Anda di halaman 1dari 11

CHEILITIS

Cheilitis adalah peradangan pada bibir yang dapat disebabkan oleh berbagai factor,
antara lain seperti infeksi (virus, bakteri ataupun candida), alergi (hipersensitivitas lokal
terhadap obat-obatan, antibiotik, makanan, kosmetik, atau bahan-bahan kimia tertentu seperti
pasta gigi) dan fotosensitivitas yang dapat menyebabkan cheilitis kronis, bibir bersisik, berfisur
dan bengkak dan dapat menyebabkan prekanker. Daerah yang paling umum terkena cheilitis
adalah bibir bawah. Lesi ini dapat terlokalisasi di bibir atau dapat meluas ke mukokutan yang
berdekatan atau bahkan sampai ke kulit wajah.
i. Actinic Cheilitis dan Solar Cheilosis
Actinic atau solar cheilitis
merepresentasikan degenerasi jaringan
vermilion (membran mukosa yang
kering) bibir, khususnya bibir bawah
sebagai hasil dari paparan kronis sinar
matahari. Penyakit ini dianggap kondisi
yang berpotensi menjadi ganas.
Penyakit ini sering terjadi khususnya
pada orang berkulit putih.
Patogenesisnya sama dengan actinic
keratosis pada kulit.
a. Etiologi
Paparan terhadap sinar
matahari yang berkepanjangan dengan gelombang cahaya 2900 dan 3200nm (ultraviolet
B). Energi ini tidak hanya mempengaruhi epitel, tetapi juga jaringan ikat superfisial.
b. Tampak klinis
Actinic cheilosis jarang terjadi pada manusia berumur < 45 tahun (seringnya
diatas 50 thn). Memiliki predileksi kuat pada laki-laki dengan rasio laki-perempuan
setinggi 10:1.
Lesi berkembang secara perlahan sehingga pasien seringkali tidak menyadari
perubahannya. Perubahan klinis yang paling awal meliputi atrofi vermilion bibir bawah,
dikarakteristikan dengan berwarna pucat hingga putih keabuan, terlihat glossy dan
sering kali terdapat fisura dan kerutan tepat pada cutaneous-vermilion junction. (Figure
3-21).Biasanya terdapat pembengkakan bilateral yang firm pada bibir bawah. Pada kasus
yang lebih rumit, mucocutaneous junction yang awalnya dapat dibedakan menjadi
irregular atau hilang sepenuhnya, dengan derajat epidermisasi vermilion.
Seiring berjalannya progresi lesi, area yang kasar dan berkerak terbentuk pada
daerah yang lebih kering di vermilion. Area ini dapat menebal dan dapat terlihat sebagai
lesi leukoplakik, khususnya ketika ia meluas dekat wet line bibir. Pasien biasanya
mengeluh terdapat material berkerak yang dapat dikuliti tetapi agak sulit, dan terbentuk
lagi beberapa hari kemudian. Area berupa titik-titik akibat hiperpigmentasi dan keratosis
sering ditemukan, dan juga kerak yang dangkal, bibir pecah-pecah, erosi, ulserasi dan
krusta (Figure 3-22)

Progresi lesi lebih lanjut menyebabkan berkembangnya ulserasi fokal kronik pada
satu atau dua area (Fig. 10-92). Ulserasi seperti ini dapat bertahan hingga beberapa
bulan dan dapat menunjukan progresi ke arah squamous cell carcinoma (Fig.10-93)
c. Histopatologi
Menurut Regezi, Epitel
diatasnya umumnya atrofik dan
hiperkeratotik dan dapat
menunjukan epitelial dysplasia dari
ringan hingga parah. Perubahan
basofilik pada submukosa yang
disebut dengan solar elastosis
(altered elastin yang menggantikan
kolagen normal) dan telangiectasia
juga dapat terlihat. Telangiectasia merupakan dilatasi permanen pembuluh darah kecil
(kapiler, arterioles, venula) membentuk lesi fokal yang terdiskolorisasi pada kulit atau
membran mukosa.

Menurut Neville, actinic


cheilosis umumnya dikarakteristikan
dengan adanya epitel skuamosa berlapis
yang atrofi dengan adanya produksi
keratin. Terdapat beragam derajat
epitelial dysplasia yang ditemukan. Sel-
sel inflamasi ringan menginfiltrasi
umumnya di bawah epitelium
displastik. Jaringan ikat dibawahnya
menunjukan pita amorf, aselular, perubahan basofilik yang disebut dengan solar (actinic)
elastosis, merupakan perubahan kolagen dan serat elastik yang diinduksi oleh ultraviolet.

d. Perawatan
Jika paparan terhadap sinar ultraviolet matahari berlanjut, proses degeneratif
dapat menuju kepada keganasan. Penggunaan lip balm yang mengandung agen
sunscreens contohnya para-aminobenzoic acid (PABA) atau derivatny diindikasikan saat
terpapar matahari pada pasien beresiko tinggi. Jika pasien alergi terhadap PABA, maka
harus diresepkan yang non-para-aminobenzoic acid. Agen sun-blocking sepeti titanium
dioksida atau zinc oxide menyediakan proteksi penuh terhadap UV A dan UV B dan
juga dikehendaki. Kerusakan kronis akibat matahari memerlukan eksaminasi dan biopsi
jika ulserasi persisten atau jika terjadi pengerasan.
Jika terdeteksi terjadi perubahan atipikal pada epitel, dapat dilakukan
vermilionectomy dengan mucosal advancement untuk menggantikan vermilion yang
rusak. Mukosa vermilion dibuang kemudian bagian mukosa labial intraoral ditarik
kedepan atau luka dibiarkan sembuh dengan intervensi sekunder. Operasi ini
berhubungan dengen beberapa morbiditas, umumnya berhubungan dengan parastesia
bibir, oleh karena itu mendorong beberapa untuk melakukan wedge excision untuk lesi
yang mencurigakan. Hasil yang baik didapat dari bedah laser atau cryosurgery dengan
topikal 5-fluorouracil. Topical imiquimod, sebuah stimulan imun, telah digunakan dan
hasilnya lesi mulai membersih dalam 4 minggu.
e. Differential Diagnosis
Leukoplakia, lichen planus, lupus erythematosus, early squamous-cell carcinoma,
cheilitis due to radiation.

ii. Exfoliative Cheilitis


a. Definisi
Merupakan inflamasi kronik, ditandai dengan pengerakan, krusta dan
mengelupasan vermilion border, biasanya melibatkan kedua bibir.
b. Etiologi
Proses ini timbul dari produksi berlebihan keratin superfisial yang selanjutnya
diikuti oleh deskuamasi keratin tsb. Kebanyakan kasus berhubungan dengan injuri
kronis yang disebabkan oleh kebiasaan seperti menjilat, menggigit, mengelupasi atau
menghisap bibir. Kasus-kasus yang terbukti timbul dari injuri kronis disebut factitious
cheilitis. Beberapa kasus juga ditemukan exfoliative cheilitis yang idiopatik.
c. Tampilan klinis
Terdapat predominansi pada perempuan dengan < 30 tahun. Dengan tingkat
keparahan bervariasi dari bulan- tahun.
Kasus ringan meliputi:
- Bibir kering
- Scaling
- Pecah yang kronik pada vermilion border bibir
Progresi lebih lanjut, vermilion dapat tertutup dengan menebal oleh kerak hiper
keratotik kekuningan yang dapat berdarah atau yang mungkin menunjukkan fissuring
luas. Kulit perioral mungkin terlibat dan menunjukan area crusted eritema (Gbr. 8-37).
Meskipun pola ini mungkin membingungkan dengan dermatitis perioral, nama yang
paling cocok untuk kondisi ini adalah circumoral dermatitis. Bibir atas dan bawah dapat
terlibat.

Pada cheilitis kronis


 fissure di perbatasan vermilion
 lebih umum pada bibir atas.
 predileksi pada laki-laki. Mayoritas muncul pada orang dewasa muda, dengan
kejadian langka tercatat pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua.
 Meskipun penyebabnya tidak diketahui, faktor yang mungkin terlibat ialah
paparan berlebih dari matahari, angin, dan cuaca dingin; bernafas melalui mulut;
infeksi bakteri atau jamur ;dan merokok.
 Penggunaan lipstik atau lip balm dapat membantu.
d. Differential diagnosis: contact cheilitis, actinic cheilitis
e. Perawatan dan prognosis
 Pada kasus dimana etiologinya jelas, maka eliminasi pemicunya
 Kasus yang merupakan hasil dari infeksi kandida sering kali tidak sembuh
hingga trauma kronik juga dieliminasi. Terapi inisial menggunakan agen
antifungal, antibiotik atau keduanya dapat diberikan
 Krim hidrokortison dan iodoquinol (antibakteri dan antimikotik) telah
digunakan untuk menyembuhkan fisura bibir yang kronis pada beberapa
pasien (Fig. 8-38).
 Terapi lain: kortikosteroid, takrolimus topikal, sunscreens dan sediaan yang
melembabkan.
 Bila terjadi resistensi terhadap terapi topikal atau rekurensi cryotherapy
atau eksisi dengan atau tanpa Z-plasty.
 Pada kasus dimana tidak terdapat penyebab fisik, infeksius atau alergi, maka beri
psikoterapi (seringkali dikombinasikan dengan mild tranquilization atau stress
reduction).
 Pada kasus dimana tidak ada penyebab yang dapat ditemukan, intervensi
terapetik biasanya tidak berhasil.

iii. Drug-Related Cheilitis


Cheilitis umumnya disebabkan oleh reaksi kontak dengan kosmetik atau makanan, tetapi
obat-obatan juga dapat terlibat (dibuku lain disamakan dengan C. Kontak), seperti :

