Anda di halaman 1dari 6

Laporan Superovulasi Bioteknologi Hewan

Disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Bioteknologi Tumbuhan dan Hewan

Disusun Oleh:

Dhiya Sabrina (140410190086)

Kelompok 8

Aslab: Kang Hilman

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2021
Pada hari Jumat, 2 November 2021 dilakukan praktikum ‘Superovulasi’
yang bertujuan untuk mengatahui salah satu metode teknologi reproduksi
berbantu (Artificial Reproduction Technology - ART) dan melakukan
superovulasi untuk memperoleh sel telur dalam jumlah melebihi normal.

Superovulasi merupakan teknik penyuntikan hormon gonadotropin pada


hewan betina untuk memperbanyak folikel yang berkembang, sehingga oosit yang
diovulasikan lebih banyak daripada kondisi normal. Teknik ini selain dapat
menghasilkan sel telur, serta dapat menghasilkan hormon-hormon reproduksi
yang berfungsi memelihara siklus dan fungsi organ reproduksi.

Tinda Afriani dalam bukunya yang berjudul ‘Superovulasi Pada Ternak’


menyatakan bahwa superovulasi merupakan salah satu teknologi dibidang
peternakan yang merupakan bagian terpenting dalam proses penerapan teknologi
transfer embrio pada ternak. Superovulasi menurut Sudarto (1985) dalam Afriani
(2017) adalah pengadaan ova (sel telur) dalam jumlah banyak dari induk donor
yang memiliki kualitas genetik yang tinggi, merupakan salah satu syarat utama
yang harus ditempuh sebelum transfer embrio. Superovulasi adalah perlakuan
terhadap induk donor untuk mendapatkan sel telur yang diovulasikan lebih banyak
dari biasanya dengan memberikan hormon-hormon tertentu dari luar.
Superovulasi merupakan cara untuk meningkatkan jumlah oosit yang diproduksi
oleh ovarium melalui peningkatan jumlah kematangannya menjadi ovum,
sehingga terjadi ovulasi dan akan diikuti peningkatan jumlah korpus luteum
(Ratnawati et al., 2011 dalam Rahmawati, 2018).

Tujuan utama superovulasi adalah untuk meningkatkan jumlah oosit yang


dihasilkan dan jumlah embrio yang potensial. Menurut Solihati dkk. (2006) tujuan
utama superovulasi adalah untuk meningkatkan jumlah oosit yang dilepaskan dan
jumlah embrio yang potensial. Hormon yang biasa digunakan untuk merangsang
pertumbuhan folikel dan ovulasi adalah pregnant mare serum gonadotrophin
(PMSG) dan follicle stimulating hormone (FSH).

Target organ superovulasi adalah ovarium dimana terdapat folikel yang


didalamnya mengandung oosit (Solihati dkk., 2006). Di rumah pemotongan hewan
(RPH) ovarium tergolong kepada limbah dan bersama dengan organ reproduksi
yang lain dijual dengan harga yang sangat murah. Induksi superovulasi pada
ternak yang akan dipotong dapat meningkatkan jumlah folikel dan oosit yang
dihasilkan, sehingga akan meningkatkan manfaat ovarium dari ternak-ternak yang
dipotong di RPH, dan selanjutnya dapat digunakan untuk memproduksi embrio
secara in vitro (Solihati dkk., 2006).
Hormon gonadotropin dibagi menjadi dua yaitu Folicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Lutienizing Hormone (LH) (Balasch et al., 2006 dalam Putra
dan Razai, 2017). Hormon PMSG mengandung hormon FSH + LH tetapi
konsentrasi FSH lebih tinggi, sedangkan hCG juga mengandung FSH + LH tetapi
konsentrasi LH lebih tinggi dibandingkan LH (Putra dan Razai, 2017). Hormon
gonadotropin memiliki fungsi untuk merangsang proses perkembangan telur pada
tahap maturasi, ovulasi dan spawning (Putra dan Razai, 2017).

