Anda di halaman 1dari 32

HALAMAN JUDUL

ESTROGEN LINGKUNGAN (XENOESTROGEN)

EPIDEMIOLOGI GIZI

OLEH

KELOMPOK 7

SARIFA KARINA (J1A117265)

SITI ASRI AINUN (J1A117267)

NOVITA JUSTIKA (J1A117247)

SITI ASNI (J1A117269)

SITI AKSYA (J1A1172 )

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Azza
Wajalla, yang telah memberikan Hidayah-Nya, limpahan rezeki, kesehatan dan
kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah dengan judul
“Estrogen Lingkungan (Xenoestrogen)” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
epidemiologi kesehatan reproduksi guna menambah ragam pengetahuan dan
keterampilan penyusun. penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak keterbatasan yang dimiliki tim penyusun namun atas bantuan
dan bimbingan serta motivasi yang diberikan sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun juga mengharapkan saran serta kritik yang membangun terhadap


makalah ini mengingat banyaknya keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun. Akhir
kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata penyusun
mengucapkan jazakumullahu khoiran.

Kendari, November 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
2.1 Definisi............................................................................................................6
2.2 Trend dan sebaran di dunia dan Indonesia......................................................7
2.3 Sumber-sumber estrogen lingkungan.............................................................7
2.4 Jenis-jenis dan strukrur estrogen lingkungan..................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................25
3.1 Kesimpulan...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


xenoestrogens adalah senyawa yang meniru estrogen dalam tubuh mahkluk
hidup dan tidak diproduksi oleh tubuh. Senyawa ini secara structural atau
fungsional berhubungan dengan hormon seks manusia 17 ß-atau fungsional
berhubungan dengan hormon seks manusia 17 ß- estradiol (E 2) dan mengikat
reseptor estrogen (ER) dengan berbagai tingkat afinitas dan selektivitas (Singleton
& Khan, 2003).
Xenoestrogen lingkungan dapat dibagi menjadi senyawa alami (mis. dari
tumbuhan atau jamur), dan agen turunan sintetis termasuk obat-obatan tertentu,
pestisida dan produk sampingan industri. Paparan makanan terutama berasal dari
fitoestrogen yang berasal dari tumbuhan, yang dianggap memiliki sejumlah
tindakan menguntungkan. Namun demikian, estrogen tingkat tinggi termasuk
beberapa agen sintetik terkenal dikaitkan dengan efek berbahaya. Bahan kimia
seperti xenoestrogen, yang bisa meniru hormon endogen atau mengganggu
endokrin proses, secara kolektif disebut pengganggu endokrin. Efek buruk oleh
bahan kimia pengganggu endokrin (terutama xenoestrogen) termasuk sejumlah
anomali perkembangan pada satwa liar dan manusia. Kritis periode
perkembangan saluran urogenital dan sistem saraf in-utero dan selama awal
kehidupan pasca-kelahiran terutama peka terhadap gangguan hormonal.
Selanjutnya kerusakan selama ini waktu rentan umumnya permanen, sedangkan
di masa dewasa, efek buruk terkadang dapat dikurangi jika agen penyebab
dihapus (D, D, D, & Naeem, 2019).
Yang paling banyak dipelajari mekanisme di mana xenoestrogen
memberikan efeknya melalui pengikatan dan aktivasi reseptor estrogen a dan
ß mirip dengan hormon endogen. Namun, endokrin pengganggu sering dapat
mempengaruhi lebih dari satu hormon (terkadang berlawanan arah), atau
komponen yang berbeda dari jalur endokrin yang sama, karena itu membuatnya

4
sulit untuk memprediksi efeknya terhadap kesehatan manusia. Tambahan,
xenoestrogen memiliki potensi untuk mengerahkan jaringan spesifik dan tindakan
nongenomik, yang peka terhadap relatif rendah konsentrasi estrogen. Risiko
sebenarnya bagi manusia adalah aisu kontroversial; Sampai saat ini, hanya ada
sedikit bukti untuk tebang habis hubungan antara paparan xenoestrogen dan
utama manusia masalah kesehatan. Namun, karena kompleksitas mekanisme dan
potensi mereka untuk merugikan efeknya, masih banyak minat untuk mempelajari
caranya xenoestrogen mempengaruhi pensinyalan estrogen normal.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan estrogen lingkungan (xenoestrogen)
2. Bagaimana trend an penyebaran xenoetrogen di dunia dan Indonesia?
3. Sumber-sumber estrogen lingkungan (xenoestrogen)?
4. Bagaimana Jenis-jenis, fungsi estrogen lingkungan (xenoestrogen) dan dan
dampak terhadap kesehatan reproduksi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami :

1. Apa yang dimaksud dengan estrogen lingkungan (xenoestrogen)


2. Bagaimana trend an penyebaran xenoetrogen di dunia dan Indonesia?
3. Sumber-sumber estrogen lingkungan (xenoestrogen)?
4. Bagaimana Jenis-jenis, fungsi estrogen lingkungan (xenoestrogen) dan dan
dampak terhadap kesehatan reproduksi?

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Estrogen merupakan suatu hormon steroid yang memberikan karakteristik

seksual pada wanita, mempengaruhi berbagai organ dan jaringan di antaranya terlibat

pada regulasi proliferasi sel dan diferensiasi baik pada wanita atau pria (Guyton and

Hall, 2008). Estrogen menyebabkan perkembangan kelenjar mamae, pertumbuhan

endometrium dan mempersiapkan uterus untuk terjadinya kehamilan (Vivacqua

(Paterni, Granchi, & Minutolo, 2017) dalam et al, 2006 ; Sperroff, 2005 dalam

(Prasatkaew, Nanthanawat, Khongchareonporn, & Kingtong, 2019)).

