PENDAHULUAN
cairan
yang
sedang
berlangsung
sehingga
dapat
menjaga
Oleh karena itu referat ini dibuat guna memahami mengenai fisiologi
cairan dalam tubuh dan terapi cairan. Pada referat ini akan dibahas mengenai
prinsip-prinsi cairan dan elektrlit tubuh serta prinsip terapi cairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan HCO3- yang lebih rendah dibanding CES dan mengandung lebih banyak ion
K+ dan fosfat serta protein yang merupakan komponen utama intra seluler.
Komposisi CIS ini dipertahankan oleh membran plasma sel dalam keadaan
stabil namun tetap ada pertukaran. Transpor membran terjadi melalui mekanisme
pasif seperti osmosis dan difusi, yang mana tidak membutuhkan energi
sebagaimana transport aktif.
Sekitar sepertiga dari TBW merupakan cairan ekstraseluler (CES), yaitu
seluruh cairan di luar sel. Dua kompartemen terbesar dari mairan ekstrasluler
adalah cairan interstisiel, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan
plasma, yaitu seperempat cairan ekstraseluler. Plasma adalah bagian darah
nonselular dan terus menerus berhubungan dengan cairan interstisiel melalui
celah-celah membran kapiler. Celah ini bersifat sangat permeabel terhadap hampir
semua zat terlarut dalam cairan ekstraseluler, kecuali protein. Karenanya, cairan
ekstraseluler terus bercampur, sehingga plasma dan interstisiel mempunyai
komposisi yang sama kecuali untuk protein, yang konsentrasinya lebih tinggi pada
plasma.
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh
terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu berarti
dalam keseimbangan cairan tubuh, akan tetapi pada beberapa keadaan dimana
terjadi pengeluaran jumlah cairan transeluler secara berlebihan maka akan tetap
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Cairan yang termasuk
cairan transseluler yaitu: Cairan serebrospinal, cairan dalam kelenjar limfe, cairan
intra okular, cairan gastrointestinal dan empedu, cairan pleura, peritoneal, dan
perikardial.
Ruang transcellular dan ruang slowly exchangeable sebenarnya ini juga
merupakan cairan ekstraseluler tetapi mempunyai karakteristik tersendiri dan
dalam keadaan normal tidak begitu penting. Cairan slowly exchangeable
berjumlah 8-10% berat badan, mengisi tulang-tulang rawan dan jaringan ikat yang
keras.
Pertukaran
tidak
mudah
terjadi
sehingga
tidak
mempengaruhi
o Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat
(PO4-3). Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan
ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.4
1. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135145mEq/liter.11 Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
- Sekresi ADH
- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5
2.
Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
3.
Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium
sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan
hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan
4.
Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk
5.
Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu
hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit
sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh
paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa. 6
b. Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.4
Komposisi elektrolit dalam berbagai kompartemen tidak sama (gambar 2).
Natrium merupakan kation utama ekstraseluler dan aktif secara osmotik menjaga
volume intravaskuler dan interstisial. Kalium merupakan kation utama
intraseluler, sehingga berperan menjaga osmolalitas intrasel dan memelihara
volume sel. Kalium penting untuk membangkitkan sel-sel saraf dan otot,
bertanggung jawab terhadap kontraktilitas otot.
SERUM
INTERSTITIAL
INTRACELLULAR
FLUID
CATION ANION
FLUID
Gambar 1. Distribusi elektrolit dalam masing-masing kompartemen
ekstraseluler.
Jumlah
dan
kadar
urin
dikendalikan
oleh
axis
demikian
keseimbangannya
menganut
hukum
iso-osmolaritas,
10
intraseluler)
tidak
bebas
melewati
membran
sel,
sehingga
berperan
edema
intraseluler
maka
tranport
aktif
melalui
aktifitas
11
Osmolalitas plasma = 2 x
[Na+] +
Glukosa
1 8 (m
g/dl )
BUN
2,8 (mg/dl)
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menilai osmolalitas plasma berkaitan
interpretasi
kadar
natrium
adalah
bila
terdapat
hiperproteinemia
dan
12
13
14
yang hilang melalui fistel, nasogastric tube, dan drainase). Penghitungan untuk
memperkirakan besarnya cairan tubuh yang hilang dapat menggunakan
refraktometer, serum Na+, dan hematokrit (Tabel 1). Sementara kehilangan darah
dapat diperkirakan besarnya melalui beberapa kriteria klinis (Tabel 2).
