Anda di halaman 1dari 6

Buletin Veteriner Udayana Volume 12 No.

1: 92-97
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2020
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i01.p16
Terakreditasi Nasional Peringkat 3, DJPRP Kementerian Ristekdikti
No. 21/E/KPT/2018, Tanggal 9 Juli 2018

Perkembangan Folikel dan Munculnya Estrus setelah Penyuntikan GnRH pada Sapi
Bali yang Mengalami Anestrus Postpartum dengan Body Condition Score Berbeda
(FOLLICULAR DEVELOPMENT AND THE ONSET OF ESTRUS DUE TO INDUCTION
OF GNRH IN BALI CATTLE ANESTRUS POSTPARTUM WITH DIFFERENT BODY
CONDITION SCORE)
I Nyoman Oka Widiarta¹*, Tjok Gde Oka Pemayun², I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana²
¹Puskeswan Sobangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Bali. ²Laboratorium
Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman,
Denpasar, Bali. *Email: oka.widi015@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan folikel dan munculnya estrus setelah
penyuntikan GnRH pada sapi bali yang mengalami anestrus postpartum lebih dari tiga bulan dengan
body condition score (BCS) berbeda di Kabupaten Badung, Bali. Rancangan yang digunakan pada
penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga kelompok perlakuan yaitu
kelompok I : sapi bali yang mengalami anestrus postpartum dengan BCS 2, kelompok II : sapi bali yang
mengalami anestrus postpartum dengan BCS 3 , kelompok III : sapi bali yang mengalami anestrus
postpartum dengan BCS 4 dan masing-masing kelompok terdiri dari 9 ulangan . Ketiga kelompok sapi
ini disuntik GnRH (Fertagyl,Intervet Inc) dengan dosis 500µg/im/ekor. Hasil penelitian menunjukkan
rataan ukuran folikel sebelum penyuntikan GnRH adalah 4.03 + 0.21 mm, 4.60 + 0.18 mm, 4.56 + 0.22
mm masing-masing untuk BCS 2, BCS 3 dan BCS 4 dan rataan ukuran folikel setelah penyuntikan
GnRH adalah 7.08 + 0.42mm, 11.06 + 0.40mm dan 11.99 + 0.33 masing-masing untuk BCS 2, BCS 3
dan BCS 4 dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Waktu munculnya estrus
pada ketiga kelompok perlakuan adalah 7.75 + 0.89 hari, 4.63 + 0.52 hari dan 3.63 + 0.52 hari, masing-
masing untuk BCS 2, BCS 3 dan BCS 4 dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0,05). Ukuran diameter folikel terbesar diperoleh pada sapi bali yang mempunyai BCS 4 yaitu
sebesar 11,99 + 0,33 mm dengan waktu munculnya estrus 3.63 + 0.52 hari. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penyuntikan GnRH 500µg, mampu meningkatkan perkembangan folikel dan
menginduksi munculnya estrus pada sapi bali yang mengalami anestrus postpartum.
Kata kunci: Folikel ovarium; estrus; GnRH, sapi bali; BCS
ABSTRACT
This study aim to determine the development of follicles and onset of estrus due to GnRH induction
in bali cattle which has anestrus postpartum more than three month with differnt body condition score
in the Badung regency of Bali.The designd used in this study was a complete random design were
divided into three treatment groups, namely Group 1 : cattle with BCS 2, Group 2 : cattle with BCS 3,
Group 3 : cattle with BCS 4, each group consisted of 9 replication. All of group of bali cattle are
induced by GnRH (Fertagyl, Intervet,Inc) at a dose of 500µg/IM/cattle. The result of this study indicate
the development of follicles averages before induction of GnRH is 4.03 + 0.21 mm, 4.60 + 0.18 mm,
4.56 + 0.22 mm, each for BCS2, BCS 3 and BCS 4 and development of follicles averages after induction
of GnRH is 7.08 + 0.42mm, 11.06 + 0.40 mm and 11.99 + 0.33 each for BCS 2, BCS 3 and BCS 4 and
statistically shows that there are significant differences (P<0,05). The averages onset of estrus in the
three treatment group is 7.75 + 0.89 day, 4.63 + 0.52 day dan 3.63 + 0.52day, each for BCS 2, BCS 3
and BCS 4 and statistically shows that there are significant differences (P<0,05). The largest follicular
diameter in BCS 4 is 11,99 + 0,33 mm with the time of onset of estrus 3,63 + 0,52 day. The result can
be concluded that the induction of GnRH 500ug in bali cattle can increase follicular development and
accelerate the oset of estrous.
Keywords: Development of follicles ovary; estrus; GnRH; bali cattle; BCS.

92
Buletin Veteriner Udayana Widiarta et al.

PENDAHULUAN 2001). Menurut Hafez (2000) bahwa


anestrus akibat hipofungsi ovarium
Masalah yang banyak dihadapi oleh
sering berhubungan dengan gagalnya sel-
peternak di Bali adalah panjangnya
sel folikel menanggapi rangsangan
calving interval akibat tidak munculnya
hormonal, adanya perubahan kuantitas
estrus lebih dari tiga bulan setelah
maupun kualitas sekresi hormonal,
melahirkan, tingginya kasus anestrus
menurunnya rangsangan yang
postpartum mengakibatkan lambatnya
berhubungan dengan fungsi hipotalamus-
laju populasi (Laksmi et al., 2019). Nitis
pituitaria-ovarium yang akan
dan Pemayun (2000) melaporkan kasus
menyebabkan menurunnya sekresi
anestrus postpartum pada sapi bali yaitu
gonadotropin sehingga tidak ada aktivitas
rata-rata 4,11 bulan dan panjangnya
ovarium setelah melahirkan. Beberapa
calving interval dengan rata-rata 14,83
peneliti telah melaporkan bahwa untuk
bulan.
merangsang aktivitas ovarium pada kasus
Kegagalan reproduksi merupakan
anestrus postpartum dengan
salah satu faktor utama yang dapat
penyuntikan hormon gonadotropin pada
menghambat laju perkembangan
sapi (Hafez, 2000). Penyuntikan GnRH
populasi ternak. Untuk dapat melahirkan
pada sapi potong (Yavas and Walton,
satu anak dalam setahun setiap induk sapi
2003) dan penyuntikan GnRH pada sapi
umumnya calving interval tidak lebih
perah (Pemayun, 2009) Penelitian ini
dari 365 hari dan kembali estrus tidak
bertujuan untuk mengetahui
lebih dari tiga bulan setelah melahirkan
perkembangan folikel, dan munculnya
(Opsomer and de Kruif, 1999). Anestrus
estrus setelah penyuntikan GnRH 500µg
postpartum sering merupakan penyebab
pada sapi bali yang mengalami anestrus
infertilitas pada sapi. Gangguan
postpartum dengan body condition score
reproduksi ini umumnya terjadi pada sapi
berbeda
induk sesudah partus atau inseminasi /
perkawinan tanpa terjadi konsepsi. METODE PENELITIAN
Menurut Kesler and Garverick (1982), Penelitian ini menggunakan 27 ekor
anestrus pada sapi disebabkan oleh sapi bali yang mengalami anestrus
berbagai faktor diantaranya gangguan postpartum lebih dari tiga bulan dengan
hormonal, perubahan lingkungan, body condition score (BCS) yang berbeda
manajemen pakan yang kurang baik dan di peternakan yang ada di kabupaten
penyakit. Badung. Penentuan anestrus postpartum
Nutrisi merupakan faktor penyebab dilakukan dengan melakukan palpasi
terjadinya gangguan reproduksi sapi rektal pada sapi yang tidak menunjukkan
potong di daerah tropis (Besung et al., tanda estrus yang ditandai dengan
2019). Nutrisi dan cadangan energi tubuh ovarium berukuran normal dengan
dibutuhkan dalam proses metabolisme, permukaan yang licin karena tidak ada
sintesis hormon reproduksi,
perkembangan folikel dan corpus luteum.
pertumbuhan, laktasi dan aktivitas Pakan yang diberikan adalah jerami padi,
reproduksi. Arthur (1982) menyatakan batang pisang, rumput raja, hijauan dan
bahwa body condition score yang rendah, konsentrat. Sistem pemeliharaan dengan
kondisi tubuh yang kurang baik dan stress kandang koloni dimana sapi tidak pernah
saat laktasi dapat memperpanjang dikelurkan dari kandang dan tanpa
periode anestrus. Hal ini akan diberikan exercise.
mempengaruhi fungsi hipofisa anterior Rancangan yang digunakan pada
sehingga produksi dan skresi hormon penelitian ini adalah rancangan acak
FSH dan LH rendah yang menyebabkan lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga
ovarium tidak berkembang atau kelompok perlakuan yaitu kelompok I:
mengalami hipofungsi (Noakes et al.,

