Anda di halaman 1dari 6

Materi

ABORTUS

1. Pengertian Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia
kehamilan kurang dan 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 mingguatau berat janin
kurang dari 500 gram (Kemenkes, 2013).
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
hidup diluar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau
kehamilan kurang dari 28 minggu. Abortus ialah berakhirnya suatu
kehamilan yang diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu pada atau sebelum
kehamilan atau keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000gr atau umur kehamiln
kurang dari 28 minggu (Manuaba 2010).

2. Tanda-tanda Abortus
1) pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
2) Perut nyeri dan kaku
3) Pengeluaran sebagian produk konsepsi
4) Serviks dapat tertutup maupun terbuka
5) Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya

Diagnosis ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan ultrasonografi.

3. Faktor Predisposisi Abortus


Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
1) Faktor dari janin (fetal),yang terdiri dari: kelainan genetik
(kromosom)
2) Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan
hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi,
penggunaan obatobatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor
immunologis dan defek i anatomis seperti uterus didelfis,
inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum
waktu in partu, umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri
karena sindrom Asherman.
3) Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma

Selain itu, abortus juga dapat disebabkan oleh :

1) Penyakit kronis, seperti diabetes atau penyakit ginjal.


2) Penyakit autoimun, misalnya lupus dan sindrom antifosfolipid.
3) Penyakit infeksi, seperti toxoplasmosis, rubella, sifilis, malaria, HIV,
dan gonore.
4) Gangguan hormon, misalnya penyakit tiroid atau PCOS.
5) Kelainan rahim, misalnya serviks yang lemah dan miom.
6) Obat-obatan yang dikonsumsi, seperti obat antiinflamasi nonsteroid,
methotrexate, dan retinoid.
7) Kelainan pada rahim, misalnya serviks rahim.

4. Jenis-jenis Abortus
Berdasarkan kejadiannya abortus dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
1) Abortus spontan
Abortus spontan terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar (buatan)
untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan gambaran
kliniknya abortus dapat dibagi menjadi beberapa diantaranya sebagai
berikut (Prawirohardjo, 2010).
(1) Abortus completus (keguguran lengkap) adalah pengeluaran semua
hasil konsepsi dengan umur kehamilan > 20 minggu kehamilan
lengkap.
(2) Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian tetapi tidak semua
hasil konsepsi pada umur >20 minggu kehamilan lengkap.
(3) Abortus imminens adalah perdarahan intrauteri pada umur < 20
minggu kehamilan lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus,
tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Hasil
kehamilan yang belum viabel berada dalam bahaya tetapi
kehamilannya terus berlanjut.
(4) Missed abortion (keguguran tertunda) adalah kematian embrio atau
janin berumur < 20 minggu kehamilan lengkap tetapi hasil
konsepsi tertahan dalam rahim selama ≥ 8 minggu.
(5) Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil kehamilan
secara spontan yang belum viabel secara berturut-turut.
(6) Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi genetalia
interna sedangkan abortus sepsis adalah abortus terinfeksi dengan
penyebaran bakteri melalui sirkulasi ibu.
2) Abortus Provocatus
Abortus provocatus adalah tindakan abortus yang disengaja dilakkukan
untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat
janin 500 gram, abortus ini dibagi lagi menjadi sebagai berikut
(Manuaba, 2010):
(1) Abortus medisinalis adalah abortus yang dilakukan atas dasar
indikasi vital ibu hamil jika diteruskan kehamilannya akan lebih
membahayakan jiwa sehingga terpaksa dilakukan abortusbuatan.
Tindakan itu harus disetujui oleh paling sedikit tiga orang dokter.
(2) Abortus kriminalis adalah abortus yang dilakukan pada kehamilan
yang tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan yang tidak
bertanggung jawab, sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang
tidak terlatih sehingga menimbulkan komplikasi.

5. Pencegahan Abortus
Upaya pencegahan abortus dapat dilakukan oleh ibu hamil diantaranya :
1) Menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang, terutama
meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat.
2) Menjaga berat badan normal.
3) Tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan tidak
menyalahgunakan NAPZA.
4) Menerima vaksin sesuai anjuran dokter untuk mencegah penyakit
infeksi.
5) Menangani penyebab keguguran yang sudah terdeteksi, misalnya
suntik obat pengencer darah bila mengalami sindrom antifosfolipid.

Selain itu, abortus dapat dicegah melalui berbagai cara antara lain :
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang
berperan dalam terjadinya abortus, agar wanita terhindar dari abortus
dan tidak melakukan abortus ilegal. Pencegahan primer yang lebih
diutamakan adalah promosi dan pendidikan kesehatan mengenai
abortus. Terjadinya abortus sering dikaitkan dengan kehamilan yang
tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah
dengan penggunaan kontarasepsi yang tepat dan adekuat. Dengan
demikian diperlukan promosi kepada pasangan maupun individu
tentang pilihan luas metode kontrasepsi, termasuk kontrasepsi darurat
yang sesuai. Pendidikan tentang abortus dapat dilakukan dengan
memberikan informasi tentang status abortu legal, mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan, dan bagaimana mengakses layanan
berkualitas tinggi untuk manajemen komplikasi akibat abortus dan
metode keluarga berencana pasca abortus (WHO, 2008).
2) Pencegahan Sekunder
Pada pencegahan sekunder dilakukan dengan cara menegakkan
diagnosa secara tepat, dan mengadakan pengobatan yang cepat untuk
menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi akibat keterlambatan
penanganan.

6. Penanganan Dini Abortus


Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya
tanda-tanda infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus dan
melakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-
obat local, atau bahan lainnya.
1) Abortus Imminens
(1) Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
(2) Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual
(3) Jika perdarahan berhenti: lakukan asuhan antenatal seperti biasa.
Lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
(4) Jika perdarahan terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji
kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya
penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemui
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin
menunjukan kehamilan ganda atau mola.
(5) Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau
tokolitik (seperti salbultamol atau indometasin) karena obat-obat
ini tudak dapat mencegah abortus.
2) Abortus Inkomplit
(1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari
16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang dikeluarkan
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti beri ergometrium 0,2 mg
I.M. atau mistoprostol 400 mcg per oral.
(2) Jika perdarahan banyak dan terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :
(3) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi
yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika AVM tidak tersedia
(4) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2
mg I.M. (di ulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostal
400 mcEg per oral (dalam di ulangi setelah 4 jam jika perlu).
(5) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 50 ml cairan I.V. (garam
fisiologik atau Ringger Laktat) dengan kecepatan 400 tetes par
menit sampai terjadi eksfulsi hasil konsepsi.
b. Jika perlu berikaan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
3) Abortus Komplit
(1) Tidak perlu evakuasi lagi
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak pastikan untuk
tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(3) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600
mg per hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfuse
darah.
(4) Konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut.

Anda mungkin juga menyukai