Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kesehatan kita sering mendengar yang namanya kelainan atau
patologi dimana kelainan tersebut ada yang bersifat kelainan kongenital maupun
tidak. Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa
disebut celah bibir atau langit-langit (Labiopalatoschisis). Celah bibir merupakan
kelainan kongenital yang disebabkan gangguan perkembangan wajah pada masa
embrio dan Kelainan ini diduga terjadi akibat inveksi virus yang diderita ibu pada
kehamilan trimester 1. Celah ini dapat terjadi pada bibir yang disebut labioschisis
sedangkan jika celah terjadi pada langit-langit disebut palatoschisis dan jika
terjadi pada gusi disebut gnatoschisis bahkan jika terjadi dieseluruhan seperti
bibir,langit-langit dan gusi disebut labiopalatognatoschisis. Untuk cara penangan
celah bibir ini harus dilakukan pembedahan.
Bayi yang hanya menderita labioskizis atau dengan labiopalatoskizis biasanya
mengalami kesukaran minum,walaupun bayi dapat menghisap namun bahaya
terdesak. Bayi dengan kelainan bawaan ini juga akan mengalami gangguan
pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan celah bibir atau labioskizis?
2. Apa saja factor-faktor penyebab celah bibir atau labioskizis?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan bagi penderita labioskizis pada balita
tersebut ?
4. Bagimana penanganan pada penderita labioskizis pada balita?
5. Bagaimana Hasil Kunjungan Observasi yang dilakukan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi labioskizis
2. Mengetahui factor penyebab labioskizis

1
3. Mengetahui dampak labioskizis pada balita
4. Mengetahui bagaimana cara penanganan pada kelainan labioskizis tersebut
5. Mengetahui Hasil kunjungan observasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Labioskizis atau bibir sumbing


Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan
fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang
dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.

2.2 Faktor penyebab bibir sumbing


Bibir sumbing ini disebabkan oleh gangguan perkembangan wajah pada masa
embrio dan Kelainan ini diduga terjadi akibat inveksi virus yang diderita ibu pada
kehamilan trimester 1.
Beberapa faktor resiko lain yang dapat meningkatkan terjadinya kelainan bibir
sumbing pada bayi antara lain:
1. Riwayat keluarga. Bayi yang lahir dari keluarga yang memiliki riwayat bibir
sumbing, seperti saudara kandung, orang tua atau kerabat, akan beresiko lebih
besar untuk mengalaminya juga.
2. Obat-obatan. Ibu hamil yang mengkonsumsi berbagai macam obat-obatan
tanpa anjuran dokter, beresiko untuk melahirkan bayi bibir sumbing. Sebagai
contoh, golongan obat anti-kejang, obat jerawat, obat anti-kanker, dan
sebagainya. Infeksi virus. 

3
3. Ibu hamil yang terinfeksi virus dapat meningkatkan resiko bayi lahir cacat,
salah satunya adalah kelainan bibir sumbing. Paparan bahan kimia. 
4. Paparan bahan kimia atau radiasi yang berbahaya pada wanita hamil dapat
meningkatkan resiko terjadinya cacat pada bayi baru lahir. Seperti rokok,
alcohol, pengawet makanan, pewarna makanan buatan dan sebagainya.
5. Kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi selama kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya cacat lahir. Sebagai contoh kekurangan asam folat.
2.3 Dampak Labioskizis pada balita
Akibat adanya celah pada bibir ini, maka dapat timbul gangguan lain sebagai
berikut :
1. Gangguan makan. Gangguan ini akan diperberat pada kondisi
palatoschisis. Makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut dapat
tersedak ke dalam hidung. Bayi dengan kondisi ini harus menggunakan
alat bantu makan khusus agar makanan dapat langsung masuk ke dalam
lambung.
2. Infeksi telinga atau gangguan pendengaran. Resiko terjadinya infeksi pada
telinga meningkat pada bayi dengan bibir sumbing. Apabila tidak
ditangani dengan baik, maka infeksi dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pendengaran.
3. Gangguan berbicara. Gangguan berbicara ini sangat terlihat jelas pada
anak bibir sumbing. Suara yang diucapkan seperti berasal dari hidung dan
terdengar tidak jelas atau sengau.
4. Gangguan pertumbuhan gigi. Anak-anak dengan kondisi ini memiliki
resiko lebih besar untuk mengalami permasalahan gigi, seperti gigi
berlubang, jumlah gigi yang kurang atau berlebih, dan sebagainya.