Sedangkan estrogen lingkungan atau dapat disebut juga xenoestrogen.

Xenoestrogen berasal dari berasal dari bahasa yunani dan terdiri atas dua kata yakni

xeno yang berarti asing dan estrogen. xenoestrogens adalah senyawa yang meniru

estrogen dalam tubuh mahkluk hidup dan tidak diproduksi oleh tubuh. Senyawa ini

secara structural atau fungsional berhubungan dengan hormon seks manusia 17 ß-atau

fungsional berhubungan dengan hormon seks manusia 17 ß- estradiol (EE2) dan

mengikat reseptor estrogen (ER) dengan berbagai tingkat afinitas dan selektivitas (Di,

Ungaran, & Tengah, 2017) (Paterni et al., 2017).

Senyawa yang dapat menimbulkan reaksi seperti hormone estrogen dalam

tubuh makluk hidup disebut zat ekstrogenik. senyawa estrogenik adalah senyawa

yang dapat menimbulkan dampak serupa dengan akibat hormon estrogen alami,

karena dapat berikatan dengan reseptor estrogen pada inti sel organisme (Benson,

2002). Senyawa estrogenik banyak dijumpai di lingkungan, sehingga disebut juga

6
sebagai estrogen lingkungan atau xenoestrogen (Pohan, Budiyono, & Syafrudin,

2017)(Feminisasi & Perairan, 2006).

2.2 Trend dan sebaran di dunia dan Indonesia


Xenoestrogen tersebar luas di lingkungan dan makanan, sehingga sebagian

besar populasi manusia di seluruh dunia terpapar oleh xenoestrogen. Di antara

xenoestrogen alimentary, phytoestrogen (PhyEs) yang terdapat pada kedelai ,

semakin banyak dikonsumsi karena manfaat kesehatan potensial mereka,

meskipun ada juga risiko penting yang terkait dengan konsumsi xenoestrogen.

Selain itu, xenoestrogen lain yang mungkin ada dalam makanan diwakili oleh

bahan kimia lain yang memiliki aktivitas estrogenik, yang umumnya didefinisikan

sebagai bahan kimia pengganggu endokrin (EDC) (Helal, Aljalaud, Abdelaziz, &

Zakaria, 2019).

2.3 Sumber-sumber estrogen lingkungan


Senyawa estrogenik dibedakan menjadi senyawa estrogenik buatan dan alami.

Senyawa estrogenik buatan berasal dari berbagai sumber pencemar yaitu; 1) dari

kegiatan pertanian (misalnya insektisida DDT, deildrin, dan endrin); 2) kegiatan

pabrik (misal dioksin, bahan penyusun plastik dan detergen); 3) obat-obatan

(misalnya dietyl stilbestrol (DES), ethinyl estradiol). Sedangkan senyawa estrogenik

alami adalah senyawa yang dihasilkan organisme, misalnya senyawa dari jamur,

7
tumbuhan (Isoflavon terdapat pada legume, seperti kedelai, padi, kentang, sayur dan

buah. Senyawa isoflavon umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi dengan

ikatan glukosida., dan hormon estrogen vertebrata. Hormon estrogen vertebrata

(misalnyaestradiol-17 dikeluarkan melalui urine) (Feminisasi & Perairan, 2006).

2.4 Jenis-jenis dan strukrur estrogen lingkungan

Senyawa estrogenik dibedakan menjadi senyawa estrogenik buatan dan alami

(Paterni et al., 2017).

1. Xenoestrogen alami

a) Mycoestrogens: zearalenon

Makanan dapat terkontaminasi oleh mycoestrogen yang terjadi secara

alami, yaitu estrogen diproduksi oleh jamur. Salah satu mikotoksin yang

paling banyak menyebar adalah zearalenone, alakton asam resorcyclic

diproduksi oleh spesies Fusarium, khususnya Fusarium graminearum dan

Fusarium culmorum, yang sering ditemukan sebagai kontaminan pada

jagung, gandum, gandum, dan Nasi. Zearalenone adalah agonis ER kuat

dengan IC50 dalam kisaran nanonomolar (ERα-RBA= 4,3%, ERβ-RBA =

6,0%). Jadi, zearalenone memasuki rantai makanan dan mewakili arisiko

serius bagi hewan dan manusia (Takemura et al., 2007). Beberapa efek

samping dikaitkan dengan paparan zearalenone pada hewan. Misalnya,

kasus atrofi ovarium, estrus yang berkepanjangan, persisten corpora lutea,

kehamilan palsu, penurunan kesuburan, lahir mati, kegagalan implantasi

8
dan pengiriman anak babi yang lemah diamati pada wanita dewasa secara

seksual babi (Malekinejad et al., 2005). Selain itu, zearalenone ditemukan

mempengaruhi secara negatif sistem reproduksi jantan, sebagian besar

dengan mengurangi jumlah dan viabilitas sperma (Filannino etal., 2011).

Namun, zearalenone dimetabolisme dengan cepat, khususnya

glukuronidasinya merupakan reaksi detoksifikasi yang penting dan cepat

(Frizzel et al., 2015).

b) Fitoestrogen (PhyEs)

Fitoestrogen adalah suatu senyawa bersifat estrogenik yang berasal

dari tumbuhan (Whitten and Pattisaul, 2001). Fitoestrogen digunakan

sebagai alternatif terapi sulih hormon (TSH) untuk membantu penyesuaian

tubuh dan mengurangi gejala perubahan hormonal yang drastis pada masa

menopause, serta dapat digunakan dalam jangka panjang hingga tubuh

dapat beradaptasi pada tingkat hormonal yang baru (Badziad, 2003).

Hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,

pematangan dan fungsi saluran reproduksi serta diferensiasi seksual dan

perilaku (Balthazart et al., 2009). Fitoestrogen bervariasi pada struktur,

potensi estrogenik, dan ketersediaan pada sumber makanan seperti

kedelai, sereal, dan kecambah (Nagao et al., 2001).Fitoestrogen

merupakan kelompok non steroid dari tanaman yang mempunyai

komposisi menyerupai estrogen alami dalam tubuh. . Fitoestrogen ini

9
digolongkan menjadi 3 kelompok utama yaitu isoflavon, coumestan dan

lignan dimana isoflavon adalah jenis fitoestrogen yang paling banyak

diteliti (Kim and Park, 2012). Salah satu nya adalah isoflavon, yang dapat

berikatan dengan reseptor estrogen, dimana afinitas terhadap RE lebih

besar daripada RE-_ dan dapat menimbulkan efek yang potensial karena

reseptor estrogen akan diblokir oleh isoflavon dan tidak dapat ditempati

oleh estrogen. Senyawa ini dapat merugikan sistem endokrin tubuh karena

adanya kemungkinan efek buruk terhadap fungsi reproduksi. Isoflavonoid

ini banyak terdapat pada kedelai yang dapat diolah menjadi susu kedelai.

Isoflavonoid terdapat dalam legume atau kacang-kacangan khususnya

pada kedelai (Hernawati, 2009).Purwoko dan suyanto (2001) menjelaskan

bahwa fitoestrogen memiliki manfaat antiosteoporosis. Primiani (2013)

menjelaskan pemberian tepung tempe digunakan sebagai hormon estrogen

alami dapat meningkatkan proliferasi endometrium dan glandula uterine

pada premenopause. Penelitian pada mencit yang diovariektomi

selanjutnya diberi fitoestrogen menunjukkan aktivitas proliferasi pada sel-

sel endometrium (Haibin et al. 2005).

Akan tetapi, pengaruh fitoestrogen bersifat bifasik terhadap sintesis

DNA, yaitu konsentrasi 0,1 – 10 µM menginduksi sintesis DNA

sedangkan konsentrasi 20 – 90 µM memiliki sifat menghambat sintesis

DNA(Wang dan Kurzer, 2003). Primiani (2013) menjelaskan pemberian

tepung tempe digunakan sebagai hormon estrogen alami dapat

10
meningkatkan proliferasi endometrium dan glandula uterine pada

premenopause. Penelitian pada mencit yang diovariektomi selanjutnya

diberi fitoestrogen menunjukkan aktivitas proliferasi pada sel-sel

endometrium (Haibin et al. 2005).

2. Xenoestrogen buatan

a) etrahydrocannabinol (Δ 9- THC, dalam ganja)

tetrahydrocannabinol (Δ 9- THC, Gambar 6), yang merupakan

berhasil ditemukan komponen biologis aktif dalam tetrahydrocannabinol

(Δ 9- THC, Gambar 6), yang merupakan berhasil ditemukan komponen

biologis aktif dalam tetrahydrocannabinol (Δ 9- THC, Gambar 6), yang

merupakan berhasil ditemukan komponen biologis aktif dalam ganja, obat

rekreasi luas penyalahgunaan dan agen terapi efisien baru-baru ini diakui

dalam mendukung pasien kanker. Δ 9- THC dipamerkan berbagai efek

farmakologi dan toksikologi, seperti analgesia, hipotensi, pengurangan

kanker. Δ 9- THC dipamerkan berbagai efek farmakologi dan toksikologi,

seperti analgesia, hipotensi, pengurangan kanker. Δ 9- THC dipamerkan

berbagai efek farmakologi dan toksikologi, seperti analgesia, hipotensi,

pengurangan peradangan dan antikanker efek. Namun Δ 9- THC juga

terkenal untuk efek psikotropika nya. baru-baru Δ 9- THC peradangan dan

antikanker efek. Namun Δ 9- THC juga terkenal untuk efek psikotropika

nya. baru-baru Δ 9- THC peradangan dan antikanker efek. Namun Δ 9-

11
THC juga terkenal untuk efek psikotropika nya. baru-baru Δ 9- THC

peradangan dan antikanker efek. Namun Δ 9- THC juga terkenal untuk

efek psikotropika nya. baru-baru Δ 9- THC peradangan dan antikanker

efek. Namun Δ 9- THC juga terkenal untuk efek psikotropika nya. baru-

baru Δ 9- THC diakui untuk menghasilkan endokrin efek mengganggu,

khususnya pada perilaku reproduksi, dengan mengubah UGD a / ER ß

rasio dalam sel, melalui up-regulasi ER ß ( Takeda, 2014). Bukti-bukti ini

penting dan, jika dikonfirmasi,

b) Endokrin Pengacau Kimia (EDC)

Sebagian besar xenoestrogens sintetis yang dapat ditemukan di

lingkungan dan, karena itu, dalam makanan, secara struktural terkait

dengan estrogen alami dan memiliki aktivitas estrogenik. Di antara

mereka ada, misalnya, hormon sintetis (seperti ethynylestradiol EE 2,

hadir dalam estrogen alami dan memiliki aktivitas estrogenik. Di antara

mereka ada, misalnya, hormon sintetis (seperti ethynylestradiol EE 2,

hadir dalam estrogen alami dan memiliki aktivitas estrogenik. Di antara

mereka ada, misalnya, hormon sintetis (seperti ethynylestradiol EE 2,

(hadir dalam pil KB). senyawa yang umum digunakan dalam produk

perawatan pribadi karena sifat antibakteri mereka (seperti paraben), dan

pestisida. Salah satu kelas yang paling berbahaya diwakili oleh bisphenols,

senyawa sintetis yang digunakan dalam produksi plastik dan resin

12
(Delfosse et al., 2015). Beberapa bisphenols yang ditemukan EDC

estrogenik dengan mengikat kedua subtipe reseptor (Stossi et al., 2014).