93
Buletin Veteriner Udayana Volume 12 No. 1: 92-97
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2020
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i01.p16

sapi bali yang mengalami anestrus Analisis Statistik


postpartum dengan BCS 2, kelompok II: Data yang diperoleh di tabulasi dan
sapi bali yang mengalami anestrus dianalisis statistik dengan program excel
postpartum dengan BCS 3, kelompok III: 2017 for windows.
sapi bali yang mengalami anestrus HASIL DAN PEMBAHASAN
postpartum dengan BCS 4 dan masing-
masing kelompok terdiri dari 9 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ketiga kelompok sapi ini disuntik GnRH rataan ukuran folikel sebelum
(Fertagyl,Intervet Inc) dengan dosis penyuntikan GnRH adalah 4.03 + 0.21
500µg/im/ekor. mm, 4.60 + 0.18 mm, 4.56 + 0.22 mm
Parameter yang diukur pada masing-masing untuk BCS 2, BCS 3 dan
penelitian ini adalah perkembangan BCS 4 dan rataan ukuran Folikel setelah
folikel yang diukur dengan USG (KX penyuntikan GnRH adalah 7.08 +
5200, KAIXIN), yaitu sebelum 0.42mm, 11.06 + 0.40mm dan 11.99 +
penyuntikan GnRH dan pada saat muncul 0.33 masing-masing untuk BCS 2, BCS
estrus. Munculnya estrus setelah 3 dan BCS 4 (Tabel 1). Dari hasil paparan
penyuntikan GnRH yang ditandai dengan diatas secara statistik menunjukkan
keluarnya lendir, perubahan kondisi perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap
vulva (merah, bengkak, basah), gelisah diameter folikel sebelum dan sesudah
dan nafsu makan menurun, menaiki dan penyuntikan GnRH antara kelompok I,II
diam dinaiki sesamam sapi betina (Hafez, dan III. Perbedaan diameter folikel
2000). Pengamatan terhadap munculnya ovarium sebelum dan sesudah
estrus dilakukan dua kali sehari yaitu pagi penyuntikan GnRH lebih jelas dapat
pukul 06.00-07.00 WITA dan sore hari dilihat pada gambar 1.
pukul 17.00-18.00 WITA.

Tabel 1. Rata-rata ( 𝑥̅ + SD) Diameter Folikel Ovarium (mm) sebelum dan sesudah pemberian
Gn-RH
Diameter Folikel (mm)
Kelompok
Awal ( 𝑥̅ + SD) Akhir ( 𝑥̅ + SD)
BCS 2 4.03 + 0.21 ͣ 7.08 + 0.42 ᵇ
BCS 3 4.60 + 0.18 ͣ 11.06 + 0.40 ᵇ
BCS 4 4.56 + 0.22 ͣ 11.99 + 0.33 ᵇ
Ket: Huruf yang berbeda pada baris yang sama adalah perbedaan yang nyata pada tatanan
5 % (P<0,05).

Sebelum Sesudah

Gambar 1. diameter folikel sebelum dan sesudah diberikan GnRH 500 µg (a.folikel ovarium,
b. Ovarium)

94
Buletin Veteriner Udayana Widiarta et al.

Rataan terhadap munculnya estrus penelitian yang dilakukan oleh Putro


pada ketiga kelompok perlakuan setelah (2014 ) menunjukkan bahwa pemberian
penyuntikan GnRH adalah 7.75 + 0.89 Gn-RH mampu meningkatkan diameter
hari, 4.63 + 0.52 hari dan 3.63 + 0.52 hari, folikel ovulasi secara nyata dengan
masing-masing untuk BCS 2, BCS 3 dan diameter folikel 14,40 mm. Adanya
BCS 4.Waktu munculnya estrus secara perbedaan ukuran diameter folikel
statistik menunjukkan perbedaan yang dipengaruhi status nutrisi. Status nutrisi
nyata (P<0,05) sesudah penyuntikan dan cadangan energi tubuh dapat
GnRH antara Kelompok I, II dan III. dievaluasi secara klinis melalui BCS.
Perbedaan waktu munculnya estrus Body condition score erat hubungannya
sesudah penyuntikan GnRH antara dengan cadangan lemak tubuh, dimana
kelompok I, II dan III lebih jelas dapat diketahui jumlah simpanan lemak tubuh
dilihat pada diagram 1. mempengaruhi fertilitas dan proses
steroidogenesis. Hal ini mengindikasikan
bahwa adanya kaitan erat antara jaringan
BCS 4 adiposa dan sistem reproduksi
(Leifers,2004). Perbaikan nutrisi yang
BCS 3
meliputi kuantitas dan kualitas harus
dilakukan pada sapi sapi yang memiliki
BCS < 2 sebelum terapi hormonal akan
BCS 2
memberikan hasil yang optimal. Adanya
interaksi yang komplek antara antara
0 2 4 6 8
Waktu Munculnya Estrus (Hari)
faktor lingkungan atau manajemen
(nutrisi), respon individual dan derajat
Diagram 1. waktu munculnya estrus keparahan akan menimbulkan respon
sesudah penyuntikan GnRH kesembuhan yang berbeda (Budiyanto et
Aktivitas ovarium setelah melahirkan al., 2016).
merupakan hal yang sangat penting harus Mihm and Bleach (2003),
diperhatikan untuk bisa meningkatkan menyatakan perbedaan gizi dan status
perfoman reproduksi. Berkembang dan reproduksi dapat mempengaruhi
berfungsinya organ reproduksi setelah pelepasan GnRH dan LH selama periode
melahirkan tergantung dari kadar LH dan postpartum pada sapi perah akibat
FSH dari hipofisa anterior yang dikontrol keseimbangan energy negatif.
oleh GnRH yang diskresikan oleh Keseimbangan energi negatif dapat
hypothalamus dan selain itu status pakan terjadi pada pada sapi perah dengan skor
setelah melahirkan sangat berpengaruh kondisi tubuh yang rendah. Status
terhadap sekresi hormon gonadotrophin metabolisme hewan akibat keseimbangan
(Miller et al., 1998). energi negatif akan mempengaruhi
Hasil penelitian ini menunjukkan sirkulasi berbagai hormon seperti leptin,
bahwa terjadi peningkatan perkembangan insulin, GH, IGF-1, kortisol atau tiroksin
folikel dan munculnya estrus pada sapi yang berpengaruh terhadap proliferasi
bali yang mengalami anestrus postpartum sel-sel folikuler sapi dan steroidogenesis.
setelah pemberian GnRH. Hal ini sesuai Hormon metabolik seperti IGF-1
dengan kerja hormon seperti yang merupakan mediator intake makanan dan
dilaporkan oleh Hafez (2000) bahwa / atau keseimbangan energi terhadap
GnRH berfungsi mengiduksi pelepasan fertilitas sapi yang berperan dalam
FSH dan LH di Hipofisa anterior perkembangan folikel (Diskin et al.,
sehingga dapat menyebabkan folikel dan 2013). Kurangnya asupan nutrisi akan
terjadinya estrus. Sesuai dengan mempengaruhi senyawa metabolisme