Derajat
II
III
IV
Kehilangan darah
<15%
15-30%
30-40%
>40%
<750 ml
750-1500 ml
1500-2000 ml
>2000 ml
Kesadaran
Sedikit cemas
Agak cemas
Cemas, bingung
Bingung, lesu
(letargi)
Frekuensi jantung
<100
>100
>120
>140
Tekanan darah
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Tekanan nadi
Normal
Menurun
Menurun
Menurun
15
Pernafasan
14-20
20-30
30-40
>35
Produksi urin
(ml/jam)
>30
20-30
5-15
Tidak berarti
Cairan pengganti
(3:1)
Kristaloid
Kristaloid
Kristaloid dan
darah
Kristaloid dan
darah
Berat badan
Berat badan
10 kg kedua
Berat badan
> 20 kg
= 1500 ml + 20 ml H2O/kgBB/hari.
16
Berikut ini tabel yang menunjukkan pilihan cairan pengganti untuk suatu
kehilangan cairan yaitu ;
Kehilangan
Kandungan rata-rata
(mmol/L)
Na+
K+
Darah
140
Plasma
140
Rongga ketiga
140
Nasogastrik
60
10
17
110
5-10
Diare
120
25
: 1 - 2 mEq/100mlH2O/hari.
Klorida : 2 - 4 mEq/100mlH2O/hari.
Walaupun dalam beberapa kondisi bisa terjadi kehilangan banyak
elektrolit melalui kulit atau gastrointestinal, tetapi sebagian besar kehilangan
elektrolit perhari adalah melalui urin. Karena itu pada penderita oliguri
memerlukan elektrolit lebih sedikit untuk penggantiannya sebaliknya pada
penderita poliuri. Pada penderita dengan unusual losses memerlukan monitoring
dan penyesuaian kebutuhan penggantian elektrolitnya.11
Persamaan-persamaan untuk menentukan kebutuhan rumatan cairan dan
elektrolit di atas didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu :
-
18
dari asumsi-asumsi di atas, karena itu penatalaksanaan cairan dan elektrolit harus
disesuaikan berdasar pada keadaan klinis penderita.12
Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari
natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau
hipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling
sering terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar
5-10% dari kasus. Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan
cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan
19
Dehidrasi
Dewasa
Ringan
4%
Sedang
6%
Berat
8%
Syok
15-20%
20
cairan, cairan rumatan yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung disesuaikan . Cara rehidrasi:
1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 3 di atas), banyak cairan yang diberikan (D)=
derajat dehidrasi (%) x BB
2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jam
atau rumus holliday-segar)
3. Pemberian cairan:
- 6 jam I = D + M atau 8 jam I = D + M (menurut Guillot)
- 18 jam II = D + M atau 16 jam II = D + M (menurut Guillot)
Pemberian cairan intravena:
Untuk memperbaiki volume sirkulasi efektif, apapun jenis dehidrasinya
(isoosmotik, hipoosmotik, maupun hiperosmotik) cairan awal yang seharusnya
diberikan adalah cairan isotonis. Dalam hal ini yang biasa digunakan adalah
Ringer Laktat, Ringer Asetat , dan NaCl 0,9%. Nilai Strong Ion Difference (SID)
dari NaCl 0,9% adalah 0 (nol), sehingga pasca resusitasi dapat terjadi asidosis
metabolik hiperkloremik. Bila karena perdarahan maka pilihan volume
expander terbaik
adalah
darah.
Pada
beberapa
keadaan
khusus
perlu
21
b. Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat
iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan
air dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena glukosa yang menyebabkan
kelebihan air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada
GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif. Kelebihan cairan intaseluler dapat
terjadi jika terjadi kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.
22
2. Perubahan konsentrasi
- Hiponatremia
Jika <120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental,
letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar <110 mg/L
maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh
euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal,
diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis).
Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan (Na+ 125 mg/L) atau NaCl
3% sebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Salin hipertonis (NaCl 3%) hanya diindikasikan untuk kasus ini.
