Anda di halaman 1dari 10

Metode untuk Mendapatkan Ruang Sebuah Ulasan:

Pendahuluan
Abnormalitas gigi dan oklusinya telah ditemukan di tengkorak manusia Neanderthal
50000 hingga 60000 tahun lalu. Sejak manusia purba hingga manusia modern saat ini,
trend evolusi menyebabkan reduksi dimensi wajah. Pergeseran genetik juga
memungkinkan terjadinya perubahan baik itu di pola skeletal wajah maupun gigi
geligi. Namun, dimensi wajah manusia menjadi semakin kecil dengan laju yang lebih
besar dibandingkan gigi geligi sehingga menyebabkan peningkatan kecenderungan
terjadinya kondisi gigi berjejal dan protrusi pada gigi. Gigi dan rahang sangat
berkontribusi terhadap keindahan wajah. Wajah yang menawan dianggap
proporsional, bisa diperoleh apabila ada hubungan yang tepat antara rahang dan gigi
yang tersusun rapi dalam hal keseimbangan struktur maloklusi. Maloklusi yang parah
akan menyebabkan gangguan fungsional begitupun psikologi pada pasien. Ketika
ortodontis merawat berbagai macam maloklusi, maka dibutuhkan ruang untuk
menggerakkan gigi ke posisi yang lebih ideal(1). Literatur yang membahas mengenai
metode perolehan ruang telah ada sejak tahun 1723, ketika Pierre Frauchard, pendiri
kedokteran gigi modern, menyarankan suatu peranti yang disebut “Bandelette” untuk
memperbesar lengkung. Kemudian, konsep ekstraksi pada gigi desidui dan beberapa
gigi permanen diajukan oleh Rober Bunon di tahun 1743. Di tahun 1860. Emerson
Angell, untuk pertama kalinya, menggunakan peranti tipe Jackscrew untuk ekspansi
maksila (rapid maxillary expansion). Ekspansi dan ekstraksi merupakan metode
tunggal yang digunakan pada abad ke 18 dan 19 sebagai metode untuk mendapatkan
ruang(2). Kemudian, beberapa metode diperkenalkan. Saat ini, telah ada beberapa
metode untuk mendapatkan ruang, yaitu:
I. Ekspansi lengkung gigi
II. Proklinasi anterior
III. Ekstraksi
IV. Pengasahan proksimal
V. Distalisasi molar
VI. Up righting molar
VII. Derotasi gigi posterior

Ruang Fisiologi
Satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi berjejal pada lengkung yaitu menciptakan ruang
untuk mengakomodasi jumlah gigi yang ada dalam lengkung ke oklusinya yang harmonis.
Pasien hampir sering melakukan perawatan di masa gigi bercampur atau permanen, ketika
ortodontis mencoba untuk mendapatkan ruang, dengan metode ortodontik, untuk mengatasi
kondisi berjejal. Nmaun, ruang fisiologis masih tetap ada sejak perkembangan dini oklusi.
Perkembangan oklusal dapat diklasifikasikan menjadi beberapa periode, yaitu:
A. Periode pra dental
B. Periode gigi geligi desidui
C. Periode gigi geligi bercampur
D. Periode gigi geligi permanen

Periode pra dental


Merupakan periode setelah kelahiran selama neonatus belum meliki gigi. Biasanya
periode ini terjadi selama setidaknya 6 bulan setelah kelahiran. Saat kelahiran,
bantalan gusi belum cukup luas untuk mengakomodasi gigi insisivus yang sedang
berkembang, yang mana masih dalam kondisi berjejal di crypts-nya. Selama tahun
pertama kehidupan, bantalan gusi akan berkembang dengan cepat sehingga
memungkinkan insisvus untuk erupsi di kesejajaran yang sesuai(3).

Perode gigi desidui


Periode ini dimulai sejak erupsinya insisivus mandibula dan berlanjut hingga molar
kedua desidui erupsi

Ruang pada gigi desidui


Ruang biasanya akan ada pada gigi geligi desidui. Ruang ini disebut ruang fisiologis
atau perkembangan. Keberadaan ruang di gigi desidui sangat penting untuk
perkembangan normal dari gigi geligi permanen. Tidak adanya ruang
mengindikasikan bahwa kondisi berjejal bsia terjadi di gigi geligi permanen. Ruang
terkadang akan teramati di sisi mesial kaninus maksila dan sisi distal kaninus
mandibula. Ruang fisiologis ini disebut “Primata”, “Simian”, atau “Atropoid” karena
juga ditemukan di primata. Ruang ini membantu penempatan kaninus di lengkung
rahang berlawanan. (Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Ruang di gigi desidui

Gambar 2. Ruang primata

Periode gigi bercampur


Periode gigi bercampur dimulai sekitar usia 6 tahun disertai erupsi molar pertama
permanen. Selama periode gigi bercampur, gigi desidui bersama dengan beberapa gigi
permanen telah ada di dalam kavitas oral. Periode gigi geligi bercampur dapat
diklasifikasikan menjadi tiga fase, yaitu:
a. Periode transisi pertama
b. Periode inter transisi
c. Periode transisi kedua

Periode transisi pertama


Periode ini dikarasteristikkan dengan munculnya molar pertama permanen dan
pergantian insisivus desidui dengan insisivus permanen. Umumnya, permukaan distal
molar kedua desidui maksila dan mandibula berada di satu dataran vertikal (dataran
terminal vertikal atau Flush). Maka dari itu, erupsi molar pertama bisa menjadi relasi
flush atau end-on. Untuk transisi (perubahan) relasi molar end-on menjadi relasi molar
Kelas I, molar mandibula harus bergerak ke depan sekitar 3-5 mm terhadap molar
maksila. Hal ini bisa diperoleh dengan menggunakan ruang fisiologis dan Leeway
space di lengkung mandibula dan melalui pertumbuhan ke depan diferensial dari
mandibula. Pergeseran molar mandibula bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:

Pergeseran dini
Terjadi selama periode gigi geligi bercampur. Tekanan erupsi pada molar pertama
permanen memadai untuk mendorong molar pertama dan kedua desidui ke depan
sehingga mentup ruang primata dan membentuk relasi molar Kelas I

Pergeseran akhir
Banyak anak memiliki ruang primata yang kurang (tidak memadai) sehigga erupsi
molar permanen tidak mampu mendorong dan membentuk relasi Kelas I. Di kasus
ini, apabila molar kedua desidui erupsi (eksfoliasi), molar pertama permanen digeser
ke mesial menggunakan Leeway Space. Hal ini bisa terjadi di periode gigi geligi
brcampur sehingga disebut “pergeseran akhir”.

Pergantian insisivus
Insisivus desidui lebih kecil dibandingkan insisivus permanen, perbedaan ini disebut
“Liabilitas insisvus”. Ukurannya sekitar 7 mm di lengkung maksila dan sekitar 5 mm
di lengkung mandibula. Untuk mengatasi hal ini bisa dilakukan dengan penggunaan
ruang fisiologis dan melalui peningkatan lebar inter-kaninus di lengkung maksila dan
mandibula

Periode inter transisi


Pada periode ini terdiri dari gigi desidui dan permanen serta di periode ini relatif stabil

Periode transisi kedua


Periode ini dikarasteristikkan dengan pergantian molar dan kaninus desidui oleh gigi
premolar dan kaninus permanen (Gambar 3).
Gamabr 3. Pergantian molar dan kaninus desidui oleh premolar dan kaninus permanen

Leeway Space Nance(4)


Kombinasi lebar mesiodistal kaninus permanen dan premolar biasanya lebih kecil dari
ukuran lebar kaninus dan molar desidui. Kelebihan ruang ini disebut “Leeway space
Nance”. Jumlah Leeway space lebih besar di lengkung mandibula dibandingkan di
lengkung maksila. Ukurannya sekitar 1.8 mm (0.9 mm di setiap sisi lengkng) untuk
maksila dan 3.4 mm (1.7 mm di setiap sisi legkung) untuk mandibula. Kelebihan
ruang ini bisa ditemukan setelah pergantian molar dan kaninus desidui yaitu dengan
menggunakan pergeseran mesial dari molar mandibula untuk membentuk relasi Kelas
I. Terdapat berbagai faktor etiologi, yang dapat menganggu pola normal
perkembangan oklusal sehingga memicu terjadinya maloklusi yang kemudian harus
dirawat oleh ortodontis

Ekspansi (5)
Ekspansi merupakan metode klinis tertua untuk mendapatkan ruang. Pada tahun 1723,
peranti ortodntik pertama dikembangkan oleh Pierre Fauchard, yaitu peranti
ekspansi :Bandelette”, yang didesain untuk mengekspansi lengkung, terutama gigi
anterior. Ekspansi merupakan suatu usaha untuk mendapatkan ruang dengan manfaat
prosedur yang sifatnya konservatif. Dinyatakan bahwa crossbite posterior muncul
dengan laju yang relatif konstan di kondisi maloklusi. Hal ini berarti bahwa
abnormlaitas ini berkembang sejak dini dan tidak dapat terkoreksi dengan sendirinya.
Ekspansi dapat dilakukan di arah anteroposterior, arah lateral atau kombinasi.
Ortodontis dalam melakukan perawatan memiliki beberapa peranti ekspansi yang
efektif, yang bersifat lepasan, semi cekat atau cekat. Ortodonti memiliki sejumlah
peranti, yang daat digunakan untuk ekspansi lengkung, Peranti yang digunakan untuk
ekspansi lengkung dapat dibagi menjadi beberapa.

Berdasarkan regio yang diekspansi atau arah ekspansi


I. Ekspansi pada dataran transversal
Bisa unilateral atau bilateral
Contoh: paling umum yaitu crossbite di segen bukal, yaitu: ekspansi
menggunakan sekrup, rapid palatal expantion.
II. Ekspansi pada arah anteroposterior
Bisa unilateral atau bilateral
Contoh: pada kasus Crossbite anterior maksila
III. Ekspansi pada arah anteroposterior dan lateral
Contoh: Sekrup ekspansi bentuk Y
IV. Ekspansi untuk distalisasi segmen gigi
Contoh: pada kasus retraksi atau molar

Berdasarkan peranti yang digunakan untuk ekspansi


I. Peranti lepasan- Klamer Coffin
II. Peranti semicekat- Peranti Modular 3D
III. Peranti cekat -Hyrax Screw

Berdasarkan tipe efek yang disebabkan oleh tekanan


I. Ekspansi ortodonti atau ekspansi lambat
1. Ekspansi skeletal atau dental pada lengkung gigi dapat dihasilkan
melalui berbagai perawatan ortodonti yang meliputi penggunaan
peranti cekat(4)
2. Koil Coffin merupakan contoh terbaik untuk ekspansi ortodonti
sesungguhnya karena perubahan yang terjadi utamanya mempengaruhi
bagian dentoalveolar
3. Ekspansi ortodonti pada lengkung gigi menghasilkan pergerakan
lateral segmen bukal posterior, disertai kecenderungan pergerakan ke
depan, tipping mahkota gigi dan menghasilkan tipping lingual pada
akar

I. Ekspansi pasif
1. Ketika tekanan dari otot bukal dan labial dilindungi dari oklusi maka
pelebaran lengkung gigi bisa terjadi
2. Ekspansi ini tidak dihasilkan melalui aplikasi tekanan biomekanik
ekstrinsik namun lebih kepada tekanan intrinsik seperti tekanan yang
dihasilkan oleh lidah
3. Contoh ekspansi pasif yaitu peranti Frankel

II. Ekspansi ortodonti


1. Rapid Palatal Expansion merupakan contoh terbaik untuk ekspansi
ortopedik, karena perubahan yang terjadi dihasilkan terutama di
struktur skeletal dan bukan melalui pergerakan gigi di tulang alveolar
2. Rapid Palatal Expansion tidak hanya memisahkan sutura palatal
tengah namun juga mempengaruhi sistem sutura sirkumzigomatik dan
sirkummaksila. Setelah palatal diperlebar, tulang baru akan dideposit
di area ekspansi sehingga integritas sutura palatal tengah biasanya
terbentuk kembali
Ekstraksi (1,6-8)
“Ekstraksi atau tidak” menjadi pertanyaan utama dalam perencanaan perawatan
ortodontik selama lebih dari 100 tahun. Pada bidang ortodontik, terdapat dua alasan
utama untuk mengekstraksi gigi, yaitu:
1. Menyediakan ruang untuk kesejajaran gigi yang ada pada kondisi berjejal
yang parah, dan
2. Memungkinkan gigi untuk bergerak, biasanya insisivus diretraksi, sehingga
protrusi bisa dikurangi atau masalah skeletal Kelas II atau Kelas II dapat
dikamuflase (diatasi).

