Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDHULUAN

ABORTUS INSIPIENS

Disusun Oleh

Yulika Disti Hapsari (201440139)

Dosen Pembimbing: Sammy Lazuardi Ginanjar, S.kep.

PRODI KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2022/2023
A. Konsep Dasar Abortus Inspiens
1. Definisi
Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. 
(Wiknjosastro, 2015)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat”tertentu”)pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Saifuddin, 2010).
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih
berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan
akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan leher rahim, namun janin masih berada di
dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin
lama semakin kuat dan semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.

2. Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
1) Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot ,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester
pertama, yakni:
a. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau kerusakan
kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan lokal Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi
trofoblas)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan
sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008)
2) Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak
diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi
ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan abortus.
b. Virus
Misalnya rubella,sitomegalovirus,virus herpes simpleks,varicella
zoster,vaccinia,campak,hepatitis,polio,dan ensefalomeilitis.
c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.
d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.
3) Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte
Antigen)
a. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya
trauma akibat pembedahan:
1. Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum minggu
ke-8
2. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.
3. Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma(terutama mioma submukosa),serviks inkompeten atau
retroflexio uteri gravidi incarcerata.
Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
4) Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis
yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan
Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak menggunakan obat-
obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut
tidak membahyakan janin ,atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
3. Manifestasi Klinis
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1. rasa mules lebih sering dan kuat
2. perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3. nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan
cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1. jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3. Manifestasi Klinis
a.Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
b.Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan dar ah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
c.Pedarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kr am perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.

4.Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
a. Perdarahan Perdarahan dapat diatas dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera 28 dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas
dan bentuk perforasi dikerjakanlah penjahitan luka perforasi atau histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas dan mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandungan kemih dan usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukaan pada alat-alat lain, untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi keadaan.
c. Infeksi Komplikasi umumnya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis,
peritonitis, endokarditis dan septikemia. Infeksi yang terjadi umumnya karena
adanya bakteri anaerob, kadang ditemukan koliform. Terapi infeksi antara lain adalah
evakuasi segera produk konsepsi disertai antimikroba spektrum luas secara intravena.
Apabila timbul sepsis dan syok maka perlu diberikan terapi suportif.

d. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).

5. Penatalaksanaan
Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan
mekanik.Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual.
Bila perdarahan:
1) Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi.
2) Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola hidatitosa)
3) Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan melalui
gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam

Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam

Hidroksiprogesteron 500 mg 250mg setiap 12


kaproag intramuskuler jam,bilaada perbaikan,
lanjutkan dengan 250mg
perhari hingga 7 hari
setelahperdarah berhenti.

a. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya dalam
mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
b.   Penenang penobarbital 3x30 gram valium
c. Anti pendarahan: Adona ,Transami
d. Vit B Komplek
e.   Hormon progesteron
f. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
g. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin

6. PemeriksaanPenunjang
1) Hasil USG Menunjukkan:
a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
f. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2) Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematokrit
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
3) Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak
nyeri.

7. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Data Subjektif
1.      Identitas: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan
dan alamat
2.      Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang dengan
keluhan utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah atau jaringan,
rasa nyeri atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada
punggung, mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta
mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya.
3.      Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
a.       Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau
pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b.      Riwayat kesehatan masa lalu
4.      Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
5.      Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
6.      Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
7.      Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
8.      Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9.      Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahn yang menyertainya.
10.  Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.
11.  Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
12.  Data psikososial.
-          Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
-          Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
13.  Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan
yang biasa dilakukan
14.  Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang di
inspeksi antara lain :
-    mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
-    Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b)      Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
-    Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Suhu badan normal atau
meningkat
-    Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Denyut nadi normal atau cepat
dan kecil
-    Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
- Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
-Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
d)     Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar: mendengarkan
di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising
usus atau denyut jantung janin. Tekanan darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005
: 39)
I.Analisa Data
N
O Data Penunjang Etiologi Masalah
1 DS: pasien mengeluh nyeri di
bagian abdomen disertai
dengan pendarahan di jalan
lahir.
DO: - Tampak

II. Diagnosa Keperawatan

III. Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai