Pendahuluan
Abnormalitas gigi dan oklusinya telah ditemukan di tengkorak manusia Neanderthal
50000 hingga 60000 tahun lalu. Sejak manusia purba hingga manusia modern saat ini,
trend evolusi menyebabkan reduksi dimensi wajah. Pergeseran genetik juga
memungkinkan terjadinya perubahan baik itu di pola skeletal wajah maupun gigi
geligi. Namun, dimensi wajah manusia menjadi semakin kecil dengan laju yang lebih
besar dibandingkan gigi geligi sehingga menyebabkan peningkatan kecenderungan
terjadinya kondisi gigi berjejal dan protrusi pada gigi. Gigi dan rahang sangat
berkontribusi terhadap keindahan wajah. Wajah yang menawan dianggap
proporsional, bisa diperoleh apabila ada hubungan yang tepat antara rahang dan gigi
yang tersusun rapi dalam hal keseimbangan struktur maloklusi. Maloklusi yang parah
akan menyebabkan gangguan fungsional begitupun psikologi pada pasien. Ketika
ortodontis merawat berbagai macam maloklusi, maka dibutuhkan ruang untuk
menggerakkan gigi ke posisi yang lebih ideal(1). Literatur yang membahas mengenai
metode perolehan ruang telah ada sejak tahun 1723, ketika Pierre Frauchard, pendiri
kedokteran gigi modern, menyarankan suatu peranti yang disebut “Bandelette” untuk
memperbesar lengkung. Kemudian, konsep ekstraksi pada gigi desidui dan beberapa
gigi permanen diajukan oleh Rober Bunon di tahun 1743. Di tahun 1860. Emerson
Angell, untuk pertama kalinya, menggunakan peranti tipe Jackscrew untuk ekspansi
maksila (rapid maxillary expansion). Ekspansi dan ekstraksi merupakan metode
tunggal yang digunakan pada abad ke 18 dan 19 sebagai metode untuk mendapatkan
ruang(2). Kemudian, beberapa metode diperkenalkan. Saat ini, telah ada beberapa
metode untuk mendapatkan ruang, yaitu:
I. Ekspansi lengkung gigi
II. Proklinasi anterior
III. Ekstraksi
IV. Pengasahan proksimal
V. Distalisasi molar
VI. Up righting molar
VII. Derotasi gigi posterior
Ruang Fisiologi
Satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi berjejal pada lengkung yaitu menciptakan ruang
untuk mengakomodasi jumlah gigi yang ada dalam lengkung ke oklusinya yang harmonis.
Pasien hampir sering melakukan perawatan di masa gigi bercampur atau permanen, ketika
ortodontis mencoba untuk mendapatkan ruang, dengan metode ortodontik, untuk mengatasi
kondisi berjejal. Nmaun, ruang fisiologis masih tetap ada sejak perkembangan dini oklusi.
Perkembangan oklusal dapat diklasifikasikan menjadi beberapa periode, yaitu:
A. Periode pra dental
B. Periode gigi geligi desidui
C. Periode gigi geligi bercampur
D. Periode gigi geligi permanen
Pergeseran dini
Terjadi selama periode gigi geligi bercampur. Tekanan erupsi pada molar pertama
permanen memadai untuk mendorong molar pertama dan kedua desidui ke depan
sehingga mentup ruang primata dan membentuk relasi molar Kelas I
Pergeseran akhir
Banyak anak memiliki ruang primata yang kurang (tidak memadai) sehigga erupsi
molar permanen tidak mampu mendorong dan membentuk relasi Kelas I. Di kasus
ini, apabila molar kedua desidui erupsi (eksfoliasi), molar pertama permanen digeser
ke mesial menggunakan Leeway Space. Hal ini bisa terjadi di periode gigi geligi
brcampur sehingga disebut “pergeseran akhir”.
Pergantian insisivus
Insisivus desidui lebih kecil dibandingkan insisivus permanen, perbedaan ini disebut
“Liabilitas insisvus”. Ukurannya sekitar 7 mm di lengkung maksila dan sekitar 5 mm
di lengkung mandibula. Untuk mengatasi hal ini bisa dilakukan dengan penggunaan
ruang fisiologis dan melalui peningkatan lebar inter-kaninus di lengkung maksila dan
mandibula
Ekspansi (5)
Ekspansi merupakan metode klinis tertua untuk mendapatkan ruang. Pada tahun 1723,
peranti ortodntik pertama dikembangkan oleh Pierre Fauchard, yaitu peranti
ekspansi :Bandelette”, yang didesain untuk mengekspansi lengkung, terutama gigi
anterior. Ekspansi merupakan suatu usaha untuk mendapatkan ruang dengan manfaat
prosedur yang sifatnya konservatif. Dinyatakan bahwa crossbite posterior muncul
dengan laju yang relatif konstan di kondisi maloklusi. Hal ini berarti bahwa
abnormlaitas ini berkembang sejak dini dan tidak dapat terkoreksi dengan sendirinya.
Ekspansi dapat dilakukan di arah anteroposterior, arah lateral atau kombinasi.
Ortodontis dalam melakukan perawatan memiliki beberapa peranti ekspansi yang
efektif, yang bersifat lepasan, semi cekat atau cekat. Ortodonti memiliki sejumlah
peranti, yang daat digunakan untuk ekspansi lengkung, Peranti yang digunakan untuk
ekspansi lengkung dapat dibagi menjadi beberapa.
I. Ekspansi pasif
1. Ketika tekanan dari otot bukal dan labial dilindungi dari oklusi maka
pelebaran lengkung gigi bisa terjadi
2. Ekspansi ini tidak dihasilkan melalui aplikasi tekanan biomekanik
ekstrinsik namun lebih kepada tekanan intrinsik seperti tekanan yang
dihasilkan oleh lidah
3. Contoh ekspansi pasif yaitu peranti Frankel
Ekstraksi pada bidang ortodontik meliputi serial extraction yang dilakukan sebagai
langkah interseptif dan ekstraksi terapeutik yang dilakukan sebagai prosedur
perawatan untuk mendapatkan ruang.
Kriteria ekstraksi
Kriteria berikut perlu dipertimbangkan selama diagnosis
Apabila diskrepansi panjang lengkung kurang dari 4 mm maka ekstraksi sangat jarang
diindikasikan (hanya jika terdapat protrusi insisivus yang parah atau di beberapa
kondisi, diskrepansi vertikal yang parah)
Kelas II
Hal terpenting untuk memutuskan tindakan bedah atau kamuflase pada awal
perawatan digambarkan melalui perbedaan kebutuhan ekstraksi dengan dua
pendekatan. Pada perawatan kamuflase, ruang esktraksi digunakan untuk
menghasilkan kompenasi dental untuk diskrepansi rahang sehingga esktraksi
direncanakan. Sebagai contoh, dengan perawatan ortodontik saja, pasien yang
mengalami defisiensi mandibula dan maloklusi Kelas II kemugkinan perlu
mengekstraksi premolar pertama maksila untuk memungkinkan retraksi gigi anterior
maksila. Ekstraksi lengkung mandibula bisa dihindari atau jika dibutuhkan untuk
kesejajaran, premolar kedua bisa dipilih untuk menyediakan panjang lengkung yang
dibutuhkan sekaligus menghindari retraksi gigi anterior mandibula. Pada perawatan
bedah, pola ekstraksi untuk pasien yang sama sangat berbeda jika posisi maju dari
mandibula direncanakan. Selain menciptakan kompensasi dental untuk deformitas
rahang, perawatan ortodontik saat ini direncanakan untuk menghilangkan kompensasi
dental, sebelum bedah koreksi hubungan rahang. Ekstraksi premolar mandibula
namun tidak pada maksila terkandang dibutuhkan. Pencabutan premolar mandibula
memungkinkan kesejajaran lengkung dan koreksi proklinasi anterior mandibula
terkadang terkait dengan maloklusi ini. Terkadag pada pasien dengan defisiensi
mandibula, posisi insisivus maksila relatif terhadap maksila yaitu normal. Sehingga,
meretraksi gigi tersebut tidak disarankan. Lengkung maksila akan dirawat tanpa
ekstraksi, atau jika beberapa ruang dibutuhkan karena diskrepnasi panjang lengkung,
ekstraksi (seperti premolar kedua maksila) bisa direncanakan untuk menghindari
kondisi kompromis ketika memajukan mandibula melalui retraksi yang berlebihan di
gigi anterior maksila
Kelas III
Untuk perawatan kamuflase, sama saja namun kondisi yang sebaliknya akan teramati
pada pasien dengan masalah skeletal Kelas III. Jika kamuflase direncanakan, ekstraksi
pada premolar pertama mandibula saja atau premolar pertama mandibula dan maksila.
Sama halnya pada aturan umum, masalah Kelas III lebih jarang untuk perawatan
kamuflase dibandingkan Kelas II, karena retraksi insisivus mandibula kemungkinan
membuat dagu akan tampak maju, sehingga kamuflase tidak dipertimbangkan.