Terdapat sejumlah alternatif untuk ekstraksi, namun di beberapa kasus, ekstraksi


memberikan perawatan dan stabilitas terbaik. Alasan untuk indikasi tindakan ekstraksi
telah mengalami perubahan besar seiring tahunnya, dari hal yang ekstrim hingga
sebalikya, dan nampaknya hal ini masih terus berlanjut

Ekstraksi pada bidang ortodontik meliputi serial extraction yang dilakukan sebagai
langkah interseptif dan ekstraksi terapeutik yang dilakukan sebagai prosedur
perawatan untuk mendapatkan ruang.

Kriteria ekstraksi
Kriteria berikut perlu dipertimbangkan selama diagnosis

Tipe maloklusi (1)


Kelas I
Panduan kontemporer untuk ekstraksi ortodontik di Kelas I, yaitu: kondisi berjejal
dan/atau protrusi yang dapat dirangkum sebagai berikut:

Apabila diskrepansi panjang lengkung kurang dari 4 mm maka ekstraksi sangat jarang
diindikasikan (hanya jika terdapat protrusi insisivus yang parah atau di beberapa
kondisi, diskrepansi vertikal yang parah)

Diskrepansi panjang lengkung 5 hingga 9 mm-tidak ada ekstraksi atau kemungkinan


perawatan ekstraksi. Keputusan bergantung pada baik itu karasteristik jaringan keras
dan lunak pasien serta bagainana posisi akhir insisivus yang terkontrol; beberapa gigi
yang berbeda bisa dipilih untuk di ekstraksi dan perawatan non ekstraksi biasanya
membutuhkan ekspansi transversal molar dan premolar

Diskrepansi panjang lengkung 10 mm atau lebih-ekstraksi harus selalu dibutuhkan


untuk mendapatkan ruang yang cukup. Pilihan ekstraksi yaitu empat premolar
pertama atau kemungkinan premolar pertama maksila dan insisivus lateral mandibulr,
ekstraksi pada gigi premolar kedua dan molar sangat jarang memuaskan

Kelas II
Hal terpenting untuk memutuskan tindakan bedah atau kamuflase pada awal
perawatan digambarkan melalui perbedaan kebutuhan ekstraksi dengan dua
pendekatan. Pada perawatan kamuflase, ruang esktraksi digunakan untuk
menghasilkan kompenasi dental untuk diskrepansi rahang sehingga esktraksi
direncanakan. Sebagai contoh, dengan perawatan ortodontik saja, pasien yang
mengalami defisiensi mandibula dan maloklusi Kelas II kemugkinan perlu
mengekstraksi premolar pertama maksila untuk memungkinkan retraksi gigi anterior
maksila. Ekstraksi lengkung mandibula bisa dihindari atau jika dibutuhkan untuk
kesejajaran, premolar kedua bisa dipilih untuk menyediakan panjang lengkung yang
dibutuhkan sekaligus menghindari retraksi gigi anterior mandibula. Pada perawatan
bedah, pola ekstraksi untuk pasien yang sama sangat berbeda jika posisi maju dari
mandibula direncanakan. Selain menciptakan kompensasi dental untuk deformitas
rahang, perawatan ortodontik saat ini direncanakan untuk menghilangkan kompensasi
dental, sebelum bedah koreksi hubungan rahang. Ekstraksi premolar mandibula
namun tidak pada maksila terkandang dibutuhkan. Pencabutan premolar mandibula
memungkinkan kesejajaran lengkung dan koreksi proklinasi anterior mandibula
terkadang terkait dengan maloklusi ini. Terkadag pada pasien dengan defisiensi
mandibula, posisi insisivus maksila relatif terhadap maksila yaitu normal. Sehingga,
meretraksi gigi tersebut tidak disarankan. Lengkung maksila akan dirawat tanpa
ekstraksi, atau jika beberapa ruang dibutuhkan karena diskrepnasi panjang lengkung,
ekstraksi (seperti premolar kedua maksila) bisa direncanakan untuk menghindari
kondisi kompromis ketika memajukan mandibula melalui retraksi yang berlebihan di
gigi anterior maksila

