Anda di halaman 1dari 8

0

IKGA Lanjutan

PERSIAPAN DAN PERAWATAN

BEDAH MULUT MINOR

PADA ANAK

Oleh:

Soesilo Soeparmin, Drg, MS.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR-BALI

P.B. : PERSIAPAN DAN PERAWATAN BEDAH MULUT MINOR PADA ANAK


ANASTESI
1

Sebelum melakukan pencabutan gigi perlu dilakukan anastesi terlebih dahulu. Pada umumnya kita
berikan anastesi lokal, tetapi jarang pada keadaan tertentu dilakukan anastesi umum, ini masih jarang
dilakukan dan dilakukan oleh ahli anastesi.

Anastesi umum dilakukan bila:

1. Anastesi lokal merupakan kontra indikasi.


2. Bila ingin mencabut sekaligus beberapa gigi.
3. Selain untuk operasi, terkadang anastesi umum dilakukan juga tindakan operative dentistry pada anak
yang sangat sensitif sekali.
4. Pada anak-anak cacat mental, dilakukan anastesi umum dan sekaligus dilakuakn pencabutan gigi-gigi
yang perlu dicabut, dan ditambal yang perlu ditambal, juga gigi yang sehat dilakukan profilaksis
odontotomi.

Anastesi Lokal
Macam-macamnya:
a. Anatesi Topical
Hanya menghilangkan rasa sakit dibagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-ujung
serabut urat syaraf
Anastesi topical ini digunakan untuk:
-pencabutan gigi yang sudah amat goyang/goyang fisiologis; gangrene radiks
-insisi abses yang kecil.
“anastesi” sebelum dilakuakn anastesi dengan injeksi/infiltrasi

Bahan anastesi topical yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut:


1. Menurut bentuknya
-cairan
-salep
-gel
2. Menurut penggunaannya
-spray
-dioleskan
-ditempelkan
3. Menurut bahan obatnya
-chlor aetyl
-Xylestesin ointment
-Xylocain ointment
-Xylocain spray

Tekniknya :
Membrane mucosa atau tempat yang akan dianastesi harus dibersihkan dan dikeringkan
diberi anastesi topical sesuai dengan bahan yang dipergunakan.

b. Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak baik untuk rahang atas maupun rahang bawah. Mudah
dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam karena
komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.

Macam-macam tempat untuk dilakuakn anastesi infiltrasi:


1. Daerah bukal/labial RA dan RB
2

Masuknya jarum ke dalam mukosa lebih kurang 2 sampai 3 mm, ujung jarum berada pada
apeks daripada gigi yang dicabut. Masukkan obat dengan pelan-pelan sekali dan tidak boleh
mendadak ±0,60 ml ( 1/3 karpul)
2. Daerah palatal/lingual
Tusuk jarum sampai menyentuh tulang. Masukkan obat pelan-pelan dan tidak boleh
medadak; sebanyak ±0,2-0,3 ml.
Terlihat mukosa daerah tersebut putih/pucat.
3. Daerah interdental papil
Tusukkan jarum pada daerah papilla interdental, masukkan obatnya ±0,2-0,3 ml terlihat
mukosa daerah memucat.
Pada anastesi infiltrasi kadang-kadang perlu dilakukan aspirasi sebelum memasukkan obat
anastesi
Misalnya: pada daerah foramen palatinus mayus dan foramen incisivum

c. Anastesi Block
Teknik tidak berbeda dengan anastesi block pada orang dewaa pada anastesi mandibula, hanya
harus diingat ramus ascendens lebih pendek dan cekung, foramen mandibula lebih dangkal (belum
dalam). Pemasukan jarum lebih dekat beberapa mm pada oklusal olane dibandingkan dengan orang
dewasa. Dalamnya, masuk jarum ± ½ cm lebih pendek daripada orang dewasa
 Obat suntik ±1 ml untuk nervus alveolaris inferior
 Obat suntik ± ½ ml untuk nervus lingualis

d. Anastesi Intraligamen
Suntikan intraligamen dilakukan kedalam ligament periodontal. Suntikan ini menjadi populer
belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan tersebut. Suntikan intraligamen dapat
dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena
lebih mudah memberikan tekanan yang diperlukan untuk menyuntikkan ke dalam ligament
periodontal.
Teknik:
1. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan bersihkan sulkus gingiva dengan rubber cup
dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil.
2. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingival pada bagian mesial/distal gigi dengan bevel jarum
menjauhi gigi
3. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingival untuk anastesi jaringan di depan jarum.
4. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira-kira
sampai 2 mm
5. Tekan perlahan-lahan
Jika jarum ditempatkan dengan benar haru ada hambatan pada penyutikan dan jaringan di
sekitar jarum memutih. Jika tahan tidak dirasakan, jarum mungkin tidak benar posisinya dan
larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut.
6. Suntikkan perlahan-lahan sebanyak 0,2 ml
7. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar.
8. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar, tetapi dianjurkan bahwa tidak
lebih dari 0,4 ml. Larutan disuntikkan tiap akar.
9. Catridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun sedikit
sekali larutan yang digunakan

Beberapa bahan anastesi suntikan

1. Lidocaine (Xylocaine) HCl 2% dengan Epinephrine 1 : 100.000


3

2. Mepicaine (Carbocaine) HCl 2% dengan Levanordefrin (Neo-cobefrin) 1 : 200.000


3. Prilocaine (Citanest Forte) HCl 4% dengan Epinephrine 1 : 200.000

Untuk melakukan anastesi lokal dengan menggunakan injeksi perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Ketika menyiapkan alat-alat dan obat-obatan jangan terlihat oleh anak-anak untuk menghindari rasa
takut.
2. Sebaiknya kita mengatakan kepada si anak yang sebenernya bahwa akan ditusuk dengan jarum
(disuntik) dan terasa sakit sedikit. Tidak boleh dibohongi
3. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara berikut:
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topical lebih dahulu. Misalnya dengan 5%
Xylocaine (Lidocaine Ointment)
c. Jaringan lunak bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
d. Pada waktu mendeponer obat harus pelan-pelan sekali tidak boleh mendadak
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat mengurangi rasa sakit.
4. Aspirasi dapat dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah
5. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ±5 menit dan dijelaskan sebelumnya kepada anak bahwa
nantinya terasa berupa kesemutan, bengkak dan tebal supaya anak tidak kaget, tidak bingung dan
merasa aneh.

Pada dasarnya pencabutan gigi anak-anak tidak berbeda dengan orang dewasa, tetapi pada anak-anak
perlu diketahui dan diperhaikan yaitu antara lain:

1. Rongga mulut anak-anak lebih kecil dari rongga mulut orang dewasa sehingga kadang-kadang pada
anak-anak dapat menyebabkan sedikit kesukaran dalam melakukan tindakan pencabutan ataupun
tindakan operasi.
2. Pada anak-anak pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang masih bisa berjalan terus
3. Struktur tulang pada anak-anak mengandung bahan organic yang lebih tinggi daripada orang
dewasa sehingga mudah fraktur.
4. Warna dan bentuk anatomi gigi sulung
5. Adanya benih gigi tetap di bawah gigi sulung.

PENCABUTAN GIGI SULUNG


Melakukan pencabutan pada gigi sulung tidak berbeda dengan gigi permanen, yang tidak memerlukan
tenaga besar. Hanya harus diingat bahwa dibawah akar gigi sulung terdapat gigi permanen pengganti, yang
mahkotanya sangat dekat dengan akar gigi sulung. Terutama sekali pada gigi molar kedua sulung, terkadang
sewaktu pencabutan gigi molar-2 sulung tersebut dapat menggangu premolar-2 permanen di bawahnya,
bahkan dapat ikut terangkat. Jadi pada akar gigi yang resorbsinya tidak sempurna terutama pada molar-2
sulung maka pencabutannya harus berhati-hati, karena terkadang penggantinya P-2 permanen terjepit diantara
akar gigi molar-2 sulung tersebut

TEKNIK PENCABUTAN GIGI SULUNG


Teknik pencabutan gigi sulung tidak berbeda dengan gigi dewasa. Pada anak-anak ukuran gigi dan mulut lebih
kecil dan tidak memerlukan tenaga yang besar, maka bentuk tank esktraksi lebih kecil ukurannya. Harus diingat
juga bentuk akar gigi sulung yang menyebar dan kadang-kadang resorbsinya tidak beraturan dan adanya benih
gigi permanen yang ada di bawah akar gigi sulung. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan
pencabutan perlu dilakukan fiksasi rahangnya dengan tangan kiri.

Untuk gigi sulung berakar tunggal:


4

Gerakan rotasi dengan satu jurusan diikuti dengan gerakan ekstraksi (penarikan).

Untuk gigi berakar ganda

Gerakan untuk melakukan pencabutan adalah gerakan luksasi pelan-pelan saja. Gerakan luksasi pelan ini ke
arah bukal dan ke arah palatal, diulang dan juga harus hati-hati serta tidak dengan kekuatan yang besar
kadang-kandang dengan gerakan luksasi gigi sulung sudah tercabut. Gerakan luksasi diikuti dengan gerakan
ekstraksi.

Sebelum kita mencabut gigi sulung, kita harus mengetahui lebih dahulu umur sia anak untuk
mengetahui bilagigi tersebut tanggal atau diganti dngan gigi permanen.

Indikasi Pencabutan Gigi Sulung


1. Natal tooth / neonatal tooth
A. natal tooth yaitu gigi erupsi sebelum lahir
B. neonatal tooth yaitu gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi
– Mobility
– Dapat mengiritasi menyebabkan ulserasi pada lidah
– Menggangu pada waktu menyusu
2. Gigi yang kariesnya sudah parah dimana tidak dapat dilakukan restoasi lagi terhadap gigi tersebut lalu
dicabut. Kemudian dibuatkan space maintainer
3. Adanya infeksi di periapikal atau interradikuler yang tidak dapat disembuhkan dengan jalan lain kecuali
dengan pencabutan
4. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah mau erupsi
5. Gigi sulung yang persistensi
6. Gigi sulung yang mengalami impacted. Pada impacted gigi sulung ini menghalangi pertumbuhan gigi
permanen
7. Gigi yang mengalami ulcus debitus
8. Unuk perawatan orthodoti
9. Supernumerary teeth
10. Fraktur pada mahkota atau akar gigi
11. Gigi yang mengalami ankilosis

Kontra Indikasi Pencabutan Gigi Sulung


1. Anak yang sedang menderita infeksi akut dimulutnya misalnya: acute infectious stomatitis, herpetic
stomaitis.
2. Blood dyscrasia atau kelainan darah, dimana bisa mengakibatkan terjadi pendarahan dan infeksi
setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi dengan dokter ahli tentang penyakit
darah.
3. Pada penderita penyakit jantung
Misalnya: congenital heart disease, heumatic heart disease yang akut/kronis
Pada penderita penyakit ginjal
4. Pada penakit sistemik yang akut pada saat tersebut daya tahan tubuh lebih rendah dan dapat
menyebabkan infeksi sekunder
5. Adanya tumor yang ganas karena pencabutan tersebut danpat menyebabkan terjadinya metastase
6. Pada penderita diabetes mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi. Jadi adakalanya pada
penyakit DM ini boleh dilakukan pencabutan tetapi haruslah lebih dahulu mengadakan konsultasi
dengan dokter yang merawat pasien tersebut atau konsultasi ke bagian internis/spesialis anak.
Pencabutan pada penderita DM penyembuhan lukanya agak sukar.
– -kemungkinan besar terjadi sakit seelah pencabutan
5

– -bisa terjadi pendarahan berulang kali.


