Anda di halaman 1dari 3

NAMA : INTAN HANIFIANI

NIM : 1608020116
KELAS : B

Essay dengan tema “Saya adalah apoteker yang profesional, mempunyai etos kerja tinggi,
dan beretika Islami dalam bisnis kefarmasian”

APOTEK APOTEKER SEHAT

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker. Seorang apoteker bertanggung jawab atas pengelolaan apotek, sehingga pelayanan
obat kepada masyarakat akan lebih terjamin keamanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Apotek merupakan suatu institusi yang di dalam pelaksanaanya mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai unit pelayanan kesehatan dengan menyediakan obat‐obatan yang dibutuhkan masyarakat
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan unit bisnis untuk memperoleh keuntungan,
hal ini dimaklumi mengingat investasi yang ditanam pada apotek dan operasionalnya juga tidak
sedikit.
Di Indonesia masih banyak apotek yang tidak mematuhi aturan yang telah di tentukan
oleh pemerintah. Banyak apotek yang sebenarnya memiliki seorang apoteker, akan tetapi pada
kenyataannya apoteker sekarang hanya meninggalkan nama di apotek tersebut. Saat ini masih
banyak apotek yang beroperasi tanpa memiliki seorang apoteker. Dalam pelayanan kefarmasian di
apotek, kita lebih banyak menjumpai asisten apoteker yang melayani masyarakat dibandingkan
dengan apotekernya sendiri. Apoteker hanya akan datang ke apotek ketika mau memesan obat ke
pedagang farmasi atau pada saat ada pemeriksaan dari BPOM. Hal inilah yang menyebabkan
seorang apoteker atau farmasis lupa akan tanggung jawabnya.
Untuk mendirikan suatu apotek, saya sebagai apoteker bertekad untuk menjadikan
apotek sebagai tempat praktek apoteker sebenarnya. Tidak ada non apoteker yang menyerahkan
obat kepada pasien. Komunikasi pasien dan apoteker dilaksanakan secara konsisten, dapat
mengenal baik pasien pelanggan. Apoteker dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan
meningkatkan kesehatan pasien, serta dapat melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Apoteker
Pengelola Apotek (APA) yang profesional berdasarkan nilai-nilai Islam, kode etik, maupun undang-
undang yang berlaku.
Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal penting seperti, perencanaan yang baik,
disiplin dan menghargai waktu, tanggung jawab, taktis dan efisien, serta semangat bersaing sehat.
Membangun motivasi shahih melahirkan kerja keras, tegar, jujur dan profesional. Motivasi ibadah
dalam bekerja bisa melahirkan karya dan produktivitas. Jadikan pekerjaan atau usaha sebagai
sarana beribadah kepada Alloh SWT. Apoteker harus menjadi diri sendiri sehingga mampu
mengubah kondisi sendiri dari kemunduran dan keterbelakangan untuk menuju kepada kemajuan.
Selain itu, apoteker juga harus dapat menumbuhkan sikap optimisme sehingga dalam
menjalankan praktek kefarmasian, merasa yakin dengan peluang yang diciptakan dan yakin
dengan strategi yang dikembangkan. Apoteker harus menegakkan prinsip tanggung jawab
terhadap pelaksanaan dan hasil dari pekerjaan, serta terhadap dampak dari profesi itu untuk
kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya, prinsip keadilan dengan memberikan
kepada siapa saja apa yang menjadi haknya, serta prinsip otonom yang menuntut agar setiap
kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Pekerjaan kefarmasian oleh apoteker di apotek terdiri dari pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apoteker dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku sehingga dapat menghindari masalah terkait obat dan
mampu berkomunikasi dengan pasien maupun tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan
terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Apoteker dituntut melakukan konseling,
monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas
kegiatannya.
Kendala pengembangan profesi yang mungkin akan dihadapi yaitu masyarakat yang
datang ke apotek biasanya hanya membeli obat saja dan sangat jarang masyarakat yang mau
berkonsultasi dengan apoteker. Sangat berbeda dengan masyarakat luar negeri yang menyatakan
keinginannya untuk berkonsultasi langsung dengan apoteker saat membeli obat. Ada hal penting
yang dapat kita lihat bahwa keinginan masyarakat Indonesia untuk berkonsultasi dengan apoteker
masih rendah. Hal ini menjadi tugas penting bagi apoteker untuk menimbul kesadaran masyarakat
untuk lebih memperhatikan kesehatannya dengan mengkonsultasikan obat yang akan
digunakannya. Kendala pengadaan sarana dan prasarana penunjang pelayanan farmasi yang
masih belum memadai sehingga kualitas pelayanan masih kurang. Pencatatan yang manual yang
masih sangat menyulitkan tenaga manusia untuk mendata aktifitas yang terjadi didalam sebuah
apotek. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan perbaikan dalam pengelolaan sebuah sistem
pengolahan data dan penyusunan laporan.
