SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi
sebahagian persyaratan mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan keridhaannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Pemberian Pregnant Mares Serum Gonadotropin (PMSG) dan
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) Terhadap Peningkatan Jumlah Kelahiran
Hamster Campbell (Phodopus Campbelli). Tidak lupa shalawat beriring salam
penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW sebagai tauladan bagi
seluruh alam semesta.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, masukan, bimbingan, dan
dukungan yang luar biasa. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang setulusnya kepada Ayahanda Ahmad Yani dan Ibunda Siti Nurainun,
kakak Nur Ariyani Agustina, SST dan kedua adik Muhammad Husaini Iqbal dan
Muhammad Huzaini Iqadri yang telah banyak memberikan kasih dan sayang, doa,
dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pembimbing Utama Prof. Dr.
drh. Tongku N. Siregar, MP, Pembimbing Pendamping drh. Hamdan, MP dan
bapak ibu penguji Dr. drh. Muslim Akmal, MP, drh. Cut Nila Thasmi, MS serta
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Dr. drh. Muhammad
Hambal dan kepada drh. T. Armansyah TR, M. Kes., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Hewan, berkat bantuan dan dukungannya hingga skripsi ini
dapat tersusun dengan
Dosen Wali drh. Idawati Nasution, M.Si yang telah berkenan mengayomi penulis
selama menempuh studi di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga besar VESICA
2011, Fitri, Nora, Cici, Maya, lena, Ikhwan Amir, Arief, Iqbal dan teman-teman
KKN Antar Bangsa 2015 yang telah turut andil dalam penelitian penulis, serta
terima kasih penulis sampaikan kepada yang terkasih Indra MS Nurakmal Hadi,
S.Kh yang telah mendampingi penulis dalam suka dan duka serta selalu
memberikan dorongan, motivasi dan doa kepada penulis sehingga penelitian
penulis dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari, skripsi ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan literatur, ilmu dan pengalaman yang penulis miliki sehingga skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Banda Aceh,
Penulis
Juli 2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hamster
Superovulasi
Hormon Pregnant Mares Serum Gonadotropin (PMSG)
Hormon Human Chorionic Gonadotrophin (hCG)
BAB III MATERIAL DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Data
1
3
3
3
3
4
4
5
6
8
10
10
10
10
11
11
12
BAB V PENUTUP
16
Kesimpulan
Saran
16
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
22
BIODATA
26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Tabel hasil uji t dari rata-rata jumlah lahir anak hamster Campbell
22
23
24
26
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hamster Campbell merupakan hamster yang banyak dipelihara oleh
masyarakat. Variasi warna dari beberapa jenis hamster Campbell menjadi salah
satu alasan ketertarikan pada hewan kesayangan ini. Hasil penelitian Yoga (2013),
menunjukkan bahwa hamster Campbell hidup di lingkungan yang bersuhu 25-26
C dengan kelembaban 70-75%. Hamster tidak suka keadaan berair, panas, dan
berangin.
Seiring dengan berkembangnya bioteknologi di bidang reproduksi, jumlah
anak hamster dapat dimanipulasi dengan menggunakan metode superovulasi.
Pada umumnya hewan betina dapat diinjeksi dengan preparat follicle stimulating
hormone (FSH) dan pregnant mares serum gonadotropin (PMSG) atau
kombinasi PMSG dan human chorionic gonadotropin (hCG) (Elsden dan Seidel,
1984). Superovulasi merupakan salah satu teknologi yang dapat meningkatkan
jumlah sel telur yang diovulasikan di atas jumlah ovulasi normal dalam waktu
bersamaan, sehingga dapat meningkatkan sekresi hormon estrogen dan
progesteron (Suyadnya, 1987; Manalu dan Sumaryadi, 1996).
Hormon PMSG merupakan suatu glikoprotein kompleks yang mempunyai
aktivitas seperti FSH dan LH. Hormon PMSG bekerja dengan kemampuannya
menghambat proses atresi folikel (Putro, 1996). Madyawati dkk. (2002)
menyatakan bahwa preparat PMSG bekerja untuk merangsang pertumbuhan
folikel. Kandungan asam sialat yang tinggi pada molekul PMSG menyebabkan
waktu paruh hormon PMSG lebih panjang, sehingga cukup diberikan dalam dosis
tunggal (Moore, 1984; Dieleman dkk., 1993). Hormon PMSG secara luas telah
digunakan dalam program superovulasi dan transfer embrio pada ternak.
