. DNA merupakan
alternatif yang sangat menjanjikan. Lagi pula, microprocessor yang kita
gunakan dalam komputer klasik biasanya terbuat dari bahan-bahan
yang bersifat racun sehingga mengotori udara dan lingkungan. Biochip
(chip biologis) yang terbuat dari DNA merupakan teknologi yang "bersih".
Kita juga tidak akan pernah kehabisan DNA selama masih ada sel-sel
makhluk hidup. Ini menjadikannya sumber daya yang sangat murah.
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi komputer DNA menunjukkan
perkembangan yang sangat menggembirakan. Komputer DNA buatan
Adleman mereaksikan cairan DNA dalam tabung-tabung reaksi. Pada
bulan Januari 2000, jurnal ilmiah Nature memublikasikan keberhasilan
para ilmuwan di University of Wisconsin di Madison yang melekatkan
DNA pada permukaan padat gelas dan emas. Ini berarti komputer DNA
dapat dibuat dalam bentuk chip padatan yang mirip dengan chip
komputer konvensional. Pada tahun 2001, seorang ilmuwan dari
Weizmann Institute of Science di Israel, Ehud Shapiro, mendapatkan paten
atas komputer DNA yang dibuatnya. Komputer DNA buatan Shapiro ini
hanya terdiri atas satu tetes air saja. Komputer terkecil di dunia ini
menggunakan molekul-molekul DNA dan enzim-enzimnya dalam satu
tetes air tersebut sebagai sarana input (masukan data), output (keluaran
data), software (perangkat lunak), dan hardware (perangkat keras).
Pada Februari 2003, penemuan ini akhirnya tercatat dalam Guinness
World Records sebagai "The Smallest Biological Computing Device" atau
Komputer Biologis Terkecil di Dunia. Hebatnya lagi, komputer supermini
ini memiliki kecepatan 100.000 kali lebih cepat daripada komputer
konvensional tercanggih yang ada saat ini. (Surya, 2004)




Gambar 3. Komputer DNA
Dengan adanya beberapa artikel tersebut yang mana semakin menguatkan bahwa
teknologi di bidang kesehatan sangatlah membantu mereka yang bergerak di bidang
ini untuk melakukan pekerjaan mereka. Mereka bisa dengan cepat menangani para
pasien, bisa mendiaknosis penyakit yang mereka derita, dan kemungkinan salah
diagnosisi yang mungkin sudah sering terjadi di dalam bidang kedokteran yang
memakan banyak jiwa bisa berkurang. Pemanfaatan Teknologi Informasi ini semakin
mendukung peningkatan kualitas kerja di bidang Kedokteran. Memberikan banyak
efek positif dalam kehidupan dan cenderung di gunakan sebagai pemudah dalam
penanganan pasien. Disini peran para ilmuwan yang mengembangkan Teknologi
Informasi dalam Bidang Kesehatan sangat di perlukan untuk mengembangkan
kembali teknologi-teknologi yang sudah ada itu agar semakin meningkatkan kualitas
kerja di bidang Kesehatan. Karena semakin canggihnya teknologi yang ada maka
akan semakin mudah kita mendapatkan pelayanan dengan kualitas yang baik.



Manfaat Teknologi di Dunia Kesehatan


TIK banyak diaplikasikan di bidang medis. Banyak rumah sakit menggunakan sistem informasi untuk
menangani transaksi yang berhubungan dengan karyawan, justru medis, dan pasien. Sebagai
contoh, sistem informasi digunakan untuk mencatat rekaman medis pasien secara elektronis.
Teknologi informasi juga banyak diterapkan pada berbagai peralatan medis, misalnya pada CT scan
(computer tomography).