Perawatan bedah di pasien yang sama akan membutuhkan ekstraksi premolar pertama
maksila sehingga insisivus maksila bisa diretraksi, mengoreksi inklinasi maksilanya
dan meningkatkan reverse overjet. Jika ruang dibutuhkan pada lengkung mandibula,
maka ekstraksi premolar kedua menjadi pilihan yang logis dibandingkan premolar
pertama sehingga insisivus mandibula tidak perlu diretraksi
Pengasahan proksimal(9)
Pengasahan interproksimal email merupakan suatu teknik yang sangat sederhana yang
digunakan di bidang ortodonti, untuk mendapatkan ruang. Pengasahan proksimal
merupakan suatu metode yang mana permukaan proksimal gigi diasah sehingga bisa
mengurangi lebar mesiodistal gigi. Pengasahan merupakan suatu metode untuk
mengatasi kondisi berjejal ringan hingga sedang melalui reduksi inteproksimal email
yang komprehensif, terutama pada segmen bukal
Indikasi(9)
a. Kondisi berjejal ringan hingga sedang di area anterior pada pasien dengan
maloklusi Kelas I
b. Pasien dengan kondisi relaps sekitar 3 mm di lengkung mandibula dan 4 mm
di lengkung maksila
c. Resiko rendah terhadap karies
d. Bentuk gigi yang sesuai jika analisis Bolton menunjukkaan kelebihan ukuran
gigi yang ringan pada lengkung, maka memungkinkan untuk mereduksi
ukuran gigi dengan cara pengasahan proksimal
Kontraindikasi(9)
a. Pasien dengan OH yang buruk, karena akan sangat beresiko mengalami karies
interproksimal
b. Pasien yang mengalami gingivitis
c. Pasien muda, karena memiliki ruang pulpa yang besar sehingga meningkatkan
resiko paparan pulpa
Distalisasi molar(10)
Konsep “pergeseran distal” pada gigi posterior maksila memiliki sejarah panjang di
bidang ortodonti. Setelah penelitian sefalometri awal menunjukkan bahwa pergerakan
kecil atau bahkan tidak ada pergerakan distal pada molar maksila yang dihasilkan
melalui perawatan elastik Kelas II di era tersebut, headgear diperkenalkan kembali
sebagai langkah unuk menggerakkan molar maksila. Calvin Case merupakan orang
pertama yang menyebutkan distalisasi molar dengan bantuan tekanan ekstraoral di
tahun 1921. Distalisasi molar merupakan salah satu metode mendapatkan ruang untuk
koreksi gigi geligi. Dapat dilakukan melalui:
I. Peranti ekstraoral
II. Peranti intraoral
Peranti ekstraoral pada dasarnya terdiri dari headgear atau neck strap dan
face bow, yang menghasilkan tekanan pada gigi molar. Penjangkaran
diperoleh dari regio servikal dan kranial. Peranti ektraoral ini mmiliki
beberapa kekurangan seperti: kerja sama pasien dan peranti biasanya tidak
digunakan secara berkelanjutan. Maka dari itu, aksi intermiten (berselang)
dihasilkan dalam waktu perawatan yang lama. Kebanyakan peranti
intraoral dicekatkan ke gigi. Peranti ini menghasilkan tekanan
berkelanjutan pada gigi. Juga, kerja sama pasien tidak dibutuhkan. Lebih
lanjut, penjangkaran palatal telah digunakan untuk menciptakan ruang
sehingga gigi anterior bisa diretraksi. Kelebihan utama terapi distalisasi
yaitu mengurangi waktu perawatan secara signifikan. Berbagai penelitian
telah melaporkan bahwa perawatan tanpa ekstraksi membutuhkan lebih
sedikit waktu dibandingkan perawatan ekstraksi
Tekanan ekstraoral untuk distalisasi molar (10-12)
Penggunaan terapi headgear sangat umum pada perawatan maloklusi Kelas II divisi I.
Peranti traksi maksila ekstraoral digunakan untuk meningkatkan relasi dental antara
maksila dan mandibula, begitupun relasi skeletal antar dua rahang. Pada terapi
ortodonti, tekanan esktraoral utamanya digunakan untuk dua tujuan:
a. Untuk mengoreksi relasi lengkung gigi
b. Sebagai penjangkaran untuk mendukung gigi yang akan bergerak ketika
pergerakan lain dilakukan
i. Pertama, apabila molar ketiga ada, apakah molar kedua maupun ketiga perlu
dilakukan tindakan uprtighting. Untuk beberapa pasien, pergeseran ke distal
molar tiga akan menggerakakn gigi ini ke posisi di mana OH yang baik tidak
dapat dipertahakan atau uprighting molar tiga tidak akan menghasilkan oklusi
fungsional. Pada kondisi ini, akan lebih sesuai untuk mengekstraksi molar tiga
dan melakukan tindakan uprigthing pada molar kedua
ii. Pertanyaan kedua yaitu apakah untuk melakukan uprighting pada gigi yang
tipping melalui pergerakan distal (tipping) akan meningkatkan ruang yang
tersedia untuk pontik, atau melalui pergerakan akar mesial, yang akan
mempertahankan atau mereduksi ruang edentulous, atau bahkan menutup ruang
ekstraksi, sehingga mengeliminasi kebutuhan untuk perawatan jembatan.
Keputusan ini bergantung pada posisi gigi yang berlawanan, oklusi yang
diinginkan, penjangkaran yang tersedia seperti untuk pergerakan dan
kemungkinan yang paling penting, kontur tulang di area ridge edentulous.
Apabila resorpsi ridge yang luas terjadi, terutama di dimensi bukolingual,
pergerakan mesial dari akar molar yang lebar ke ridge alveolar yang sempit akan
sangat lambat dan dapat menyebakan dehiscence tulang di permukaan akar
mesial, bukal dan lingual, yang tidak kondusif untuk kesehatan psikologi jangka
panjang. Di kasus ini, uprighting distal di gigi molar lebih disarankan
iii. Pertanyaan ketiga yaitu apakah esktrusi ringan memungkinkan atau
mempertahankan tinggi oklusal yang ada, yang dibutuhkan sehingga uprighting
terjadi. Tipping gigi ke distal umumnya akan mengekstrusi gigi. Hal ini akan
menyebabkan reduksi kedalaman poket pseudo yang ditemukan di permukaan
mesial, dan karena attached gingiva mengikuti cementoenamel junction ketika
mucogingival junction stabil, maka hal ini juga meningkatkan lebar jaringan
terkeratinisasi di area ini. Selain itu, jika tinggi mahkota secara sistematik
mengalami reduksi karena proses uprighting, maka rasio panjang akar-mahkota
akan meningkat. Sebaliknya, mempertahankan tingkat oklusal yang ada ketika
gigi dilakukan uprighting bisa membutuhkan intrusi yang mana secara teori
kemungkinan terdapat peningkatan kedalaman poket dan perpindahan jaringan
krevikular yang terinfeksi secara sublingual. Lebih lanjut, instrusi molar secara
teknik sulit, sehingga membutuhkan tekanan yang diarahkan secara tepat dan
ringan namun dalam jangka panjang
iv. Pertanyaan terakhir yaitu apakah premolar sebaiknya direposisi sebagai bagian
dari perawatan. Keputusan ini bergantung pada posisi gigi tersebut, kontak yang
ada serta interkuspitasi gigi yang berlawanan dan rencana restorasi, namun di
kebanyakan kasus, jawabannya adalah YA. Hal ini terutama sangat diharapkan
untuk menutup ruang antara premolar ketika uprighting molar karena akan
meningkatkan stabilitas jangka panjang
Derotasi(15)
Rotasi didefinisikan sebagai perputaran gigi di sepanjang sumbu panjangnya
Terdapat dua tipe rotasi gigi, yaitu: Aksial dan pivotal
Ketika molar dirotasi secara aksial dengan gerakan mesial-in (mendorong ke dalam)
dan distal-out (mendorong ke luar), mengarahkan ke pusat rotasi maka gigi akan
berada di pusat resistensi. Jika gigi molar dirotasi secara pivotal dengan ujung area
distal yang statis dan ujung mesial digerakkan secara lingual. Maka hanya aspek
mesial molar kedua yang bergerak dan dapat dilakukan hanya ketika pusat rotasi
berada di titik kontak distal. Rotasi insisivus, kaninus dan premolar yang ringan
hingga sedang dapat dikoreksi dengan cara kawat defleksi beban rendah dipasangkan
ke PEA bracket. Rotasi yang parah memerlukan aplikasi couple mekanik. Derotasi
gigi posterior membantu mendapatkan ruang untuk koreksi diskrepansi lengkung
Kesimpulan
Saat ini, dengan penggunaan teknologi digital dan prosedur perencanaan perawatan
yang lebih kompleks, ortodonti memiliki beberapa metode untuk mendapatkan ruang
dan koreksi maloklusi yang berdasarkan pada kebutuhan kasus individual. Ortodontis
bebas untuk mempertimbangkaan berbagai solusi untuk masalah ini sepanjang
mampu membantu mencapai tujuan dan memberikan pasien “senyum” yang mereka
inginkan