95
Buletin Veteriner Udayana Volume 12 No. 1: 92-97
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2020
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i01.p16

dan hormon seperti insulin dan insulin estrus yang lebih cepat dipengaruhi
like growth-I yang mempengaruhi karena kadar estrogen lebih tinggi yang
hipothalamus dan hipofisa terhadap disebabkan oleh jumlah folikel yang
respon ovarium dan sensitifitas GnRH tumbuh dan berkembang lebih banyak
pada hipofisis sehingga energy tubuh dan lebih cepat (Pemayun,2009).
akan menekan pelepasan GnRH dan SIMPULAN
mempengaruhi pulsatile LH yang
diperlukan untuk pertumbuhan folikel. Simpulan
(Budiyanto et al., 2016). Ukuran folikel Dari hasil penelitian dapat
de graff yang berkembang cepat dan disimpulkan bahwa pemberian GnRH
mencapai ukuran maksimal akan 500µg mampu meningkatkan
meningkatkan konsentrasi estrogen perkembangan folikel dan menginduksi
dalam cairan folikuli folikel ovarium munculnya estrus pada sapi bali yang
menjadi optimal sehingga menginisiasi mengalami anestrus postpartum, dimana
terjadinya estrus dengan tampilan birahi sapi dengan BCS 4 menunjukkan
lebih jelas (Budiyanto, 2018) diameter folikel terbesar sebesar
Timbulnya estrus pada penelitian ini 11,99±0,33 mm dengan waktu
setelah penyuntikan GnRH 500 µg tidak munculnya estrus tercepat yaitu 3,63 ±
jauh berbeda seperti yang dilaporkan 0,52 hari.
sebelumnya munculnya estrus rata-rata Saran
7,17 ± 3,24 hari dengan kisaran hari 5-10 Perlu dilakukan perbaikan nutrisi
hari (Pemayun, 2009). Panjang pada sapi dengan BCS 2 sebelum
pendeknya waktu munculnya estrus dilakukan penyuntikan GnRH dan perlu
sangat dipengaruhi oleh peningkatan diberikan exercise pada sapi dengan BCS
perkembangan folikel dimana faktor 3 dan BCS 4.
nutrisi sangat berperan penting dalam UCAPAN TERIMAKASIH
metabolisme dan sintesis hormon.
Semakin tinggi BCS respon terhadap Penulis mengucapkan terimakasih
pemberian hormon semakin bagus, ini kepada Departemen Reproduksi FKH
berkaitan dengan nutrisi dimana Udayana, dan Dinas Pertanian dan
kekurangan pakan dalam kurun waktu Pangan Kabupaten Badung atas
yang lama pada sapi akan menyebabkan dukungannya dalam memfasilitasi
GnRH tidak di respon secara aktif di penelitian ini.
hipofisa anterior sehingga terjadi DAFTAR PUSTAKA
penurunan pertumbuhan folikel dominan
secara bertahap sehingga tidak mencapai Arthur GH. 1982. Veterinary
folikel maksimum (Diskin et al., 2003). Reproduction and Obstetrics. 5th Ed.
Menurut Bossis et al. (1999) dan Bailleire Tindall, London, UK. Pp.
Butler (2000), konsumsi energi 616.
meningkatkan glukosa darah dan insulin Besung INK, Watiniasih NL, Mahardika
yang dapat meningkatkan getaran sekresi IGNK, Agustina KK, Suwiti NK.
LH dan memperbaiki tanggap ovarium 2019. Mineral levels of Bali cattle
terhadap stimulasi LH, LH diperlukan (Bos javanicus) from different types
untuk pertumbuhan folikel. Peningkatan of land in Bali, Nusa Penida, and
perkembangan folikel ini membawa Sumbawa Islands (Indonesia).
konsekuensi peningkatan kadar estrogen Biodiversitas. 20(10): 2931-2936.
dalam darah. Estrogen selain Bossis I, Wettemann RP, Welly SD,
menimbulkan estrus pada sapi, juga Vizcarra JA, Spiceer LJ, Diskin MG.
memacu efek umpan balik positifnya 1999. Nutionally induced anovulation
terhadap LH (Hafez,2000). Munculnya in beef heifers ovarian and endocrine

