)
TERHADAP JUMLAH SEL OSTEOKLAS TULANG TIBIA TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus) PASCA OVARIEKTOMI
Stefanus Gunawan
ABSTRAK
Osteoporosis adalah penyakit degenerasi tulang yang ditandai dari massa tulang
yang kecil dan deteriorasi mikroarsitektural dari jaringan tulang. Osteoklas bertanggung
jawab untuk pathogenesis penyakit tulang seperti osteoporosis, karena penyerapan tulang
ditingkatkan oleh aktifitas dan / atau perekrutan oleh osteoklas. Jumlah dan aktifitas dari sel
osteoklas meningkat akibat adanya proses inflamasi dan stres oksidatif. Biji kakao
mengandung antioksidan dan antiinflamasi yang dapat mencegah terjadinya osteoporosis.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa potensi ekstrak etanol biji kakao
(Theobroma cacao l.) dapat menurunkan jumlah sel osteoklas. Penelitian ini merupakan
penelitian studi eksperimental in vivo pada hewan coba tikus wistar (Rattus norvegicus)
dengan post test control group design dan menggunakan 5 kelompok tikus. Masing-masing
kelompok terdiri dari 5 tikus. Selama 4 minggu tikus mengalami ovariektomi dan 4 minggu
kemudian diberi ekstrak etanol biji kakao. Analisis data dikerjakan dengan metode one way
Anova dilanjutkan Post Hoc Tukey, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji kakao
menurunkan jumlah osteoklas secara signifikan (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah
bahwa ekstrak etanol biji kakao mampu menurunkan jumlah sel osteoklas tulang tibia tikus
putih (Rattus norvegicus) model paska ovariektomi.
Kata kunci: Osteoporosis, Ekstrak etanol biji kakao, Osteoklas.
ABSTRACT
Osteoporosis is a degenerative bone disease characterized by low bone mass and
micro architectural deterioration of bone tissue. Osteoclast is responsible for the
pathogenesis of bone disease like osteoporosis for bone resorption increased by the
activities and / or recruitment by osteoclast. Sum and activity of osteoclast increased
because of inflammation process and oxidative stress. Cacao seeds contain antioxidant and
anti-inflammation which can prevent osteoporosis. The purpose of this study is to prove the
potential of ethanol extracted cacao seed (Theobroma cacao l.) in decreasing osteoclast.
This study is in vivo experimental study in animal model wistar mice (Rattus norvegicus) with
post-test control group design and using 5 groups of mice. Each group consists of 5 mice.
For 4 weeks, mice have got ovariectomy and in the next 4 weeks are given ethanol extracted
cacao seeds. Data analysis is computed by using one way Anova method continued with
Post Hoc Turkey, showing that giving ethanol extracted cacao seed can decrease osteoclast
significantly (p<0,05). Conclusion of this study is that ethanol extracted cacao seed can
decrease osteoclast of white mice (Rattus norvegicus) models tibial bone post-ovariectomy.
Key Words: Osteoporosis, Ethanol extracted cocoa seed, Osteoclast
PENDAHULUAN
Osteoporosis
adalah
penyakit
degenerasi tulang yang ditandai dari
massa tulang yang kecil dan deteriorasi
mikroarsitektural dari jaringan tulang yang
menyebabkan kerapuhan dan kerentanan
terhadap fraktur, terutama pada tulang
pinggul, tulang belakang, dan pergelangan
tangan (Shen et al, 2009). Penelitian
tentang osteoporosis juga menunjukkan
pengaruh dari perbedaan gender. Wanita
empat kali lebih berisiko untuk terkena
osteoporosis dibandingkan dengan pria
karena penurunan tingkat estrogen
mereka setelah menopause dan juga
karena tulang yang secara umum lebih
ringan dan tipis. (Shen et al, 2009). Pada
usia mulai dari 40 tahun hingga pra
menopause terdapat penurunan ukuran
ovarium secara lambat tetapi pasti yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan
(Joelijanto, 2004).
Shen et al (2009) mengungkapkan
bahwa sel osteoblas maupun osteoklas
berperan dalam pengaturan metabolisme
tulang dan keduanya terlibat dalam
perkembangan osteoporosis. Osteoklas
adalah sel multinukleus yang berperan
dalam proses resorpsi tulang. Ketidakseimbangan antara pembentukan tulang
dan resorpsi tulang adalah kunci dari
patofisiologi dari penyakit metabolic
penyakit tulang pada orang dewasa
termasuk osteoporosis (Shen et al 2009).
Penelitian-penelitian yang mengarah
kepada Kakao makin banyak dilakukan
saat ini karena aktivitas antioksidan dan
antimikroba dari polifenol Kakao banyak
memberikan keuntungan bagi kesehatan
(Osman H, 2004). Polifenol diketahui tidak
hanya berperan dalam pencegahan
penyakit jantung dan kanker, tetapi juga
pencegahan osteoporosis karena potensi
karakter
antioksidannya.
Selain
itu
flavanoid (procyanidins) dalam Kakao
diketahui juga dapat mengatur keterlibatan
sitokin dalam respon inflamasi. Diketahui
bahwa kadar polifenol pada perserving
Kakao lebih banyak dibandingkan dengan
teh hijau, hal ini dikarenakan dalam
konsumsi di masyarakat, kakao memiliki
jumlah perserving lebih banyak dibanding
teh hijau (Subhasini et al, 2007).
Biji Kakao kaya akan komponen
senyawa fenolik antara lain : katekin,
K (+) 5 ekor
Dengan
Ovariektomi
(8 Minggu)
Perlakuan-1
5 ekor
Ovariektomi
(4 Minggu)
Perlakuan-2
5 ekor
Ovariektomi
(4 Minggu)
Perlakuan -3
5 ekor
Ovariektomi
(4 Minggu)
Ektrak Etanol
Biji Kakao 125
mg/kgBB (4
Minggu)
Ektrak Etanol
Biji Kakao 250
mg/kgBB (4
Minggu)
Ektrak Etanol
Biji Kakao 500
mg/kgBB (4
Minggu)
Pengumpulan
Data.
Data
dalam
penelitian ini dikumpulkan dari hasil
evaluasi pada kelompok tikus kontrol
negatif, positif, perlakuan I, II dan III.
Kemudian dilakukan evaluasi hasil dari
pengukuran
jumlah
osteoklas.secara
histopatologi kemudian mencatat hasil dari
evaluasi yang telah dilakukan.
Analisis Data. Analisa data statistik
menggunakan SPSS Ver 20.0 untuk
Windows 7 dengan taraf kepercayaan
95% (= 0,05). Dilakukan uji normalitas
data untuk menginterpretasikan apakah
suatu data memiliki sebaran normal atau
tidak. Uji homogenity of varience untuk
menguji berlaku atau tidaknya asumsi
ANOVA, yaitu data yang diperoleh dari
setiap perlakuan memiliki varian yang
homogen. Jika didapatkan varian yang
homogen, maka analisa dapat dilanjutkan
dengan uji ANOVA. One way ANOVA
digunakan untuk mengetahui apakah ada
efek bermakna dari treatment yang
dilakukan pada rata-rata dua atau lebih
kelompok. Regresi korelasi pearson
digunakan untuk mengatahui dose effect
relationship.
HASIL PENELITIAN.
Hasil. Pada penelitian eksperimental ini
hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok
yang
diberikan
perlakuan
berupa
ovariektomi, kecuali pada kelompok
pertama yang merupakan kontrol negatif.
Tiga
kelompok
terakhir
dilakukan
pemberian ekstrak etanol biji Kakao
dengan dosis berbeda, yaitu 125, 250 dan
500 mg/kgbb, masing-masing dosis
diberikan sebanyak 2 cc per tikus. Setelah
8 minggu dilakukan pengambilan data
dengan mengambil preparat tulang tibia
tikus wistar yang merupakan hewan coba,
lalu dibuat menjadi preparat histologis
dengan pemotongan bidang tranversal.
Penentuan
rata-rata
sel
osteoklas
dilakukan
secara
manual
dengan
menghitung sel osteoklas melalui 4
lapangan pandang preparat histologis
dibawah pemeriksaan mikroskop dengan
pembesaran 400x, kemudian hasilnya
dirata-rata.
Hasil
pengukuran
dan
pengamatan jumlah sel osteoklas tikus
(Rattus norvegicus) kontrol (-), kontrol (+)
dan perlakuan adalah sebagai berikut:
Kelompok
1
K(-)
K(+)
P1
P2
P3
2
1.25
2.75
1.25
0.75
0.25
3
1
2.75
1.5
1.25
0.5
Rerata
4
1
3.75
1.75
1
0.25
5
0.75
5.25
1.5
1.25
0.75
0.5
3.25
1.25
1.5
1.25
0.9
3.55
1.45
1.15
0.6
Standar
Deviasi
(SD)
0.25495
0.92736
0.18708
0.25495
0.37417
Gambar 5.1 Potongan tranversal tulang tibia tikus dengan pengecatan HE dan pembesaran
400x dengan mikroskop olympus photo slide BX51 dengan kamera DP71 12 megapixel.
Keterangan kelompok :
K (-) = Kontrol Negatif (Normal)
K (+)= Keadaan ovariektomi 8 minggu
P1 = Keadaan ovariektomi 4 minggu +
Ekstrak etanol biji Kakao 125
mg/kgBB 4 minggu
P2 = Keadaan ovariektomi 4 minggu +
Ekstrak etanol biji Kakao 250
mg/kgBB 4 minggu
P3 = Keadaan ovariektomi 4 minggu +
Ekstrak etanol biji Kakao 500
mg/kgBB 4 minggu
Setelah dilakukan pengamatan
dan perhitungan jumlah osteoklas dari
semua
kelompok
perlakuan
pada
beberapa lapangan pandang, maka hasil
perhitungan osteoklas yang dibuat pada
tabel 5.1
Dari gambar mikroskopis dan
diagram batang dapat dilihat bahwa pada
kelompok tikus tanpa ovariektomi dan
K (-)
0,000*
0, 144
0, 819
0, 702
K (+)
0,000*
0,000
0,000*
0,000*
P1
0,144
0,000
0,651
0,010
P2
0,819
0,000*
0,651
0,168
P3
0,702
0,000*
0,010
0,168
-
Keterangan:
p* < 0,05 = terdapat perbedaan yang
bermakna antara dua kelompok.
p > 0,05 = tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara dua kelompok.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak
etanol biji kakao terhadap jumlah
osteoklas tulang tibia
tikus Rattus
norvegicus pasca ovariektomi untuk
memperlambat progresi osteoporosis.
Berdasarkan penelitian Tanaka et
al (2003) hilangnya hormon steroid setelah
ovariektomi
menyebabkan
tingginya
resorbsi tulang dibanding tulang yang
terbentuk karena hilangnya esterogen
akan menginduksi osteoclastogenesis.
Dengan menurunnya estrogen, stress
oksidatif juga akan meningkat sehingga
jumlah sel osteoblas akan menurun,
kemudian mempercepat kerusakan tulang
(Almeida, 2009). Wanita yang telah
mengalami menopause juga menunjukkan
peningkatan konsentrasi IL-1 sampai IL-6
(Sudoyo, 2007). Hasil penelitian untuk
kelompok
tikus
8
minggu
pasca
ovariektomi
didapatkan
jumlah
sel
osteoklas meningkat secara signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok tanpa
ovariektomi (kelompok kontrol negatif).
Estrogen berperan menurunkan
produksi berbagai sitokin oleh bone
marrow
stromal
cell
dan
sel-sel
mononuklear, seperti IL-1, IL-6, dan TNF-
yang berperan meningkatkan kerja
osteoklas. Estradiol (salah satu jenis
esterogen) dapat menghambat pelepasan
TNF- oleh monosit (Sudoyo, 2007).
Estrogen juga mengurangi stress oksidatif
sehingga osteoblas dapat berdeferensiasi
dan mencegah apoptosis dari osteoblas.
Stress oksidatif adalah faktor patogenik
yang penting pada osteoporosis, karena
memicu meningkatnya apoptosis dari
osteosit
dan
osteoblas,
sehingga
menurunkan jumlah dari osteoblas dan
pembentukan tulang melalui Wnt/-catenin
signalling (Shin, 2007). Esterogen mampu
mempengaruhi gen-gen yang ada pada
osteoklas dan jalur lain diluar osteoklas
dalam hal meregulasi proses formasi,
proliferasi, apoptosis, dan kapasitasi
osteoklas untuk meresorbsi tulang yang
berguna untuk menjaga keutuhan struktur
dan fungsi dari tulang (Srivastava,2000).
Pada tikus kelompok normal yang tidak
diberi perlakuan ovariektomi seperti
kelompok
lainnya,
terdapat
kadar
ovariektomi,
yang
ditandai
dengan
menurunnya jumlah sel osteoklas pada
kelompok
tikus
pasca
ovariektomi
sehingga dapat memperlambat progresi
osteoporosis.
Dari mekanisme kerja polifenol
sebagai antiinflamasi dan mengurangi
stress oksidatif yang dapat menghambat
kenaikan jumlah osteoklas pada reaksi
destruksi tulang tibia maka dapat
dikatakan bahwa polifenol kakao dapat
berpengaruh pada penurunan jumlah
osteoklas, sehingga ekstrak etanol biji
Kakao dapat membuat tulang tibia tetap
padat dan berfungsi optimal dalam
menyangga tubuh.
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian
dan
pembahasan,
maka
dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol biji
kakao (Theobromin cocoa L.) dapat
mengurangi jumlah sel osteoklas tulang
tibia tikus putih (Rattus norvegicus) paska
ovariektomi dengan rincian sebagai
berikut:
1. Terdapat peningkatan jumlah sel
osteoklas tulang tibia pada tikus wistar
(Rattus norvegicus) pasca ovariektomi.
2. Terdapat penurunan jumlah sel
osteoklas tulang tibia pada tikus wistar
(Rattus norvegicus) pasca ovariektomi
setelah pemberian ekstrak etanol biji
kakao (Theobroma cacao L).
3. Arah korelasi negative (Kekuatan
korelasi (r)= -0.871) antara dosis
ekstrak etanol biji kakao (Theobroma
cacao L) dengan jumlah sel osteoklas
tulang tibia tikus wistar (Rattus
novergicus), yang berarti semakin
besar dosis ekstrak etanol biji kakao
(Theobroma cacao L) yang diberikan,
maka semakin kecil jumlah sel
osteoklas tulang tibia yang ditemukan.
4. Dosis ekstrak etanol biji kakao
(Theobroma cacao L) optimum yang
dapat
menurunkan
jumlah
sel
osteoklas tulang tibia tikus wistar
(Rattus norvegicus) pasca ovariektomi
adalah dosis 250mg/kgBB.
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, M. 2009. Estrogens Attenuate
Oxidative
Stress
and
the
Differentiation and Apoptosis of
Osteoblasts
by
DNA-BindingIndependent Actions of the ER. J
Bone Miner Res, 25(4): 769781.
Joelijanto, R. 2004. Pengaruh Ovariektomi
Terhadap Jaringan Periodontal
Pada
Tikus
Wistar.
Tesis
Kekhususan Biologi Kedokteran
Program Studi Ilmu Biomedik.
Program Pascasarjana. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Osman H, Nasarudin R, Lee S.L. Extracts
of cocoa (Theobroma cacao L.)
leaves and their antioxidation
potential. Food Chemisty, 2004; 86
4146.
Othman A., Ismail A., Ghani N.A., Adenan,
I., Antioxidant Capacity and
Phenolic Content of Cocoa Bean.
Food Chemistry 2007;1523-1530.
Shen, C.-L., Yeh, J. K., Cao, J., & Wang,
J.-S. 2009. Green Tea and Bone
Metabolism. Nutr Res , 437-456.
Shin, H., Kim, S., & Jeong, H. 2007.
Epigallocatechin-3-gallate inhibits
secretion of TNF-alpha, IL-6 and
IL-8 through the attenuation of
ERK and NF-kappaB in HMC-1
cells. Int Arch Allergy Immunol ,
142 (4), 335-44.
Solimun.
2001.
Diklat
metodologi
penelitian
LKIP
dan
PKM.
Kelompok
Agrokomples.
Universitas Brawijaya. Malang. Hal
13
Srivastava. 2000. Esterogen decrease
Osteoclast Formation by Down
Regulating Receptor Activator of
NF-Kb Ligand (RANKL)-induced
JNK
Activation.(http://www.jbc.org/conte
nt/276/12/8836.full)
Subhashini, R., Mahadeva Rao, U.,
Sumathi, P., & Gunalan, G. 2010.
A Comparative Phytochemical
Analysis of Cocoa and Green Tea.
Indian Journal of Science and
Technology , 3 (2), 188-192.
Sudoyo, A. W., setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata K, M., & Setiati, S.
2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing.