PENDAHULUAN
dianut.3,4
Ultrasonografi ovarium merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien
dengan kecurigaan SOP. Sejak ASRM/ESHRE (American Society for Reproductive
Medicine/European Society of Human Reproduction and Embryology) yang disponsori
oleh konferensi di Rotterdam tahun 2003, kriteria ultrasonografi ovarium polikistik
masuk dalam kriteria National Institutes of Health (NIH) bersama dengan
hiperandrogenism dan oligoanovulasi. Pada pemeriksaan ultrasonografi dapat
ditemukan pembesaran ovarium bilatertal diisi oleh banyak folikel primer yang tersusun
1
Kriteria ultrasonografi masih menjadi kontroversi, memiliki sensitivitas yang
rendah dimana 21-63% ovarium polikistik tampak pada wanita normal, sering ditemui
pada pemeriksaan rutin ultrasonografi dan tidak berhubungan dengan SOP. Tujuan dari
penulisan referat ini untuk mengetahui gambaran ultrasonografi SOP sehingga ahli
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ovarium pada wanita dewasa berukuran sebesar ibu jari tangan, berbentuk elips
dengan axis panjang terletak vertikal. Pada wanita nulipara, ovarium terletak di
laterocaudal dinding pelvis yang disebut dengan fossa ovarium, bagian anterior dibatasi
oleh arteri umbilicalis, posterior dibatasi oleh ureter dan arteri iliaca interna, bagian
superior dibatasi oleh vena iliaca eksterna. Fimbria tuba falopi terletak di superior dan
lateral ovarium. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum dan lipatan
yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan
mesovarium. Bagian bawah ovarium berkaitan dengan uterus oleh ligamentum
ovarium, sedangkan bagian atas berkaitan dengan dinding lateral pelvis oleh
ligamentum suspensori (infundibulopelvis). Ligamentum suspensori berisi pembuluh
darah ovarium dan nervus, ligamentum ini tidak kaku sehingga ovarium dapat sedikit
bergerak terutama pada wanita yang telah mengalami kehamilan (Gambar 1).6,7
Gambar : 1
Gambar : 2
Pada wanita setiap bulan terdapat satu sampai dua folikel, berkembang
menjadi folikel de Graff. Folikel merupakan bagian terpenting ovarium dan ditemukan di
korteks ovarium dengan letak yang bervariasi dan dapat berupa folikel dengan berbagai
tingkat perkembangan. Folikel yang matang berisi likuor follikuli yang mengandung
estrogen dan siap untuk berovulasi.
diameter 20- 30 mm dengan volume 3 6 cm3, jumlah folikel per ovarium sekitar
4
pada hari 8 atau 9 pada siklus menstruasi. Pada waktu ini satu buah folikel akan menjadi
dominan,diperuntukkan untuk ovulasi dan terjadi peningkatan ukuran hingga 20 25
mm pada ovulasi. Folikel lainnya menjadi atretik. Kista folikuler berkembang jika cairan
pada folikel nondominan tidak di resorbsi. Setelah ovulasi, korpus luteum berkembang
dan tampak sebagai struktur hipoekoik atau isoekoik di bagian perifer ovarium. Korpus
Gambar : 3,4
2.3 Definisi
Pada tahun 1935, Stein dan Leventhal pertama kali menggambarkan kondisi
wanita dengan amenore, obesitas dan gejala maskulinisasi, yang sekarang dikenal
dengan sindrom polikistik ovarium (SOP), terkadang disebut juga dengan Stein
Leventhal sindrom. Pada tahun 1990, pertama kali definisi klinis dinyatakan secara
formal oleh National Institute of Child Health and Human Development yaitu kombinasi
antara hiperandrogen dan oligo-anovulasi dengan tidak adanya penyebab lain dari
infertilitas anovulasi (tabel 1).5,9Definisi klinis dari sindrom ovarium polikistik yang
diterima secara luas adalah suatu kelainan pada wanita yang ditandai dengan adanya
hiperandrogenisme dengan anovulasi kronik yang saling berhubungan dan tidak disertai
dengan kelainan pada kelenjar adrenal maupun kelenjar hipopisis.
