Anda di halaman 1dari 13

235

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

MALNUTRISI
ICD.10. E. 46

1. Pengertian Malnutrisi energi-protein adalah keadaan yang disebabkan


(definisi) ketidakseimbangan antara asupan kalori dan protein dengan
kebutuhan tubuh.
Malnutrisi pada usia lanjut sering dipengaruhi berbegai hal seperti
keadaan gigi-geligi, gangguan menelan,masalah neuropsikologis
(depresi, demensia), keganasan, dan imobilisasi.

2. Anamnesa Asupan zat gizi sehari-hari (food recall), penurunan berat badan ,
gangguan mengunyah, gangguan menelan, ststus fungsional
(aktivitas hidup sehari-hari terutama yang berhubungan dengan
penyiapan proses makanan), penyakit kronis (termasuk ada
tidaknya diare kronik), adanya depresi atau demensia ,serta
penggunaan obat-obatan

3. Pemeriksaan Higiene rongga mulut, status gigi-geligi, status


fisik neurologis(gangguan menelan), kulit yang kering/bersisik,rambut
kemerahan, massa otot, edema tungkai

4. Kriteria 1. Lingkar lengan atas


diagnosis 2. Lingkar betis
3. Tebal lapisan kulit triseps
4. Indeks massa tubuh
5.
5. Diagnosis Malnutrisi

6. Diagnosis 1. Underweight
Banding 2. Kaheksia

7. Pemeriksaan 1. Darah perifer lengkap


Penunjang 2. Albumin,prealbumin,
3. Kolesterol,
4. Kadar vitamin/mineral,
5. Elektrolit,
6. Bioelectrical impedance analysis
8. Terapi 1. Evaluasi umum dan kebutuhan nutrisi
 Evaluasi penyebab dan faktor risiko timbulnya malnutrisi ;
faktor sosial ekonomi(kemiskinan, pengetahuan rendah),
neuropsikologis(adanya demensia atau depresi), dan
kondisi fisik-medik(gangguan fungsi organ pencernaan
serta adanya penyakit-penyakit akut dan kronis)
 Evaluasi status fungsional; terutama yang berhubungan
dengan penyiapan dan proses makan
 Menentukan jumlah energi dan komposisi zat gizi
2. Terapi / dukungan nutrisi
 Melalui enteral/parenteral
3. Terapi lain
Pada pasien keganasan atau adanya anokresia dapat diberikan
peningkat nafsu makan seperti megasterol asetat
236

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

9. Edukasi 1. Menjelaskan kepada keluarga tentang perubahan organ


yang telah terjadi pada lansia
2. Menjelaskan kepada keluarga tentan dukungan gizi yang
diperlukan pada lansia sehat maupun sakit
10. Prognosis
11. Tingkat IV
evidens
12 . Tingkat A
rekomendasi
13. Penelaah 1. Dr. Djunaidi AR, SpPD,
Kritis 2. Dr. Nur Riviati, SpPD
14. Indikator Terjadi peningkatan BB, MMNA perbaikan, anemia perbaikan,
Medis hipoalbumin perbaikan

15. Lama 1 bulan


Perawatan
16. Kepustakaan 1. Buku simposium geriatri 2011
2. Buku Ajar Geriatri 2011

Mengetahui / Menyetujui Palembang, April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua Divisi Geriatri

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Djunaidi AR, SpPD
NIP. 195206061979051001 NIP. 195804140989031005
237

