1. Teknik medikamentosa
a. Prostaglandin E2 (PGE2)
Pemberian aplikasi lokal Prostaglandin E2 (dinoprostone) sering digunakan untuk
pematangan serviks uteri (ACOG, 1999).1
b. Prostaglandin E1 (PGE1)
Misoprostol adalah sintetik prostaglandin E1 yang pada awalnya dipakai dengan dosis
100 atau 200 μg tablet untuk pencegahan ulkus peptikum, namun American College of
Obstetricians and Gynecologists (2000) merekomendasi penggunaan untuk induksi
persalinan atau aborsi terapeutik karena aman dan efektif. Misoprostol dapat dipakai
sebagai pematangan serviks uteri atau sebagai induksi persalinan, namun penelitian
Villano2 menemukan bahwa PGE1 dapat dilakukan untuk induksi persalinan dengan oral
misoprostol μ75 setiap 4 jam dengan maksimal dua kali pemberian masih aman dan
efektif.
Dosis misoprostol oral: 25 μg, setiap 2 jam, misoprostol vagina: 25 μg, setiap 6 jam
Rekomendasi WHO.3
c. Biosintesis Prostaglandin1
Prostanoid yang terdiri dari prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin, berikatan dengan
G protein reseptor yang beberapa diantaranya ada di miometrium.
e. Cara Pemberian
Dosis misoprostol yang dianjurkan pada pematangan serviks adalah 25 mcg pervaginam
dengan frekuensi berkisar setiap 3-6 jam.10 Protokol WHO tahun 2011 menentukan dosis
misoprostol dengan pemberian transvaginal adalah 25 mikrogram setiap 6 jam atau
pemberian melalui oral sebesar 25 mikrogram setiap 2 jam. 3 Pemberian misoprostol 25
mcg dapat dilakukan maksimal 3 kali dalam sehari. 11
f. Efektifitas
Pemberian misoprostol dengan dosis 50μg setiap 6 jam dan 25 μg setiap 4 jam
merupakan pematangan serviks yang efektif dengan hasil yang memuaskan ini dapat
dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan misoprostol mempunyai
hubungan yang erat dengan waktu yang lebih singkat antara induksi persalinan sampai
terjadi persalinan selain itu juga mempunyai risiko tindakan bedah sesar yang lebih
rendah.12
Pemberian PGE-1 transvaginal lebih efektif dari pada pemberian PGE-2 intraserviks
dalam menurunkan risiko bedah sesar dan menurunkan risiko perawatan NICU dari bayi
yang dilahirkan.11 PGE-1 tablet juga mempunyai efektifitas yang sama dengan pemberian
transvaginal. Pemberian misoprostol 100μg secara oral mempunyai efektifitas yang sama
dengan pemberian 25μg intravaginal untuk pematangan serviks uteri.13
g. Efek Samping
Konsensus yang ada pada saat ini adalah menghindarkan penggunaan misoprostol pada
kasus riwayat operasi uterus dan bedah sesar sebelumnya, walaupun misoprostol dapat
menyebabkan ruptur uteri pada ibu tanpa riwayat persalinan bedah sesar sebelumnya. 14
Sindrom hiperstimulasi adalah kontraksi lebih lama dari 90 detik atau kontraksi lebih dari
5 kali dalam 10 menit sedangkan takisistol adalah kontraksi uterus lebih dari 6 kali dalam
10 menit dalam 2 kali 10 menit yang berurutan, hipersistol adalah kontraksi tunggal
dengan lama lebih dari 2 menit.15 Penambahan dosis pada vaginal misoprostol dapat
menyebabkan hiperstimulasi uterus yang mempunyai hubungan dengan perubahan
denyut jantung janin.16
h. Bioaviabilitas Misoprostol
Prostaglandin E alamiah lebih cepat dimetabolisme karena itu tidak dapat digunakan per
oral, dan durasi yang pendek walaupun digunakan parenteral, selain itu juga mempunyai
banyak efek samping karena efeknya tidak spesifik. Misoprostol dirubah secara struktur
dengan menambahkan metil ester pada rantai C1, kelompok metil pada C16, dan
kelompok hidroksil pada C16. Metil-ester pada C1 meningkatkan anti sekresi yang kuat
dan meningkatkan durasi dari misoprostol.
Penelitian klinis mendapatkan bahwa pemberian secara vaginal lebih efektif dibanding
oral untuk tindakan abortus terapeutik. Pemberian oral mencapai kadar tertinggi dalam
plasma dalam 30 menit, dan menurun dengan cepat dalam 120 menit. Pemberian
pervaginal mencapai kadar tertinggi dalam plasma secara bertahap dalam 70 - 80 menit,
dan menurun dengan perlahan dalam 6 jam. Penyerapan dalam vagina kurang konsisten
dibandingkan dengan pemberian secara oral.17