5
2.4 Epidemiologi
SOP terjadi pada 6,6 % wanita usia subur dan mempengaruhi 4-5 juta wanita
usia subur di Amerika Serikat. Merupakan salah satu gangguan endokrin tersering pada
wanita. Dalam sebuah penelitian epidemiologi didapatkan sekitar 6,5-8% wanita usia
reproduksi dengan SOP berdasarkan temuan biokimia dan klinis. Sedangkan pada
penelitian yang berdasarkan temuan ultrasonografi didapatkan angka prevalensi 20 %
atau lebih. Dari tujuh juta wanita Canada berusia 15 dan 44 tahun terdapat 1,4 juta
2.5 Patofisiologi
SOP merupakan suatu anovulasi kronik yang menyebabkan infertilitas dan bersifat
hiperandrogenik, di mana terjadi gangguan hubungan umpan balik antara pusat
(hipotalamus hipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen selalu tinggi yang
mengakibatkan tidak pernah terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup adekuat. Pada
tahun 1935, Stein dan Leventhal menyatakan secara histologi ovarium polikistik terdiri
atas theka yang prominen, penebalan jaringan fibrotik tunika albuginea dan folikel kistik
multipel.3,10
Fisiologi ovulasi harus dimengerti lebih dahulu untuk dapat mengetahui
mengapa SOP ini dapat menyebabkan infertilitas. Secara normal, kadar estrogen
mencapai titik terendah pada saat seorang wanita dalam keadaan menstruasi. Pada waktu
yang bersamaan, kadar LH dan FSH mulai meningkat dan merangsang pembentukan
folikel ovarium yang mengandung ovum. Folikel yang matang memproduksi hormon
androgen seperti testosteron dan androstenedion yang akan dilepaskan ke sirkulasi darah.
Beberapa dari hormon androgen tersebut akan berikatan dengan sex hormone binding
globulin (SHBG) di dalam darah. Androgen yang berikatan ini tidak aktif dan tidak
memberikan efek pada tubuh. Sedangkan androgen bebas menjadi aktif dan berubah
menjadi hormon estrogen di jaringan lunak tubuh. Perubahan ini menyebabkan kadar
estrogen meningkat, yang mengakibatkan kadar LH dan FSH menurun. Selain itu kadar
estrogen yang terus meningkat akhirnya menyebabkan lonjakan LH yang merangsang
ovum lepas dari folikel sehingga terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi luteinisasi
sempurna dan peningkatan tajam kadar progesteron yang diikuti penurunan kadar
estrogen, LH dan FSH. Progesteron akan mencapai puncak pada hari ke tujuh sesudah
ovulasi dan perlahan turun sampai terjadi menstruasi berikutnya (gambar 5).3
6
Pada SOP siklus ini terganggu. Karena adanya peningkatan aktivitas sitokrom p-
450c17 (enzim yang diperlukan untuk pembentukan androgen ovarium) dan terjadi juga
peningkatan kadar LH yang tinggi akibat sekresi gonadotropine releasing
hormone(GnRH) yang meningkat. Hal ini menyebabkan sekresi androgen dari ovarium
bertambah karena ovarium pada penderita sindrom ini lebih sensitif terhadap stimulasi
gonadotropin. Secara morfologi karakteristik ovarium polikistik adalah adanya
kegagalan dalam menseleksi folikel dominan dan terdapat akumulasi folikel antral
dengan ukuran 2-8 mm. Hal ini diasumsikan sebagai gambaran penghentian induksi
androgen pada perkembangan folikel. Peningkatan produksi androgen menyebabkan
terganggunya perkembangan folikel sehingga tidak dapat memproduksi folikel yang
matang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya estrogen yang dihasilkan oleh ovarium dan
tidak adanya lonjakan LH yang memicu terjadinya ovulasi. Selain itu adanya resistensi
insulin menyebabkan keadaan hiperinsulinemia yang mengarah pada keadaan
hiperandrogen, karena insulin merangsang sekresi androgen dan menghambat
sekresi SHBG hati sehingga androgen bebas meningkat. Pada sebagian kasus diikuti
dengan tanda klinis akantosis nigrikans dan obesitas tipe android (gambar 6).3,5
Akibat adanya hiperandrogenemia yang berlangsung lama mengakibatkan
anovulasi kronik, sehingga dapat menyebabkan terjadi perubahan pada ovarium terjadi
pembesaran ovarium 2-3 kali lebih besar, penebalan tunika albugenia 2 kali normal,
stroma korteks menebal 1,3 kali normal, sedang stroma subkortikal menebal 5 kali
normal. Penebalan stroma ini diakibatkan oleh adanya hiperplasia sel theka interna dan
penebalan jumlah folikel yang berkembang dan atresia. Kadang kala ditemukan
Gambar : 5
7
2.6 Gejala Klinis
Gambaran klinis SOP sangat bervariasi. Wanita dengan sindrom ini sebagian
besar mengeluhkan infertilitas, menstruasi yang tidak teratur, hirsutism dan tanda
lainnya yang menunjukkan kelebihan androgen seperti akne dan alopesia. Kurang lebih
terdapat 17 % wanita usia reproduksi memiliki gejala klasik yang dihasilkan dari
produksi androgen yang berlebihan, abnormal sekresi gonadotropin dan anovulasi
kronik. Dipercayai bahwa resistensi insulin sebagai penyebab sentral dari sindrom ini.
Wanita dengan PCOS memiliki peningkatan resiko hipertensi, hiperlipidemia, diabetes
sedangkan bila memiliki jarak menstruasi lebih dari 35 hari disebut oligomenorea.3,12
Kadar androgen yang tinggi menyebabkan pengeluaran sebum yang berlebihan
sehingga menyebabkan masalah pada kulit dan rambut. Pasien mengeluhkan seringnya
terjadi peradangan pada kulit akibat penyumbatan pori serta pertumbuhan rambut
pada tubuh yang berlebihan. Kelainan yang biasanya timbul adalah dermatitis seboroik,
hidradenitis supuratif, akantosis nigrikans dan kebotakan. Akantosis nigrikans selain
berhubungan dengan keadaan hiperandrogen juga terkait dengan adanya
hiperinsulinemia.3
2.7 Diagnosis
Terdapat tiga penelitian utama untuk mendiagnosis SOP, yaitu National Institute of
Health (NIH) tahun 1990, The Rotterdam ESRE/ASMR Consensus tahun 2003 dan AES
(Androgen Excess Society) tahun 2006/2009. ESRE/ASMR tahun 2012 menyatakan
diagnosis SOP pada remaja memerlukan banyak elemen pada konsensus Rotterdam
8
yaitu hisrsutism, disfungsi ovulasi, temuan ultrasonografi berupa ovarium polikistik.
Diagnosis SOP dibuat jika ditemukan 2 dari 3 kriteria dengan telah menyingkirkan
penyakit lain yang menyerupai gambaran SOP seperti penyakit tiroid, hiperprolaktin dan
nonklasik hiperplasia adrenal kongenital. Pada wanita dengan amenore dan penotip
diameter 2-9 mm dan peningkatan volume ovarium lebih dari 10 cm3 (tanpa kista atau
folikel dominan) salah satu ovarium. Pada SOP, selalu dijumpai ovarium yang
membesar. Pembesaran ovarium ini dapat dengan mudah dideteksi dengan ultrasonografi
dengan kepekaan 95%. Pemeriksaan baku emas untuk menegakkan diagnosis sindrom ini
adalah laparoskopi.12,13
Analisa pemeriksaan hormonal untuk menentukan apakah itu LH, FSH, prolaktin,
atau testosteron, sangat tergantung dari gambaran klinis. Pada wanita dengan
amenorea, perlu dilakukan pengukuran kadar FSH dan prolaktin. Kadar FSH yang tinggi
mengambarkan adanya kegagalan ovarium, sedangkan kadar prolaktin yang tinggi
mengambarkan adanya tumor hipofisis (prolaktinoma). Bila ditemukan kadar FSH dan
prolaktin yang normal, perlu dilakukan USG dan uji dengan progesteron (uji P). Hasil uji
P akan menjadi negatif pada wanita dengan amenorea hipotalamik dan hasil
ultrasonografi menggambarkan adanya ovarium polikistik. SOP, hasil uji P
9
Pada wanita dengan wajah dan badan yang ditumbuhi rambut
(hirsutism),dianjurkan melakukan pemeriksaan testosteron dan dehidroepiandosteron
sulfat (DEAS) untuk mengetahui apakah terdapat tumor di ovarium dan suprarenal.