iv. Angular Cheilitis


a. Definisi: Angular cheilitis atau perlèche adalah
kelainan yang sering terjadi pada sudut-sudut mulut.
b. Insidensi: Angular cheilitis umum terjadi. Seringkali
terjadi pada orang dewasa, terutama kelompok usia
lanjut. Terjadi baik pada pria maupun wanita. Bersifat
kronik.
c. Etiologi: dapat disebabkan infeksi (Candida albicans staphylococci, streptococci), trauma
mekanis (turunnya dimensi vertical, trauma mekanis), nutrisi atau imunologi. faktor
predisposisinya dikenal dengan 3D:
 Dental appliance atau denture-wearing, denture-related stomatitis yang
merupakan faktor predisposisi kandidiasis:
 Dry mouth
 Merokok (tembakau)
 Defisiensi, seperti:
 Anemia defisiensi
 Defisiensi besi, zinc
 Hypovitaminosis (terutama vitamin B)
 Malabsorsi (misalnya Crohn disease) atau eating disorders
 Penurunan laju saliva
 Defek imun, misalnya Down syndrome, infeksi HIV, diabetes, kanker,
immunosupresi
 Disorders, yaitu ketika terjadi perubahan hubungan anatomis pada bibir, seperti
penurunan DV oklusi, atau bibir yang membesar, seperti orofacial
granulomatosis, Crohn disease, dan Down syndrome. Menurut Little n Falace,
angular cheilits ini bisa muncul akibat manifestasi sistemik Gejala sjrogen
sindrom (krn xerostomia presisten), Hepatitis alkoholik, Sirosis hati, Candidiasis
eritemaous, anoreksia nervosa, IBD, Plasma cell gingivitis (alergi thdp permen
karet).
d. Gambaran Klinis:
 Kondisi ini dikarakteristikan dengan eritema, fisur, erosi, krusta. Lesi tidak
meluas dari border mukokutan. Pasien merasakan burning sensation dan kering
pada sudut-sudut bibir. Angular cheilitis seringkali muncul sebagai area eritema
triangular dan edem pada kedua komisura. Mudah terjadi rekurensi. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis.
 Dapat meluas dari vermillion border ke kulit wajah, yang membentuk garis- garis
fisur yang berasal dari sudut mulut (rhagades) pada penggunaan GT yang
severe
e. Rencana perawatan: Koreksi dimensi vertical, steroid topikal, dan obat salep antifungal.
v. Chelitis Glandularis
a. Definisi: Cheilitis glandularis merupakan kondisi inflamasi kronik yang jarang (rare),
terjadi pada kelenjar saliva minor.
b. Etiologi: Menurut Laskaris dan Burket: Tidak diketahui namun kemungkinan
berhubungan dengan Actinic damage, tembakau, sifilis, poor hygiene, dan hereditas/
kelainan pada autosom dominan.
c. Gambaran klinis:
 karakteristik terjadi pada bibir bawah, walaupun terdapat kasus yang melibatkan
bibir atas dan palatum
 Individu dapat merasakan pembengkakan/ swelling sebagai akibat dari hipertrofi
dan inflamasi kelenjar.
 Pembukaan duktus saliva minor terinflamasi dan terdilatasi, tekanan pada bibir
dapat menghasilkan sekret mukopurulen/ mukus dari pembukaan duktus/ saluran.
 sering terjadi pada pria usia pertengahan (middle-aged) dan usia lanjut, walaupun
juga terjadi pada wanita dan anak-anak.
 Secara historis, cheilitis glandularis diklasifikasikan menjadi tiga tipe, berdasarkan
pada keparahan penyakit:
1. Simple
2. Superficial suppurative (Baelz’s disease)
3. Deep suppurative (cheilitis glandularis apostematosa)
 Dua kelompok terakhir menunjukkan
tahap progresif penyakit dengan
keterlibatan bakteri; dikarakteristikan
dengan peningkatan inflamasi, supurasi,
ulserasi, dan pembengkakan pada bibir.
d. Gambaran histopatologis:
Temuan mikroskopis cheilitis glandularis tidak
spesifik dan biasanya terdiri dari sialadenitis kronis dan dilatasi duktus. Pada beberapa
kasus perubahan dysplastic mungkin dapat diamati di permukaan epitel.
e. DD: Cheilits granulomatosa, Melkersson-Rosental Syndrome (ini ditandai dgn cheilitis
granulomatosa, paralisis wajah, lidah berfisur, edem wajah dan intraoral), Chron disease,
Sarcoidosis, Cystic Fibrosis
f. Tatalaksana
 Terapi Nonfarmakologi
Treatment of choice pada cheilitis glandularis persisten yang berhubungan dengan actinic
damage adalah vermilionectomy (lip shave) yang biasanya menunjukkan cosmetic result
yang memuaskan. 18-35% kasus berhubungan dengan perkembangan squamous cell
carcinoma pada epitel bibir. Degenerasi malignant kemungkinan disebabkan oleh radiasi