Dinaikkan bertahap dengan kenaikkan cepat cukup 5-10 mEq/L (cukup hanya
sampai kadar natrium 125 mEq/L) atau gejala klinis hilang, dengan batas
kecepatan tidak lebih dari 3 mEq/L/jam atau 6 ml/kg/jam (yang terbaik 1
mEq/L/jam atau 2 ml/kg/jam). Selanjutnya diberikan lebih lambat dengan cairan
lain yang lebih hipotonis dari NaCl 3% dengan memperhitungkan kebutuhan
natrium rumatan dan sisa defisit natriumnya, total kenaikan perhari tidak lebih
dari 10-15 mEq/L. Salin hipertonis (NaCl 3%) tidak ada tempat untuk hiponatremi
asimtomatik. Untuk menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat menggunakan
rumus:
Na= (Na1 Na0) x TBW
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang aktual
23
Kristaloid
Merupakan larutan dengan air (aqueous) yang terdiri dari molekul-molekul
kecil yang dapat menembus membran kapiler dengan mudah. Biasanya volume
pemberian lebih besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih
sedikit.
Cairan kristaloid dibagi atas cairan elektrolit (NaCl 0.9%, Ringer Laktat,
Ringer asetat, dll) dan non-elektrolit (desktrose 5%, 10%, dll). Kristaloid yang
mengandung elektrolit umumnya bersifat isoosmolar/isotonik, tidak menyebabkan
reaksi imun, mengisi ruang ekstraseluler, murah dan mudah diperoleh. Cairan
kristaloid isotonis akan mudah melewati dinding endotel kapiler tetapi tidak
mudah melewati dinding sel. Pemberian infus cairan ini akan berakhir di ruang
interstisial. Kristaloid non elektrolit umumnya mengisi ruang intraseluler.
Dekstrose 5% dapat dengan mudah melewati dinding endotel kapiler dan dinding
sel. Pemberian infus dekstrose 5% akan berakhir di dalam sel dimana akan segera
mengalami metabolisme menjadi H2O dan CO2.
Penggunaan cairan NaCl 0.9% dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan penggunaan cairan
ringer laktat dengan jumlah besar dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang
disebabkan adanya peningkatan produksi bikarbonat akibat metabolisme laktat.
24
Solution
Glucose
Sodium
Chloride
Potassium
Kalsium
Lactate
(mg/dl)
(mEq/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(mEq/L)
(mOsmol/
L)
25
5%
Dextrose in
water
5000
D5 NS
5000
77
77
406
D5 NS 0,9%
NaCl
5000
154
154
561
154
154
308
130
109
4.0
3.0
28
273
130
109
4.0
3.0
28
525
855
855
Ringer
Laktat
D5 RL
5000
5% NaCl
253
1171
Koloid
Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik dan karenanya
menghasilkan tekanan onkotik. Koloid dibagi atas koloid alamiah (albumin
manusia,
plasma
protein,
dll)
dan
buatan
(Gelatin,
polisakarida,
HES/Hydroxyethyl starch). Koloid memiliki berat molekul lebih besar dari 35.000
dalton. Tujuan terapi koloid adalah untuk mengganti kehilangan cairan
intravaskuler, sebab tidak dapat melewati dinding endotel kapiler kecuali dalam
keadaan patologis misalnya pada keadaan kombusio.
Dalam keadaan normal koloid akan menetap dan menambah volume
intravaskular untuk jangka waktu yang lama. Meskipun begitu, namun koloid
yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar daripada plasma juga akan menarik
cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini dikenal sebagai ekspander plasma, karena
mengekspansikan volume plasma lebih dari pada volume yang diberikan.
26
a. Albumin
Albumin merupakan larutan koloid murni yang berasal dari plasma
manusia. Albumin dibuat dengan pasteurisasi pada suhu 60 oC dalam 10 jam untuk
meminimalisir resiko transmisi virus hepatitis B atau C atau pun virus imuno
defisiensi. Waktu paruh albumin dalam plasma adalah sekitar 16 jam, dengan
sekitar 90% tetap bertahan dalam intravaskular 2 jam setelah pemberian.
b. Dekstran
Dekstran merupakan semisintetik koloid yang secara komersial dibuat dari
sukrose oleh mesenteroides leukonostok strain B512 dengan menggunakan enzim
dekstran sukrosa. Ini menghasilkan dekstran berat molekul (BM) tinggi yang
kemudian dilengketkan oleh hidrolisis asam dan dipisahkan dengan fraksionasi
etanol berulang untuk menghasilkan produk akhir dengan kisaran BM yang relatif
sempit. Dekstran untuk pemakaian klinis tersedia dalam dekstran 10 (BM 10.000)
dan dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau Ringer
laktat. Dekstran 10 digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis
trombo embolisme dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6 jam.