Kadar DEAS yang tinggi menggambarkan adanya tumor di kelenjar suprarenal. Kadang-
kadang, perlu juga dilakukan pemeriksaan hormon 17-alfa hidroksi progesteron;
kadarnya yang tinggi menandakan adanya hiperplasia adrenal kongenital (defisiensi
enzim 21-hidroksilase).12
2.8 Ultrasonografi
berjumlah 12 atau lebih dengan ukuran diameter 2-9 mm dan volume ovarium > 10 cm3
(gambar 7). Jika hanya ditemukan pada salah satu ovarium dapat dikatakan sebagai
ovarium polikistik. Tidak seperti kriteria yang digunakan oleh adam dkk, penilaian
ekogenitas stroma dan distribusi folikel tidak digunakan. Batas nilai peningkatan
volume ovarium didasarkan pada hasil laporan volume ovarium polikistik
dibandingkan dengan rata-rata volume ovarium normal (< 10 cm3). Batas jumlah
folikel >12 folikel ovarium didasarkan pada temuan nilai sensitivitas 75 % dan
klinisi.5
2.9 Terapi
Penatalaksaan pertama pada pasien SOP dengan gejala hirsutism diberikan HCs
(kontrasepsi oral atau cincin vagina) dengan menyingkirkan kontraindikasi terlebih
dahulu. Terapi ini digunakan pada wanita yang belum menginginkan anak.
Kontrasepsi oral yang sering digunakan adalah jenis pil kombinasi yang mengandung
estrogen dan progesteron sintetik. Penggunaan kontrasepsi oral ini bertujuan untuk
menekan fungsi ovarium, sehingga sekresi hormon testosteron menurun. Komponen
estrogen yang terdapat dalam pil kontrasepsi akan memicu terjadinya produksi SHBG di
hati. Hormon SHBG yang tinggi tersebut akan mengikat lebih banyak lagi testosteron di
dalam darah. Komponen progesteron yang terdapat dalam kontrasepsi oral akan
mencegah terjadinya hiperplasia endometrium. Pada wanita dengan gejala dan tanda
hirsutism, lebih dianjurkan pemberian pil kontrasepsi yang mengandung hormon
antiandrogen siproteron asetat (SPA); siproteron asetat dapat juga diberikan tidak dalam
bentuk pil kombinasi. Siproteron asetat termasuk jenis hormon progestogen alamiah
11
Pada SOP, perkembangan folikel dan ovulasi terganggu sehingga
terjadi infertilitas. Antiestrogen, dalam hal ini klomifen sitrat paling banyak dipakai,
merupakan pilihan pertama untuk menginduksi ovulasi. Strukturnya yang mirip dengan
estrogen menyebabkan klomifen sitrat mampu berikatan dengan reseptor estrogen dan
mempengaruhi aktivitas hipotalamus, sehingga meskipun kadar estrogen dalam darah
meningkat, tetapi karena kapasitas reseptor estrogen menurun maka sekresi GnRH
meningkat. Rangsangan GnRH dalam lingkungan estrogen yang tinggi menyebabkan
meningkatkan penggunaan glukosa oleh usus dan menekan oksidasi asam lemak.3
12
BAB III
PENUTUP
bulat. Dikatakan meningkat bila volume ovarium terukur > 10 cm3. Volume ovarium
diukur dengan formula bangunan elips yaitu 0,5 x panjang x lebar x tebal. Batas
nilai peningkatan volume ovarium didasarkan pada hasil laporan volume ovarium
dengan menggunakan 3 axis dan diukur diameter rata-rata folikel (gambar 10).5,9,10
Sejak pertama kali SOP didefinisikan oleh Stein-Leventhal, peningkatan
ekogenitas stroma telah digambarkan sebagai karakteristik SOP (gambar 11). Ekogenitas
ovarium polikistik yang meningkat merupakan ciri histologis kunci tetapi hal tersebut
merupakan suatu kajian subyektif yang dapat bervariasi, bergantung pada perangkat
atau mesin ultrasound dan kebiasaan pasien. Dikatakan ekogenitas stroma normal jika
kurang dari ekogenitas miometrium yaitu lebih hipoekoik atau isoekoik. Meskipun
banyak upaya untuk menghubungkan indeks kualitatif ekogenitas stroma dengan SOP,
ekogenitas intrinsik stroma ovarium SOP dengan ovarium normal tidak berbeda, kesan
subjektif peningkatan ekogenitas stroma terjadi akibat peningkatan volume stroma. Hal
ini menunjukkan peningkatan volume stroma berhubungan dengan kadar serum