7. Irradiated bone yaitu penderita yang sedang menjalani perawatan dengan penyinaran

Beberapa Komplikasi Yang Mungkin Terjadi Pada Waktu Penabutan Gigi Sulung
1. Fraktur akar
Untuk menghindari terjadinya frakur akar gigi sulung perlu teknik yang baik dan hati-hati waktu
melakukan pencabutan
Cara mengatasinya:
Kalau terlihat sedapat mungkin dikeluarkan dengan tang khusus untuk radix atau bein dan harus
dikerjakan dengan hati-hati.
Kalau tidak terlihat/ragu-ragu sebaiknya dibuat RO foto dahulu untuk melihat posisi sisa akar terhadap
benih gigi permanen, pada RO foto bila ternyata jauh dari benih gigi permanen, dapat diambil
segeradengan pedoman RO foto tersbut. Tetapi bila dekat dengan benih, yang mungkin pada waktu
mengeluarkannya mengenai benih gigi permanen, maka sisa akar gigi sulung tersebut dapat
ditinggalkan, tetapi harus selalu dilakukan pengawasan berkala observasi terhadap sisa akar tersbut
secara klinis dan radiografis. Kalau sekiranya sisa akar tersbut dapa dikeluarkan maka harus segera
dikeluarkan sebelum gigi permanen erupsi, karena dikhawatirkan sisa kar tersbut akan terjepit diantara
gigi-gigi ermanen. Kemungkinan lain akar gigi yang tertinggal akan diresorbsi.
2. Terjadinya trauma pada benih gigi permanen
Kemungkinan benih gigi permanen ikut tercabut atau berubah tempat/posisi. Untuk menghindari
kemungkinan ini perlu teknik pencabutan yang baik dan hati-hati dan harus ingat posisi benih gigi
permanen.
3. Dry socket
Komplikasi ini jarang terjadi karena vaskularisasi pada anak cukup baik. Apabila hal ini terjadi di bawah
umur 10 tahun mungkin ada gangguan sistemik seperti pada penderita anemia, defisiensi vitamin,
gangguan nutrisi atau adanya infeksi.
4. Pendarahan
Hal ini mungkin terjadi bila anak menderita penyakit darah atau kemungkinan ada sisa akar atau tulang
yang tajam yang mengakibatkan iritasi pada jaringan

Pencabutan Gigi Permanen Pada Anak


Paling sering terjadi pencabutan gigi permanen anak-anak adalah Molar-1. Sebelum kita mencabut
Molar-1 tersebut kita harus mempertimbangan dengan sungguh-sungguh karena Molar-1 merupakan kunci
daripada oklusi.

Indikasi Pencabutan Molar 1 Permanen


1. Pada kasus Molar 2 permanen yang belum tumbuh, dan Molar 1 permanen yang kariesnya tidak
mungkin direstorasi lagi maka Molar 2 permanen diharapkan menempati tempat Molar 1 permanen
2. Juga dalam hal M1 permanen dengan karies yang tidak mungkin lagi direstorasi tetapi M2
permanennya sudah tumbuh maka harus dibuatkan space maintainer (sesuai aturan SM)
3. Kalau ke 3 dari M1 permanen sudah parah keadaannya dan dicabut maka juga dianjurkan M1 yang
masih tinggal harus juga dicabut supaya simetris sehingga tidak terjadi malposisi
4. Untuk mencegah terjadinya impacted dari Molar-3

INFEKSI
Adanya infeksi pada gigi anak-anak adalah merupakan hal yang sangat penting diketahui. Infeksi
harus secepat mungkin dicegah dan dihentikan. Seorang dokter gigi anak harus dapat menghindarkan
penyebab dan mencegah perluasannya.
6

Perluasan/perjalaran infeksi pada gigi anak

1. Infeksi gigi pada anak-anak terutama pada periapikal dapat menjalar ke ruang di bawahnya yang
berisi sumsum tulang.
2. Selanjutnya dapat mengenai benih gigi permanen sehingga dapat menyababkan perubahan warna
enamel atau dapat menyebabkan kerusakan secara keseluruhan terhadap gigi permanen tersebut
3. Infeksi dapat sampai ke pusat pertumbuhan rahang ialah: condylus yang menyebabkan perubahan
bentuk rahang
4. Infeksi dapat juga menyebabkan terjadinya abcess cellulitis, osteomyelitis.