Salah satu xenoestrogen sintetis paling luas tersebar dan berbahaya adalah

bisphenol A (BPA), yang banyak diproduksi dan sebagian besar

disebarkan di lingkungan dan di bahan makanan, seperti botol plastik dan

kertas termal. Meningkatnya minat belajar tindakan BPA adalah karena

fakta bahwa paparan BPA mungkin terkait dengan perkembangan

beberapa jenis kanker terkait hormon (Gao et al., 2015) dan untuk

perubahan dari sistem neuroendokrin, yang dapat mempengaruhi

perkembangan otak dan menghasilkan fisiologis / efek perilaku (Rebuli et

al., 2014).

Untuk menghindari masalah ini, saat ini BPA telah digantikan oleh

bispenols lain, seperti bisphenol S (BPS). Namun, juga ini turunan

menunjukkan beberapa cardiotoxicity dalam hati tikus betina, seperti BPA

(Gao et al., 2015). xenoestrogens sintetis umumnya meresap dan tersebar

luas di lingkungan dan Mei bio-menumpuk. Bahkan, bahan kimia ini

biasanya berakhir di salah stormwater atau air limbah, dengan dampak

yang berpotensi serius pada kehidupan air dan satwa liar. Ini adalah

masalah yang sangat penting yang berkaitan dengan kontaminasi

makanan, termasuk juga buah-buahan dan sayuran, karena ladang sayur

pada prinsipnya irigasi dengan air reklamasi, yang sering mengandung

sejumlah besar EDC ini (Sidhu et al., 2015).

13
Buah-buahan dan sayuran juga merupakan salah satu sumber

paparan utama untuk organoklorin karena ladang sayur pada prinsipnya

irigasi dengan air reklamasi, yang sering mengandung sejumlah besar

EDC ini (Sidhu et al., 2015). Buah-buahan dan sayuran juga merupakan

salah satu sumber paparan utama untuk organoklorin. beberapa penyakit,

seperti yang mempengaruhi sistem wanita dan pria reproduksi,

perkembangan saraf, gangguan metabolisme dan tiroid, dikonfirmasi akan

berkorelasi dengan paparan EDC oleh WHO pada tahun 2012 (WHO /

UNEP, 2013). Selain itu, saat ini jelas bahwa tingkat kesuburan manusia

menurun di seluruh dunia, terutama di negara-negara industri. Hal ini

bermanfaat menyebutkan bahwa eksposur zat ini selama kehamilan dapat

benar-benar berbahaya bagi kesehatan janin dan menghasilkan efek

negatif selama pertumbuhan anak (WHO / UNEP, 2013). Selain itu,

penting untuk dicatat bahwa EDC tidak berinteraksi hanya dengan ER,

tetapi juga dengan panel besar reseptor nuklir lainnya yang terdiri dari

reseptor androgen, reseptor terkait estrogen dan reseptor retinoid X

(Grimaldi et al., 2015) .

 Bpa

Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia sintetis yang telah banyak

digunakan dalam produk konsumen, seperti kemasan makanan, sealant

gigi, dan penerimaan termal. BPA terdapat pada kemasan makanan,

14
sealant gigi, dan penerimaan termal. Survei biomonitoring Nasional

menunjukkan bahwa BPA hadir dalam sampel urin dari 95% orang

dewasa AS pada tahun 2005. Sebagai kimia endokrin-mengganggu,

BPA telah mendapat perhatian besar karena bahaya toksikologi dan

potensi efek kesehatan yang merugikan. Bukti dari studi hewan dan

manusia studi epidemiologi menunjukkan bahwa BPA mungkin

obesogen lingkungan diduga. BPA diduga dapat menyebakan

diferensiasi adiposity dan proliferasi, dan menginduksi hipertrofi

adiposity (Jorgensen, Alderman, & Taylor, 2016).

a) Diethylstilbestrol merupakan estrogen sintetis yang digunakan dalam

alat kontrasepsi yaitu pil KB untuk mencegah Kehamilan.

b) EDC dalam perawatan prbiadi

EDC Xenoestrogenic secara luas disebarkan dalam produk

perawatan pribadi yang digunakan sehari-hari oleh orang-orang.

Sebuah kelas senyawa yang menarik, karena mungkin aktivitas

estrogenik mereka, terdiri dari paraben, yang adalah ester alkil dari p-

asam hidroksibenzoat. parabens adalah secara luas digunakan dalam

kosmetik, farmasi, produk perawatan pribadi dan juga dalam produk

makanan karena aktivitas antimikroba. Selain konsumsi makanan,

paparan paraben dapat terjadi melalui kulit, bibir, mata, mukosa mulut,

kuku dan rambut. Karena sifat antibakteri dan fungisida efisien

mereka, stabilitas pada nilai pH yang berbeda dan suhu dan biaya

15
rendah, ada paparan kronis meluas ke paraben. Oleh karena itu,

senyawa ini telah dianggap sebagai pengganggu endokrin dikontrol

untuk efek samping yang mungkin mereka. Paraben dianggap sebagai

agen estrogenic lemah dan aktivitas estrogenik mereka jauh lebih

rendah dari 17 ß- estradiol, tetapi tidak dapat diabaikan, seperti yang

lemah dan aktivitas estrogenik mereka jauh lebih rendah dari 17 ß-

estradiol, tetapi tidak dapat diabaikan, seperti yang lemah dan aktivitas

estrogenik mereka jauh lebih rendah dari 17 ß- estradiol, tetapi tidak

dapat diabaikan, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa penelitian

yang melaporkan aktivitas estrogenik dalam sel (Karpuzoglu et al.,

2013). Tikus dan kelinci terkena paraben (seperti metil, etil atau

paraben butil) menunjukkan bahwa bahan kimia ini yang diambil

dalam jumlah yang cukup, tapi kemudian mereka dengan cepat

dihidrolisis dan diekskresikan.

Di antara produk perawatan pribadi, beberapa senyawa

estrogenik digunakan sebagai filter UV dalam kosmetik, tabir surya

topikal dalam lotion, dan semprotan rambut untuk kulit melindungi

dan rambut dari radiasi UV. Misalnya,4-methylbenzylidene kamper

(4-MBC) adalah banyak digunakan UV menyerap zat yang digunakan

dalam produk tabir surya. Hal ini menunjukkan bahwa 4-MBC

mengikat ER, meskipun afinitas tidak sangat tinggi (Klann et al.,

2005). Namun demikian, 4-MBC berpotensi berbahaya karena dua

16
alasan: 1) aktivitas estrogenik nya bisa langsung berbahaya bagi

manusia yang berlimpah menggunakan produk mana yang terkandung;

2) dispersi dalam air dan bioakumulasi konsekuen dalam spesies air

menimbulkan keprihatinan lingkungan yang serius. Bahkan,

bioakumulasi tinggi UV filter ditunjukkan dalam sampel air laut dari

pantai di Gran Canaria Island (Rodriguez Sanchez et al., 2015), dan

tingkat tinggi 4-MBT ditemukan di ikan dari daerah aliran sungai

Iberia (Gago-Ferrero et al., 2015). UV filter lain yang banyak tersebar

adalah benzofenon 2 (BP-2). Di sini sekali lagi, tingkat tinggi senyawa

ini ditemukan di spesies air. Hal ini penting untuk dicatat bahwa BP-2

eksposur dalam ikan yang dihasilkan efek estrogenik melalui ER a

pada induksi vitellogenin, karakteristik seks bahwa BP-2 eksposur

dalam ikan yang dihasilkan efek estrogenik melalui ER a pada induksi

vitellogenin, karakteristik seks bahwa BP-2 eksposur dalam ikan yang

dihasilkan efek estrogenik melalui ER a pada induksi vitellogenin,

karakteristik seks sekunder, perkembangan gonad dan reproduksi

(Weisbrod et al., 2007).

c) EDC di lingkungan dan efek pada satwa liar dan spesies air

senyawa estradiol-17 ß, suatu hormon yang biasa diproduksi oleh

hewan betina dan manusia. Hormon tersebut memasuki perairan

melalui urine dan atau feses yang selanjutnya dapat memasuki

17
lingkungan perairan (Schafersman, 2000). Secara alami, hormon

tersebut dapat menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder misalnya

pada manusia menyebabkan munculnya kelenjar susu dan payudara,

suara nyaring, kulit halus, dan timbulnya jaringan lemak di bawah

kulit. Di lingkungan, senyawa ini dapat mengacaukan sistem endokrin

vertebrata (ikan, amfibia, reptilia, burung dan mamalia). Kekacauan

sistem endokrin tersebut dapat mengganggu produksi hormon,

menurunkan kualitas dan kuantitas sperma, menimbulkan feminisasi

hewan jantan, (Cody, 2001, Knobil, 1999), dan pada hewan betina

menyebabkan ovarium tumbuh secara abnormal (Guillette, et al.,

1998). Estradiol-17ß dapat dijumpai di dalam urine baik wanita

maupun pria, sapi, kuda, yang dapat memasuki lingkungan atau sungai

(Roy, 1999).

Perlu diperhatikan bahwa spesies air, seperti ikan, amfibi,

reptil air dan mamalia, yang paling terpengaruh oleh eksposur EDC

dan populasi mereka menurun di daerah yang terkontaminasi.

Fenomena ini mungkin berhubungan dengan efek negatif dari EDC

pada kesuburan. Namun efek yang sama juga telah diamati pada

spesies darat.

d) Pengaruh EDC pada kesehatan manusia

18
Gangguan ER sinyal oleh EDC telah ditunjukkan untuk

menghasilkan efek buruk pada kesehatan manusia dan, khususnya,

pada kesuburan, kehamilan dan perkembangan janin. Hiperplasia

kelenjar endometrium, distosia, prolaps rahim dan infertilitas yang

diamati pada domba dan spesies ruminansia lainnya terkena hijauan

yang mengandung kontaminan estrogenik (Bazer et al., 2014). Salah

satu kelas utama senyawa yang mempengaruhi kehamilan diwakili

oleh pestisida organoklorin.

Pengaruh paparan methoxychlor (MXC), sebuah estrogen

sintetis yang lemah digunakan sebagai pestisida dengan aktivitas

estrogenik, anti-estrogenik dan anti-androgenik, dievaluasi pada tikus

janin dan bayi laki-laki. Dalam studi ini, paparan MCX selama

perkembangan embrio dan postnatal mengurangi berat badan dan

ukuran tulang; apalagi porositas kortikal hasil analisis akan

menghasilkan dampak negatif dibandingkan dengan kontrol. MXC

mungkin bertindak sebagai ER ß kortikal hasil analisis akan

menghasilkan dampak negatif dibandingkan dengan kontrol. MXC

mungkin bertindak sebagai ER ß antagonis, sehingga menghambat

mineralisasi yang tepat dari kerangka pengembangan, namun

perbedaan yang signifikan dapat diamati pada spesies yang berbeda

(Fagnant et al., 2014). Selain itu, harus dipertimbangkan bahwa

19
metabolit utama dari MXC, hydroxyphenyltrichloroethane (HPTE),

bahkan lebih kuat daripada MCX sebagai EDC (Uzumcuet al., 2006).

