Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 1 Nomor 1, November 2019


p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

PENGARUH PEMBERIAN KEDELAI TERHADAP SISTEM REPRODUKSI

Rizky Aprilia Wikayanti*, Andre Parmonangan Panjaitan


Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong
Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung, Indonesia 35145
*apriliarizkywikayanti@gmail.com (+6282179979589)

ABSTRAK
Kedelai merupakan tanaman Leguminoceae, yang mengandung senyawa isoflavon. Struktur kimianya
menyerupai 17β-estradiol yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan reseptor estrogen yang
dapat berpengaruh terhadap sistem reproduksi manusia. Tujuan literatur review ini untuk mengetahui
efek kedelai terhadap sistem reproduksi manusia. Metode yang digunakan adalah metode literatur
review dari 50 artikel PubMed NCBI, Elsevier dan BMJ Journal yang diperoleh hanya 38 artikel yang
digumakan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2018. Berbagai penelitian eksperimental yang
dilakukan menunjukkan bahwa kedelai memiliki efek terhadap sistem reproduksi manusia. Kedelai
dapat menyebabkan sekresi FSH, sekresi LH menurun dan meningkatkan konsentrasi estradiol bebas.
Penurunan FSH dan LH dapat menyebabkan gangguan dalam siklus menstruasi terutama pada fase
folikular dan ovulasi, jika fase folikular terganggu maka siklus menstruasi akan menjadi tidak teratur.
Selain itu fitoestrogen yang terkandung dalam kedelai diketahui dapat menghambat 17-β
hidroksisteroidoksidoreduktase sehingga mengakibatkan penurunan kadar testosteron.

Kata kunci: kedelai, reproduksi

THE ROLE OF SOYBEAN FOR REPRODUCTIVE SYSTEM

ABSTRACT
Soybean is a Leguminoceae plant, which contains isoflavone compounds. Its chemical structure
resembles 17β-estradiol which has ability to bind to estrogen receptors which can affect the human
reproductive system. The purpose of this review literature is to determine the effect of soy on the
human reproductive system. Using research articles and books related to the effect of soy on the
reproductive system from 2000 to 2018. Various experimental studies conducted showed that soy has
an effect on the human reproductive system. Soy can cause FSH secretion, decreased LH secretion
and increasing the free concentration of estradiol. Decreased FSH and LH can cause disruption in the
menstrual cycle, especially in the follicular phase and ovulation, if the follicular phase is disrupted
then the menstrual cycle will become irregular. In addition, phytoestrogens contained in soy are
known to inhibit 17-β hydroxysteroidoxidoreductase, resulting in a decrease in testosterone
levels.
Keywords : soybean, reproductive

PENDAHULUAN ini ketersediaan kedelai tumbuh sekitar


Kedelai adalah tanaman polong-polongan 1,67% setiap tahunnya. Produksi kedelai
yang banyak dijumpai di beberapa negara yang cukup melimpah di Indonesia
dan sudah dimanfaatkan dalam menu menimbulkan daya konsumsi masyarakat.
makanan sehari-hari karena salah satu Kedelai dikonsumsi dalam bentuk kue
tanaman yang murah, mudah diperoleh, dan kedelai, kacang goreng, susu kedelai,
dapat diolah menjadi berbagai produk yang tepung kedelai dan minyak kedelai, serta
bercita-rasa dan bergizi tinggi (Aldillah, dalam banyak bentuk lainnya, baik hanya
2014). Ketersediaan kedelai di Indonesia kedelai atau dalam kombinasi dengan
secara rata-rata pada periode 1993–2016 produk makanan lain untuk manusia dan
adalah 9,07 kg/kapita/tahun, pada periode
53
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group

sebagai pakan ternak (Whitten dan Patisaul, terbaru dengan proses pencarian artikel
2001). database. Tahun penerbitan artikel yang
digunakan adalah tahun 2000 sampai tahun
Kandungan kedelai yaitu protein, vitamin, 2018. Jumlah artikel yang digunakan ada 38
mineral, dan isoflavon (fitoesterogen) artikel.
diketahui memiliki efek yang positif bagi
kesehatan tubuh dan menjadikan kedelai HASIL
sebagai salah satu sumber protein nabati Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
utama di Indonesia. Namun, beberapa efek terhadap sistem reproduksi seperti
penelitian menyebutkan bahwa penelitian Rahmi (2007) terhadap
mengkonsumsi kedelai dapat membuat spermatogenesis mencit jantan strain balb/c
konsentrasi semen yang rendah, kualitas didapatkan penurunan spermatogenesis oleh
semen yang buruk, kurangnya motilitas defisiensi testosteron yang ditimbulkan
sperma dan akhirnya libido berkurang kedelai. Testosteron merupakan hormon
(Derosa, Nikov dan Castle, 2006). Selain utama yang diproduksi oleh sel leydig
itu, penelitian Cawood et al., (2001) sebagai hasil rangsangan dari Luteinizing
menunjukkan bahwa pemberian kedelai Hormon (LH) dari hipofisis anterior, yang
dapat mengakibatkan cacat reproduksi dan sangat dibutuhkan dalam spermatogenesis
infertilitas (Cawood et al, 2001). Menurut yang berfungsi mengontrol spermatogenesis
Hess (2003) dan Glover-Assinder (2006) pada pembelahan meiosis dan juga
pemberian kedelai mengakibatkan distorsi spermiogenesis. Penurunan kadar
dalam kesuburan mamalia jantan sehingga testosteron tentunya akan mengganggu
berkorelasi langsung dengan distorsi spermatogenesis (Greenspan dan Baxter,
spermatogenesis yang menyebabkan 2010; Rahmi, 2007). Penelitian oleh
disfungsi, infertilitas, dan toksisitas Assinder et al., (2005), di New Zealand
reproduksi (Hess, 2003; Glover dan menunjukkan bahwa fitoestrogen dapat
Assinder, 2006). Kedelai merupakan meningkatkan apoptosis pada sel benih (sel
makanan yang dikonsumsi oleh hampir calon spermatogenik) & menurunkan
seluruh masyrakat Indonesia yang dapat produksi sperma. Penelitian oleh Nagata et
diolah menjadi tahu dan tempe namun al., (2001) membuktikan bahwa susunan
informasi yang lebih mendalam mengenai kimia kedelai memiliki pengaruh pada
penggunaannya yang terbatas sehingga kesehatan reproduksi pria termasuk
perlu dilakukannya studi literatur untuk menurunkan berat kelenjar prostat,
mengetahui efek kedelai terhadap tubuh. menurunkan kadar testosteron, dan
Tujuan literatur review ini untuk menyebabkan nekrosis dan kematian pada
mengetahui efek kedelai terhadap sistem sel testikular secara signifikan (Assinder et
reproduksi karena kedelai merupakan al, 2005; dan Nagata et al, 2000).
makanan yang dikonsumsi oleh hampir
seluruh masyarakat Indonesia sehingga Penelitian Setchell et al., (2000)
dapat memberikan informasi bagi menunjukkan bahwa isoflavon menginduksi
masyarakat luas. abnormalitas sistem reproduksi jantan
(Setchell et al, 2000). Hal ini diperkuat
METODE dengan penelitian Chevarro et al., (2008)
Penulisan ini menggunakan metode yang yang menunjukkan bahwa isoflavon yang
digunakan adalah metode literatur review diberikan per oral pada manusia dapat
dari 50 artikel PubMed NCBI, Elsevier dan menurunkan konsentrasi sperma (Chevarro
BMJ Journal yang diperoleh hanya 38 et al, 2008). Selain itu, penelitian yang
artikel yang digunakan terkait ilmu dilakukan oleh Cardoso et al., (2007)
reproduksi manusia dan manfaat kedelai menyatakan bahwa isoflavon yang
yang menggunakan penelitian-penelitian diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg dan 10

54
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group

mg/kg dapat menurunkan volume semen pembentukkan sperma/ovum; (2) kinerja


pada kelinci (Cardoso et al, 2007). kegiatan seksual pria/wanita; dan (3)
Penelitian yang telah dilakukan oleh pengaturan fungsi reproduksi pria/wanita
Kuntana (2009) menunjukkan bahwa dengan berbagai hormon (Guyton dan Hall,
pemberian ekstrak kedelai dapat 2016).
menurunkan kualitas sperma pada kelinci
(Oryctolagus cuniculus) (Kuntana, 2009). Kedelai sudah banyak diteliti dalam
Penelitian Adeeyo et al., (2011) kesehatan tetapi masih sangat sedikit
menunjukkan bahwa tepung kedelai informasi terkait manfaat kedelai sebagai
berpengaruh terhadap berat testis, motilitas salah satu bahan alam yang dapat
dan viabilitas sperma, kadar testosteron mempengaruhi sistem reproduksi manusia.
serta abnormalitas morfologi sperma yang Pernyataan tersebut dibuktikan dengan
meliputi kaput, dan ekor sperma (Adeeyo et beberapa hasil penelitian yang sudah
al, 2011). dilakukan, dimana menyatakan bahwa biji
kedelai mengandung senyawa isoflavon
Penelitian yang dilakukan An et al., (2018) (Pelissero et al, 2000; Delmote dan Rader,
di Chungbuk National University, Korea 2006). Isoflavon merupakan kelompok
terhadap tikus betina dan jantan yang flavonoid yang mempunyai aktivitas
dikawinkan dan diamati selama masa estrogenik potensial dan strukturnya
gestasional, laktasional, dan perkembangan memiliki kemiripan dengan hormon
sistem reproduksi. Pemberian susu kedelai estrogen. Kandungan senyawa isoflavon
tidak mempengaruhi kelahiran dan pada biji kedelai adalah 9,4 mg (Barlow,
perkembangan fisik anak laki-laki dan Johnson dan Scofield, 2007). Berdasarkan
perempuan. Penilaian sistem reproduksi struktur kimianya menyerupai 17β-estradiol
terhadap tikus jantan didapatkan bobot menyebabkan kemampuannya berikatan
testis dan epididimida meningkat secara dengan reseptor estrogen. Fitoestrogen
signifikan dengan memberi makan susu kedelai, seperti genistein atau isoflavon,
kedelai konsentrasi tinggi. Selain itu, diketahui dapat menghambat 17-β-
pemberian susu kedelai juga meningkatkan hidroksisteroidoksidoreduktase, enzim yang
jumlah dan motilitas sperma. Sehingga, diperlukan dalam pengubahan
susu kedelai aman untuk embrio, janin, androstenodion menjadi testosteron,
keturunan, dan meningkatkan sehingga pada defisiensi enzim tersebut
perkembangan fungsi reproduksi (An et al, mengakibatkan penurunan kadar testosteron
2018). (Gruber et al, 2000).

PEMBAHASAN Fitoestrogen memiliki kemampuan efek


Kedelai adalah jenis tanaman estrogen dan atau efek anti estrogen karena
Leguminoceae, yang sudah dikenal dan kemiripan strukturnya dengan hormon
sering dikonsumsi manusia. Biji, daun, dan estradiol yang terdapat pada manusia.
bunganya sering dimanfaatkan dan Fitoestrogen memunculkan efek anti
dijadikan penelitian karena mempunyai estrogenik jika berada pada lingkungan
sejumlah senyawa yang berperan penting dengan konsentrasi estrogen tinggi, dan
dalam kehidupan manusia. Penelitian sebaliknya memunculkan efek estrogenik
menunjukkan bahwa kedelai mempunyai jika berada di lingkungan dengan
efek terhadap sistem reproduksi manusia konsentrasi estrogen yang rendah. Efek
(Kementrian Pertanian, 2015). Sistem estrogenik ini yang kemudian timbul pada
reproduksi manusia dibagi menjadi dua mencit jantan karena rendahnya konsentrasi
yaitu sistem reproduksi pria dan wanita. estrogen. Timbulnya efek estrogenik ini
Dalam sistem reproduksi dibagi menjadi (1) dapat mengakibatkan penurunan androgen.
spermatogenesis/oogenesis, yang berarti Penurunan androgen ini, menyebabkan

55
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group

turunnya kadar testosteron sebagai endokrin yang mendasari dan siklus di


androgen terbesar yang diproduksi testis, ovarium pada prinsipnya sama seperti
contoh lain akibat peningkatan kadar proses daur menstruasi sehingga proses
estrogen pada pria adalah ginekomastia. menstruasi yang terjadi pada manusia sama
Konsumsi kedelai yang berlebihan selama hal nya dengan mencit betina. Takaran dosis
masa pertumbuhan dan perkembangan dan lama waktu mengkonsumsi susu
sistem reproduksi pria diketahui dapat kedelai yang aman dan benar belum
mempengaruhi kesuburan saat memasuki diketahui secara pasti (Strom et al., (2001;
masa pubertas. Konsumsi kedelai yang Ganong, 2014). Pino et al., (2000)
berlebihan dapat mengganggu kualitas menjelaskan aktivitas estrogenik ketika
sperma. Hal ini berkaitan dengan aktivitas diberikan pada wanita pasca-menopause
estrogenik dari salah satu kandungan dengan menunjukkan peningkatan kadar
isoflavon yang terdapat pada kedelai globulin pengikat hormon seks atau SHBG
sehingga pertumbuhan dan perkembangan yang berperan dalam mengikat hormon
sistem reproduksi pria dapat terganggu gonad (Pino et al, 2000). Studi terbaru
(Gultekin dan Yildiz, 2006; Akingbemi et menyimpulkan bahwa isoflavon dapat
al, 2007). ditargetkan untuk terapi penggantian
hormon pada wanita menopause (Lagari
Isoflavon kedelai dapat berikatan dengan dan Levis, 2014; Poluzzi et al, 2014).
RE (Reseptor Estrogen) di hipotalamus Suplementasi sekitar 54 mg isoflavon untuk
mensintesis GnRH (Gonadotropin- jangka waktu 8 minggu pada wanita pasca-
Releasing Hormone) untuk menstimulus menopause dapat menurunkan kadar
sekresi FSH (Follicle Stimulating hormon perangsang folikel atau FSH dan
Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). hormon luteinizing atau LH (Husain et al,
Hipothalamus dan hipofise mempunyai 2015).
resptor androgen dan estrogen. Efek inhibisi
yang diperantarai oleh estradiol yang Isoflavon dilaporkan memberikan efek
dihasilkan dari aromatisasi testosteron dapat penyeimbangan pada hormon reproduksi
menyebabkan sekresi FSH dan sekresi LH dan fungsi endotelial wanita yang berada di
menurun. Genistein selain dapat berikatan akhir menarche mereka tetapi, tidak ada
dengan RE, dapat berikatan secara aktif efek untuk wanita post-menopause.33
dengan SHBG (Sex Hormone Binding Namun, menurut Messina et al., (2005)
Globulin), sehingga meningkatkan bahwa suplementasi kedelai memberikan
konsentrasi estradiol bebas. Penurunan FSH efek sebelum adanya gejala menopause
dan LH dapat menyebabkan gangguan (Amato et al, 2005). Suplementasi kedelai
dalam siklus menstruasi terutama pada fase dalam 16 minggu dalam bentuk susu
folikular dan ovulasi, jika fase folikular kedelai (71,6 mg isoflavon yang berasal
terganggu maka siklus menstruasi akan dari 706 mL susu kedelai/hari) dan
menjadi tidak teratur (Koeswara dan isoflavon (70 mg isoflavon + 706 mL susu
Sutrisno, 2006; Drake, 2009). sapi/ hari) meningkatkan kekebalan pada
pasca-menopause wanita dengan
Strom et al., (2001) menjelaskan memodulasi sel B dan perlindungan
perbandingan pemberian susu formula terhadap kerusakan DNA (Messina et al,
kedelai dan susu sapi formula pada sampel 2005; Ryan-Borchers et al, 2006). Wang et
penelitian mengungkapkan bahwa al., (2013) menjelaskan bahwa pemberian
kelompok sampel yang diberikan susu isoflavon pada tikus betina dapat
formula kedelai mengalami durasi menimbulkan komplikasi serius pada sistem
menstruasi yang lebih panjang selama reproduksi dengan aktivasi berbagai jalur
menstruasi. Mencit betina akan mengalami apoptosis. Selain itu, didapatkan penurunan
ovulasi spontan dengan daur estrus, proses kadar estradiol serum dan peningkatan

56
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group

jumlah atresia folikel ovarium dan jumlah A. (2005). Endocrine disruption of


korpus luteum (Wang et al, 2013). Menurut sperm production in rats by a high
Adeeyo et al., (2011) efek antifertilitas dari phytoestrogen diet. Proceedings of the
kacang kedelai yang digunakan dalam New Zealand Society of
pakan/makanan >8,33% dari pakan/ Endocrinology Annual Meeting held
makanan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan as the part of MedSciNZ Congress.
untuk memverifikasi studi ini, serta derivasi Queenstown, New Zealand.
tingkat aman yang lebih tepat dari kacang
kedelai juga sangat dibutuhkan (Adeeyo et Barlow, Johnson, Scofield. (2007). Fact
al, 2011). Sheet on The Phytoestrogen
Genistein. NIEHS/NCI Environment
SIMPULAN Research Center. Diakses dari
Kedelai memiliki pengaruh terhadap sistem http://cerhr.niehs.nih.gov/chemicals/g
reproduksi manusia seperti mengakibatkan enistein, 8/08/2010.
penurunan kadar testosteron dan
menurunkan kadar androgen tubuh. Cardoso, Mondadori, Bianchini, Nair et al.
(2007). Effect of Chronic Treatment
DAFTAR PUSTAKA with Soy Derived Isoflavones on
Adeeyo, Salawu, Ola, Saka, Adeleke, Reproductive Health of Male Rabbits.
Adeniyi, OS. (2011). Effects of Soya Journal Biology Science. 23 (1), 75-
Beans Supplements on Fertility in 82.
Male Wistar Rats. Macedonian
Journal of Medical Sciences. 4 (1), Cawood, Mitchell, Kinniburgh, Provan,
54-59. Collins, A.R. and Irvine. (2001).
Effect of a phytoestrogens food
Akingbemi BT, Braden TD, Kemppainen supplement on reproductive health in
BW, Hancock KD, Sherrill JD, Cook normal males. Clinical Science. 100,
SJ, He X, Supko JG. (2007). 613-618.
Exposure to phytoestrogens in the
perinatal period affects androgen Chevarro, J.E., Toth, T.L., Sado, S.M.,
secretion by testicular Leydig cells in Hauser, R. (2008). Soy Food and
the adult rat. Endocrinology. 148 (1), Isovlavone Intake in Relation to
4475–4488. Semen Quality Parameters Among
Men from an Infertility Clinic.
Aldillah, R. (2014). Analisis Produksi Dan Human Reproduction. 23 (1), 2584-
Konsumsi Kedelai Nasional [Tesis]. 259.
Bogor; Fakultas Kedokteran Institut
Pertanian Bogor. Colacurci, Chiantera, Fornaro, Novellis,
Manzella, Arciello et al. (2013).
Amato, Young, Steinberg, Murray, Lewis, Effects of Soy Isoflavones on
Cramer et al. (2013). Effect of Soy Endothelial Function in Healthy
Isoflavone Supplementation on Postmenopausal Women. Menopause.
Menopausal Quality of Life. 12 (3), 299–307.
Menopause. 20 (4), 443–447.
Delmonte dan Rader. (2006). Analysis of
An, Park, Ban, Choi, Seo, Lee et al. (2018). Isoflavones in Foods and Dietary
Effects of a soybean milk product on Supplements. Journal of AOAC
feto-neonatal development in rats. J International. 89 (4), 1138-1146.
Biomed Res. 32 (1), 1–57.
Derosa, Nikov, and Castle. (2006).
Assinder S, Davis R, Fenwick M, Glowver Environmental exposures that affect
57
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group

the endocrine system: Public Health Karahalil B. (2006). Benefit and risks of
Implications. Journal of Toxicology phytoestrogen. In: Yildiz F, editor.
and Environmental Health. 1 (2), 20- Phytoestrogens in functional foods.
26. Boca Raton, Florida: CRC Press
Taylor&Francis Group LLC. 1 (2),
Drake, VJ. (2009). Isoflavones. Linus 210-215.
Pauling Institute. Oregon State
University. Diakses dari Kementerian Perindustrian. (2015). Ironi
http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/ Kedelai Impor di Negeri Tempe.
phytochemicals /soyiso.Ganong, W.F. Jakarta: Kemenprin.
(2014). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. Koeswara, Sutrisno. (2006). Isoflavon
Senyawa Multi Manfaat Dalam
Glover, A. and Assinder, S.J. (2006). Acute Kedelai. IPB: Bogor.
exposure of adult male rats to dietary
phytoestrogens reduces fecundity and Kuntana, Y.P. (2009). Pengaruh Pemberian
alters epididymal steroid hormone Phytoestrogen Terhadap Kualitas
receptor expression. Journal of Spermatozoa, Spermatogenesis dan
Endocrinology. 189, 565-573 Luas Jaringan Interstitial pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus), Jurnal
Greenspan FS, Baxter JD. (2014). Bionatura. 11 (1), 47-58.
Endokrinologi dasar & klinik, ed 4.
Jakarta: EGC.. Lagari, Levis. (2014). Phytestrogens for
Menopausal Bone Loss and
Gruber, Tschugguel, Schneeberger, Huber. Climacteric Symptoms. The Journal
(2000). Production and Actions of of Steroid Biochemistry and
Estrogens. The New England Journal Molecular Biology. 139, 294–301.
of Medicine. 346 (5), 340-352.
Messina, Ho, Alekel. (2004). Skeletal
Gultekin E, Yildiz F. (2006). Introduction Benefits of Soy Isoflavones: A
to phytoestrogen. In: Yildiz F, editor. Review of the Clinical Trial and
Phytoestrogens in functional foods. Epidemiologic Data. Current Opinion
Boca Raton: CRC Press in Clinical Nutrition & Metabolic
Taylor&Francis Group LLC. Care. 7 (6), 649–658.

Guyton dan Hall. (2016). Buku Ajar Nagata, C., Inaba, S., Kawakami, N.,
Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Kakizoe, T. & Shimizu, H. (2000).
Jakarta : EGC. Inverse association of soy product
intake with serum androgen and
Hess, R.A. (2003). Estrogen in adult male estrogen concentrations in japanese
reproductive tract: A review. men. Nutrition and Cancer 36, 14–1
Reproductive Biology and
Endocrinology. 1, 52-63. Pelissero, C.B., Latonnelle, K., Sequeira,
A., Lamothe. (2000). Phytoestrogens,
Husain, Khanna, Puri, Haghighizadeh. Endocrine Disrupters from Food.
(2015). Supplementation of Soy Analusis. 28, 763-776.
Isoflavones Improved Sex Hormones,
Blood Pressure, and Postmenopausal Pino, Valladares, Palma, Mancilla, Yáñez,
Symptoms. Journal of the American Albala et al. (2000). Dietary
College of Nutrition. 34 (1), 1–7. Isoflavones Affect Sex Hormone-
Binding Globulin Levels in

58
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group

Postmenopausal Women. The Journal Health Perspectives. 1 (5), 71-73.


of Clinical Endocrinology and
Metabolism. 85 (8), 2797–2800.

Poluzzi, Piccinni, Raschi, Rampa,


Recanatini, De Ponti et al. (2014).
Phytestrogens in Postmenopause: The
State of the Art from a Chemical,
Pharmacological, and Regulatory
Perspective. Current Medicinal
Chemistry. 21 (4), 417.

Rahmi D. (2007). Pengaruh pemberian


ekstrak kedelai pada spermatogenesis
mencit jantan strain balb/c [skripsi].
Semarang: Fk Universitas
Diponegoro.

Ryan-Borchers, Park, Chew, McGuire,


Fournier, Beerman et al. (2006). Soy
Isoflavones Modulate Immune
Function in Healthy Postmenopausal
Women. The American Journal of
Clinical Nutrition. 83 (5), 1118–
1125.

Setchell, K, Nechemias, L.Z, Cai, J, Heubi,


J. (2000). Isoflavone Content of
Instant Formulas and the Metabolic
Fate of These Phytoestrogens in Early
Life. American Journal Society for
Clinical Nutriion. 68, 1453-1461..

Strom, Schinnar, Zieger, Barnhart, Sammel,


Macones et al. (2001). Exposure to
Soy-based Formula in Infancy and
Endocrinological and Reproductive
Outcomes in Young Adulthood.
JAMA. 286 (7), 807 – 14.

Wang, Zhang, Liu, Sun, Li, Li et al. (2013).


Metabolomic Changes in Follicular
Fluid Induced by Soy Isoflavones
Administered to Rats from Weaning
Until Sexual Maturity. Toxicology
and Applied Pharmacology. 269 (3),
280–289.

Whitten dan Patisaul (2001). Crossspecies


and interassay comparisons of
phytoestrogen action. Environment
59
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group

60

Anda mungkin juga menyukai