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

PENGKAJIAN GERIATRI PARIPURNA/


COMPREHENSIVE GERIATRIC ASSEMENT (CGA)
ICD 10.
1. Pengertian Suatu analisis multi-disiplin yang dilakukan oleh seorang geriatris
(definisi) atau suatu tim interdisipliner geriatris atas seseorang penderita
usila untuk mengetahui kapabilitas medis , fungsional, psiko-
sosial agar dapat dilakukan penatalaksanaan menyeluruh dan
berkesinambungan (Shaw et al,1984;Mykita,1992)
2. Anamnesa  Identitas penderita : mencakup faktor resiko sakit yaitu usia
sgt lanjut (>70 tahun ), duda hidup sendiri, baru kematian
orang terdekat, baru sembuh dari sakit/pulang opname, ggn
mental nyata, menderita penyakit progresif, ggn mobilitas, dll
 Anamnesis tentang obat : sebelum sakit ini atau yg diminum
di rumah, baik berasal dari resep dokter, yg dibeli bebas (
jamu-jamuan)
 Penilaian sistem : dilakukan secara urut mulai dari saraf
pusat, saluran napas atas, bawah,
 Anamnesis tentang kebiasaan yg merugikan kesehatan : (
merokok, minum alkohol)
 Anamnesis tentang ggn yg terdapat : menelan, masalah gigi,
gigi palsu, ggn komunikasi, nyeri/gerak yg terbatas pd
anggota badan
 Kepribadian perasaan hati, kesadaran, afek
 Riwayat tentang problema utama geriatri (sindroma geriatri) :
pernah stroke, TIA, hipotensi ortostatik, jatuh, inkontinensia
urin/alvi, dementia, dekubitus, patah tulang
3. Pemeriksaan Pemeriksaan Tek. darah : posisi tidur, duduk, berdiri, masing2
fisik dg selang 1-2 menit → hipotensi ortostatik. Pemeriksaan organ
sistem dari ujung rambut sampai ujung kaki sistematis.
4. Kriteria 1. STATUS FUNGSIONAL
diagnosis Mengkaji status fungsional berarti melakukan pemeriksaan
dengan instrumen tertentu untuk membuat penilaian menjadi
obyektif ,dapat menggunakan indeks aktivitas kehidupan sehari-
hari (activity of daily living/ADL). Pasien dengan status funfsional
tertentu akan memerlukan berbagai program untuk memperbaiki
status fungsionalnya agar kondisi kesehatan kembali pulih,
mempersingkat lama rawat, meningkatkan kualitas hidup dan
kepuasan pasien.
2. STATUS KOGNITIF
Penapisan, adanya gangguan faal kognitif secara objektif antara
lain dapat dilakuka pemeriksaan neuropsikiatrik seperti , the Mini-
mental State Examination (MMSE)
3. STATUS EMOSIONAL
Untuk mengkaji satatus emosional menggunakan Geriatric
Depression Scale yang terdiri atas 15 atau 30 pertanyaan.
Instrumen ini bertujuan untuk menapis adanya gangguan depresi
atau gangguan penyesuaian (lampiran 3)
4. STATUS NUTRISI
Pengkajian status nutrisi dapat dilakukan dengan :
1. Anamnesis gizi (anamnesis asupan) : kilo kalori energi,
gram protein,gram lemak rata –rata yang dikonsumsi
2. Pemeriksaan antropometrik : indeks masa tubuh, dengan
memperhatikan perubahan tinggi tubuh, biokimiawi :
hemoglobin, kadar
238

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

5. Diagnosis 1. Immobility
2. Instability (falls)
3. Intelectual impairment (demensia)
4. Isolation (depresion)
5. Incontinence
6. Impotence
7. Immuno-deficiency
8. Infection
9. Inanition (malnutrition)
10. Impaction (constipation)
11. Iatrogenesis
12. Insomnia
13. Impairment of ;
Vision
Hearing
Taste
Smell
Comunication
Convalescense
Skin integrity
14. Infortunity
15.
6. Diagnosis Tidak ada
Banding
7. Pemeriksaan 1. Foto thoraks, EKG
Penunjang 2. Laboratorium : darah/urin/feses rutin, gula darah, lipid,
fungsi hati, fungsi ginjal, Fungsi tiroid, kadar serum B6, B12
Di negara barat → SMA ( Serum Multipel Analysis 20)
.3. Pemeriksaan fungsi
 Aktivitas hidup sehari – hari ( AHS dasar) : fungsi tubuh
berfungsi sederhana
Misal bangun dari tempat tidur, berpakaian
 Aktivitas hidup sehari-hari instrumental (AHS
instrumental): aktivitas lebih rumit
 Kemampuan mental & kognitif : fungsi intelek, memori
lama, memori tentang hal baru terjadi

8. Terapi 1. Penatalaksanaan penderita : oleh tim multidisipliner →


tim geriatri.
2. Pelayanan kesehatan vertikal & horizontal : vertikal
mulai dari puskesmas sampai RS propinsi. Horizontal
bagian dari pelayanan kesejahteraan menyeluruh
3. Jenis pelayanan kesehatan
Meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitasi
dengan memperhatikan aspek psiko-sosial & lingkungan

9. Edukasi 1. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang gejala-


gejala yang akan sering ditemukan pada usia lanjut
2. Menjelaskan kepada keluarga bahwa diperlukan dukungan
dari keluarga, sehingga permasalahan-permasalahan geriatri
dapat dicegah atau teratasi

10. Prognosis Ad vitam Dubia ad bonam


Ad sanationam Dubia ad bonam
Ad fungsionam Dubia ad bonam

11. Tingkat IV
evidens
12. Tingkat A
rekomendasi
239

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

13. Penelaah 1. Dr. Djunaidi AR, SpPD


Kritis 2. Dr. Nur Riviati, SpPD
14. Indikator Kemampuan melakukan tindakan tanpa atau sedikit bantuan
Medis dari orang lain

15. Lama 1 minggu


Perawatan
16. Kepustakaan 1. Buku simposium geriatri 2011
2. Buku Ajar Geriatri 2011

Mengetahui / Menyetujui Palembang, April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua Divisi Geriatri

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Djunaidi AR, SpPD
NIP. 195206061979051001 NIP. 195804140989031005
240

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

SINDROM DELIRIUM AKUT


ICD .FO5

1. Pengertian Sindrom mental organik yang ditandai dengan gangguan


(definisi) kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan
persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi

2. Anamnesa Gangguan tersebut timbul dalam jangka pendek (jam atau hari)
dan cenderung berfluktuasi .
- Faktor Pencetus :
a. Gangguan metabolik (hipoksia, hiperkarbia, hipo atau
hiperglikemia, hiponatremia, azotemia)
b. Infeksi (sepsis,pneumonia, infeksi saluran kemih)
c. Penurunan cardiac output (dehidrasi, kehilangan darah
akut, infark miokard akut, gagal jantung kongestif
d. Strok (korteks kecil)
e. Obat-obatan (terutama antikolinergik)
f. Intoksikasi (alkohol)
g. Hipo atau hipertrmia
h. Lesi sistem saraf pusat
i. Psikosis akut
j. Pemindahan kelingkungan yang baru/tidak familiar
k. Impaksi fakal
l. Retensi urin
- Faktor Risiko:
a. Gangguan kognitif
b. Usia ≥ 80 tahun
c. Fraktur
d. Infeksi
e. Pria
f. Obat antipsikotik atau analgesik narkotik
g. Malnutrisi
h. Penambahan 3 obat atau lebih
i. Penggunaan kateter urin

3. Pemeriksaan  Tanda vital (kesadaran,tekanan darah, frek napas, denyut


fisik jantung, suhu dll)
 Pemeriksaan neurologik dasar lengkap :
- tanda rangsang meningeal, ( kaku kuduk,
kernig, brudzinski) untuk mencari meningitis
dan perdarahan subarachnoid.
- tes memori
- tes orientasi
4. Kriteria Menurut DSM IV – TR
diagnosis  Gangguan kesadaran dgn me ↓ kewaspadaan terhadap
lingkungan & ketidak mampuan memusatkan perhatian,
mempertahankan/ mengalihkan perhatian/ konsentrasi seperti
normal
 Perubahan fungsi kognitif (gangguan memori, disorientasi,
gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi (ilusi,
halusinasi) yang bukan karena demensia yang mungkin
sebelumnya sudah ada atau berkembang
 Gangguan terjadi akut (beberapa jam-beberapa hari),
berfluktuasi
 Bukti dari anamnesis/pem.fisik/laboratorium → kondisi medik
tertentu atau intoksikasi/efek samping/putus obat

 Diagnosis ditegakkan dengan algoritme Confussion


Assesment Method (CAM) yang menjadi baku emas
241

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

 diagnosis (sensitivitas 94-100%, spesifisitas 90-95%)

 Algoritme CAM meliputi :


- Awitan yang akut
- Gangguan perhatian/konsentrasi
- Ditambah dengan salah satu dari gangguan
proses berpikir atau perubahan kesadaran

5. Diagnosis Sindrom delirium akut

6. Diagnosis 1. Demensia
Banding 2. Psikosis fungsional
3. Kelainan neurologis
4.
7. Pemeriksaan 1. Neurologis : deteksi defisit neurologis fokal
Penunjang 2. CT Scan : bila ada indikasi
3. Darah : perifer lengkap, kimia darah : elektrolit, ureum,
kreatini, gula darah, analisis gas darah
4. Urin : - urin lengkap
5. kultur resistensi urin
6. Rotgen torak
7. EKG

8. Terapi 1. Oksigen, pasang infus dan monitor


2. Atasi faktor pencetus
3. NGT
4. Kateter urin
5. Awasi kemungkinan imobilisasi
6. Kaji status hidrasi secara berkala

9. Edukasi 1. Menjelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor resiko


yang menyebabkan usila tidak sadar
2. Menjelaskan tentang dukungan yang diperlukan untuk
tindakan perawatan yang baik dan benar selama usila tidak
sadar dalam menjalani perawatan sehingga mencegah
timbulnya penyakit lainnya seperti infeksi dan ulkus
dekubitus

10. Prognosis Ad vitam Dubia ad bonam


Ad sanationam Dubia ad bonam
Ad fungsionam Dubia ad bonam

11. Tingkat III-IV


evidens
12. Tingkat A/B
rekomendasi
13. Penelaah 1. Dr. Djunaidi AR, SpPD
Kritis 2. Dr. Nur Riviati, SpPD
14. Indikator Kesadaran membaik
Medis
15. Lama 1 minggu
Perawatan
242

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

16. Kepustakaan 1. Buku simposium geritari 2011


2. Buku Ajar Geriatri 2011

Mengetahui / Menyetujui Palembang, April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua Divisi Geriatri

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Djunaidi AR, SpPD
NIP. 195206061979051001 NIP. 195804140989031005
243

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

ULKUS DEKUBITUS
ICD 10..L89

1. Pengertian Lesi yang disebabkan oleh tekanan yang menimbulkan


(definisi) kerusakan jaringan di bawahnya

2. Anamnesa - Adanya faktor risiko :


a. Imobilisasi
b. Inkontinensia
c. Fraktur
d. defisiensi nutrisi (terutama vit.C dan albumin)
e. kulit kering
f. peningkatan suhu tubuh
g. berkurangnya tekanan darah
h. usia lanjut.
3. Pemeriksaan  Stadium I : Respon inflamasi akut terbatas pada epidermis,
fisik tampak sebagai daerah eritema indurasi dengan kulit masih
utuh atau lecet
 Stadium II : Luka meluas ke dermis hingga lapisan lemak
subkutan, tampak sebagai ulkus dangkal dengan tepi yang
jelas dan perubahan warna pigmen kulit, biasanya sembuh
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu
 Stadium III : Ulkus lebih dalam, menggaung, berbatasan
dengan fascia dan otot-otot
 Stadium IV : Perluasan ulkus menembus otot hingga tampak
tulang didasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada
tulang dan sendiLuka tekan biasa terjadi di daerah tulang
yang menonjol : sakrum dan kalkaneus, trokanter mayor ,
maleolus, tuberositas iskial
4. Kriteria Skala Norton
diagnosis
5. Diagnosis Ulkus dekubitus
6. Diagnosis Osteomielitis : terutama pada ulkus stadium IV
Banding
7. Pemeriksaan 1. Darah : DPL, kadar albumin
Penunjang 2. Kultur pus (mikroorganisme resistensi)
3. Foto tulang
8. Terapi 1. Eliminasi faktor-faktor resiko
2. Perhatikan status nutrisi: pemberian asam askorbat 500 mg
2 kali sehari, asupan protein yang cukup
3. Antibiotik sistemik : bila terdapat selulitis, sepsis, atau
osteomielitis. Klindamisin dan gentamisin dapat berpenetrasi
disekitar ulkus
4. Debridement jaringan nekrotik
5. Penggunaan kasur dekubitus
6. Perawat luka : kompres kasa dengan NaCl , 2-3 kali sehari
7. Tindakan medik berdasarkan derajat ulkus :
a. Dekubitus derajat I : kulit kemerahan dibersihkan dengan air
hangat dan sabun ,diberi lotion , kemudian dimassase 2-3
kali/hari
b. Dekubitus derajat II : dapat diberikan salep topikal
c. Dekubitus derajat III: usahakan luka selalu bersih dan
eksudat dapat mengalir
d. Dekubitus derajat IV: semua langkah a,,b,c, tetap dikerjakan
dan jaringan nekrotik harus dibersihkan
244