Zat berbahaya lain banyak digunakan sebagai pestisida dalam

beberapa dekade terakhir adalah dichlorodiphenyltrichloroethane

(DDT), itu menunjukkan bahwa stimulasi reseptor estrogen membran

tampaknya memainkan peran penting dalam penyebaran apoptosis

DDT-diinduksi selama tahap awal perkembangan saraf (Kajta et al.,

2014). Di antara pestisida diklorinasi lainnya,

dichlorodiphenyldichloroethylene (DDE) terbukti negatif

mempengaruhi kehamilan. Bahkan kehadiran DDE dan pestisida

organoklorin lainnya dalam darah ibu dan jaringan plasenta

merupakan bahaya paparan pralahir sangat berbahaya bagi janin,

karena bioakumulasi kronis dan eliminasi miskin, dengan

kemungkinan efek merusak pada kehamilan dan kesehatan janin

(Tyagu et al., 2015 ).

Chlordecone, insektisida organoklorin yang telah banyak

digunakan di Hindia Barat Perancis sampai tahun 1993,

mengakibatkan pencemaran tanah dan air jangka panjang. paparan

chlordecone melalui makanan yang terkontaminasi selama periode

kritis perkembangan (usia kehamilan dan awal masa kanak-kanak)

ditemukan negatif mempengaruhi pertumbuhan bayi (Coste et al.,

2015). kelas lain yang berbahaya dari pestisida adalah biphenyls

20
polichlorinated (PCB), bahan kimia industri historis digunakan sebagai

pestisida, pendingin atau agen perpindahan panas di transformer

listrik, yang menunjukkan aktivitas estrogenik atau anti-estrogenik

(Zhang et al., 2014). Karena toksisitas tinggi mereka, PCB

penggunaan dilarang pada tahun 1979. Namun, karena digunakan

secara luas, senyawa ini masih ada di beberapa persediaan makanan

(ikan, susu, hamburger, dan ungags yang paling terkontaminasi) dan

dalam tubuh kita. Secara khusus, paparan PCB dapat menyebabkan

masalah kesehatan jangka panjang, seperti penyakit syaraf dan

hormonal, terutama bagi mereka yang terkena dalam kandungan

( Crinnion, 2011).jangka panjang, seperti penyakit syaraf dan

hormonal, terutama bagi mereka yang terkena dalam kandungan

( Crinnion, 2011).jangka panjang, seperti penyakit syaraf dan

hormonal, terutama bagi mereka yang terkena dalam kandungan

(Crinnion, 2011).

4- tert- Oktilfenol, EDC lain secara luas digunakan dalam

industri dan tersebar luas di lingkungan, ditampilkan efek yang

merugikan pada metabolisme lemak pada tikus hamil, dengan

menghambat penumpukan lemak melalui gangguan pada regulasi gen

lipogenik di hati dan adiposa (Paterni et al. halaman 20). Perubahan ini

dapat mempengaruhi keseimbangan nutrisi selama kehamilan dan

dapat menyebabkan penyakit metabolisme yang terkait, namun peran

21
yang tepat dari ERs di perubahan ini tidak diselidiki secara lebih rinci

(Kim et al.,2015).paparan janin BPA dipelajari pada tikus dan

tampaknya untuk memajukan pubertas awal, mengganggu cyclicity

estrus, berat badan meningkat tubuh, dan masalah kesuburan sebab,

yang menjadi lebih berat dengan usia. Oleh karena itu, adalah

mungkin bahwa BPA paparan pralahir pada manusia dapat

mempengaruhi perkembangan dan fungsi rahim, yang menyebabkan

awal dan akhir kerugian kehamilan (Wang et al., 2014).

Selain itu, paparan BPA selama awal kehamilan

mempengaruhi plasenta morfologi dan angiogenesis pada tikus.

struktur embrio (kepala, tubuh depan) juga menunjukkan beberapa

perubahan, yang berpotensi terkait dengan gizi embrio tidak seimbang

dan / atau modulasi gen yang terlibat dalam perkembangan embrio.

Temuan ini mendukung fakta bahwa plasenta secara langsung terlibat

dalam efek BPA, bahkan pada tingkat dosis yang relevan lingkungan

(Tait et al., 2015). Bahkan, paparan janin untuk BPA dievaluasi

dengan menganalisis korelasi antara konsentrasi BPA plasenta, berat

badan lahir bayi dan parameter ibu dan bayi lainnya di tenggara

Amerika Serikat. Semua sampel plasenta mengandung sejumlah

kuantitatif dari BPA dan pertumbuhan janin ditemukan akan

terpengaruh oleh EDC ini. Bukti ini ditemukan secara khusus

mengkhawatirkan, karena BPA detoksifikasi lebih rendah di hati janin

22
dibandingkan yang orang dewasa (Troisi et al.,2014). Ini harus

dipertimbangkan bahwa efek dari paparan BPA selama kehamilan dan

awal kehidupan juga dapat muncul hanya pada masa dewasa. paparan

perinatal BPA dan EDC lainnya dapat mempengaruhi perilaku di masa

dewasa, yang sering menimbulkan masalah perilaku orangtua dan

sosial. Sebagai contoh, tikus terkena xenoestrogens sintetis (BPA dan

phtalates) selama periode perinatal menunjukkan dikompromikan

perilaku sosial (Rosenfeld, 2015). studi tambahan mengevaluasi

korelasi antara paparan BPA prenatal dan perilaku anak-anak di usia

sekolah. Efek negatif dikaitkan dengan paparan ini tampaknya gender

tergantung, dengan anak laki-laki menjadi lebih terpengaruh

dibandingkan anak perempuan. Secara khusus, anak-anak terpapar

BPA selama kehamilan menunjukkan perubahan perilaku dengan

masalah depresi, komplikasi somatik dan oposisi / perilaku menantang

pada usia 6-10 (Evans, 2014).