Pemakaian hormon PMSG untuk tujuan superovulasi lebih banyak digunakan
dibandingkan FSH karena harganya yang relatif murah serta lebih mudah didapat
(Elsden dan Seidel, 1984).
Hasil penelitian superovulasi pada mencit, domba, kambing, dan babi
dengan menggunakan hormon PMSG menunjukkan peningkatan sekresi hormon
kebuntingan, bobot lahir, jumlah anak sekelahiran (litter size), produksi susu, dan
bobot sapih (Manalu dkk., 2000). Selain itu, Siregar (2011) melaporkan
peningkatan jumlah anak per kelahiran kambing lokal yang diinduksi dengan
PMSG maupun ekstrak hipofisa. Rata-rata jumlah anak per kelahiran pada
kambing yang diinduksi dengan prostaglandin; PMSG; dan ekstrak hipofisa
masing-masing adalah 1,00; 1,50; dan 1,25 ekor. Pada kelinci telah dibuktikan
bahwa stimulasi dengan PMSG dapat meningkatkan jumlah folikel yang ovulasi
(Maertens dan Luzi, 1995).
Perlakuan superovulasi yang diiringi dengan pemberian hormon hCG yang
berfungsi untuk mencegah involusi normal sel-sel korpus luteum (CL) sehingga
sekresi hormon progesteron dan estrogen meningkat serta menyebabkan
endometrium terus tumbuh dan menyimpan nutrisi. Selain itu, pemberian hCG
juga menyebabkan perpanjangan waktu CL (Nishigai dkk., 2001). Hal ini
didukung dengan hasil yang didapat Situmorang dan Siregar (1997), penyuntikan
Rumusan Masalah
Apakah pemberian PMSG dan hCG dapat meningkatkan jumlah anak per
kelahiran hamster Campbell?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian PMSG dan hCG
terhadap peningkatan jumlah anak per kelahiran hamster Campbell.
Manfaat Penelitian
Rekomendasi pemanfaatan hormon PMSG dan hCG dalam meningkatkan
jumlah anak per kelahiran pada hamster Campbell.
Hipotesis Penelitian
Hormon PMSG dan hCG dapat meningkatkan jumlah anak per kelahiran
hamster Campbell.
TINJAUAN PUSTAKA
Hamster
Hamster adalah binatang kecil yang tergolong hewan pengerat seperti
halnya kelinci, marmut, dan tikus. Hamster tergolong hewan nocturnal, yaitu
hewan yang aktif di malam hari. Hamster akan melakukan aktivitas hidup (seperti
mencari makan) di malam hari (dari petang sampai menjelang fajar) dan
beristirahat (tidur) di siang hari (Kurniasih dkk., 2012). Hamster termasuk ordo
Rodentia yang merupakan kelompok mamalia, jumlahnya kira-kira mencapai tiga
ribu jenis seperti yang tampak pada Gambar 1. Hamster adalah binatang asli Asia,
India, dan Eropa Barat. Hamster sekarang dapat ditemukan di seluruh dunia
karena telah banyak dikenal oleh manusia (Jasin, 1989).
Superovulasi
Superovulasi adalah pelepasan beberapa oosit atau sel telur, ketika secara
normal hanya dihasilkan satu oosit pada setiap estrus. Hormon yang biasa
digunakan untuk merangsang pertumbuhan folikel dan ovulasi adalah PMSG dan
FSH (Sadgala, 2010). Menurut Solihati (2006), target organ superovulasi adalah
ovarium yang terdapat folikel yang mengandung oosit. Induksi superovulasi
diharapkan dapat meningkatkan jumlah folikel matang yang berukuran besar
dimana terdapat oosit dengan kualitas yang lebih baik.
Hasil penelitian Yulnawati dkk. (2005) menunjukkan bahwa jumlah folikel
tertinggi didapatkan dari sepasang ovarium dengan adanya CL tanpa folikel
dominan. Pertumbuhan folikel selama siklus dikontrol oleh hormon FSH dan
LH, yang keduanya harus ada bila diharapkan pertumbuhan dan fungsi (sekresi
estrogen) folikel yang normal (Nalbandov, 1990).
Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan
sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Fungsi utama
hormon estrogen adalah untuk merangsang berahi, merangsang timbulnya sifatsifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem saluran ambing betina, dan
pertumbuhan ambing (Wodzicka-Tomaszewska dkk., 1991). Peningkatan jumlah
folikel yang berkembang dapat diindikasikan oleh tingginya konsentrasi estradiol
pada saat berahi sedang peningkatan jumlah ovulasi dapat diindikasikan oleh
tingginya konsentrasi progesteron pada fase luteal. Sedangkan fungsi hormon
progesteron terlibat dalam manifestasi estrus, proses ovulasi, regresi siklus CL,
dan kebuntingan (Scaramuzzi dkk., 1993).
Parameter lain yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan superovulasi
adalah progesteron yang dihasilkan oleh CL. Jumlah CL berkorelasi positif
dengan konsentrasi progesteron. Peningkatan konsentrasi progesteron akan diikuti
dengan meningkatnya jumlah anak per kelahiran. Siregar (2002), membuktikan
bahwa konsentrasi progesteron selama periode pembentukan CL berhubungan
dengan jumlah CL, sedangkan konsentrasi progesteron pada pertengahan
kebuntingan berhubungan dengan jumlah anak yang akan dilahirkan
fase luteal (Rajamahendra dan Sianangama, 1992). Hormon hCG dapat dipakai
untuk mengobati kesuburan pada hewan piaraan, mengobati gejala sistik ovaria,
menimbulkan berahi, menghilangkan nimpomania dan untuk merangsang ovulasi
(Kaltenbach dan Dunn, 1993). Aktivitas LH yang dikandungnya menyebabkan
hCG bersifat luteotropik dan memperpanjang fungsi CL beberapa hari, sehingga
dapat meningkatkan angka kebuntingan (Rajamahendra dan Sianangama, 1992).
Peningkatan persentase kebuntingan setelah pemberian hCG akan
mengakibatkan waktu ovulasi lebih cepat dan bertindak sebagai kontrol terbaik
untuk ovulasi (Lopez-Gatius, 2000b). Hansel dkk. (1997), menemukan hubungan
antara peningkatan dosis hCG dengan mengurangi efek yang tidak diinginkan
terhadap kebuntingan. Mekanisme kerja hCG dalam meningkatkan angka
kebuntingan mungkin disebabkan optimalisasi fungsi CL dan peningkatan
produksi hormon progesteron. Peningkatan sintesis hormon progesteron
dihasilkan dari hipertrofi sel-sel luteal pada CL yang terbentuk secara spontan
(Hermel dan Britt., 1986) dan pembentukan CL assesoris (Rajamahendra dan
Sianangama, 1992). Pemberian hCG akan mencegah terjadinya regresi luteal yang
merupakan faktor utama terjadinya kematian embrio dini (Hamdan dan Siregar,
2004).
Metode Penelitian
Hewan coba yang digunakan diperoleh dari petshop yang berada di Medan
Sumatera Utara. Hewan coba yang digunakan adalah sepuluh ekor hamster
Campbell betina dengan berat badan 25-30 g, umur 4 bulan, dan tidak bunting.
Seluruh hamster dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (K1) dan
kelompok perlakuan (K2), masing-masing berjumlah 5 ekor hamster. Sebelum
perlakuan, hamster diadaptasikan di dalam kandang kelompok. Selama masa
adaptasi dan penelitian hamster diberi pakan komersial standar Alex JP03 berupa
biji-bijian dan diberi minum akuades secara ad libitum.
Prosedur Penelitian
Superovulasi
Kelompok K1 diinjeksi dengan NaCl fisiologis sebanyak 1 ml, sedangkan
K2 diinjeksi dengan 5 IU PMSG dan 5 IU hCG. Penyuntikan dilakukan secara
intraperitoneal. Setelah penyuntikan, hamster pada K1 dan K2 langsung disatukan
dengan hamster jantan.
Perkawinan
Pola perlakuan perkawinan sesuai petunjuk Rosadi dkk. (2008). Perkawinan
dilakukan dengan hamster jantan sejenis. Jantan dan betina dicampurkan dengan
dengan perbandingan 1:1. Untuk memastikan keberhasilan perkawinan dilakukan
pengamatan vagina plug. Pengamatan dilakukan 12 jam setelah pencampuran.
Analisis Data
Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan pada masing-masing kelompok
dianalisis dengan uji T.