matahari.
 Terapi farmakologi
Farmakologi diberikan oral minocycline (100 mg 1x sehari) dengan tacrolimus ointment
0.1% 2x sehari selama 6 minggu.
vi. Cheilitis Granulomatosa
a. Definisi
OFG merupakan pembengkakan kronis pada bibir. Kondisi ini jarang terjadi dan mirip
dengan Crohn disease, disebabkan oleh inflamasi granulomatosa. OFG juga dapat
bermanifestasi dengan angular stomatitis dan/atau bibir pecah-pecah, ulser, mucosal tags,
cobble-stoning atau hiperplasia gingiva.
b. Insidensi
 Jarang terjadi/tidak umum
 Umur: remaja dan dewasa muda
 Gender: dominan pria
c. Faktor predisposisi
OFG seringkali muncul sebagai adverse reaction terhadap berbagai macam makanan atau
aditif seperti cinnamic aldehyde, benzoate, butylared hydroxyinosole atau dodecyl gallate
(pada margarin), atau menthol (pada peppermint oil). Dapat juga muncul karena
perkembangan gastrointestinal Crohn diseas atau sarcoidosis.
d. Etiologi
Penyebab OFG tidak diketahui, namun mungkin berhubungan dengan Crohn disease,
Melkersson-Rosental Syndrome dan predisposisi genetik. Reaksi hipersensitivitas
mungkin terlibat.
e. Histopatologi
 Kemungkinan dimediasi oleh sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF) alfa, dan
oleh protease-activated receptors (PARs), matrix metalloproteinase (MMPs), dan
cycooxygenase (COXs)
 Submucosal dan kronis dengan Th1 dan mononuclear, IL-1 memproduksi sel B
yang besar dan aktif
 Berhubungan dengan granuloma pada lamina propria, yang menyebabkan
obstruksi limfatik dan limfoedema, yang menyebabkan pembengkakan secara
klinis.
f. Gambaran klinis
 Non-tender swelling, tidak sakit dan pembesaran salah satu atau kedua bibir. Bisa
juga pada salah satu atau kedua pipi
 Pada awalnya pembengkakan berkurang sepenuhnya dalam beberapa jam atau
hari, namun apabila terjadi rekurensi pembengkakan bertahan, lambat laun
meningkat dan pada akhirnya menjadi permanen.
 Bibir yang terlibat mungkin terasa lembut, keras atau bernodul saat palpasi.
 Terdapat vesikel- vesikel kecil dan erosi.
 Pembengkakan pada lingual, palatal, gingival, dan buccal juga dapat terjadi
namun jarang. Dahi, kelopak mata, atau salah satu sisi kulit kepala juga dapat
terlibat.
 Bentuk bibir normal pada akhirnya berubah karena persistensi limfoedema dan
granuloma pada lamina propria.
 Ketika menjadi kronis, bibir yang membesar tampak pecah dan berfisur, dengan
diskolorasi coklat kemerahan dan pada akhirnya memiliki konsistensi seperti
karet/ firm rubber.
 Penebalan dan pelipatan/ folding pada mukosa oral menghasilkan tamplilan
‘cobble-stone’ dan mucosal tags. Granulomatous enlargement berwarna ungu
mungkin nampak pada gingiva.
 Nampak ulser: melibatkan sulkus buccal sebagai ulser linear dengan masa
granulomatosa
 Fisur pada lidah (pada 20-40% kasus)
 Terkadang disertai dengan:
 Demam, sakit kepala dan gangguan visual
 Kehilangan kemampuan pengecapan rasa dan penurunan sekresi kelenjar
saliva
 Pembesaran nodus limfa servikal
 Dapat terjadi defek pada SSP
 Terkadang terdapat defisit pada nervus kranial (olfaktori, fasial, auditori,
glosofaringeal, vagus, dan hypoglossal). Fasial palsy terjadi pada 30%
kasus. Pada awalnya intermittent dan dapat menjadi permanen, dapat
unilateral maupun bilateral.
g. Differential diagnosis
Cheilitis glandularis, crohn disease, sarcoidosis, cystic fibrosis, lymphangioma,
angioneurotic edema.
h. Perawatan
Steroid sistemik atau topical, tetrasiklin, dan bedah plastic untuk kasus yang parah.

vii. Contact cheilitis


a. Definisi: Contact cheilitis merupakan kelainan inflamasi akut pada bibir.
b. Etiologi: Kontak topikal dengan agen-agen kimiawi
c. Gambaran Klinis: Dikarakteristikan dengan edema dan eritema ringan yang diikuti iritasi,
sisik yang tebal biasanya berlokasi di vermilion border kedua bibir. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan kriteria klinis dan skin patch test.
d. Differential Diagnosis: Exfoliative cheilitis, plasma-cell cheilitis
e. Rencana Perawatan: Hentikan kontak dengan agen kimiawi dan berikan steroid topikal.

Anda mungkin juga menyukai