Baru-baru ini, paparan BPA pada awal kehidupan berkorelasi

dengan kerentanan diubah untuk pembentukan tumor di situs tertentu,

seperti prostat dan payudara. Hal ini bisa disebabkan oleh sebuah

pemrograman ulang epigenetik dari jaringan-jaringan ini tergantung

pada aktivasi respon non genomik oleh BPA dan EDC lainnya

(Trevino et al., 2015). paparan BPA selama hidup janin saat ini sedang

dipertimbangkan sebagai bom waktu untuk kanker prostat. Bahkan,

23
selama pengembangan embrional, sel-sel induk prostat terutama

memiliki struktur epitel dan beberapa dari mereka bertahan selama

masa dewasa. Diamati bahwa ketika sel-sel ini terkena estrogen-seperti

endokrin, mereka menjadi lebih rentan terhadap pertumbuhan

abnormal, menyebabkan kanker (Lobaccaro dan Trousson 2014).

paparan BPA juga dievaluasi dalam prapubertas dan dewasa tikus,

sendiri atau dalam kombinasi dengan PhyEs genistein. Tikus

diasumsikan BPA, genistein atau kombinasi keduanya melalui

menyusui. Kemudian sel-sel apoptosis, proliferasi dan ekspresi protein

diselidiki, dengan fokus khusus pada modifikasi kelenjar susu. paparan

BPA meningkat proliferasi sel di kelenjar susu tikus PND50 dewasa,

sebuah proses yang terkait dengan peningkatan risiko perkembangan

kanker chemicallyinduced. Di sisi lain, paparan genistein dirangsang

sel.

24
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
estrogen lingkungan atau dapat disebut juga xenoestrogen. Xenoestrogen

berasal dari berasal dari bahasa yunani dan terdiri atas dua kata yakni xeno yang

berarti asing dan estrogen. xenoestrogens adalah senyawa yang meniru estrogen

dalam tubuh mahkluk hidup dan tidak diproduksi oleh tubuh. Senyawa ini secara

structural atau fungsional berhubungan dengan hormon seks manusia 17 ß-atau

fungsional berhubungan dengan hormon seks manusia 17 ß- estradiol (E 2) dan

mengikat reseptor estrogen (ER) dengan berbagai tingkat afinitas dan selektivitas.

proliferasi pada tikus prapubertas, proses yang berkorelasi dengan

pematangan kelenjar susu dan kemoprevensi. Menariknya, kombinasi keduanya

menghasilkan efek yang sama seperti yang dari genistein saja, yang menginduksi

kelenjar susu pematangan, sehingga menunjukkan kemoprevensi susu (Wang et al.,

2014).

Selain bisphenols, kelas kimia lain zat yang digunakan sebagai plasticizer dan

sering ditemukan di beberapa produk makanan diwakili oleh ester ftalat, yang dapat

memberi efek buruk pada reproduksi manusia. Di antara mereka, dibutil Phtalate

(DBP) adalah salah satu yang paling sering disebarkan. DBP paparan perinatal secara

signifikan meningkatkan estradiol dan penurunan kadar testosteron serum pada tikus

dewasa keturunan. Ini juga up-mengatur tingkat aromatase dan down-diatur ekspresi

ER ß, yang dapat menyebabkan neurotoksisitas di up-mengatur tingkat aromatase dan

25
down-diatur ekspresi ER ß, yang dapat menyebabkan neurotoksisitas di up-mengatur

tingkat aromatase dan down-diatur ekspresi ER ß, yang dapat menyebabkan

neurotoksisitas di imatur keturunan (Li et al., 2014). Namun, interaksi DBP dengan

ERs tidak sepenuhnya dipahami belum (rouiller-Fabre et al., 2015). Dalam paparan

rahim untuk plasticizer lain, butil benzil phthalate, memicu timbulnya pubertas

tertunda dan dimodifikasi morfologi kelenjar susu. Selain itu, modifikasi dalam

ekspresi gen yang terkait dengan peningkatan kerentanan terhadap karsinogenesis

yang diamati (Moral et al.,2011). Menariknya, tingkat metabolit phthalate lain, di- (2-

ethylhexyl) phthalate, dalam urin terbukti berhubungandengan obesitas dan resistensi

insulin pada manusia (Smerieri et al.,2015). Namun, EDC juga dapat menyebabkan

jenis lain patologi, yang tidak ketat terkait dengan reproduksi, seperti

hepatotoksisitas, imunosupresi, diabetes tipe 2, dan kanker (Soto et al. 2010).