2.4 Cara penanganan bibir sumbing


Jika kondisi kelainan dengan bibir sumbing diperbaiki sejak dini
sehingga tidak mengganggu proses belajar berbicara terutama sebelum anak
masuk usia sekolah. Bibir sumbing dapat diatasi hanya dengan tindakan

4
operasi. Serta operasi bibir sumbing bervariasi tergantung kondisi tubuh anak,
berat badan , dan usia anak. Namun perlu difahami bahwa operasi bibir
sumbing tidak dapat langsung dilakukan pada saat bayi baru lahir. Biasanya
operasi baru dilakukan pada saat usia bayi 3 bulan, dengan berat badan yang
normal . Operasi yang dilakukan dapat hanya 1 kali atau beberapa kali
operasi, tergantung pada tingkat kesulitan kelainan bibir sumbing. Operasi
yang dilakukan secara bertahap ini, dapat selesai sampai anak usia remaja.
Setelah operasi selesai dilakukan, maka kemampuan bicara tidak langsung
kembali seperti normal karena otot-otot di bibir belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu tetap perlu dilakukan terapi bicara supaya mempercepat
kemampuan berbicara.
2.5 Hasil Kunjungan Observasi Labioskizis Pada Balita
Dari hasil kunjungan yang saya lakukan terdapat salah satu balita berusia 1,5
tahun dengan kelainan bibir sumbing (labioskizis) yang ber alamat di panyaweuyan
Rt 01/05 kecamatan Cianjur kabupaten Cianjur. Anak tersebut bernama Alifa
Navlayn F.R yang merupakan anak pertama dari Ny. Rena Anisa yang ber usia 18
tahun dan Tn.Ilham Arifin yang ber usia 24 tahun . Ny.Rena sendiri sebagai ibu
rumah tangga dan Tn. Ilham bekerja sebagai pegawai swasta. Setelah saya melakukan
wawancara mengenangai riwayat kehamilan ny.rina ternyata tidak ada riwayat
keturunan yang menyebabkan adanya kelainan bibir sumbing pada sang anak serta
kondisi saat sang anak lahir tidak ada riwayat terjatuh atau kecelakaan sehingga dapat
dikatakan anak tersebut mempunyai kelainan bawaan sejak lahir yaitu bibir sumbing.
Serta kondisi anak tersebut pada saat dilakukan kunjungan anak tersebut begitu aktif
dan kondisi anak tersebut sehat hanya saja untuk asupan nutrisi atau makanan anak
tersebut kurang nafsu makan sehingga berat badan anak tersebut tidak sesuai dengan
usianya nya sehingga berat badannya kurang, dan untuk pernafasannnya baik tidak
mengorok hanya apabila sedang batuk saja akan sedikit mengorok dan anak tersebut
tidak rewel. Serta untuk menyusu anak tersebut tidak ada kesulitan atau tidak
menggunakan botol dot untuk minum dan anak tersebut masih diberikan ASI dari
ibunya. Ny.Rena juga selalu melakukan kunjungan rutin posyandu dan beliau juga

5
berniat untuk melakukan operasi bibir sumbing pada anaknya namun pada saat
pemeriksaan berat badan anak tersebut kurang dan kondisi anak tersebut sedang batuk
sehingga setiap kali ada pemeriksaan anak tersebut tidak lulus untuk dilakukan
operasi bibir sumbing.
Berikut adalah lampiran-lampiran hasil kunjungan observasi

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan
fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang
dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior, yang mempunyai
dampak tertentu pada anak diantaranya:
1. Gangguan makan
2. Infeksi telinga atau gangguan pendengaran
3. Gangguan berbicara.
4. Gangguan pertumbuhan gigi
Dan untuk penangan pada bibir sumbing ini yaitu dengan tindakan operasi dan
tindakan tersebut bervariasi tergantung seberapa parah bibir sumbing yang
dialami.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/4569
https://srywahyuni95.wordpress.com/2015/04/01/materi-tentang-labioskizis/

Anda mungkin juga menyukai