Stetoskop
Stetoskop adalah salah satu alat yang sudah menjadi simbol dari profesi kedokteran. Wajib bagi
seorang dokter untuk memiliki alat kedokteran ini. Fungsi dari stetoskop ini adalah untuk
mendengarkan detak jantung, suara usus, dan lain sebagainya. Dengan kemampuannya ini,
Stetoskop dapat digunakan pula untuk mengetahui kerja paru-paru dan juga untuk mengukur
tekanan darah dengan mendengarkan denyut nadi.
Endoscopy
Endoscopy adalah salah satu alat kedokteran yang memiliki fungsi untuk mengetahui kelainan yang
terjadi pada alat-alat pencernaan bagian atas dan juga tenggorokan.
Colonoscopy
Colonoscopy adalah alat kedokteran yang fungsinya untuk mengetahui kondisi saluran pencernaan
bagian bawah. Bagian tersebut dimulai dari rectum, anus sampai dengan usus pada bagian bawah.
Tensimeter
Alat kedokteran ini dipergunakan untuk mengukur tensi atau tekanan darah. Dipergunakan untuk
pemeriksaan pasien hipertensi, anemia, dan lain sebagainya. Ada dua jenis tensimeter yaitu
tensimeter air raksa dan tensimeter digital.
Tensimeter air raksa di luar negeri saat ini sudah dilarang untuk digunakan lagi karena bahaya dari
air raksanya jika tensimeter tersebut pecah. Tensimeter digital sendiri lebih canggih dan praktis
dipergunakan, namun harganya memang lebih mahal dibandingkan dengan yang konvensional.
Termometer
Termometer adalah alat kedokteran yang dipergunakan untuk mengukur suhu tubuh. Ada dua jenis
termometer yaitu termometer raksa dan digital. Perbedaannya terletak pada alat pengukurnya.
Untuk termometer digital, jika suhu tubuh sudah di dapat maka alat tersebut akan mengeluarkan
bunyi dengan sendirinya sedangkan termometer raksa sendiri deteksinya memakan waktu yang
lama, sehingga kurang efisien untuk dipergunakan. Ini salah satu alat yang wajib dimiliki dan
tersimpan di kotak P3K Anda.
CT-Scan
CT- singkatan dari Computed Temography sedangkan Scan adalah foto. Sehingga fungsi dari alat
ini tiada lain adalah untuk menghasilkan foto bagian-bagian dalam dari tubuh dengan lebih lengkap
dan akurat. Hal ini dikarenakan foto yang dihasilkan dari CT-Scan ini merupakan foto (gambar)
bagian dalam tubuh berupa irisan.
X-Ray
Orang lebih mengenal alat kedokteran ini dengan sebutan Rontgen. Alat ini dipergunakan untuk
mengetahui bagian dalam khususnya paru-paru. X-ray menjalankan fungsi kerjanya dengan
penggunaan sinar radiasi.
Laparoscopy
Alat kedokteran ini adalah alat yang berfungsi untuk pembersihan darah. Selain itu, laparoscopy
juga dipergunakan untuk melakukan inseminasi.
Alat Cek Darah
Alat cek darah biasanya memiliki tiga fungsi dalam satu alat. Selain untuk mengecek kadar gula
darah, juga dapat digunakan untuk mengecek asam urat dan kolesterol dalam darah. Dipergunakan
pada pemeriksaan penyakit kolesterol, asam urat, diabetes, dan lain sebagainya.
Ultrasonography (USG)
USG sering dipergunakan untuk melihat perkembangan janin dalam tubuh ibu hamil, untuk
mengecek adanya penyakit lain dalam tubuh seperti kanker, miom, dan lain sebagainya.
Elektrokardiografi (ECG)
Elektrokardiografi adalah alat kedokteran yang fungsinya untuk merekam aktivitas elektro atau
kelistrikan yang terjadi di dalam jantung. Hasilnya dapat terlihat pada elektrodiagram. Biasanya
dipergunakan pada penyakit-penyakit yang berkaitan dengan fungsi dari jantung.
- Gamma Camera
Pesawat gamma camera untuk kedokteran nuklir adalah suatu system untuk mengolah radiasi
gamma dari tubuh manusia untuk dapat dijadikan dalam bentuk gambar guna keperluan suatu
diagnostik.
- PET CT
PET/CT yang merupakan alat diagnostik imaging medis yang paling canggih di dunia saat ini,
adalah satu-satunya teknologi yang menggunakan cara anatomi untuk melakukan pemeriksaan
imaging terhadap fungsi, metabolisme dan reseptor tubuh, dapat mendeteksi dengan tepat tanpa
melukai tubuh, berkemampuan diferensiasi dan sensitif yang tinggi untuk memeriksa keberadaan
lesi kanker yang kecil sekalipun dan deteksi dini kanker pada stadium awal, tingkat kecermatan
diagnosis mencapai di atas 90%. Pemeriksaan PET/CT mempunyai peran penting untuk penentuan
rancangan pengobatan selanjutnya.


Manfaat Teknologi Informasi Bagi Dunia Kedokteran
Dengan semakin meluasnya penggunaan komputer di masyarakat, termasuk di lingkungan
kedokteran, menjadi penting untuk mempertanyakan bagaimana pendidikan kedokteran
mengantisipasi hal tersebut. Interes terhadap komputing semakin kuat seiring dengan
pertumbuhan internet yang eksplosif, terus meningkatnya perhatian media massa, dan pengakuan
atas potensi jaringan global untuk membawa informasi kesehatan bagi kepentingan pasien
maupun profesional kesehatan.
Beberapa tahun belakang ini, berbagai aplikasi komputer banyak dikenalkan dalam pendidikan
kedokteran, terutama computer assisted instruction (CAI), sebagai pendukung pendidikan. Inni
dilakukan karena kemampuannya menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar lebih
dalam mengenai materi kedokteran dan dapat memberikan alternatif metode, dari paparan
materi,drill, hingga kuis secara multimedia. Jauh sebelum itu, aplikasi statistika juga sudah
dikenalkan dalam pendidikan kedokteran, meski statistika hanyalah salah satu bagian dari
informatika. Informatika (mengkaji informasi dan pemanfaatan teknologi informasi) di
kedokteran dikenal sebagai informatika kedokteran.
Pendidikan dokter masa kini akan melahirkan dokter masa depan yang lingkungan kerjanya tidak
akan lepas dari aplikasi teknologi informasi1. Salah satu program Nusantara 21 yang
dicanangkan oleh pemerintah untuk menyediakan akses infomasi global hingga ke pelosok-
pelosok ditujukan bagi sektor kesehatan, seperti telemedik (telemedicine). PT Askes juga sedang
mengadakan riset mengenai pemanfaatan kartu askes yang dapat digunakan sebagai smart
card yang juga berfungsi untuk menyimpan data pasien. Beberapa rumah sakit sekarang sudah
menggunakan komputer sebagai pendukung administratif keuangan, meskipun belum ada yang
menggunakannya sebagai bagian dari sistem pendukung pengambilan keputusan medik. Di sisi
lain, berbagai mailing list dan situs web yang berkaitan dengan kesehatan (baik nasional maupun
internasional) sudah tersedia di internet. Keadaan ini mempermudah kalangan profesional
kesehatan maupun masyarakat awam untuk keep update dengan informasi dan pengetahuan
kesehatan terbaru.
Informatika kedokteran perlu mendapatkan perhatian lebih dalam di era informasi global saat ini.
Coiera mengatakan bahwa bila pada abad yang lalu jantung pendidikan kedokteran adalah
anatomi, maka di abad sekarang jantung pelayanan kesehatan adalah informatika kedokteran.
Bila informatika kedokteran sudah mendapat perhatian begitu luas, bagaimana pendidikan
kedokteran mengantisipasinya? Apakah pendidikan dokter kita sekarang sudah mencukupi untuk
melahirkan dokter yang mempunyai sikap dan ekspektansi yang positif terhadap perkembangan
teknologi informasi? Bagaimana fakultas kedokteran mengadopsi informatika kedokteran
sehingga dapat membawa manfaat bagi stakeholder-nya?
Lingkup Informatika Kedokteran

Disiplin yang terlibat erat dengan komputer dan komunikasi serta pemanfaatannya di lingkungan
kedokteran dikenal sebagai informatika kedokteran (medical informatics)9. Dalam pengertian
yang lebih rinci, Shortliffe mendefinisikan informatika kedokteran sebagai berikut: Disiplin
ilmu yang berkembang dengan cepat yang berurusan dengan penyimpanan, penarikan dan
penggunaan data, informasi, serta pengetahuan (knowledge) biomedik secara optimal untuk
tujuan problem solving dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informatika kedokteran
bersentuhan dengan semua ilmu dasar dan terapan dalam kedokteran dan terkait sangat erat
dengan teknologi informasi moderen, yaitu komputer dan komunikasi. Kehadiran informatika
kedokteran sebagai disiplin baru yang terutama disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi
komunikasi dan komputer, menimbulkan kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran secara
esensial tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-based
methods) dan keyakinan bahwa proses pengambilan keputusan sangat penting bagi kedokteran
moderen sebagaimana pengumpulan fakta yang akan menjadi dasar keputusan klinik atau
perencanaan riset itu sendiri10. Sedangkan Haux lebih menyukai istilahsystematic processing of
information in medicine untuk menyebut informatika kedokteran.
Lingkup kajian informatika kedokteran meliputi teori dan terapan4. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa informatika kedokteran merupakan disiplin ilmu tersendiri. Walaupun
demikian, posisinya di kedokteran sebenarnya berada di persilangan antara berbagai disiplin ilmu
dasar dan terapan di kedokteran serta disiplin di luar kedokteran, seperti ilmu informasi,
komputer, statistika, dan psikologi. Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi
rekam medik elektronik, sistem pendukung keputusan medik, sistem penarikan informasi
kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk
merangkaikan sistem informasi klinik dengan penelusuran bibliografi berbasis internet2.
Perkembangan di Berbagai Negara
Diakui, hingga saat ini pusat perkembangan informatika kedokteran berada di Amerika Serikat.
Dengan dukungan National Library of Medicine (NLM) yang memberikan grant bagi institusi
untuk mengembangkan program pendidikan serta riset informatika kedokteran, disiplin baru di
kedokteran tersebut berkembang dengan pesat di AS. Kini, puluhan program S2 informatika
kedokteran diselenggarakan di AS6,7. Selain di AS, program graduate informatika juga
dikembangkan di negara Eropa, di antaranya Belanda, Jerman, Perancis, dan Swedia.
Sementara itu, pendidikan kedokteran di AS sudah melibatkan peran komputer dalam kurikulum
standar mereka dan banyak yang sudah menegaskan bahwa seluruh mahasiswa kedokteran
haruscomputer literate. Pengertian computer literate secara umum adalah familiar dengan
program komputer dasar seperti pengolahan kata, basis data, electronic mail, dan penelusuran
bibliografi secara elektronik.
Sebenarnya, fokus utama informatika kedokteran bukan pada computer literate itu sendiri,
namun seperti yang tersirat dalam pengertian di atas, informatika kedokteran diharapkan dapat
memberikan panduan sikap dan ekspektansi para klinisi terhadap potensialitas dan
perkembangan teknologi informasi bagi kepentingan kedokteran.
Di wilayah Asia Pasifik, baru Australia, Jepang, dan Korea yang sudah memasukkan informatika
kedokteran dalam kurikulum pendidikan dokter. Namun, di wilayah lain seperti Eropa, sama
sepert AS, informatika kedokteran sudah menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan dokter
dengan berbagai variasi. Di Jepang, informatika kedokteran sudah menjadi bagian dari
departemen klinik, karena peranannya yang besar sebagai decision support system untuk
pengambilan keputusan medik serta sistem informasi rumah sakit. Sementara, di Bosnia
Herzegovina, informatika kedokteran masuk ke dalam bagian non-klinik atau public health. Ada
kecenderungan bahwa semakin maju perkembangan dan riset informatika kedokteran, posisinya
di lingkungan klinik akan semakin diterima.
Secara organisasional, International Medical Informatics Association (IMIA) dengan berbagai
kelompok kerjanya telah berdiri semenjak tahun 1970-an. Tidak kurang dari 8 kongres dunia
informatika kedokteran (MEDINFO) telah diselenggarakan, dan tahun depan akan
diselenggarakan MEDINFO 9 di London. Di wilayah Asia Pasifik, semenjak 1994
terbentuk Asia Pacific Association for Medical Informatics (APAMI) dengan negara anggota
Singapura, Jepang, Korea, Hongkong, Malaysia, Philipina, Thailand, Australia, Selandia Baru,
Indonesia, Australia, dan Sri Lanka.
Informatika Kedokteran di Indonesia

Di Indonesia, aplikasi informatika kedokteran memang belum banyak terasa, meskipun IHIA
(Indonesian Health Informatics Association) sudah terbentuk semenjak 1994. Meskipun
demikian, kehadiran komputer di rumah sakit sudah mulai banyak diaplikasikan meski masih
sebatas sebagai pendukung sistem administrasi finansial, belum sampai kepada sistem
pendukung pengambilan keputusan medik. Demikian juga beberapa rumah sakit dengan
dukungan jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi, juga sudah mencoba aplikasi telemedik
(telemedicine). Pendidikan pasca sarjana yang dekat kaitannya dengan informatika kedokteran,
yaitu biomedical engineering juga sudah diselenggarakan di ITB. Sedang pendidikan S2
informatika kesehatan telah dikembangkan di UI di bawah pengelolaan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Di sisi lain, program pendidikan untuk ahli madya di bidang informatika kedokteran juga sudah
diselenggarakan oleh UI. Sementara, UGM mulai tahun ini membuka program D3 rekam medis
dan sistem informasi kesehatan.
Meskipun KIPDI II tidak menyebutkan secara jelas mengenai informatika kedokteran, beberapa
universitas sebenarnya telah menerapkan meski kebanyakan dalam konteks aplikasi komputer.
UNAIR, misalnya, mulai mengenalkan aplikasi komputer kepada mahasiswa kedokteran sejak
dua tahun yang lalu.
UGM mulai 1997 sudah mengenalkan aplikasi komputer sebagai pendukung kuliah metodologi
penelitian. Survei sebelum kegiatan terhadap 154 mahasiswa kedokteran tahun ketiga yang
mengikuti mata kuliah metodologi penelitian menunjukkan bahwa 91 mahasiswa (60%) belum
pernah menggunakan komputer sama sekali, 46 mahasiswa (30%) pernah menggunakan, sedang
sisanya 15 orang (10%) familiar dengan aplikasi komputer. Tidak satu pun dari mereka yang
pernah memanfaatkan aplikasi internet. Akan tetapi, sampai sekarang di UGM justru tidak
mempunyai mata kuliah Informatika Kedokteran.
Padahal, IMIA (International Medical Informatics Association) merekomendasikan pendidikan
informatika kesehatan dan kedokteran bagi pendidikan kedokteran. Dalam rekomendasinya,
IMIA mengharapkan informatika kedokteran menjadi salah satu mata kuliah wajib dalam
kurikulum kedokteran. Namun, dalam beberapa tahun ke depan diharapkan mahasiswa FK
memiliki ketrampilan komputer dasar dan ketrampilan mengelola informasi. Buta komputer dan
informasi dapat diberantas di lingkungan pendidikan kedokteran bila fakultas-fakultas
kedokteran membuka elektif bagi program aplikasi komputer dasar tersebut.
Bila mata kuliah khusus mengenai informatika kedokteran belum ada, secara parsial informatika
kedokteran dapat dikenalkan kepada mahasiswa kedokteran melalui berbagai cara seperti di
bawah ini:
Sistem informasi kesehatan dan rumah sakit dikenalkan pada kuliah mata kuliah IKM (yang
membahas manajemen kesehatan)
Pemanfaatan Computer Assisted Instruction (CAI) sebagai pendukung pendidikan, terutama
untuk mengenalkan image-image kedokteran, seperti anatomi, histologi, parasitologi, patologi
anatomi maupun radiologi.
Mata kuliah statistika, meski dalam lingkup kecil mengenalkan berbagai teori probabilitas,
termasuk aplikasi komputernya.
Mata kuliah metodologi penelitian: mahasiswa dikenalkan perangkat teknologi informasi untuk
penelusuran sumber infomasi, penyusunan proposal, menganalisis data, serta menampilkan dan
mempresentasikan data serta hasil penelitian.
Proses pembuatan karya tulis ilmiah atau laporan penelitian.
Pengenalan teknologi komunikasi internet sebagai media komunikasi dan penelusuran sumber
informasi.
Berbagai implementasi informatika kedokteran ke dalam beberapa mata kuliah secara terpisah
sebenarnya kehilangan esensi dasar, yaitu memberikan panduan kepada mahasiswa mengenai
sikap dan ekspektansi terhadap teknologi informasi serta komunikasi untuk menyelesaikan
masalah dan pengambilan keputusan. Namun, kalaupun pelaksanaannya baru terbatas, yang
penting adalah bagaimana mengenalkan mahasiswa bahwa aplikasi komputer bukan sesuatu
yang asing bagi mahasiswa kedokteran. Tabel di bawah ini menyajikan silabus kuliah
informatika kedokteran di beberapa institusi di dunia.
Informatika keperawatan
Informasi kesehatan dan teknologi komunikasi untuk konsumer
Privasi, kerahasiaan dan keamanan dalam informatika kesehatan
Sekilas kita melihat bahwa menerapkan secara mentah-mentah apa yang telah dikembangkan di
luar akan menjadi barang asing yang mungkin belum tentu membawa manfaat dan nilai tambah
bagi pendidikan kedokteran. Tugas kita adalah menentukan muatan lokal materi yang perlu
diberikan kepada mahasiswa berbasiskan kompetensi yang perlu dimiliki oleh lulusan fakultas
kedokteran.
Sistem Pendukung