26
27
DAFTAR PUSTAKA
D, F. A. P., D, N. R. P., D, S. G. P., & Naeem, A. (2019). Knowledge and attitude
towards xenoestrogens. 8(8), 150–160. https://doi.org/10.20959/wjpps20198-
14406
Di, A., Ungaran, R., & Tengah, J. (2017). FAKTOR RESIKO YANG
BERHUBUNAGN DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RSUD UNGARAN
JAWA TENGAH Sri Wahyuni 1) Ngadiyono 2) Sri Sumarni 3). 6(13), 1–11.
Feminisasi, D. M., & Perairan, O. (2006). Kata kunci: Estradiol-17 β , senyawa
estrogenik, Oreochromis niloticus , feminisasi, Brantas . Sungai.
Helal, E. G. E., Aljalaud, N. A., Abdelaziz, M. A., & Zakaria, A. (2019). Effect of
Both Phytoestrogen and Xenoestrogen on Some Sexual Hormones in Male
Albino Rats and Illustration of The Effect of Arctium Lappa L ( A . Lappa ) on
Their Actions. 77(October), 5520–5527.
Jorgensen, E. M., Alderman, M. H., & Taylor, H. S. (2016). Preferential epigenetic
programming of estrogen response after in utero xenoestrogen (bisphenol-A)
exposure. FASEB Journal, 30(9), 3194–3201.
https://doi.org/10.1096/fj.201500089R
Paterni, I., Granchi, C., & Minutolo, F. (2017). Risks and benefits related to
alimentary exposure to xenoestrogens. Critical Reviews in Food Science and
Nutrition, 57(16), 3384–3404. https://doi.org/10.1080/10408398.2015.1126547
Pohan, D. A. S., Budiyono, B., & Syafrudin, S. (2017). Analisis Kualitas Air Sungai
Guna Menentukan Peruntukan Ditinjau Dari Aspek Lingkungan. Jurnal Ilmu
Lingkungan, 14(2), 63. https://doi.org/10.14710/jil.14.2.63-71
Prasatkaew, W., Nanthanawat, P., Khongchareonporn, N., & Kingtong, S. (2019). A
monoclonal antibody against Lates calcarifer vitellogenin and a competitive
ELISA to evaluate vitellogenin induction after exposure to xenoestrogen.
Journal of Environmental Sciences (China), 75, 325–333.
https://doi.org/10.1016/j.jes.2018.05.001
Singleton, D. W., & Khan, S. A. (2003). [Frontiers in Bioscience 8, s110-118,
January 1, 2003] XENOESTROGEN EXPOSURE AND MECHANISMS OF
ENDOCRINE DISRUPTION David W. Singleton and Sohaib A. Khan.
Exposure, 110–118.

28
1. senyawa yang meniru estrogen dalam tubuh mahkluk hidup dan tidak
diproduksi oleh tubuh adalah pengertian dari…
a. estrogen
b. isoflafin
c. EDC
d. DDT
e. xenoestrogen

2. dibawah ini yang tidal termasuk Senyawa estrogenik buatan berasal dari
berbagai sumber pencemar, yaitu….
a. dari kegiatan pertanian (misalnya insektisida DDT, deildrin, dan
endrin
b. kegiatan pabrik (misal dioksin, bahan penyusun plastik dan
detergen);
c. obat-obatan
d. dietyl stilbestrol (DES), ethinyl estradiol).
e. organisme (misalnya senyawa dari jamur)
3. Berikut yang merupakan estrogen sintesis yang digunakan dalam alat

konstrasepsi yaitu pil KB adalah….

a. ECD Xenoestrogenik

b. Biphenyus Polichlorinated (PCB)

c. Diethylstilbestrol

d. BPA (Bisphenol A)

e. Etrahydrocannabinol

4. Di antara produk perawatan pribadi, beberapa senyawa estrogenik digunakan

sebagai filter UV dalam kosmetik, tabir surya topikal dalam lotion, dan

29
semprotan rambut untuk kulit melindungi dan rambut dari radiasi UV.

senyawa estrogenic tersebut adalah….

a. 4-methylbenzylidene kamper

b. benzofenon 2 (BP-2).

c. etrahydrocannabinol (Δ 9- THC)

d. EDC Xenoestrogenic

e. BPA (Bisphenol A)

5. Secara khusus, paparan PCB dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka

panjang. Salah satunya adalah masalah…

a. seperti penyakit syaraf dan hormonal,

b. hepatotoksisitas,

c. imunosupresi,

d. diabetes tipe 2,

e. kanker

6. Di bawah ini yang merupakan senyawa kompleks atau konjugasi dengan

ikatan glukosida., dan hormon estrogen vertebrata yaitu :

a. Senyawa estrogenic

b. Senyawa Xenoestrogen

c. Senyawa isoflavon

d. Senyawa zearalenone

e. Senyawa Fitoestrogen

7. Apa pengaruh fitoestrogen bersifat bifasik terhadap sintesis DNA, yaitu

30
a. memiliki sifat menghambat sintesis dan menginduksi sintesis DNA

b. menginduksi sintesis dan meningkatkan proliferasi

c. meningkatkan proliferasi dan memiliki sifat menghambat sintesis

d. efek psikotropika dan menginduksi sintesis

e. efek psikotropika dan meningkatkan proliferasi

8. dibawah ini yang merupakan jenis-jenis estrogen lingkungan yaitu :

a. estrogen vertebrata dan estrogenic

b. xenoestrogen alami dan xenoestrogen buatan

c. xenoestrogen fitostrogen dan oviriektomi

d. fitostrogen dan endokrin pengacau kimia

e. bishpenol dan neuroendokrin

9. Salah satu xenoestrogen sintetis paling luas tersebar dan berbahaya adalah

a. bisphenol A (BPA)

b. bisphenol B (BPB)

c. bisphenol C (BPC)

d. bisphenol D (BPD)

e. bisphenol E (BPE)

10. senyawa estrogenic dapat dibedakan menjadi senyawa estrogenic buatan dan

estrogenic alami. Berikut yang ternmasuk bagian dari jenis senyawa estrogen

buatan adalah…., kecuali

a. insektisida

31
b. estradiol -17β

c. ethinyl estradiol

d. dieldrin dan endrin

e. dioksin

32

Anda mungkin juga menyukai