Tabel 1. Rata-rata jumlah anak per kelahiran pada hamster Campbell yang
diinduksi dengan PMSG dan hCG
n
Rata-rata
Perlakuan
3,401,3a
K1 (NaCl fisiologis)
5
7,801,1b
K2 (PMSG + hCG)
5
a, b
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01)
superovulasi karena PMSG mempunyai waktu paruh yang panjang yaitu 123 jam,
sehingga walaupun pengaruh superovulasi telah tercapai PMSG masih dapat
merangsang perkembangan folikel lainnya. Hormon PMSG memberikan pengaruh
langsung terhadap pematangan oosit dengan cara merangsang perkembangan inti
oosit sehingga jumlah oosit yang berhenti perkembangannya hanya sedikit
(Sumaryadi dan Manalu, 1995). Dengan perkembangan oosit yang semakin banyak
dan semakin cepat akan memengaruhi jumlah CL yang akan terbentuk setelah
terjadi ovulasi (Ratnawati dkk., 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hardjopranjoto (1995), pada
tikus yang dihipofisektomi dan diberi PMSG yang dapat menggertak pertumbuhan
folikel. Penggunaan hormon PMSG dengan dosis 7,5 IU yang diberikan secara
intraperitoneal pada tikus yang dihipofisektomi dapat menyebabkan 94,6% dari
tikus mengalami ovulasi (Matsuzaki, 1997). Greenwald (1976) melaporkan bahwa
pemberian PMSG pada hamster dapat meningkatkan jumlah anak sebanyak
9,81,7. Hasil ini dua kali lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol.
Penggunaan hormon-hormon superovulasi, dalam hal ini PMSG dan hCG,
terbukti memberikan pengaruh yang positif pada jumlah anak banyak sekelahiran
karena
hCG
mampu
memelihara
CL
selama
proses
kebuntingan
dan
bobot lahir anak. Umur yang terlalu tua atau muda dan ukuran tubuh yang terlalu
kecil menyebabkan penurunan litter size. Perbedaan litter size dipengaruhi oleh sel
telur yang dilepaskan saat ovulasi. Beberapa sel telur yang diovulasikan dari folikel
de Graaf tidak semua dibuahi dan sebagian akan mati dalam uterus (Nuryadi,
2000). Santoso (2000) mengemukakan bahwa jumlah sel telur yang diovulasikan
dan dibuah serta berkembang menjadi anak sampai lahir tergantung pada kondisi
induk, umur induk, dan kualitas pakan. Kualitas pakan yang baik menentukan
jumlah sel telur yang dihasilkan dalam satu proses ovulasi serta kondisi uterus
untuk menyediakan makanan anak selama kebuntingan. Vallet dkk. (2009)
menyatakan bahwa litter size dipengaruhi oleh banyaknya ova yang diovulasikan,
gagalnya fertilisasi antara ovum dan spermatozoa, tingkat kematian embrio, dan
jumlah embrio yang bertahan saat kebuntingan.
Litter size pada hamster akan memengaruhi bobot lahir, semakin tinggi litter
size maka akan bobot lahir semakin rendah. Hal ini sesuai pendapat Suryadi
(2006), yang menyatakan bahwa jumlah anak dalam kelahiran berpengaruh besar
terhadap bobot individu anak. Anak yang dilahirkan dari kelahiran dengan jumlah
anak sedikit dimungkinkan bobotnya dua kali atau lebih dari kelahiran yang
memiliki jumlah anak banyak. Meskipun dalam penelitian ini bobot lahir tidak
diukur tetapi dari hasil observasi terlihat bahwa bobot lahir K2 lebih rendah
dibandingkan K1.
Litter size juga memengaruhi tingkat mortalitas. Semakin banyak jumlah
anak yang dilahirkan mempunyai kecenderungan peningkatan mortalitas anak
selama menyusui. Hal ini disebabkan semakin banyak anak yang menyusu ke
induk, persaingan anak untuk memperoleh air susu induk lebih tinggi dibandingkan
jumlah anak yang dilahirkan sedikit (Sembiring, 2008). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa tingkat mortalitas kelahiran hamster Campbell pada K1 dan K2
masing-masing sebanyak 9 dan 26 ekor.
PENUTUP
Kesimpulan
Hormon PMSG dan hCG mampu meningkatkan jumlah anak per kelahiran
pada hamster Campbell.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh hormon PMSG
dan hCG terhadap bobot lahir, profil steroid, dan bobot sapih hamster Campbell
(Phodopus campbelli).
DAFTAR PUSTAKA
Hay, M.F, and R.M., Moore. 1975 . Functional and structural relatilhips in the
Graafian follicle population of the sheep ovary. J. Reprod. Fert. 45 : 583593.