Sistem pendukung yang penting bagi pengenalan informatika kedokteran adalah perpustakaan
dan laboratorium komputer. Perpustakaan masa kini dapat dikatakan tidak memadai apabila tidak
menyediakan akses informasi secara elektronik, baik CD ROM maupun internet. Melalui CD
ROM maupun internet, mahasiswa dapat mengakses database penelitian kedokteran terkemuka,
yaitu MEDLINE yang memuat tidak kurang 8 juta sitasi penelitian biomedik di seluruh dunia
semenjak 1996 hingga sekarang.
Komunikasi dengan sumber informasi luar pun akan lebih mudah bila menggunakan e-mail. Saat
ini, diperkirakan 42% dokter di AS mempunyai alamat e-mail, sedangkan di Inggris kurang lebih
12,5%. Proporsi tersebut lebih besar lagi di universitas dan lembaga-lembaga pendidikan.
Melalui web, mahasiswa akan dikenalkan dengan melimpahruahnya informasi kesehatan dan
kedokteran, dari buku teks, database penelitian, multimedia, maupun kuis-kuis pendidikan.
Ketersediaan laboratorium komputer, lebih bagus lagi dilengkapi dengan multimedia, akan
membuka cakrawala baru bagi mahasiswa kedokteran terhadap luasnya aplikasi dan besarnya
potensialitas komputer dalam pelayanan kesehatan.





Manfaat Teknologi Informasi dan Komputer Bidang Kesehatan

Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor
termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan merupakan bidang yang bersifat
information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif tertinggal. Sebagai
contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur
standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap
perencanaan pengembangan billing system.
Berikut ini beberapa aplikasi teknologi informasi untuk mendukung manajemen kesehatan:


1. Rekam medis Berbasis Komputer (Computer Based Patient Record)
Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah
sakit adalah penerapan rekam medis berbasis komputer. Pengertian rekam medis berbasis
komuter bervarisai, akan tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database untuk
mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam mmanajemen pasien di
rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis
pasien baik yang berasal daarihasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG),
radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam
medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas pendukung
keputusan(SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis
maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.



2. Teknologi Penyimpan data Portabel
Salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pendekatan
rujukan (referral system) adalah continuity of care. Dalam konsep ini, pelayanan kesehatan
di tingkat primer memiliki tingkat konektivitas yang tinggi dengan tingkat rujukan di atasnya.
Salah satu syaratnya adalah adanya komunikasi data medis secara mudah dan efektif.
Beberapa pendekatan yang dilakukan menggunakan teknologi informasi adalah
penggunaan smart card (kartu cerdas yang memungkinkan penyimpanan data sementara).
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode batang). Kode
batang ini seudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik merek
dagang tertentu. Hal ini jelas sekali mempermudah supermarket dan gudang dalam
manajemen retail dan inventori. Food and Drug Administration (FDA) di AS telah
mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai penanda obat.
Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di rumah
sakitdalam mempercepat proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat
digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (Radio Frequency
Identifier) yang memungkinkan pengidentifikasian identitas melalui radio frekuensi. Jika
menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode reader, maaka
penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya
obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal
terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan
secara otomatis.

3. Teknologi Nirkabel

Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirilis sejak hampir
40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed
Army Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna
dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing station. Saat itu, media
yang digunakan masih berupa kabell koaxial. Saat ini, jaringan nirkabel menjadi primadona
karena pengguna tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh
kabel. Melalui jaringan nirkabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien
tanpa harus terganggu mobilitasnya.

4. Komputer Genggam (PDA/Personal Digital Assistant)
Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di
kalangan medis. Di Kanada, limapuluh persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun
menggunakan PDA karena dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien,
informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di
internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapat digunakan di PDA seperti epocrates.
Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan dokter
tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumah sakit melalui jaringan
internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data
radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM.
Selanjutnya dokter dapat memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan
memberikan feedback kepada rumah sakit.


HUBUNGAN
Untuk aktivitas fungsional, Teknologi informasi telah memperlihatkan peran yang sangat
signifikan untuk menolong jiwa manusia, dan riset di bidang kedokteran. Teknologi digunakan
untuk mendiagnosis penyakit, menemukan obat yang tepat, serta menganalisis organ tubuh
manusia bagian dalam yang sulit dilihat.
Salah satu contoh pemanfaatannya adalah Teknologi informasi berupa Sistem
Computerized Axial Tomography (CAT) berguna untuk menggambar struktur bagian otak dan
mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan menggunakan sinar-X.
Sedangkan untuk yang bergerak menggunakan sistem Dynamic Spatial Reconstructor (DSR)
yang dapat digunakan untuk melihat gambar dari berbagai sudut organ tubuh. Data-data ini
kemudian akan digunakan oleh dokter atau praktisi medis sebagai dasar penegakan diagnosis
maupun aktivitas pemeriksaan.
Untuk hal administratif pada suatu rumah sakit teknologi informasi digunakan untuk
menangani transaksi yang berhubungan dengan karyawan, juru medis, dan pasien. Sebagai
contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar
dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system.
Sekarang ini sudah banyak rumah sakit yang menerapkan sistem informasi untuk
memberikan kepuasan pelayanan terhadap masyarakat. Teknologi informasi telah banyak
diaplikasikan misalnya, rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung pelayanan
rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratoris baik
berupa teks, angka maupun gambar (seperti patologi, radiologi, kedokteran nuklir, kardiologi
sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format elektronik.
Sedangkan pada bagian rawat intensif teknologi informasi digunakan untuk mengcapture
data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan elektronik. Sistem pendukung
keputusan (SPK) juga sudah diterapkan untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan
diagnosis, pemberitahuan riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan
kelengkapan fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan
pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian, bukan berarti
kertas tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk mencetak ringkasan data klinis
pasien rawat inap sewaktu melakukan visit. Di bagian rawat jalan, ringkasan klinis tersebut
dicetak oleh staf administratif terlebih dahulu.



PERKEMBANGAN KOMPUTER DI BIDANG KESEHATAN
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia
IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai
macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT
adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembengan
teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu contoh
pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang
mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah USG (Ultra sonografi).
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz 2000 kHz)
yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG
diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya
sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang
kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan
untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam
menghancurkan sel-sel atau jaringan berbahaya ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk
penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis,
haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki
gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal tahun
1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis
suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi.
Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter
ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli
fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar
dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan
menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih
berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian
George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik.
Tahun 1949, John Julian Wild, ahli bedah Inggris yang bekerja di Medico Technological
Research Institute of Minnesota, berkolaborasi dengan John Reid, seorang teknisi dari National
Cancer Institute. Mereka melakukan investigasi terhadap sel-sel kanker dengan alat ultrasonik.
Beberapa jenis alat yang dibuat untuk kepentingan investigasi tersebut antara lain B-mode
ultrasound, transduser/alat pemindai jenis A-mode transvaginal, dan transrectal. Prinsip alat-alat
tersebut mengacu pada sistem radar. Oleh sebab itu mereka kemudian menyebutnya sebagai
Tissue Radar Machine (mesin radar untuk deteksi jaringan). Beberapa hasil penelitian lanjutan
yang cukup penting dalam bidang obstetri ginekologi antara lain ditemukannya metode
penentuan ukuran janin (fetal biometry), teknologi transduser/alat pemindai digital, transduser
dua dimensi dan tiga dimensi modern penghasil tampilan gambar jaringan yang lebih fokus, dan
penentuan jenis kelamin janin dalam kandungan (Fetal Anatomic Sex Assignment/FASA).
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang
ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas.
Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang
ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser.
Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk
tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari
transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG
berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran
mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan. Pilihan frekuensi menentukan
resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Diagnostik sonografi umumnya
beroperasi pada frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz. Sedangkan dalam fisika istilah suara
ultra termasuk ke seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia
(20.000 Hertz), penggunaan umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok
frekuensi yang ratusan kali lebih tinggi.
Ultrasonografi atau yang lebih dikenal dengan singkatan USG digunakan luas dalam
medis. Pelaksanaan prosedur diagnosis atau terapi dapat dilakukan dengan bantuan
ultrasonografi (misalnya untuk biopsi atau pengeluaran cairan). Biasanya menggunakan probe
yang digenggam yang diletakkan di atas pasien dan digerakkan: gel berair memastikan
penyerasian antara pasien dan probe. Dalam kasus kehamilan, Ultrasonografi (USG) digunakan
oleh dokter spesialis kedokteran (DSOG) untuk memperkirakan usia kandungan dan
memperkirakan hari persalinan.
Dalam dunia kedokteran secara luas, alat USG (ultrasonografi) digunakan sebagai alat
bantu untuk melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang terbangun dari cairan. Sonograf ini
menunjukkan citra kepala sebuah janin dalam kandungan. Ultrasonografi medis digunakan
dalam:
Kardiologi; lihat ekokardiografi
Endokrinologi
Gastroenterologi
Ginaekologi; lihat ultrasonografi gynekologik
Obstetrik; lihat ultrasonografi obstetrik
Ophthalmologi; lihat ultrasonografi A-scan, ultrasonografi B-scan
Urologi
Intravascular ultrasound
Contrast enhanced ultrasound
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai
dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang
baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar
manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai.
Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat
mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat
untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi
dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional
adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan
kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat,
dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan
terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat
komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer
individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai
kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam
gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru
bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai
telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat
langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless
Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan
layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan
pemanfaatanpersonal digital assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan
pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. "Aplikasi
klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA
semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat
medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di
mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional
internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau
gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset,
demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat
menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan
tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara
cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan
IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan
data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan
intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan
daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk
program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat.
Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat
mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi
perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS,
yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi
pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk
mulai mengaplikasikan "touch" over "tech" (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan).
Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam
asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan
produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan
kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara
umum masih "gaptek" tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup
penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para
dokter, membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain
yang telah terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti
agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri.
Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan
keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer
secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical
instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA,
dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus
praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen
dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang
Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart
phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan
rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses
segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset
keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi
informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network(jaringan
keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan
secara online tanpa mengenal batas geografis.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih
sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor
penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika
khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum
terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik.
Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama
dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi
manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa
menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun
setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja
dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda
vital/vital signspasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan
langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu
diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan).



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan tekhnologi informasi dalam pelayanan kesehatan memberikan kontribusi
pada efektifitas pelayanan kesehatan. Namun demikian untuk mengaplikasikan teknologi
tersebut dalam pelayanan banyak hambatan dan kendala yang dihadapi misalnya: sumberdaya
manusia, finansial, kebijakan, dan faktor keamanan. Terkait perkembangan teknologi
informasi dan perkembangan pelayanan kesehatan saat ini tentunya akan berimbas pada tenaga
kesehatan daninstansi pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan diharapkan menaadari pentingnya
penerapantekhnologi dalam pelayanan kesehatan dan mau belajar untuk bisa menerapkannya.
Bagi Instansi pelayanan kesehatan, walaupun tidak mudah untuk bisa menerapkan
teknologi dalam pelayanan kesehatan, namun tetap harus dicoba karena tuntutan jaman dan
melihat berbagai manfaat yang bisa diambil. Manajer pelayanan kesehatan perlu membuat team
khusus untuk mengadopsi perkembangan tekhnologi, sehingga mereka akan siap dalam
menerapkan pada organisasi pelayanan kesehatan.

LEARNING RESOURCES
SUMBER BELAJAR (Learning Resources)

Memanfaatkan halaman Sekolah sebagai sebagai Sumber Belajar.

Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang
untuk belajar dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994), Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber
belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu.
Degeng (1990: 83) menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang
mungkin dapat dipergunakan oleh si-belajar agar terjadi prilaku belajar. Dalam proses
belajar komponen sumber belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara
kombinasi, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang
dimanfaatkan. Jadi Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah
peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sebagian besar guru kecenderugan memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber
belajar utama Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari
sekian banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal
senada juga diperkuat oleh suatu hasil penelitian para dosen IKIP Semarang mengenai
kebutuhan informasi, yang menyatakan bahwa banyak sumber belajar diperpustakaan
yang belum dikenal dan belum diketahui penggunaannya. Keadaan ini diperparah
pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga masih bergantung pada kehadiran
guru, kalau guru tidak hadir maka sumber belajar lain termasuk bukupun tidak dapat
dimanfaatkan oleh peserta didik. Oleh karena itu kehadiran guru secara fisik mutlak
diperlukan, disisi lain sebenarnya banyak sumber belajar disekitar kehidupan peserta
didik yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru mempunyai tanggung jawab membantu
peserta didik belajar agar belajar lebih mudah, lebih lancar, lebih terarah. Oleh sebab
itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan
pemanfaatan sumber belajar. Menurut Ditjend. Dikti (1983: 38-39), guru harus mampu:
(a) Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b)
Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan peranan berbagai
sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber
belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f)
Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan
penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h)
Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.
Ada berapa jenis sumber belajar?
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni
sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah
dan bersifat formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization),
yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran
dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan:
informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru,
instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier
dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang
dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/
perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan
tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/
metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan,
sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6)
lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko,
museum, kantor dan sebagainya.
Apa kriteria memilih sumber belajar?
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1)
ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan
pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar
lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional
dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar,
dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-
nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan
dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Dalam kaitan dengan pemanfaatan
alam sekitar dalam pembelajaran Science, Richarson dalam Suthardi, (1981:147)
mengemukakan, Science necessarily begins in the environment in which we live.
Consequently the students study of science should have this orientation. Dari alam
sekitar peserta didik dapat dibimbing untuk mempelajari berbagai macam masalah
kehidupan. Akan tetapi pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar sangat
tergantung pada guru. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi usaha pemanfaatan
alam sekitar sebagai sumber belajar yaitu (a) kemauan guru (b) kemampuan guru untuk
dpat melihat alam sekitar yang dapat digunakan untuk pembelajaran (c) kemampuan
guru untuk dapat menggunakan sumber alam sekitar dalam pembelajaran.
Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)
lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan
untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam
dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat
menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam
memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan
membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek
lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran
dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses
pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Peserta didik akan merasa senang
jika suasana belajar sesekali di luar kelas, sehingga mereka tidak bosan. Tetapi proses
pembelajaran di luar kelas memang menuntut pengawasan dan kesabaran yg ekstra
dari guru. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara
membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk
menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber
belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
serta tindak lanjutnya.
Fungsi Sumber Belajar
Agar sumber belajar yang ada dapat berfungsi dalam pembelajaran harus dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Fungsi sumber belajar menurut Hanafi (1983: 4-
6) adalah untuk:
a. Meningkatkan produktifitas pendidikan, yaitu dengan jalan (1) Memepercepat laju
belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik. (2)
Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah peserta didik.
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan: (1)
Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional. (2) Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuannya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan jalan: (1)
Perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis. (2) Pengembangan bahan
pelajaran yang dilandasi penelitian.
d. Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan (1) Meningkatkan kemampuan
manusia dalam penggunaan berbagai media komunikasi (2) Penyajian data dan
informasi secara lebih konkrit.
e. Memungkinkan belajar secara seketika, karena (1) Mengurangi jurang pemisah antara
pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret. (2)
Memberikan pengetahuan yang bersifat langsung.
f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media
massa, dengan jalan: (1) Pemanfaatan secara bersama lebih luas tenaga atau kejadian
yang langka. (2) Penyajian informasi yang mampu menembus geografis.

DAFTAR PUSTAKA

AECT. 1977. Selecting Media for Learning. Washington DC: Association for Education
Communication and Technology.

Arif Sadiman, S, Raharjo, R, Anung Haryono. 1986. Media Pendidikan.Jakarta: CV. Rajawali.

Barbara B. Seels, Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology: The definition and
Domains of the Field. Washington, DC: Associations and Technology.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Teknologi Instruksional.Jakarta: Ditjen Dikti,
Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

Gagne, R.M., & Briggs, L.J., 1979. Principles of Instructional Design, New York: Holt,
Renerhart and Winston.

Henry & Perceval, Elington, Fred. 1984. A Handbook of Educational technology. London:
Kogan Page Ltd. Pentoville Road.

Regeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theories and Models: An Overview f their Current
Status. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates, 3-36.

Suthardhi, SD. 1981. Pemanfaatan Alam Sekitar sebagai Sumber Belajar Anak. Analisis
Pendidikan. Depdikbud. Jakarta Tahun II. (1) 146-159.

Anonim, 2009. Sumber-sumber belajar untuk mengefektifkan pembelajaran siswa. Diakses
pada tanggal 22 April 2011 http://alumni.smadangawi.net/ 2009/07/12/ sumber-belajar-
untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa.



A. Apa sumber belajar itu?
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
B. Apa fungsi sumber belajar?
Sumber belajar memiliki fungsi :
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju
belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b)
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara:
(a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)
perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan
bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan
sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara
pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya
kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan
informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar
untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa
C. Ada berapa jenis sumber belajar?
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar
yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber
belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi,
bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa,
ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan:
buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi,
arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi,
VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan
sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi,
permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6)
lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor
dan sebagainya.
D. Apa kriteria memilih sumber belajar?
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis:
tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang
rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel:
dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan:
mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat
belajar siswa.
E. Bagaimana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai
yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya
bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan sosial
dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-
ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari
tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan
partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa
peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan
sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut
out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam
terbuka.
Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke
dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas.
Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
F. Bagaimana prosedur merancang sumber belajar?
Secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sebagai berikut:

G. Bagaimana mengoptimalkan sumber belajar?
Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya
yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan
membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal
dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang
sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas.
Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak
pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas,
bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang
menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang
berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang
sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang
memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali
ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan
menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Belakangan ini di sekolah-sekolah tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan
menggunakan internet, sehingga siswa dipaksa untuk menyewa internet yang memang ukuran
Indonesia pada umumnya-, masih dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola
saja oleh masing-masing sekolah? Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan
jauh lebih efektif dan efisien, dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang
ini sudah tersedia paket-paket hemat untuk berinternet yang disediakan para provider.

Anda mungkin juga menyukai