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

9. Edukasi 1. Menjelaskan kepada keluarga penyebab timbulnya luka


tersering pada usila,
2. Menjelaskan bagaimana mencegah luka tidak melebar
dengan perawatn luka yang benar dan dukungan keluarga
untuk membantu usila berubah posisi berbaring

10. Prognosis Ad vitam Dubia ad bonam


Ad sanationam Dubia ad bonam
Ad fungsionam Dubia ad bonam

11. Tingkat IV
evidens
12. Tingkat A
rekomendasi
13. Penelaah 1. Dr. Djunaidi AR, SpPD
Kritis 2. Dr. Nur Riviati, SpPD
14. Indikator Penyembuhan luka
Medis
15. Lama 1 bulan
Perawatan
16. Kepustakaan 1. Buku simposium geritari 2011
2. Buku Ajar Geriatri 2011

Mengetahui / Menyetujui Palembang, April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua Divisi Geriatri

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Djunaidi AR, SpPD
NIP. 195206061979051001 NIP. 195804140989031005
245

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

KONFUSIO
ICD .R41.8]

1. Pengertian Sindrom yang ditandai dengan gambaran klinik utama adanya


(definisi) gangguan kesadaran akut yang fluktuatif (terutama malam hari,
sundowning), gangguan kognitif, proses pikir yang tidak
terorganisasi dengan baik, gangguan psikomotor, siklus bangun-
tidur abnormal

2. Anamnesa Gangguan tersebut timbul dalam jangka pendek (jam atau hari)
dan cenderung berfluktuasi .
- Faktor Pencetus :
m. Gangguan metabolik (hipoksia, hiperkarbia, hipo atau
hiperglikemia, hiponatremia, azotemia)
n. Infeksi (sepsis,pneumonia, infeksi saluran kemih)
o. Penurunan cardiac output (dehidrasi, kehilangan darah
akut, infark miokard akut, gagal jantung kongestif
p. Strok (korteks kecil)
q. Obat-obatan (terutama antikolinergik)
r. Intoksikasi (alkohol)
s. Hipo atau hipertrmia
t. Lesi sistem saraf pusat
u. Psikosis akut
v. Pemindahan kelingkungan yang baru/tidak familiar
w. Impaksi fakal
x. Retensi urin

- Faktor Risiko:
j. Gangguan kognitif
k. Usia ≥ 80 tahun
l. Fraktur
m. Infeksi
n. Pria
o. Obat antipsikotik atau analgesik narkotik
p. Malnutrisi
q. Penambahan 3 obat atau lebih
r. Penggunaan kateter urin

3. Pemeriksaan 1. Tanda vital (kesadaran,tekanan darah, frek napas, denyut


fisik jantung, suhu dll)
2. Pemeriksaan neurologik dasar lengkap :
- tanda rangsang meningeal, ( kaku kuduk,
kernig, brudzinski) untuk mencari meningitis
dan perdarahan subarachnoid.
- tes memori
- tes orientasi

4. Kriteria  Menurut DSM IV – TR


diagnosis  Gangguan kesadaran dgn me ↓ kewaspadaan terhadap
lingkungan & ketidak mampuan memusatkan perhatian,
mempertahankan/ mengalihkan perhatian/konsentrasi
seperti normal
 Perubahan fungsi kognitif (gangguan memori, disorientasi,
gangguan berbahasa) atau gangguan persepsi(ilusi,
halusinasi)yang bukan karena demensia yang mungkin
sebelumnya sudah ada atau berkembang
 Gangguan terjadi akut (beberapa jam-beberapa hari),
berfluktuasi
 Bukti dari anamnesis/pem fisik/laboratorium → kondisi
246

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

 medik tertentu atau intoksikasi/efek samping/putus obat


 Diagnosis ditegakkan dengan algoritme Confussion
Assesment Method (CAM) yang menjadi baku emas
diagnosis (sensitivitas 94-100%, spesifisitas 90-95%)
 Algoritme CAM meliputi :
- Awitan yang akut
- Gangguan perhatian/konsentrasi ditambah dengan
salah satu dari gannguan proses berpikir atau gangguan
kesadaran
5. Diagnosis Konfusio
6. Diagnosis 1. Demensia
Banding 2. Afasia ( terutama afasia wernicke)
3. Kelainan psikiatrik : skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan
atensi
7. Pemeriksaan  Berdasar penilaian klinis dan disesuaikan keadaan pasien :
Penunjang  Pemeriksaan darah : DPL, elektrolit, analisa gas darah,
glukosa darah, ureum, kreatinin, tes fungsi hati, albumin,
fungsi tiroid, kadar vitamin B12, kortisol dan amonia darah
jika diperlukan
 Urinalisis lengkap, kultur vdan toksikologi jika perlu
 Pencitraan : ro ngen thorak, CT scan otak, pada pasien
dengan gejala neurologik fokal yang baru/ riwayat trauma
kepala, dugaan ensefalitis
 Punksi lumbal : pasien meningismus, papiledema
 EKG
 Neurofisiologi : EEG → menyingkirkan DD/ delirium
8. Terapi  Tujuan utama : menemukan & mengatasi pencetus & faktor
predisposisi
1. Identifikasi penyebab & tatalaksana yang sesuai
2. Terapi suportif : melindungi jalan napas, tata laksana
hipoksia, menjaga asupan nutrisi, mencegah ulkus
dekubitus
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman, sesuai untuk pasien
: kacamata, alat bantu dengar
4. Terapi farmakologik → mengatasi gejala
Hanya pada pasien yang berpotensi mencelakakan diri
dan orang lain
 Neuroleptik
1. Anti psikotik konvensional : haloperidol (obat pilihan)
dosis rendah 0,5-1,0 mg / kali
2. Antipsikotik atipikal : risperidone Benzodiazepin
- Umumnya diberikan lorazepam hingga mencapai 2 mg
setiap 4 jam IV/IM
- Pada pasien kelainan fungsi hati lorazepam diutamakan
(dengan menurunkan dosis)
Dosis obat
 Haloperidol oral 0,5-1 mg. 2x/hari, jika perlu dapat setiap
4 jam
IM : 0,5-1 mg, observasi 30 menit, ulangi jika perlu
 Risperidone : oral 2 x 0,5 mg
 Olan zapine : 2,5 – 5 mg 1x hari
 Quetia pine : oral 2x26 mg hati
 Lorazepam oral : 0,5-1 mg
IV : hanya pada kegawatdaruratan
247

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

9. Edukasi 1. Menjelaskan kepada keluarga tentang faktor-faktor resiko


yang menyebabkan usila tidak sadar
2. Menjelaskan tentang dukungan yang diperlukan untuk
tindakan perawatan yang baik dan benar selama usila tidak
sadar dalam menjalani perawatan sehingga mencegah
timbulnya penyakit lainnya seperti infeksi dan ulkus
dekubitus

10. Prognosis Ad vitam Dubia ad bonam


Ad sanationam Dubia ad bonam
Ad fungsionam Dubia ad bonam

11. Tingkat III-IV


evidens
12. Tingkat A/B
rekomendasi
13. Penelaah 1. Dr. Djunaidi AR, SpPD
Kritis 2. Dr. Nur Riviati, SpPD
14. Indikator Kesadaran membaik
Medis
15. Lama 1 Minggu
Perawatan
16. Kepustakaan 1.Buku simposium geritari 2011
2.Buku Ajar Geriatri 2011

Mengetahui / Menyetujui Palembang, April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua Divisi Geriatri

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Djunaidi AR, SpPD
NIP. 195206061979051001 NIP. 195804140989031005

Anda mungkin juga menyukai