Strategi pengembangan profesi yaitu dengan meyakinkan ke masyarakat atau konsumen
bahwa konseling tentang obat sangat penting, jika konsumen terburu-buru atau tidak mau
menerima konseling, maka apoteker sebaiknya meminta waktu sebentar bagi konsumen untuk
melakukan proses konseling karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap obat yang nantinya
akan dikonsumsi pasien. Melengkapi persediaan obat agar apotek lebih mendapatkan prioritas di
mata konsumen. Sebab tidak jarang calon konsumen potensial justru lari ke tempat lain karena
tidak menemukan obat yang mereka butuhkan. Apotek bisa bekerjasama dengan suplier obat-
obatan yang resmi untuk memenuhi persediaan obat di apotek. Merekrut karyawan profesional
supaya manajemen apotek menjadi rapi dan dapat dikontrol dengan baik. Yaitu mereka yang
terbiasa dengan obat-obatan dan komputer. Sebab tidak menutup kemungkinan di apotek nantinya
akan melibatkan software apotek dalam operasionalisasi apotek. Selain memiliki fungsi sosial,
sebagai tempat pengabdian dan pengembangan jasa pelayanan pendistribusian dan informasi
obat dan perbekalan farmasi, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu
apotek memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan
usahanya. Oleh karena itu apoteker sebagai salah satu tenaga profesional kesehatan dalam
mengelola apotek tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasian saja tapi juga dari
segi manajemen.
Etika bisnis Islam digunakan sebagai landasan dalam pengelolaan apotek ini. Etika Islam
memberi sangsi internal yang kuat serta otoritas pelaksana dalam menjalankan standar etika.
Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh,
termasuk dalam dunia bisnis. Al Qur’an memberi pentunjuk agar dalam bisnis tercipta hubungan
yang harmonis, saling ridha, tidak ada unsur eksploitasi (QS. 4: 29) dan bebas dari kecurigaan
atau penipuan, seperti keharusan membuat administrasi dalam transaksi kredit (QS. 2 : 282).
Prinsip dasar etika islami dan prakteknya dalam bisnis
Kegiatan perekonomian didasari pada keleluasaan praktik ekonomi yang halal, yaitu jual
beli. Allah berfirman, “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al
Baqarah 275). Islam secara tegas melarang praktik riba dalam perekonomian umat manusia,
seperti dalam firmanNya:” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan lepaskan
sisa-sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang yang beriman, Jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah Allah dan Rasullnya akan memerangimu. Jika kamu
bertobat (dari pengambilan Riba), maka bagimu modalmu (pokok hartamu), Kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula dianiaya. “ (Al Baqarah : 278-279).
Rasululah SAW memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di antaranya ialah: Pertama,
bahwa prinsip penting dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan
syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok
kami” (H.R. Muslim). Kedua, kesadaran tentang pentingnya kegiatan sosial dalam bisnis. Pelaku
bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntunganyang maksimal, seperti yang
diajarkan pada ekonomi kapitalis, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang
lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Ketiga, seorang palaku bisnis, harus bersikap ramah
dalam melakukan bisnis. Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang
ramah dan toleran dalam berbisnis” (HR.Bukhari dan Tarmizi). Keempat, Bisnis tidak boleh
menggangu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis
lantaran mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada
suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”. Kelima, membayar upah sebelum
keringat karyawan kering. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan,
sebelum kering keringatnya”. Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh
ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan. Keenam, segera
melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji seorang muslim yang memiliki
perhatian serius dalam pelunasan hutangnya. Sabda Nabi SAW, “Sebaik-baik kamu, adalah orang
yang paling segera membayar hutangnya” (H.R. Hakim). Prinsip bisnis modern seperti tujuan
pelanggan dan kepuasan konsumen (custumer satisfaction), pelayanan yang unggul (service
excellence) kompetensi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat dan kompetitif, semuanya
telah menjadi gambaran pribadi dan etika bisnis Rasulullah SAW.

Daftar Pustaka :
Isnanto, Rizal, 2009, Buku Ajar Etika Profesi, Universitas Diponegoro Press, Semarang.
Nawatmi, Sri, 2010, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Fokus Ekonomi, 9 (1): 50-58.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek.
Slamet, Wiyono, 2005, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah, PT Grasindo,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai