ABSTRAK
Kedelai merupakan tanaman Leguminoceae, yang mengandung senyawa isoflavon. Struktur kimianya
menyerupai 17β-estradiol yang memiliki kemampuan untuk berikatan dengan reseptor estrogen yang
dapat berpengaruh terhadap sistem reproduksi manusia. Tujuan literatur review ini untuk mengetahui
efek kedelai terhadap sistem reproduksi manusia. Metode yang digunakan adalah metode literatur
review dari 50 artikel PubMed NCBI, Elsevier dan BMJ Journal yang diperoleh hanya 38 artikel yang
digumakan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2018. Berbagai penelitian eksperimental yang
dilakukan menunjukkan bahwa kedelai memiliki efek terhadap sistem reproduksi manusia. Kedelai
dapat menyebabkan sekresi FSH, sekresi LH menurun dan meningkatkan konsentrasi estradiol bebas.
Penurunan FSH dan LH dapat menyebabkan gangguan dalam siklus menstruasi terutama pada fase
folikular dan ovulasi, jika fase folikular terganggu maka siklus menstruasi akan menjadi tidak teratur.
Selain itu fitoestrogen yang terkandung dalam kedelai diketahui dapat menghambat 17-β
hidroksisteroidoksidoreduktase sehingga mengakibatkan penurunan kadar testosteron.
ABSTRACT
Soybean is a Leguminoceae plant, which contains isoflavone compounds. Its chemical structure
resembles 17β-estradiol which has ability to bind to estrogen receptors which can affect the human
reproductive system. The purpose of this review literature is to determine the effect of soy on the
human reproductive system. Using research articles and books related to the effect of soy on the
reproductive system from 2000 to 2018. Various experimental studies conducted showed that soy has
an effect on the human reproductive system. Soy can cause FSH secretion, decreased LH secretion
and increasing the free concentration of estradiol. Decreased FSH and LH can cause disruption in the
menstrual cycle, especially in the follicular phase and ovulation, if the follicular phase is disrupted
then the menstrual cycle will become irregular. In addition, phytoestrogens contained in soy are
known to inhibit 17-β hydroxysteroidoxidoreductase, resulting in a decrease in testosterone
levels.
Keywords : soybean, reproductive
sebagai pakan ternak (Whitten dan Patisaul, terbaru dengan proses pencarian artikel
2001). database. Tahun penerbitan artikel yang
digunakan adalah tahun 2000 sampai tahun
Kandungan kedelai yaitu protein, vitamin, 2018. Jumlah artikel yang digunakan ada 38
mineral, dan isoflavon (fitoesterogen) artikel.
diketahui memiliki efek yang positif bagi
kesehatan tubuh dan menjadikan kedelai HASIL
sebagai salah satu sumber protein nabati Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
utama di Indonesia. Namun, beberapa efek terhadap sistem reproduksi seperti
penelitian menyebutkan bahwa penelitian Rahmi (2007) terhadap
mengkonsumsi kedelai dapat membuat spermatogenesis mencit jantan strain balb/c
konsentrasi semen yang rendah, kualitas didapatkan penurunan spermatogenesis oleh
semen yang buruk, kurangnya motilitas defisiensi testosteron yang ditimbulkan
sperma dan akhirnya libido berkurang kedelai. Testosteron merupakan hormon
(Derosa, Nikov dan Castle, 2006). Selain utama yang diproduksi oleh sel leydig
itu, penelitian Cawood et al., (2001) sebagai hasil rangsangan dari Luteinizing
menunjukkan bahwa pemberian kedelai Hormon (LH) dari hipofisis anterior, yang
dapat mengakibatkan cacat reproduksi dan sangat dibutuhkan dalam spermatogenesis
infertilitas (Cawood et al, 2001). Menurut yang berfungsi mengontrol spermatogenesis
Hess (2003) dan Glover-Assinder (2006) pada pembelahan meiosis dan juga
pemberian kedelai mengakibatkan distorsi spermiogenesis. Penurunan kadar
dalam kesuburan mamalia jantan sehingga testosteron tentunya akan mengganggu
berkorelasi langsung dengan distorsi spermatogenesis (Greenspan dan Baxter,
spermatogenesis yang menyebabkan 2010; Rahmi, 2007). Penelitian oleh
disfungsi, infertilitas, dan toksisitas Assinder et al., (2005), di New Zealand
reproduksi (Hess, 2003; Glover dan menunjukkan bahwa fitoestrogen dapat
Assinder, 2006). Kedelai merupakan meningkatkan apoptosis pada sel benih (sel
makanan yang dikonsumsi oleh hampir calon spermatogenik) & menurunkan
seluruh masyrakat Indonesia yang dapat produksi sperma. Penelitian oleh Nagata et
diolah menjadi tahu dan tempe namun al., (2001) membuktikan bahwa susunan
informasi yang lebih mendalam mengenai kimia kedelai memiliki pengaruh pada
penggunaannya yang terbatas sehingga kesehatan reproduksi pria termasuk
perlu dilakukannya studi literatur untuk menurunkan berat kelenjar prostat,
mengetahui efek kedelai terhadap tubuh. menurunkan kadar testosteron, dan
Tujuan literatur review ini untuk menyebabkan nekrosis dan kematian pada
mengetahui efek kedelai terhadap sistem sel testikular secara signifikan (Assinder et
reproduksi karena kedelai merupakan al, 2005; dan Nagata et al, 2000).
makanan yang dikonsumsi oleh hampir
seluruh masyarakat Indonesia sehingga Penelitian Setchell et al., (2000)
dapat memberikan informasi bagi menunjukkan bahwa isoflavon menginduksi
masyarakat luas. abnormalitas sistem reproduksi jantan
(Setchell et al, 2000). Hal ini diperkuat
METODE dengan penelitian Chevarro et al., (2008)
Penulisan ini menggunakan metode yang yang menunjukkan bahwa isoflavon yang
digunakan adalah metode literatur review diberikan per oral pada manusia dapat
dari 50 artikel PubMed NCBI, Elsevier dan menurunkan konsentrasi sperma (Chevarro
BMJ Journal yang diperoleh hanya 38 et al, 2008). Selain itu, penelitian yang
artikel yang digunakan terkait ilmu dilakukan oleh Cardoso et al., (2007)
reproduksi manusia dan manfaat kedelai menyatakan bahwa isoflavon yang
yang menggunakan penelitian-penelitian diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg dan 10
54
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group
55
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group
56
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group
the endocrine system: Public Health Karahalil B. (2006). Benefit and risks of
Implications. Journal of Toxicology phytoestrogen. In: Yildiz F, editor.
and Environmental Health. 1 (2), 20- Phytoestrogens in functional foods.
26. Boca Raton, Florida: CRC Press
Taylor&Francis Group LLC. 1 (2),
Drake, VJ. (2009). Isoflavones. Linus 210-215.
Pauling Institute. Oregon State
University. Diakses dari Kementerian Perindustrian. (2015). Ironi
http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/ Kedelai Impor di Negeri Tempe.
phytochemicals /soyiso.Ganong, W.F. Jakarta: Kemenprin.
(2014). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. Koeswara, Sutrisno. (2006). Isoflavon
Senyawa Multi Manfaat Dalam
Glover, A. and Assinder, S.J. (2006). Acute Kedelai. IPB: Bogor.
exposure of adult male rats to dietary
phytoestrogens reduces fecundity and Kuntana, Y.P. (2009). Pengaruh Pemberian
alters epididymal steroid hormone Phytoestrogen Terhadap Kualitas
receptor expression. Journal of Spermatozoa, Spermatogenesis dan
Endocrinology. 189, 565-573 Luas Jaringan Interstitial pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus), Jurnal
Greenspan FS, Baxter JD. (2014). Bionatura. 11 (1), 47-58.
Endokrinologi dasar & klinik, ed 4.
Jakarta: EGC.. Lagari, Levis. (2014). Phytestrogens for
Menopausal Bone Loss and
Gruber, Tschugguel, Schneeberger, Huber. Climacteric Symptoms. The Journal
(2000). Production and Actions of of Steroid Biochemistry and
Estrogens. The New England Journal Molecular Biology. 139, 294–301.
of Medicine. 346 (5), 340-352.
Messina, Ho, Alekel. (2004). Skeletal
Gultekin E, Yildiz F. (2006). Introduction Benefits of Soy Isoflavones: A
to phytoestrogen. In: Yildiz F, editor. Review of the Clinical Trial and
Phytoestrogens in functional foods. Epidemiologic Data. Current Opinion
Boca Raton: CRC Press in Clinical Nutrition & Metabolic
Taylor&Francis Group LLC. Care. 7 (6), 649–658.
Guyton dan Hall. (2016). Buku Ajar Nagata, C., Inaba, S., Kawakami, N.,
Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Kakizoe, T. & Shimizu, H. (2000).
Jakarta : EGC. Inverse association of soy product
intake with serum androgen and
Hess, R.A. (2003). Estrogen in adult male estrogen concentrations in japanese
reproductive tract: A review. men. Nutrition and Cancer 36, 14–1
Reproductive Biology and
Endocrinology. 1, 52-63. Pelissero, C.B., Latonnelle, K., Sequeira,
A., Lamothe. (2000). Phytoestrogens,
Husain, Khanna, Puri, Haghighizadeh. Endocrine Disrupters from Food.
(2015). Supplementation of Soy Analusis. 28, 763-776.
Isoflavones Improved Sex Hormones,
Blood Pressure, and Postmenopausal Pino, Valladares, Palma, Mancilla, Yáñez,
Symptoms. Journal of the American Albala et al. (2000). Dietary
College of Nutrition. 34 (1), 1–7. Isoflavones Affect Sex Hormone-
Binding Globulin Levels in
58
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 1 No 1 Hal 53 - 60, November 2019
Global Health Science Group
60