ANESTRUS
Dosen Pengampu : drh. Annisa Rahmi, MSi
Nama Anggota :
1.Muhammad Ihsan Kholilullah (A.2110463)
2. Muhammad Dzulfiqar (A.2110259)
3. Mujahiroh (A.2110824)
4. Tivanka Adinda Putri (A.2210297)
5. Wildan Muhammad (A.2110698)
Pada sapi potong, perpanjangan anestrus postpartum adalah penyebab utama betina gagal
kawin kembali selama musim kawin sehingga merupakan penyebab infertilitas yang utama
(Whitier et al 2008). Penelitian menunjukkan hubungan negatif antara interval postpartum
terhadap estrus pertama dengan angka kebuntingan secara keseluruhan. Penurunan ini
kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor penyebab perpanjangan anestrus postpartum dan
bukan oleh efek perpanjangan itu sendiri (Hess et al 2005). Di negara empat musim,
kebuntingan dini pada sapi potong yang menyusui dapat tertekan secara drastis oleh proporsi
betina menyusui yang tidak menunjukkan gejala siklus estrus regular (anestrus) pada awal
musim kawin (Short et al., 1990).
Anestrus merupakan kondisi pada hewan betina yang tidak menunjukkan gejala estrus
dalam jangka waktu yang lama. Anestrus seringkali dikaitkan merupakan penyebab infertilitas
pada sapi. Beberapa kondisi anestrus dikaitkan dengan ovarium yang memiliki gangguan atau
masalah dan pertumbuhan folikel yang terjadi tidak mendukung folikel yang cukup matang
untuk ovulasi (Montiel dan Ahuja 2005). Anestrus dapat terjadi akibat dari banyak faktor yang
berkaitan meliputi seperti faktor managerial, faktor fisiologi, faktor pemenuhan nutrisi serta
tertundanya involusi uteri dan status kesehatan umum mempengaruhi lamanya anestrus (Yavas
and Walton 2000). Faktor nutrisi merupakan salah satu penyebab utama pada kondisi anestrus
dari beberapa penelitian dan literatur menyatakan bahwa BCS < 2,5 dari skala 1-5 merupakan
representasi dari kekurangan nutrisi yang salah satu dampaknya adalah penurunan fungsi dan
efisiensi reproduksi (Arthur et al., 2001; Ahuja dan Montiel, 2005; Roelofs et al. 2010;
Carneiro et al. 2011).
3). Laktasi
Kadar hormon LTH atau prolaktin yang tinggi dalam darah pada hewan yang sedang laktasi
dapat mendorong terbentuknya korpus luteum persisten (kelanjutan dari korpus luteum
graviditatum yang ada pada waktu bunting). Hal ini berkaitan dengan kadar progesteron dalam
darah meningkat tajam sebagai mekanis meumpan balik hipofisa anterior dan menghambat
sekresi hormon gonadotropin. Keadaan ini menyebabkan folikel baru tidak tumbuh dan tidak
ada sekresi estrogen sehingga terjadi anestrus (Ratnawati dkk , 2007).
4). Pakan
Ransum pakan kualitas dan kuantitas rendah seperti kekurangan lemak dan karbohidrat dapat
mempengaruhi aktivitas ovarium sehingga menekan pertumbuhan folikel dan mendorong
timbulnya anestrus, kekurangan protein mendorong terjadinya hipofungsi ovarium disertai
anestrus.
5). Musim.
Pada musim panas kualitas pakan hijauan menjadi sangat menurun sehingga banyak dijumpai
kasus anestrus akibat kekurangan asupan nutrisi. Musim dingin yang ekstrem juga mendorong
terjadinya anestrus. Musiman anestrus banyak terjadi pada ternak kuda dan domba.
6). Lingkungan.
Lingkungan yang kurang serasi, kandang yang sempit , kurang ventilasi dapat menimbulkan
stres yang memicu kondisi anestrus.
PENANGANAN
Penanganan penyakit anestrus pada ternak ruminansia, seperti sapi, terdiri dari beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan hormonal yang menyebabkan ternak
tidak birahi. Beberapa cara penanganan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemberian hormon: Pemberian hormon LH atau GnRh yang mempunyai efek LH,
progesteron, dan HCG secara intra muskuler dapat membantu mengatasi cystic folikel
dan cystic luteal.
2. Pengobatan infeksi: Eliminasi bakteri penyebab infeksi dan pengobatan infeksi uterus
dapat membantu mengatasi gangguan hormonal yang menyebabkan anestrus
3. Pemeriksaan umur kebuntingan: Pemeriksaan umur kebuntingan umur 6 minggu
memerlukan keterampilan khusus, namun pemeriksaan kebuntingan umur 6-10 minggu
harus lebih akurat
4. Manajemen kesehatan reproduksi: Menyediakan pakan yang cukup dan mengurangi
kehilangan berat badan selama laktasi pertama, menurunnya aktifitas ovarium, dan
meningkatkan kondisi tubuh dapat membantu mengatasi anestrus
5. Pengobatan hormon: Pengobatan hormon, seperti progesteron, dapat membantu
mengatasi anestrus pada ternak ruminansia
6. Penelitian: Penelitian mengenai respon birahi dan ovulasi pada sapi perah anestrus
setelah pengobatan dapat memberikan informasi lebih spesifik tentang pengobatan
anestrus
7. Pengelolaan kelompok ternak: Memiliki target berat hidup untuk pertumbuhan dara,
menurunnya aktifitas ovarium, dan meningkatkan kondisi tubuh dapat membantu
mengatasi anestrus pada kelompok ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Carneiro, L.C., Carla, C.C.,Ricarda, M.D.S. 2011. Timed Artificial Insemination and Early
Diagnosis of Pregnancy to Reduce Breeding Season in Nelore Beef Cows. J. Trop. Anim.
Health Prod. 44: 623-627
Roelofs, J., Eerdenburg Van., F.J.C.M. Hunte, R.H.F., Gtius, L., Hanzen, Ch. 2010. When is a
Cow in Estrus? Clinical and Practical Aspects: review. J.Theriogen.74: 327-344.
Arthur's H, David, E.N., Parkinson., T.J England, C.W. 2001. Endogenous and exogenous
control of ovarian cyclicity. In Veterinary Reproduction and Obstetrics. 8th ed. Saunders
Ahuja, C., Montiel, F. 2005. Body condition and suckling as factors influencing the duration
of postpartum anestrus in cattle: a review. J. Anim. Sci. 85: 1-26.
Montiel, F., and C. Ahuja. 2005. Body condition and suckling as factors influencing the
duration of postpartum anestrus in cattle: A review. Anim. Reprod. Sci. 85:1-26.
Yavas, Y., and J. S. Walton. 2000. Postpartum acyclicity in suckled beef cows: A review.
Theriogenology 54:25-55
Whittier, J. C., J. Berardinelli, and L. Anderson. 2008. Understanding puberty and postpartum
anestrus. In Proceedings, Applied Reproductive Strategies in Beef Cattle. Fort Collins, CO.
Hess, B. W., S. L. Lake, E. J. Scholljegerdes, T. R. Weston, V. Nayigihugu, J. D. C. Molle and
G. E. Moss. 2005. Nutritional controls of beef cow reproduction. J Anim Sci 83(Suppl): E90-
E106.
Ratnawati, Dian., Wulan Cahya Pratiwi dan Lukman Affandhy. S.2007. Penanganan
Gangguan Reproduksi Pada sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Departemen Pertanian.
Prihatno, SA 2004. Infertilitas dan Sterilitas. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.