Pemakaian dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma hendaknya
dibatasi sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan abnormal.
Batas dosis dekstran yaitu 20 ml/kgBB/hari. Sekitar 70% dosis dekstran 40 yang
diberikan akan dieksresikan ke dalam urine dalam 24 jam. Molekul- molekul yang
lebih besar dieksresikan lewat usus atau dimakan oleh sel-sel sistem
retikoloendotelial.Volume
dekstran
melebihi
dapat
mengganggu
27
c. Gelatine
Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen sapi. Preparat yang umum
dipasaran adalah gelatin yang mengalami suksinasi seperti Gelofusin dengan
pelarut NaCl isotonik. Gelatin dengan ikatan urea-poligelin (Haemaccel) dengan
pelarut NaCl isotonik dengan Kalium 5,1 mmol/l dan Ca 6,25 mmol/ L.
Pemberian gelatin agaknya lebih sering menimbulkan reaksi alergik daripada
koloid yang lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis
yang mengancam nyawa. Reaksi-reaksi tersebut berkaitan dengan pelepasan
histamine yang mungkin sebagai akibat efek langsung gelatin pada sel mast.
Gelatin tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga bukan
termasuk ekspander plasma seperti dekstran.
diekskresikan lewat ginjal dalam urin, sementara itu gelatin dapat menghasilkan
diuresis yang bagus. Sebagian kecil dieliminasikan lewat usus. Karena gelatin
tidak berpengaruh pada sistem koagulasi, maka tidak ada pembatasan dosis.
Namun, bila terlalu banyak infus, pertimbangkan adanya efek dilusi. Gelatin dapat
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan pada pasien yang
menjalani hemodialisis. Indikasi gelatin yaitu penggantian volume primer pada
hipovolemia, stabilisasi sirkulasi perioperatif. Sedangkan kontraindikasi adalah
infark miokard yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif dan syok
normovolemik.
d. HES
Senyawa kanji hidroksietil atau Hydroxyethyl starch (HES) merupakan
28
29
Keunggulan
Kristaloid
Koloid
30
Kekurangan
asetat/ringer laktat).
Komplikasi minimal.
Anafilaksis
Koagulopati
Albumin bisa memperberat
depresi miokard pada pasien
syok
BAB III
KESIMPULAN
31
Pada fetus, cairan ekstraseluler lebih banyak dari intraseluler dan jumlah
cairan ekstraseluler menurun seiring bertambahnya usia. Pada bayi usia < 1 tahun,
cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan, dan pada bayi usia > 1 tahun
mengandung air sebanyak 70-75%. Seiring dengan pertumbuhan, presentase
jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun.
Anak-anak memerlukan cairan dan elektrolit lebih banyak dari pada
dewasa, karena itu mudah terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Hal ini karena metabolic rate yang tinggi, insensible loss yang tinggi, dan
kemampuan konsentrasi urin rendah. Tetapi kemampuan bayi-bayi mengekskresi
air juga rendah karena immaturitas ginjal (usia < 1 tahun) dan mempunyai
kecenderungan ADHnya tinggi. Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan
menjadi perubahan volume (defisit dan kelebihan volume) dan perubahan
konsentrasi. Kebutuhan cairan perhari dihitung menggunakan kebutuhan rumatan
= IWL + urin + cairan tinja.
Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi
membran sel. Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar
sel atau masuk ke dalam sel. Terapi cairan parenteral digunakan untuk
mempertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi normal cairan
tubuh. Dalam terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan
keadaan pasien, serta cairan infus itu sendiri. Jenis cairan yang bisa diberikan
untuk terapi cairan adalah cairan kristaloid dan cairan koloid.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34