Hormon PMSG merupakan suatu glikoprotein kompleks yang mempunyai


aktivitas seperti FSH dan LH. Hormon PMSG bekerja melalui penghambatan
terhadap proses atresi folikel (Putro, 1996 dalam Nur dkk., 2016). Nur dkk.
(2016), menyatakan bahwa preparat PMSG bekerja untuk merangsang
pertumbuhan folikel. Kandungan asam sialat yang tinggi pada molekul PMSG
menyebabkan waktu paruh hormon PMSG lebih panjang, sehingga cukup
diberikan dalam dosis tunggal (Moore, 1984 dalam Nur dkk., 2016; Dieleman et
al., 1993 dalam Nur dkk., 2016).

Perlakuan superovulasi yang diiringi dengan pemberian hormon hCG


berfungsi untuk mencegah involusi normal sel-sel korpus luteum sehingga sekresi
hormon progesteron dan estrogen meningkat serta menyebabkan endometrium
terus tumbuh dan menyimpan nutrisi. Hormon hCG memiliki aktivitas biologi
serupa dengan LH. Selain itu, pemberian hCG dapat menyebabkan perpanjangan
waktu hidup korpus luteum (Nishigai et al., 2001 dalam Nur dkk., 2016).
Situmorang dan Siregar (1997) dalam Nur dkk. (2016), melaporkan penyuntikan
500 IU hCG pada puncak berahi dapat meningkatkan persentase kebuntingan
kerbau lumpur yang telah disinkronisasi dengan prostaglandin dan diinseminasi
buatan menggunakan semen beku.

Penerapan superovulasi pada manusia contohnya adalah inseminasi buatan


dan bayi tabung. Superovulasi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan
transfer embrio (TE). Transfer embrio adalah suatu metode khusus dalam
beternak, dengan cara menyuntik seekor betina dewasa dengan sejenis hormon
eksogen untuk mendapatkan sejumlah sel telur yang kemudian dibuahi dengan
cara inseminasi buatan atau kawin alam, kemudian dicangkokkan kedalam saluran
reproduksi induk-induk penerima yang telah disinkronkan, untuk dibesarkan dan
dilahirkan (Afriani, 2017).

Inseminasi buatan merupakan upaya pembuahan melalui rahim (uterus)


hewan atau manusia untuk mendapatkan keturunan tanpa melalui proses kopulasi
alamiah. Cara yang digunakan oleh para ahli medis dalam melakukan inseminasi
buatan pada manusia melalui titip rahim sama dengan apa yang dilakukan
inseminasi buatan terhadap hewan, yaitu dengan mengambil sperma laki-laki
kemudian menginjeksikannya ke dalam vagina atau rahim wanita. Upaya medis
yang dilakukan melalui inseminasi buatan ini karena beberapa sebab, diantaranya
karena terjadinya penyumbatan saluran telur dan kandungan pada rahimnya lemah
sehingga sperma suami sulit mencapai dan menyatu dengan ovum atau sel telur
(Anam, 2010).

Adapun bayi tabung adalah sutu proses dengan cara mengambil sperma
laki-laki dan ovum (sel telur) wanita, kemudian mempertemukan sperma dengan
ovum dan memprosesnya didalam tabung (luar rahim) setelah terjadi pembuahan
lalu dimasukkan kembali ke dalam rahim wanita atau isterinya (Anam, 2010).

Pada dasarnya inseminasi buatan sama dengan bayi tabung, yaitu


bercampurnya sel sperma dengan sel telur (ovum) tanpa melalui proses alamiah.
Hanya saja yang membedakan antara inseminasi buatan dengan teknik bayi
tabung adalah proses atau caranya ketika dalam tahap pembuahan (Anam, 2010).

Alat dam bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi mencit betina
dan jantan umur 6-8 minggu, pakan menit (CP 551), sekam, larutan NaCl
fisiologis (0,9%), hormon PMSG, hormon hCG, syringe dan jarum 26G, dan
kandang pemeliharaan mencit.

Praktikum superovulasi ini menurut Hogan et al. (1986) dilaksanakan


dengan pertama disuntikkan secara intraperitoneal (di rongga perut) PMSG
(Pregnant Mare Serum Gonadotrophin) dosis 5 IU/ekor pada induk mencit betina.
Kemudian, disuntik mencit tersebut setelah empat puluh delapan jam kemudian
dengan hCG (human Chorionic Gonadotropin) dosis 5 IU/ekor secara
intraperitoneal. Selanjutnya, dipelihara mencit betina selama 15-16 jam dengan
tetap diberi pakan dan minum secara ad libitum (secara terus menerus).
Dikawinkan mencit betina tesebut dengan cara disatukandangkan dengan mencit
jantan normal. Dilihat sumbat vagina mencit pada keesokan harinya yang bila ada
sumbat maka menunjukkan terjadinya kopulasi dan ditentukan sebagai umur
kebuntingan (uk) 0 hari. Terakhir, dipelihara induk mencit betina yang bunting
hingga umur kebuntingan 3 hari untuk dikoleksi embrionya.
Daftar Pustaka

Afriani, T. 2017. Superovulasi Pada Ternak. Padang: Andalas University Press.

Anam, C. 2010. Kewarisan Anak Hasil Inseminasi Buatan dan Akibat Hukum
Terhadap Kewarisan Anaknya, Kajian Antara Hukum Islam dan Hukum
Positif [Skripsi]. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN).

Balasch J, Fabregues F, Penarrubia J, Carmona F, Casamitjana R, Creus M


Manau, D., Casals, G., Vanrell, J. A. 2006. Pretreatment with transdermal
testosterone may improve ovarian response to gonadotrophins in poor-
responder IVF patients with normal basal concentrations of FSH. Hum
Reprod: 7:1884-1893.

Dieleman, S.J., M.M. Bavers. P.L.A.M. Vos, and F.A.M. de Loos. 1993.
PMSG/anti-PMSG in cattle: A simple and efficiency superovulatory
treatment. Theriogenology. 39:25-41.

Hogan, B., C. Frank and L. Elizabeth. 1986. Manipulating The Mouse Embryo A
Laboratory Manual. USA: Cold Spring Harbor Laboratory.

Moore, N.W. 1984. Manipulation of Reproduction in the Goat. In Goat


Production and Research in the Tropics. Copland, J.W. (Ed.). Australia :
University of Queensland, Brisbane.

Nishigai, M., A. Takamura, H. Kamomae, T. Tanaka, and Y. Kaneda. 2001. The


effect of human chorionic gonadotrophin on the development and function
of bovine corpus luteum. J. Reprod. Develop. 47(5):283-294.

Nur, N. A., Siregar, T. N., Hamdan., Nasution, I., Thasmi, C. N dan Dasrul. 2016.
Pengaruh Pemberian PMSG dan hCG terhadap Peningkatan Jumlah
Kelahiran Hamster Campbell (Phodopus campbelli). Jurnal Medika
Veterinaria 10(1) : 59-61.

Putra, W. K. A dan Razai, T. S. 2017. Pengaruh Hormon Pregnan Mare Serum


(PMSG) Murni dan Kombinasi terhadap Gonadosomatik Indeks,
Hepatosomatik Indeks Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii). Journal
of Aquaculture Science 2(2) : 61–71.

Putro, P.P. 1996. Teknik superovulasi untuk transfer embrio pada sapi. Bull. FKH
UGM. XIV(1):1-20.

Rahmawati, I. 2018. Pengaruh Pemberian Antibodi Poliklonal PMSG (Pregnant


Mare Serum Gonadotropin) (Abpo PMSG) yang Berasal dari Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) Jantan terhadap Jumlah Fetus Mencit (Mus
musculus). Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 7(1) : 51-61.

Ratnawati D, Dikman DM, dan Efendy J. 2011. Pemanfaatan PMSG Lokal


sebagai Alternatif Hormon Superovulasi. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Hal: 32-37.

Situmorang, P. dan A.R. Siregar. 1997. Pengaruh hormon hCG setelah


penyuntikan estrumate terhadap kinerja reproduksi kerbau lumpur
(Bubalus bubalis). JITV. 2:213-217.

Solihati, N., Lestari, T. D., Hidajat, K., Setiawan, R dan Nurhayat, L. J. 2006.
Perlakuan Superovulasi Sebelum Pemotongan Ternak. JURNAL ILMU
TERNAK 6(2) : 145-149.

Sudarto. 1985. Manfaat Dan Prospek Masa Depan Dari Transfder Embrio
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor Press.

Anda mungkin juga menyukai