Kelas III
Untuk perawatan kamuflase, sama saja namun kondisi yang sebaliknya akan teramati
pada pasien dengan masalah skeletal Kelas III. Jika kamuflase direncanakan, ekstraksi
pada premolar pertama mandibula saja atau premolar pertama mandibula dan maksila.
Sama halnya pada aturan umum, masalah Kelas III lebih jarang untuk perawatan
kamuflase dibandingkan Kelas II, karena retraksi insisivus mandibula kemungkinan
membuat dagu akan tampak maju, sehingga kamuflase tidak dipertimbangkan.
Perawatan bedah di pasien yang sama akan membutuhkan ekstraksi premolar pertama
maksila sehingga insisivus maksila bisa diretraksi, mengoreksi inklinasi maksilanya
dan meningkatkan reverse overjet. Jika ruang dibutuhkan pada lengkung mandibula,
maka ekstraksi premolar kedua menjadi pilihan yang logis dibandingkan premolar
pertama sehingga insisivus mandibula tidak perlu diretraksi

Pengasahan proksimal(9)
Pengasahan interproksimal email merupakan suatu teknik yang sangat sederhana yang
digunakan di bidang ortodonti, untuk mendapatkan ruang. Pengasahan proksimal
merupakan suatu metode yang mana permukaan proksimal gigi diasah sehingga bisa
mengurangi lebar mesiodistal gigi. Pengasahan merupakan suatu metode untuk
mengatasi kondisi berjejal ringan hingga sedang melalui reduksi inteproksimal email
yang komprehensif, terutama pada segmen bukal

Indikasi(9)
a. Kondisi berjejal ringan hingga sedang di area anterior pada pasien dengan
maloklusi Kelas I
b. Pasien dengan kondisi relaps sekitar 3 mm di lengkung mandibula dan 4 mm
di lengkung maksila
c. Resiko rendah terhadap karies
d. Bentuk gigi yang sesuai jika analisis Bolton menunjukkaan kelebihan ukuran
gigi yang ringan pada lengkung, maka memungkinkan untuk mereduksi
ukuran gigi dengan cara pengasahan proksimal

Kontraindikasi(9)
a. Pasien dengan OH yang buruk, karena akan sangat beresiko mengalami karies
interproksimal
b. Pasien yang mengalami gingivitis
c. Pasien muda, karena memiliki ruang pulpa yang besar sehingga meningkatkan
resiko paparan pulpa

Distalisasi molar(10)
Konsep “pergeseran distal” pada gigi posterior maksila memiliki sejarah panjang di
bidang ortodonti. Setelah penelitian sefalometri awal menunjukkan bahwa pergerakan
kecil atau bahkan tidak ada pergerakan distal pada molar maksila yang dihasilkan
melalui perawatan elastik Kelas II di era tersebut, headgear diperkenalkan kembali
sebagai langkah unuk menggerakkan molar maksila. Calvin Case merupakan orang
pertama yang menyebutkan distalisasi molar dengan bantuan tekanan ekstraoral di
tahun 1921. Distalisasi molar merupakan salah satu metode mendapatkan ruang untuk
koreksi gigi geligi. Dapat dilakukan melalui:
I. Peranti ekstraoral
II. Peranti intraoral
Peranti ekstraoral pada dasarnya terdiri dari headgear atau neck strap dan
face bow, yang menghasilkan tekanan pada gigi molar. Penjangkaran
diperoleh dari regio servikal dan kranial. Peranti ektraoral ini mmiliki
beberapa kekurangan seperti: kerja sama pasien dan peranti biasanya tidak
digunakan secara berkelanjutan. Maka dari itu, aksi intermiten (berselang)
dihasilkan dalam waktu perawatan yang lama. Kebanyakan peranti
intraoral dicekatkan ke gigi. Peranti ini menghasilkan tekanan
berkelanjutan pada gigi. Juga, kerja sama pasien tidak dibutuhkan. Lebih
lanjut, penjangkaran palatal telah digunakan untuk menciptakan ruang
sehingga gigi anterior bisa diretraksi. Kelebihan utama terapi distalisasi
yaitu mengurangi waktu perawatan secara signifikan. Berbagai penelitian
telah melaporkan bahwa perawatan tanpa ekstraksi membutuhkan lebih
sedikit waktu dibandingkan perawatan ekstraksi
Tekanan ekstraoral untuk distalisasi molar (10-12)
Penggunaan terapi headgear sangat umum pada perawatan maloklusi Kelas II divisi I.
Peranti traksi maksila ekstraoral digunakan untuk meningkatkan relasi dental antara
maksila dan mandibula, begitupun relasi skeletal antar dua rahang. Pada terapi
ortodonti, tekanan esktraoral utamanya digunakan untuk dua tujuan:
a. Untuk mengoreksi relasi lengkung gigi
b. Sebagai penjangkaran untuk mendukung gigi yang akan bergerak ketika
pergerakan lain dilakukan

Rekruitmen ideal peranti distalisasi molar intraoral(13).


a. Dibutuhkan kerja sama pasien yang minimal
b. Estetika dan kenyamanan bisa diterima
c. Kehilangan penjangkaran anterior yang minimal (dibuktikan oleh proklinasi
aksial insisivus)
d. Pergerakan bodily molar untuk menghindari efek samping yang tidak
diinginkan, perawatan lebih lama dan hasil yang tidak stabil
e. Waktu klinis minimal untuk pergantian dan reaktivasi

Up righting molar (14)


Kehilangan gigi posterior, biasanya molar permanen merupakan masalah umum pada individu
dewasa. Konsekuensi dari kondisi ini bergantung pada posisi dan jumlah gigi yang hilang,
usia saat terjadi, waktu sejak kehilangan dan hubungan oklusal. Karena molar pertama sangat
sering hilang, maka terkadang akan teramati molar kedua dan tiga yang tipping ke mesial,
mengalami rotasi dan di posisi yang tidak kondusif akan menganggu kesehatan jangka
panjang dan juga prosedur restorasi tidak akan sederhana. Selain itu, premolar juga bisa
mengalami pergeseran ke distal dan terrotasi, menyebabkan kontak terbuka dan hubungan
marginal ridge yang buruk. Gigi oposisi mengalami supraerupsi ke ruang edentulous, yang
akan menyulitkan prosedur restorasi serta terkadang sering menyebabkan gangguan oklusal;
terutama di pergerakan protrusi dan ekstrusi. Pilihan perawatan yaitu merestorasi posisi gigi
normal sebelum pergantian gigi yang hilang melalui perawatan prostetik. Upright molar juga
menjadi salah satu metode untuk mendapatkan ruang di lengkung yang berjejal. Ketika
merencanakan uprigthing molar, sejumlah pertanyaan harus terjawab

i. Pertama, apabila molar ketiga ada, apakah molar kedua maupun ketiga perlu
dilakukan tindakan uprtighting. Untuk beberapa pasien, pergeseran ke distal
molar tiga akan menggerakakn gigi ini ke posisi di mana OH yang baik tidak
dapat dipertahakan atau uprighting molar tiga tidak akan menghasilkan oklusi
fungsional. Pada kondisi ini, akan lebih sesuai untuk mengekstraksi molar tiga
dan melakukan tindakan uprigthing pada molar kedua
ii. Pertanyaan kedua yaitu apakah untuk melakukan uprighting pada gigi yang
tipping melalui pergerakan distal (tipping) akan meningkatkan ruang yang
tersedia untuk pontik, atau melalui pergerakan akar mesial, yang akan
mempertahankan atau mereduksi ruang edentulous, atau bahkan menutup ruang
ekstraksi, sehingga mengeliminasi kebutuhan untuk perawatan jembatan.
Keputusan ini bergantung pada posisi gigi yang berlawanan, oklusi yang
diinginkan, penjangkaran yang tersedia seperti untuk pergerakan dan
kemungkinan yang paling penting, kontur tulang di area ridge edentulous.
Apabila resorpsi ridge yang luas terjadi, terutama di dimensi bukolingual,
pergerakan mesial dari akar molar yang lebar ke ridge alveolar yang sempit akan
sangat lambat dan dapat menyebakan dehiscence tulang di permukaan akar
mesial, bukal dan lingual, yang tidak kondusif untuk kesehatan psikologi jangka
panjang. Di kasus ini, uprighting distal di gigi molar lebih disarankan
iii. Pertanyaan ketiga yaitu apakah esktrusi ringan memungkinkan atau
mempertahankan tinggi oklusal yang ada, yang dibutuhkan sehingga uprighting
terjadi. Tipping gigi ke distal umumnya akan mengekstrusi gigi. Hal ini akan
menyebabkan reduksi kedalaman poket pseudo yang ditemukan di permukaan
mesial, dan karena attached gingiva mengikuti cementoenamel junction ketika
mucogingival junction stabil, maka hal ini juga meningkatkan lebar jaringan
terkeratinisasi di area ini. Selain itu, jika tinggi mahkota secara sistematik
mengalami reduksi karena proses uprighting, maka rasio panjang akar-mahkota
akan meningkat. Sebaliknya, mempertahankan tingkat oklusal yang ada ketika
gigi dilakukan uprighting bisa membutuhkan intrusi yang mana secara teori
kemungkinan terdapat peningkatan kedalaman poket dan perpindahan jaringan
krevikular yang terinfeksi secara sublingual. Lebih lanjut, instrusi molar secara
teknik sulit, sehingga membutuhkan tekanan yang diarahkan secara tepat dan
ringan namun dalam jangka panjang
iv. Pertanyaan terakhir yaitu apakah premolar sebaiknya direposisi sebagai bagian
dari perawatan. Keputusan ini bergantung pada posisi gigi tersebut, kontak yang
ada serta interkuspitasi gigi yang berlawanan dan rencana restorasi, namun di
kebanyakan kasus, jawabannya adalah YA. Hal ini terutama sangat diharapkan
untuk menutup ruang antara premolar ketika uprighting molar karena akan
meningkatkan stabilitas jangka panjang

Derotasi(15)
Rotasi didefinisikan sebagai perputaran gigi di sepanjang sumbu panjangnya
Terdapat dua tipe rotasi gigi, yaitu: Aksial dan pivotal

Rotasi aksial merupakan perputaran gigi pada sumbu vertikal pusatnya


Rotasi pivotal merupakan perputaran gigi pada sumbu vertikal mesialnya

Ketika molar dirotasi secara aksial dengan gerakan mesial-in (mendorong ke dalam)
dan distal-out (mendorong ke luar), mengarahkan ke pusat rotasi maka gigi akan
berada di pusat resistensi. Jika gigi molar dirotasi secara pivotal dengan ujung area
distal yang statis dan ujung mesial digerakkan secara lingual. Maka hanya aspek
mesial molar kedua yang bergerak dan dapat dilakukan hanya ketika pusat rotasi
berada di titik kontak distal. Rotasi insisivus, kaninus dan premolar yang ringan
hingga sedang dapat dikoreksi dengan cara kawat defleksi beban rendah dipasangkan
ke PEA bracket. Rotasi yang parah memerlukan aplikasi couple mekanik. Derotasi
gigi posterior membantu mendapatkan ruang untuk koreksi diskrepansi lengkung
Kesimpulan
Saat ini, dengan penggunaan teknologi digital dan prosedur perencanaan perawatan
yang lebih kompleks, ortodonti memiliki beberapa metode untuk mendapatkan ruang
dan koreksi maloklusi yang berdasarkan pada kebutuhan kasus individual. Ortodontis
bebas untuk mempertimbangkaan berbagai solusi untuk masalah ini sepanjang
mampu membantu mencapai tujuan dan memberikan pasien “senyum” yang mereka
inginkan

Anda mungkin juga menyukai