Manifestasi daripada Infeksi

Suatu in feksi yang serius pada gigi selalu disertai manifestasi secara sistematis:

1. Demam
Pada anak-anak mempunyai kecenderungan lebih besar daripada orang dewasa. Dalam hal ini
denyut jantung lebih cepat.. nafas lebih cepat tetapi tidak dalam.
2. General malaise (perasaan tidak enak seluruh badan)disertai dengan perasaan mau mutah (nausea)
dan muntah-muntah (vomiting)
3. Perubahan jumlah leukocyte terutama neutrphil
Pada infeksi yang serius yang berlangsung lama seperti osteonyelitis bisa menyebabkan anemia
4. Dehidrasi
Oleh karena kehilangan air melalui keringat dan kekurangan pemasukan cairan.
5. Anorexsia/tidak nafsu makan
Tanda-tanda lainnya yang dapat dilihat pada infeksi yang serius:
-diarrhea
-constipasi
-sakit pada daerah abdominal

Pengobatan Terhadap Infeksi

1. Secara lokal
2. Secara sistemik

Ad. 1 Secara Lokal

Misalanya: abscess dengan causa gigi gangraen pulpa, dengan pulpa masih tertutup maka pengobatan secara
lokal: pulpa dibuka atau treapanasi dengan memakai high speed bur (dengan bur yang memakai putaran
tinggi), kemudian di sanering atau spuling. Bila abscess dipermukaan maksudnya sudah stadium submucous
atau subcutan dan ada fluctuasi maka dapat dilakukan incise

Ad. 2 secara sistemik

1. Peberian antibiotika
2. Untuk mengurangi rasa sakit atau demam diberikan analgetik atau antipiretik
3. Vitamin
4. Sedative : untuk menenangkan penderita
5. Anti inflamasi

Setelah abscess nya mereda maka gigi penyebab atau causa dilakukan perawatan endodontic atau
pencabutan tergantung dari keadaan gigi tersebut.
7

Acuan / referensi mata kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak (Pedodontia)

1. Clinical Pedodontic, 4th Edition, 1973 Sidney B. Finn, DMD,M.S W.B. Saunders Company Philadelphia,
London and Toronto
2. Pediatric Dentistry, Infancy Through Adolescence, 2nd Edition J.R. Pinkham, B.S, DDS, MS W.B. Saunders
Company Philadelphia, London, Toronto, Montreal, Sidney, Tokyo
3. Hand Book of Clinical Pedodontic, 1980 Kenneth D, SNawder, DMD The C V Mosby companySt Louis,
Toronto, London
4. Pediatric Dentistry, Scientific Foundation and Clinical Practice 198 Ray, E stewart, DMD, MS Thomas K.
Barber, DDS. MS, FACD Kenneth C. Troutman, DDS, MS, FACD Stephen H.Y Wei, DDS, MS, FACD The C.V
Mosby Company St Louis, Toronto, London
5. Pedodotics, a Clinical Approach, 1st Edition, 1991 Goran Koch Thomas Modeer Sven Poulsen Per
Rasmussen Munksgrard Copenhagen
6. Dentistry for Child and Adolescent, 6th Edition, 1991 Ralph E. McDonald, D.D.S, MS, LLD David R. Avery,
D.D.S, MSD The CV Mosby CompanySt Louis, Baltimore, Boston, Chicago, London, Madrid, Philadelphia,
Sydney
7. Fundamental of Pediatric Dentistry, 3rd Edition, 1995 Richard, J. Mathewson, DDS,MS, PhD Robert. E.
Primosch, DDS, MS, M. Ed Quintescen Publishing Company, Inc.Chichago, berlin, London, Tokyo, Sao
Paulo, Moscow, and Warsawa

Anda mungkin juga menyukai