androgen. Meskipun demikian tidak terdapat standarisasi metode mengukur volume
stroma. Karena volume ovarium berhubungan dengan volume stroma pada ovarium
polikistik dan lebih mudah dalam pengukuran, sehingga pengukuran volume ovarium
lebih folikel dengan diameter 2-9 mm dan peningkatan volume ovarium > 10 cm3. Dapat
dijumpai pada salah satu atau kedua ovarium. Jika didapatkan folikel dominan dengan
ukuran > 10 mm atau terdapat korpus luteum maka ultrasonografi diulangi lagi pada
siklus menstruasi selanjutnya. Kriteria ini tidak dapat digunakan pada wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral karena ukuran ovarium akan berkurang. Meskipun
demikian, jika ditemukan gambaran ovarium polikistik pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral, laporan ultrasonografi berupa jumlah folikel dan volume ovarium dapat
membantu klinisi. Wanita yang memiliki ovarium polikistik tetapi tidak memiliki
gangguan ovulasi maupun hiperandrogen tidak dapat dikatakan SOP. Ultrasonografi juga
dapat membantu dalam memprediksi hasil fertilitas pada pasien dengan SOP yaitu
respon terhadap terapi klomifen sitrat, resiko hiperstimulasi ovarium, dan pengambilan
keputusan maturasi in vitro oosit. Hal ini menunjukkan bahwa gambaran ovarium
polikistik dapat terlihat pada wanita yang sedang menjalani stimulasi ovarium dengan
IVF dengan tidak ada gejala khas SOP. Ultrasonografi juga dapat mengetahui
15
Salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam penentuan SOP adalah
usia. SOP biasa terjadi disekitar usia menarke dan pada pubertas prematur. Evaluasi SOP
pada wanita remaja dan postmenepouse memiliki pertimbangan yang berbeda. Tidak
ada pernyataan yang tegas pada konsensus Rotterdam untuk indentifikasi ovarium
polikistik pada menepouse maupun wanita remaja. Sebelum konsensus Rotterdam,
ovarium polikistik juga dilaporkan pada wanita postmenepouse dan temuan ini
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi serum testosteron dan trigliserid.
Ovarium polikistik pada wanita postmenepouse ditemukan volume ovarium lebih besar
(6,4 cm3 vs 3,7cm3) dan menunjukkan lebih banyak folikel (9 vs 1,7) dari ovarium
postmenepouse normal. Pada usia remaja ukuran kedua ovarium dapat lebih besar dari
10 cm3 yang berhubungan dengan SOP jika terjadi bersamaan dengan siklus
menstruasi yang tidak teratur. Multikistik ovarium merupakan gambaran umum
16
BAB IV
KESIMPULAN
lebih dengan ukuran diameter 2-9 mm dan volume ovarium > 10 cm3. Laporan hasil
ultrasonogafi harus spesifik dan harus mencakup volume ovarium, jumlah dan ukuran
folikel ovarium.
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Cretu MS, Nechita A. Ovarian ultrasound imaging for polycystic ovary syndrome in
adolescents- types of approach. Fascicula XVII. 2013;1 : 127-32
8. Panchal S, Nagori CB. Baseline scan and Ultrasound Diagnostic of PCOS. Donald
School Journal of Ultrasound in Obstetrics and Gynecology. 2012;3: 290-9
18
10. Balen AH, et all. Ultrasound assessment of the polycystic ovary : international
concensus definition. Human Reproduction Update. 2003; 9 : 505-14
11. Dolz M, et all. Polycystic Ovarian Syndrome : Assesssment with Color Doppler
Angiography and Three-Dimensional Ultrasonography. Journal Ultrasound Medicine.
1999; 18:303-13
12. Baziad A. Sindrom ovarium polikistik dan penggunaan analog GnRH. Cermin
Dunia Kedokteran. 2012; 39: 573-4
13. Legro RS, et all. Diagnosis and Treatment of Polycystic Ovary Syndrome : An
Endocrine Society Clinical Practice Guideline. Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism. 2013 : 2013-350
14. Marrinan G. Imaging in policystic ovary disease (Cited : 2014, april 10). Available
from : http://emedicine.medscape.com/article/404754-overview#showall
19