ANGINA LUDWIG
Disusun Oleh:
Siti Nur Aini Ayu Ningjanah
NIM: J3A018017
DOSEN PEMBIIMBING :
2020
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3
3.1 SIMPULAN................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi odontogenik adalah salah satu infeksi yang paling umum dari rongga
mulut yang paling sering kita jumpai pada manusia yang disebabkan oleh berbagai
macam faktor. Diantara berbagai macam infeksi odontogenik yang sering terjadi
adalah abses. Abses rongga mulut merupakan suatu infeksi pada mulut, wajah,
rahang, atau tenggorokan yang dimulai sebagai infeksi gigi atau karies. Adapun
gejala yang ditimbulkan dari infeksi dapat menimbulkan gejala sistemik. Adapun
gejala sistemik yang dapat ditimbulkan salah satu diantaranya adalah demam.
yang mengenai dasar mulut dan region submandibular bilateral dan menyebabkan
obstruksi progresif pada jalan nafas. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh
Wilhelm Frederick von Ludwig pada tahun 1836 sebagai infeksi ruang fasial yang
hampir selalu fatal. Penyakit ini termasuk dalam grup penyakit infeksi odontogen, di
mana infeksi bakteri berasal dari rongga mulut seperti gigi, lidah, gusi, tenggorokan,
dan leher. Karakter spesifik yang membedakan angina Ludwig dari infeksi oral
lainnya ialah infeksi ini harus melibatkan dasar mulut serta kedua ruang
Angina Ludwig berupa karies, perawatan gigi terakhir, sickle cell anemia, trauma,
dan tindikan pada frenulum lidah. Selain itu penyakit sistemik seperti diabetes
3
melitus, neutropenia, aplastik anemia, glomerulositis, dermatomiositis dan lupus
2. Mengetahui apa saja terapi yang diberikan pada pasien Ludwig angina
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ludwig Angina merupakan infeksi ruang sub mandibula (rahang bawah) berupa
peradangan selulitis dari bagian superior ruang suprahioid (Sekitar leher), yang
yang mencakup jaringan yang menutupi otot-otot antara laring dan dasar mulut,
kematian bagi orang yang mengalaminya. Penyakit Ludwig Angina memiliki gejala
seperti leher sakit, sulit mengunyah, leher bengkak, sesak nafas, demam, bercak
Definisi Rongga mulut (cavum oris) adalah bagian tubuh yang merupakan awal
dari saluran pencernaan. Bagian depan rongga mulut dibatasi oleh bibir, bagian atas
dibatasi palatum durum hingga palatum mole, bagian bawah terdapat otot-otot yang
membentuk bagian mulut dan lidah serta pipi. Rongga mulut dibagi menjadi dua
bagian oleh proscessus alveolaris dan gigi yaitu vestibulum oris dan celah antara
pipi dan gusi dari gigi. Posteromedial, terletak medial dari proscessus alveolaris
disebut cavum oris proprium. Rongga mulut dilapisi dengan mukosa oral (tunika
5
Rongga mulut terdiri dari lidah bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari
lidah), palatum durum (palatum keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar,
bibir, mukosa bukal, ‘alveolar ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila
adalah bagian tulang yang membatasi rongga mulut. Pipi membentuk dinding
bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari
pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh
membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi.
Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat tersusun di
antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi berakhir pada
bagian bibir.
menyumbang sekitar 75% hingga 90% kasus. Infeksi molar kedua dan ketiga yang
mylohyoid. Abses periapikal dari gigi-gigi ini juga menghasilkan penetrasi kortikal
6
sialolithiasis bilateral, dan cedera penetrasi dari dasar mulut juga telah dilaporkan
sama yang bertanggung jawab untuk infeksi kepala dan leher yang kurang sehat
ditemukan dalam menyebabkan infeksi yang luas di seluruh dasar mulut dan leher
ketika angina Ludwig diperiksa secara kritis. Pasien dengan penyakit sistemik,
seperti diabetes mellitus, malnutrisi, sistem kekebalan tubuh yang terganggu, dan
sepertiga dari kasus angina Ludwig berhubungan dengan penyakit sistemik. Sebuah
ulasan yang melaporkan kejadian penyakit yang terkait dengan Ludwig angina
baik melalui infeksi dental primer, postekstraksi gigi maupun oral hygiene yang
kurang. Selain itu, 95% kasus angina Ludwig melibatkan ruang submandibular
bilateral dan gangguan jalan nafas merupakan komplikasi paling berbahaya yang
seringkali merenggut nyawa. Rute infeksi pada kebanyakan kasus ialah dari
merupakan infeksi dari gusi sekitar gigi molar ketiga yang erupsi sebagian. Hal
ketiga pada tanda pertama sakit, perdarahan dari gusi, kepekaan terhadap
7
Selain gigi molar ketiga, gigi molar kedua bawah juga menjadi penyebab
odontogenik dari angina Ludwig. Gigi-gigi mempunyai akar yang terletak pada
Sptreptococcus yang berasal dari mulut dan tenggorokan ke lidah dan jaringan
Ada juga penyebab lain yang sedikt dilaporkan antara lain sialadenitis
epiglotitis, injeksi obat intravena melalui leher, trauma oleh karena bronkoskopi,
pernafasan atas, dan trauma pada dasar mulut. Organisme yang paling banyak
Gram negatif yang dipisahkan antara spesies Neisseria, Escherichia coli, spesies
Infeksi gigi seperti nekrosis pulpa karena karies profunda yang tidak
terawat dan deep periodontal pocket, merupakan jalan bagi bakteri untuk
8
mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak, maka infeksi
akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang kortikal. Jika tulang ini tipis,
maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan lunak. Penyebaran infeksi
berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses
palatal, abses submukosa, abses gingiva, trombosis sinus kavernosuş abses labial
dan abses fasial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses
Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea
menyebabkan infeksi yang terjadi pada gigi tersebut dapat membentuk abses dan
parafaringeal. Abses pada akar gigi yang menyebar ke ruang submandibula akan
9
Gambar 1. Linea mylohyoidea, tempat perlekatan m. mylohyoideus.
Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan yang keras
dari fascia cervikal profunda dengan m. digastricus anterior dan os hyoid. Edema
dagu dapat terbentuk dengan jelas. Infeksi pada ruang submaksilar biasanya
terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi dapat pula menyusuri sepanjang duktus
10
Pada infeksi ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah di
bagian superior dan posterior sehingga mendorong supraglotic larynx dan lidah
dan posterior, meluas ke dasar lantai mulut dan lidah. Os hyoid membatasi
daerah depan leher yang menyebabkan perubahan bentuk dan gambaran 'bull
neck". Pada penyebaran secara anterior, batas os hyoid meluas ke arah inferior
Gejala klinis umum angina Ludwig meliputi malaise, lemah, lesu, nyeri
leher yang berat dan bengkak, demam, malnutrisi, dan dalam kasus yang parah
11
klinis ekstra oral meliputi eritema, pembengkakan, perabaan yang keras seperti
papan (board-like) serta peninggian suhu pada leher dan jaringan ruang
edema pada organ vokal. Gejala klinis intra oral meliputi pembengkakkan, nyeri
karies dentis, perawatan gigi terakhir, sickle cell anemia, trauma, dan tindikan
Gejala klinis tersebut, sesuai dengan yang dialami pasien, berupa nyeri
pada leher dan diikuti pembengkakan pada leher, demam selama 2 hari, pasien
kesulitan untuk membuka mulut dan bicara karena nyeri dan bengkak pada
leher, pasien merasakan bengkak pada dasar lidah dan mengeluarkan nanah,
tetapi sesak disangkal oleh pasien. Pasien mengaku sering sakit gigi sejak 2
tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik pada penderita Angina Ludwig, dapat
yang tegang dan keras. Karies pada gigi molar bawah dapat dijumpai. Biasanya
disertai dengan lidah yang terdorong ke atas. Trismus dapat terjadi dan
12
untuk dilakukan tindakan insisi drainase. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas
penyebaran infeksi.
kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara parenteral (Lemonick, 2002;
kuman dan tes kepekaan bakteri terhadap bakteri penyebab infeksi, tetapi hasil
oleh hilangnya patensi jalan nafas, proteksi dari jalan nafas merupakan prioritas
yang tidak memerlukan kontrol jalan nafas segera harus dimonitor terus
13
krikotiroidotomi atau trakeostomi jika diperlukan'. Angina Ludwig lebih
jalan napas akut, persiapan untuk trakeostomi harus dilakukan dalam setiap
kasus bahkan ketika intubasi sedang dilakukan oleh anestesi yang terampil,
secara agresif harus dilakukan. Terapi awal ditargetkan untuk bakteri gram
positif dan bakteri anaerob pada rongga mulut. Pemberian beberapa antibiotik
dilakukan untuk mengurangi edema saluran nafas bagian atas pada beberapa
kasus Pananganan yang terdiri dari Pembedahan insisi melalui garis tengah,
pada pasien seperti lidah yang menyebakan obstruksi pandangan laring dan tidak
14
infeksi supuratif, bukti radilogis adanya penumpukan cairan didalam soft-tissue,
krepitus, atau aspirasi jarum purulen. Drainase juga diindikasikan jika tidak ada
milohioid ke dalam ruang sublingual. Mencabut gigi yang terinfeksi juga penting
mengurangi kematian akibat dari infeksi ruang leher dalam,tetapi infeksi pada
ruang yang lebih dalam dapat menimbulkan komplikasi yang fatal dan
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
dan wajah pada umumnya berasal dari infeksi gigi yang tidak segera dirawat.
ini umumnya lebih dari satu macam. Ludwig angina atau flegmon merupakan
suatu selulitis akut yang terjadi pada spasium mandibula primer yaitu spasia
submandibula kiri dan kanan, spasia submental dan spasia sublingual. Ludwig’s
adekuat, meliputi pemberian obat analgetik dan antibiotik, insisi drainase, dan
dilakukan trakeostomi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Borley, Neil R. dan Grace, Pierce A. 2006. Surgery at a Glance Third Edition. Jakarta:
Erlangga
Grupta AK, Dhulkhed VK, Rudagi BM, Gupta A. 2009. Drainage of Ludwig’ Angina
under Superficial Cervical Plexus Block in Pediatric Patient. Anestesia Pediatrica e
Neonatale, Vol. 7, N. 3 Hartmann, RW. 1999. Ludwig's Angina in Children.
Journal of American Family Physician. July;Vol. 60.
Hasan, W., David, L., John, R.. 2011. Ludwig’s Angina-A Controversial Surgical
Emergency: How We Do It. J of Otolaringology.
Lemonick, DM. 2002. Ludwig’s Angina: Diagnosis and Treatment. Hospital Physician.
p. 31-37
Malik, MA. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd ed. Jaypee Brothers
Medical Publishers, 2012
Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Esential Clinical Anatomy, 4th ed. Lippincott
Williams & Wilkins, 2011
Ugboko, V., Ndukwe, K., Oginni, F. 2005. Ludwig’s Angina: An Analysis of Sixteen
Cases in a Suburban Nigerian Tertiary Facility. African Journal of oral Health.
Volume 2 Numbers 1 & 2: 16-23
Topazian RG, Goldberg MH, Hupp JR. Oral and Maxillofacial Infection, 4th ed. WB
Saunders Company, 2002
17