96
Buletin Veteriner Udayana Widiarta et al.

function presceeding cessation of University, Wanginengen and


ovulation. J. Anim. Sci. 77: 1536- Division of Animal Resources
1546. Development, Animal Science
Budiyanto A, Thopianong TC, Group, Lelystad. ISBN 90-5808-998-
Triguntoro, Dewi HK. 2016. 3.
Gangguan reproduksi sapi bali pada Mihm M, Bleach ECL. 2003. Endocrine
pola pemeliharaan semi intensif di regulation of ovarian antral follicle
daerah sistem integrasi sapi – kelapa development in cattle. Anim. Reprod.
sawit. Acta Veterinaria Indonesiana. Sci. 78: 217-237.
4(1): 14-18 Miller DW, Blanche D, Boukhliq R,
Budiyanto A. 2018. Faktor Gangguan Curlewis JD, Martin GB. 1998.
Reproduksi Di Indonesia Dalam Central metabolic messenger and the
Manajemen Breeding Sapi Potong. effect of nutrition on gonadotrophin
Disampaikan dalam acara refreshing scretion in sheep. J. Reprod. Fertility.
untuk Dosen Pembimbing Lapangan 112: 347-356.
Koassistensi, Departemen Nitis IM, Lana K, Sukanten W, Pemayun
Reproduksi FKH UGM, 21 TGO, Puger AW. 1994. Growth and
September 2018. Reproductive Performance of Bali
Buttler WR. 2000. Nutritional interaction Heifer under Three Strata Forage
with reproduktive perfomance in System. Report to FAO. Project No.
dairy cattle. Anim. Reprod. Sci. 60- AGAP-653AN 40/5. Rome.
61: 449-457. Noakes DE, Geoffrey HA, Timothy JP,
Diskin MG, Mackey DR, Roche JF, Gary CWE. 2001. Arthur’s
Sreenan JM. 2003. Effects of Veterinary Reproduction and
nutrition and metabolic status on Obstetrics, l Eighth Editions. Elsevier
circulating hormones and ovarian Health Sciences.
follicle develpoment cattle. Anim. Opsomer G, Grohn YT, Hertl J, Coryn M,
Reprod. Sci. 78: 345-370. Deluyker H, de Kruif A. 2000. Risk
Hafez ESE. 2000. Reproduction in farm factors for post partum ovarian
animal. Edition 7th Ed. Lippncott dysfunction in high producing cows
Williams & Wilkins. Maryland. USA. in Belgium: A field study.
Kesler DJ, Garverick HA. 1982. Ovarian Theriogenology. 53: 841–857.
cysts in dairy cattle: A review. J. Pemayun TGO. 2009. Induksi estrus
Anim. Sci. 55: 1147-1159. dengan PMSG dan GnRH pada sapi
Laksmi DNDI, Trilaksana IGNB, perah anestrus postpartum. Buletin
Darmanta RJ, Darwan M, Bebas IW, Veteriner Udayana 1(2): 83-87.
Agustina KK. 2019. Correlation Putro P. 2014. Dinamika folikel ovulasi
between body condition score and setelah perlakuan sinkronisasi estrus
hormone level of Bali cattle with dengan implan progesteron
postpartum anestrus. Indian J. Anim. intravagina pada sapi perah. J. Sain
Res. 53(12): 1599-1603. Vet. 31(2): 128-137.
Liefers S. 2004. Physiologi and Genetics Yavas Y, Walton J. 2003. Postpartum
of Leptin in Periparturient Dairy acyclicity in suckled beef cows: A
Cows. (Ph.D. Thesis). Animal review Theriogenology. 54(1): 25–
Breeding and Genetics, Wageningen 55.

97

Anda mungkin juga menyukai