I. Pendahuluan
Masyarakat Indonesia dengan kebergaman suku yang membentang dari
Pulau We hingga Merauke telah membentuknya secara otomatis menjadi
masyarakat yang hetero dengan kebudayaan. Kebudayaan-kebudayaan yang tidak
saja berkutat dalam lingkup seni, tari daerah, dan sebagainya, melainkan pula
berkatan dengan kebiasaan-kebiasaan semasa hidup pada masyarakat di suatu
geografis tertentu. Di antara berbagai budaya yang terhampar di Indonesia, kami
tertarik untuk menilik budaya botram yang telah dikenal masyarakat luas sebagai
suatu budaya yang berasal dari masyarakat Sunda untuk dianalisis. Istilah botram
menjad mahsyur di Indonesia sejak zaman kolonialisme, meskipun ada
kemungkinan bahwa konsep ngariung dalam botram itu sendiri telah berlangsung
lama di masyarakat bertanah Sunda.
Seperti yang telah disinggung di awal paragraf, bahwa di dalam budaya
botram terdapat konsep ngariung alias berkumpul bersama. Tidak sekadar
berkumpul bersama, botram juga memiliki acara semacam makan-makan bersama
sambil bercengkrama bersama kaluarga, teman-teman dekat, handai taulan, dan
rekan-rekan seperjuangan, yang biasanya dilakukan dengan posisi lesehan di suatu
tempat tertentu. Tempat yang memiliki suasana yang asri, hijau, dan nyaman
untuk dilesehi. Sepintas mungkin konsep makan bersama alias botram ini mirip
dengan konsep angkringan yang dibawa oleh masyarakat Jawa. Namun,
angkringan hanya dilakukan pada malam hari, sedangkan botram biasanya
dilakukan pada jam-jam istirahat di siang hari, sekaligus untuk melepas penat
setelah lama bekerja. Menu makanan yang bisa dihadirkan pun beragam,
meskipun menu utamanya didominasi oleh nasi liwet.
Konsep inilah yang diduga sebagai awal mula munculnya gagasan para
pengusaha untuk menciptakan rumah makan atau restoran-restoran bergaya etnik
dengan menghadirkan budaya botram khas Sunda. Terlepas dari luar biasanya
profit yang diperoleh para pengusaha, melalui tangan-tangan kreatif dan inovatif
para pengusaha tersebut, botram pun dapat diatur dan disajikan sedemikian rupa
sehingga memberikan kesan natural dan membudaya. Tentunya hal ini dilakukan
sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kebiasaan-kebiasaan hidup atau gaya
hidup pada masyarakat Sunda. Ciri khas akan budaya tersebut menjadi satu hal
menarik perhatian para pengunjung yang merindukan suasana damai dan asri yang
kini telah jarang ditemukan di kota-kota metropolitan.
Pada finalnya, inilah yang menggiring kami untuk menganalisis budaya
botram ini sebagai suatu fenomena etnik di Indonesia. Analisis kami mencakup
tentang proses awal terciptanya botram, beserta keterhubungannya dengan
maraknya restoran-restoran bergaya etnik Sunda tersebut, sehingga analisis ini
diharapkan dapat meningkatkan eksistensi dari budaya botram itu sendiri. Selain
itu, dengan analisis ini juga diharapkan dapat membentuk pribadi yang peka dan
kritis dalam melihat fenomena budaya di sekitar masyarakat, juga tak memungkiri
bahwa akan bertambahnya wawasan kami khususnya dari sudut pandang sosial,
budaya, dan sejarah, terutama budaya Sunda.
IV. Simpulan
Adanya fenomena bermunculannya restoran-restoran bergaya Sunda dengan
konsep botram ini menurut analisis kami, tentu dapat meningkatkan eksistensi
budaya botram yang diperkenalkan oleh masyarakat Sunda, sehingga pelestarian
budaya pun dapat terotomatisasi dilakukan. Namun, agaknya kemunculan
restoran-restoran berkonsep botram ini belum dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat, karena seperti yang dapat dilihat bahwa restoran-restoran ini pada
umumnya diciptakan untuk masyarakat kalangan ekonomi menengah-atas, untuk
masyarakat yang memang merindukan konsep-konsep botram dan suasana yang
hijau-hijau. Beberapa menu makanan pun mungkin sudah mengalami
perkembangan, tidak saja lauk-pauk sederhana, tetapi juga terdapat lauk-pauk
super mewah yang tidak terdapat dalam budaya botram yang asli dan alami. Ini
menjadikannya sebagai suatu yang tidak bisa disebut perkembangan, namun tidak
bisa juga dibilang negatif, karena pada dasarnya budaya selalu menghasilkan
sesuatu yang positif, seperti budaya botram yang pada dasarnya hadir sebagai
suatu rehat keluarga dengan kumpul-kumpul dan makan bersama dalam
kegembiraan.