Anda di halaman 1dari 3

Nama : Imran Pashar

NIM : 22020119410032

KASUS

Tn. A masuk rumah sakit dengan diagnosa Diabetes Melitus, klien mengatakan
lemas, pusing, nafsu makan menurun, malas berolaraga, nyeri pada ketiak
kanan, serta merasa kesemutan pada pada kedua kakinya, Klien tampak lemah,
kurang nafsu makan, berengen (luka disudut bibir), pasien mendapatkan terapi
insulin dan obatnya dipegang sendiri. Pemberian terapi insulin dilakukan oleh
perawat namun tidak memperhatikan prinsip pemberian obat secara benar.
Penggunaan terapi insulin disesuaikan berdasarkan hasil pemeriksaan gula
darah terakhir, pada Tn. A didapatkan hasil gula darah 238 mg/dl, namun pasien
mendapatkan terapi novorapid 10 unit/8 jam, dan hasil terakhir pasien
mengalami penurunan glukosa darah (hipoglikemia) dengan hasil GDS 68
mg/dl.

Analisis masalah patofisiologi


Hipoglikemia adalah efek samping yang paling umum dan serius dari suntik
insulin. Sekitar 16 persen dari penderita diabetes tipe 1 dan 10% dari pasien
diabetes tipe 2 mengalami efek samping ini setelah suntik insulin. Hipoglikemia
sendiri adalah suatu kondisi ketika kadar gula darah terlalu rendah, yaitu di
bawah 70mg/dL.1,2 Meski fungsi insulin berfungsi untuk menurunkan glukosa
darah, namun terlalu banyak asupan insulin lewat penyuntikan tidak akan baik
untuk tubuh. Pada kasus ini, kondisi ini dapat menimbulkan efek samping
berupa penurunan gula darah secara drastis setelah suntik insulin. Kadar gula
darah terlalu rendah terjadi karena insulin menyebabkan sel-sel hati dan otot
mengambil glukosa dari darah. Jika terlalu banyak menyuntikkan insulin, sel-
sel akan mengambil dan menyimpan terlalu banyak glukosa. Risiko mengalami
efek samping suntik insulin ini akan lebih tinggi jika melakukan terapi
insulin intensif atau secara terus menerus.2,3 Jadi, sangat mungkin orang dengan
diabetes mengalami hipoglikemia setelah suntikan insulin. Menurunnya kadar
gula darah akibat efek samping suntik insulin bisa mengurangi jumlah glukosa
yang tersedia untuk otak. Perlu tahu bahwa otak manusia hanya dapat
menggunakan glukosa sebagai sumber energi.4 Jika jumlahnya tidak
mencukupi, hipoglikemia akan membuat seseorang sakit kepala, penglihatan
kabur, kelelahan, dan tremor. Bahkan, efek samping suntik insulin ini bisa
menimbulkan komplikasi, seperti kejang, hilang kesadaran, dan kematian.2

Analisis masalah farmakologi


Penggunaan terapi insulin disesuaikan berdasarkan hasil pemeriksaan glukosa
darah pasien.5 Pada kasus diatas Tn. A 238 mg/dl, namun pasien mendapatkan
terapi novorapid 10 unit/8 jam, yang seharusnya jikalau glukosa darah sebesar
238 mg/dl, terapi insulin yang diberikan sebanya 5 unit/8 jam. Sehinga terapi
farmakologi yang diberikan tidak sesuai pada keadaan pasien yang dialami.1

Daftar Pustaka

1. Silverstein JM, Musikantow D, Puente EC, Daphna-Iken D, Bree AJ,


Fisher SJ. Pharmacologic amelioration of severe hypoglycemia-induced
neuronal damage. Neurosci Lett [Internet]. 2011;492(1):23–8. Available
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.neulet.2011.01.045

2. Briski KP, Mandal SK, Bheemanapally K, Ibrahim MMH. Effects of acute


versus recurrent insulin-induced hypoglycemia on ventromedial
hypothalamic nucleus metabolic-sensory neuron AMPK activity: Impact
of alpha1-adrenergic receptor signaling. Brain Res Bull [Internet].
2020;157(January):41–50.Availablefrom:
https://doi.org/10.1016/j.brainresbull.2020.01.013

3. Rodacki M, Carvalho RM, Zajdenverg L. The potential effect of ultra-long


insulin degludec on glycemic variability. Diabetes Res Clin Pract
[Internet]. 2017;133:92–103. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.diabres.2017.06.003
4. Kim KS, Kim SK, Sung KM, Cho YW, Park SW. Management of type 2
diabetes mellitus in older adults. Diabetes Metab J. 2012;36(5):336–44.

5. Song YM. Optimizing glycemic control of diabetes mellitus in older adults


- A tailored approach. J Intern Med Taiwan. 2019;30(2):132–49.

Anda mungkin juga menyukai