Hollister, N. 1912. New Mammals from The Highlands of Siberia 60 (14).
Smithsonian Institution. 16. Diakses 8 April 2012.
Iriyanti, N., Zupriza1., T. Yuwanta dan S., Keman. 2007. Penggunaan vitamin E
dalam pakan terhadap fertilitas, daya tetas dan bobot tetas telur ayam
kampung (the effect of vitamin e supplementation in ration on fertility,
hatchability and hatch weight of native chicken's eggs). Jurnal Animal
Production. 20 : 36-39.
Isnaeni, W. 2010. Studi Penggunaan Prekusor Hormon Steroid dalam Pakan
Terhadap Kualitas Reproduksi Burung Puyuh Jantan (Coturnix coturnix
japonica). Laporan Penelitian Universitas Indonesia. Jakarta
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Jaya,
Surabaya.
Kaltenbach C.C. and J.G., Dunn. 1993. Endocrinology of Reproduction. In Hafez
ESE. (Ed): Reproduction in farm animals. Philadelphia:Lea and Febiger.
Kurniasih, S. D., Aryanto dan A.P., Wicaksono. 2012. Aplikasi Sistem Pakar untuk
Mengidentifikasi Penyakit pada Hamster (Cricetinae) dan Saran
Pengobatannya Menggunakan Metode Backward Chaining. Program Studi
Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Lilian. 2009. How to Breed Hamsters. http://www.ask-the-vet.com. Diakses 21
Oktober 2014.
Lopez-Gatius F. 2000. Reproductive performance of lactatin of dairy cows treated
with cloprostenol, hCG, and estradiol benzoate treatment on berahi
synchronization of berahi followed by time AI. Theriogenology 54 (2): 551558.
Madyawati, S. P.A., Samik, dan E., Safitri. 2002. Efektivitas Pemberian Antibodi
Poliklonal Anti PMSG Terhadap Produksi Oosit Dan Embrio Mencit.
library@lib.unair.ac.id.
Maertens L, and F., Luzi. 1995. Note concerning the effect of PMSG stimulation
on the mortality rate at birth and the distribution of litter size in artificially
inseminated doses. World Rabbit Science 3(1):57-61.
Manalu dan Sumaryadi. 1996. Peranan Ketersediaan Substrat Dalam
Memperlambat Laju Involusi Jaringan Kelenjar Susu Pada Domba Laktasi.
Prosiding Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan. Balai Penelitian
Ternak. Ciawi Bogor.
Manalu,W. M.Y., Sumaryadi. 1998. Correlations of litter size and maternal serum
progesterone concentration during pregnancy with mammary gland growth
and development indices at parturition in Javanese thin-tail sheep. AsianAustr J Anim Sci 11:300-306.
Manalu, W. M.Y., Sumaryadi. 1998. Maternal serum progesterone concentration
during gestation and mammary gland growth and development at parturition
in japanese thin-tail ewes a carrying single or multiple fetuses. Small Rumin
Res 27:131-136.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel hasil uji t dari rata-rata jumlah lahir anak hamster Campbell
Group Statistics
Sampel
Mean
Std. Deviation
K1
3.40
1.342
.600
K2
7.80
1.095
.490
df
Nacl Fisiologis
5.667
PMSG danhCG
15.92
Lower
Upper
.005
3.400
1.73
5.07
.000
7.800
6.44
9.16
22
23
Lampiran 2.Dokumentasi alat dan bahan yang digunakan pada saat penelitian
Spuit 1 ml
24
Kegiatan pemberian
NaCl fisiologis
Masa kebuntingan
Hasil penelitian
Pemberian hormon
PMSG + hCG
Hasil Penelitian
25
1 ml = 80 IU
0.32 ml = 25 IU
0.32
ml
diencerkan
5,32 ml
Akuades
1,06 ml
= 5 IU
1,06 ml
= 5 IU
1,06 ml
= 5 IU
1,06 ml
= 5 IU
1,06 ml
= 5 IU
26
BIODATA
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
: 1102101010031
Agama
: Islam
Alamat/No.Telp
: Ahmad Yani
Pekerjaan
Ibu
Pekerjaan
: 1.
2.
3.
4.
Karya Tulis
:
Pengaruh Pemberian Pregnant Mares Serum
Gonadotropin
(Pmsg) Dan Human Chorionic
Gonadotropin (Hcg) Terhadap Peningkatan Jumlah
Kelahiran Hamster Campbell (Phodopus Campbelli)