Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH PEMBERIAN PREGNANT MARES SERUM GONADOTROPIN

(PMSG) DAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (hCG)


TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KELAHIRAN
HAMSTER CAMPBELL (Phodopus campbelli)

NOVI AFRIANI NUR


NIM. 1102101010031

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

PENGARUH PEMBERIAN PREGNANT MARES SERUM GONADOTROPIN


(PMSG) DAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (hCG)
TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KELAHIRAN
HAMSTER CAMPBELL (Phodopus campbelli)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi
sebahagian persyaratan mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Hewan

NOVI AFRIANI NUR


NIM. 1102101010031

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan keridhaannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Pemberian Pregnant Mares Serum Gonadotropin (PMSG) dan
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) Terhadap Peningkatan Jumlah Kelahiran
Hamster Campbell (Phodopus Campbelli). Tidak lupa shalawat beriring salam
penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW sebagai tauladan bagi
seluruh alam semesta.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, masukan, bimbingan, dan
dukungan yang luar biasa. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang setulusnya kepada Ayahanda Ahmad Yani dan Ibunda Siti Nurainun,
kakak Nur Ariyani Agustina, SST dan kedua adik Muhammad Husaini Iqbal dan
Muhammad Huzaini Iqadri yang telah banyak memberikan kasih dan sayang, doa,
dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Pembimbing Utama Prof. Dr.
drh. Tongku N. Siregar, MP, Pembimbing Pendamping drh. Hamdan, MP dan
bapak ibu penguji Dr. drh. Muslim Akmal, MP, drh. Cut Nila Thasmi, MS serta
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Dr. drh. Muhammad
Hambal dan kepada drh. T. Armansyah TR, M. Kes., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter Hewan, berkat bantuan dan dukungannya hingga skripsi ini
dapat tersusun dengan

baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada

Dosen Wali drh. Idawati Nasution, M.Si yang telah berkenan mengayomi penulis
selama menempuh studi di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga besar VESICA
2011, Fitri, Nora, Cici, Maya, lena, Ikhwan Amir, Arief, Iqbal dan teman-teman
KKN Antar Bangsa 2015 yang telah turut andil dalam penelitian penulis, serta
terima kasih penulis sampaikan kepada yang terkasih Indra MS Nurakmal Hadi,
S.Kh yang telah mendampingi penulis dalam suka dan duka serta selalu
memberikan dorongan, motivasi dan doa kepada penulis sehingga penelitian
penulis dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari, skripsi ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan literatur, ilmu dan pengalaman yang penulis miliki sehingga skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Banda Aceh,

Penulis

Juli 2015

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI

vi

DAFTAR LAMPIRAN

viii

ABSTRAK

ix

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hamster
Superovulasi
Hormon Pregnant Mares Serum Gonadotropin (PMSG)
Hormon Human Chorionic Gonadotrophin (hCG)
BAB III MATERIAL DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Data

1
3
3
3
3
4
4
5
6
8
10
10
10
10
11
11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

12

BAB V PENUTUP

16

Kesimpulan
Saran

16
16

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

22

BIODATA

26

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Tabel hasil uji t dari rata-rata jumlah lahir anak hamster Campbell

22

2. Dokumentasi alat dan bahan yang digunakan pada saat penelitian

23

3. Dokumentasi kegiatan penelitian pada K1 dan K2

24

4. Skema pengenceran hormon PG600

26

PENGARUH PEMBERIAN PREGNANT MARES SERUM GONADOTROPIN


(PMSG) DAN HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN (hCG)
TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH KELAHIRAN
HAMSTER CAMPBELL (Phodopus campbelli)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh induksi superovulasi dengan


pregnant mares serum gonadotropin (PMSG) dan human chorionic
gonadotropin (hCG) terhadap peningkatan jumlah kelahiran hamster Campbell
(Phodopus campbelli). Dalam penelitian ini digunakan 10 ekor hamster Campbell
tidak bunting, berumur 4 bulan, dan bobot badan 25-30 g. Hamster
dikelompokkan menjadi dua yakni K1 dan K2, masing-masing terdiri atas 5 ekor
hamster. Kelompok K1 diinjeksi dengan NaCl fisiologis sebanyak 1 ml,
sedangkan K2 diinjeksi dengan 5 IU PMSG dan 5 IU hCG. Penyuntikan
dilakukan secara intraperitoneal. Setelah penyuntikan, hamster pada K1 dan K2
langsung disatukan dengan hamster jantan. Jantan dan betina dicampurkan dengan
dengan perbandingan 1:1. Untuk memastikan keberhasilan perkawinan dilakukan
pengamatan vagina plug. Pengamatan dilakukan 12 jam setelah pencampuran.
Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan pada K1 dan K2 masing-masing adalah
3,40+1,3 dan 7,80+1,1. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa induksi
superovulasi dengan PMSG dan hCG dapat meningkatkan jumlah kelahiran pada
hamster Campbell.

Effect of Pregnant Mares Serum Gonadotropin (PMSG) and Human


Chorionic Gonadotropin (hCG) on Litter Size in Campbells
Hamsters (Phodopus campbelli)
ABSTRACT
The aim of this study was to determine effect of superovulation induction
through pregnant mares serum gonadotropin(PMSG) and human chorionic
gonadotropin (hCG) injection to increased birth number in Campbells hamsters
(Phodopuscampbelli). This study used 10 unpregnant female Campbells hamster,
age 4 months, weighing 25-30 gram. Hamsters divided to K1 and K2, each consist
of five hamsters. K1 injected with 1 ml physiologic NaCl, while K2
intraperitoneally injected with PMSG and hCG in 5 IU. Mating held after
injection. Male and female directly hamster put in one box 1:1. Succeded mating
observed through formed vagina plug. Observation carried out 12 hours after
mixing. The average number of children born in the K1 and K2 are respectively
3,40+1,3aand 7.801.1. Showed that PMSG and hCG significantly affect
(P<0,01) hamsters litter size. In conclusion, combination of PMSG and hCG
capable to increase birth number in Campbells hamsters.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hamster Campbell merupakan hamster yang banyak dipelihara oleh
masyarakat. Variasi warna dari beberapa jenis hamster Campbell menjadi salah
satu alasan ketertarikan pada hewan kesayangan ini. Hasil penelitian Yoga (2013),
menunjukkan bahwa hamster Campbell hidup di lingkungan yang bersuhu 25-26
C dengan kelembaban 70-75%. Hamster tidak suka keadaan berair, panas, dan
berangin.
Seiring dengan berkembangnya bioteknologi di bidang reproduksi, jumlah
anak hamster dapat dimanipulasi dengan menggunakan metode superovulasi.
Pada umumnya hewan betina dapat diinjeksi dengan preparat follicle stimulating
hormone (FSH) dan pregnant mares serum gonadotropin (PMSG) atau
kombinasi PMSG dan human chorionic gonadotropin (hCG) (Elsden dan Seidel,
1984). Superovulasi merupakan salah satu teknologi yang dapat meningkatkan
jumlah sel telur yang diovulasikan di atas jumlah ovulasi normal dalam waktu
bersamaan, sehingga dapat meningkatkan sekresi hormon estrogen dan
progesteron (Suyadnya, 1987; Manalu dan Sumaryadi, 1996).
Hormon PMSG merupakan suatu glikoprotein kompleks yang mempunyai
aktivitas seperti FSH dan LH. Hormon PMSG bekerja dengan kemampuannya
menghambat proses atresi folikel (Putro, 1996). Madyawati dkk. (2002)
menyatakan bahwa preparat PMSG bekerja untuk merangsang pertumbuhan

folikel. Kandungan asam sialat yang tinggi pada molekul PMSG menyebabkan
waktu paruh hormon PMSG lebih panjang, sehingga cukup diberikan dalam dosis
tunggal (Moore, 1984; Dieleman dkk., 1993). Hormon PMSG secara luas telah
digunakan dalam program superovulasi dan transfer embrio pada ternak.
Pemakaian hormon PMSG untuk tujuan superovulasi lebih banyak digunakan
dibandingkan FSH karena harganya yang relatif murah serta lebih mudah didapat
(Elsden dan Seidel, 1984).
Hasil penelitian superovulasi pada mencit, domba, kambing, dan babi
dengan menggunakan hormon PMSG menunjukkan peningkatan sekresi hormon
kebuntingan, bobot lahir, jumlah anak sekelahiran (litter size), produksi susu, dan
bobot sapih (Manalu dkk., 2000). Selain itu, Siregar (2011) melaporkan
peningkatan jumlah anak per kelahiran kambing lokal yang diinduksi dengan
PMSG maupun ekstrak hipofisa. Rata-rata jumlah anak per kelahiran pada
kambing yang diinduksi dengan prostaglandin; PMSG; dan ekstrak hipofisa
masing-masing adalah 1,00; 1,50; dan 1,25 ekor. Pada kelinci telah dibuktikan
bahwa stimulasi dengan PMSG dapat meningkatkan jumlah folikel yang ovulasi
(Maertens dan Luzi, 1995).
Perlakuan superovulasi yang diiringi dengan pemberian hormon hCG yang
berfungsi untuk mencegah involusi normal sel-sel korpus luteum (CL) sehingga
sekresi hormon progesteron dan estrogen meningkat serta menyebabkan
endometrium terus tumbuh dan menyimpan nutrisi. Selain itu, pemberian hCG
juga menyebabkan perpanjangan waktu CL (Nishigai dkk., 2001). Hal ini
didukung dengan hasil yang didapat Situmorang dan Siregar (1997), penyuntikan

500 IU hCG pada puncak birahi dapat meningkatkan persentase kebuntingan


kerbau lumpur yang telah disinkronisasi dengan prostaglandin dan diinseminasi
buatan menggunakan semen beku. Hasil yang sama dilaporkan oleh Baruselli dkk.
(1999) yang disitasi oleh Vale (2004) menunjukkan bahwa pemberian hCG dapat
meningkatkan persentase kebuntingan dari 28,2 menjadi 53,5%.

Rumusan Masalah
Apakah pemberian PMSG dan hCG dapat meningkatkan jumlah anak per
kelahiran hamster Campbell?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian PMSG dan hCG
terhadap peningkatan jumlah anak per kelahiran hamster Campbell.
Manfaat Penelitian
Rekomendasi pemanfaatan hormon PMSG dan hCG dalam meningkatkan
jumlah anak per kelahiran pada hamster Campbell.
Hipotesis Penelitian
Hormon PMSG dan hCG dapat meningkatkan jumlah anak per kelahiran
hamster Campbell.

TINJAUAN PUSTAKA
Hamster
Hamster adalah binatang kecil yang tergolong hewan pengerat seperti
halnya kelinci, marmut, dan tikus. Hamster tergolong hewan nocturnal, yaitu
hewan yang aktif di malam hari. Hamster akan melakukan aktivitas hidup (seperti
mencari makan) di malam hari (dari petang sampai menjelang fajar) dan
beristirahat (tidur) di siang hari (Kurniasih dkk., 2012). Hamster termasuk ordo
Rodentia yang merupakan kelompok mamalia, jumlahnya kira-kira mencapai tiga
ribu jenis seperti yang tampak pada Gambar 1. Hamster adalah binatang asli Asia,
India, dan Eropa Barat. Hamster sekarang dapat ditemukan di seluruh dunia
karena telah banyak dikenal oleh manusia (Jasin, 1989).

Gambar 1 Hamster (Anonymus,2013).

Hamster Campbell ini merupakan hamster yang paling banyak mempunyai


variasi warna dan tipe bulu. Hamster Campbell ini termasuk dalam kelas hamster
mini yang mempunyai ukuran 912 cm. Karakter dari hamster Campbell ini yang
menonjol adalah sifatnya yang lebih temperamen karena tidak jarang menggigit
tangan (Yoga, 2013).
Menurut Setiadi dkk. (1997), jumlah anak per kelahiran pada hamster
cenderung meningkat akan dipengaruhi oleh bertambahnya umur induk.
Peningkatan tersebut dikarenakan semakin sempurnanya mekanisme hormonal
yang didorong dengan pendewasaan fisiologis tubuh induk. Jumlah sel telur yang
diovulasikan dan dibuahi hingga berkembang menjadi anak sampai lahir
tergantung pada kondisi induk, umur induk, kualitas pakan dan bangsa. Kualitas
pakan yang baik menentukan jumlah sel telur yang dihasilkan dalam suatu
proses ovulasi serta kondisi uterus untuk menyediakan makanan bagi bakal anak
selama masa kebuntingan berlangsung hingga anak lahir (Santoso, 2000).
Menurut Sanford and Woodgate (1979), ada dua faktor utama yang dapat
memengaruhi jumlah anak dalam setiap kelahiran, yaitu faktor keturunan dan
faktor lingkungan. Faktor keturunan dipengaruhi oleh genetik dari induk pejantan
dan betina bagi bakal anak, sedangkan faktor lingkungan hanya memengaruhi
induk betinanya saja.

Superovulasi
Superovulasi adalah pelepasan beberapa oosit atau sel telur, ketika secara
normal hanya dihasilkan satu oosit pada setiap estrus. Hormon yang biasa
digunakan untuk merangsang pertumbuhan folikel dan ovulasi adalah PMSG dan
FSH (Sadgala, 2010). Menurut Solihati (2006), target organ superovulasi adalah
ovarium yang terdapat folikel yang mengandung oosit. Induksi superovulasi
diharapkan dapat meningkatkan jumlah folikel matang yang berukuran besar
dimana terdapat oosit dengan kualitas yang lebih baik.
Hasil penelitian Yulnawati dkk. (2005) menunjukkan bahwa jumlah folikel
tertinggi didapatkan dari sepasang ovarium dengan adanya CL tanpa folikel
dominan. Pertumbuhan folikel selama siklus dikontrol oleh hormon FSH dan
LH, yang keduanya harus ada bila diharapkan pertumbuhan dan fungsi (sekresi
estrogen) folikel yang normal (Nalbandov, 1990).

Hormon Pregnant Mares Serum Gonadotrophin (PMSG)


Hormon PMSG merupakan sumber gonadotropin selain FSH dan LH.
Hormon PMSG mempunyai kesamaan fungsi dengan FSH yaitu sangat aktif
menyebabkan pertumbuhan folikel yang akan membantu proses maturasi oosit,
sedangkan hCG mempunyai persamaan fungsi dan struktur dengan LH yaitu
menstimulir ovulasi sehingga akan membantu ekspansi cumullus oophorus pada
oosit (Anonymus, 2002).

Pemberian hormon PMSG dapat mempercepat onset birahi sekitar 16-24


jam lebih awal (Papkoff, 1974 yang disitasi oleh Bindon dan Piper, 1982; Moore,
1984; Dieleman dkk., 1993), yang dapat menimbulkan terjadinya transformasi
folikel yang tidak aktif menjadi folikel fase pertumbuhan yang ditandai dengan
terjadinya proliferasi sel granulosa, bertambahnya cairan dalam antrum dan
sekresi estrogen (Hay dan Moore, 1975). Hormon PMSG mempunyai kandungan
asam sialat yang tinggi sehingga menghasilkan folikel yang berlebihan dan kadar
estrogen di dalam darah menjadi lebih tinggi (Madyawati dkk., 2002). Sekresi
biologis hormon PMSG mempunyai efektivitas yang tinggi dalam menimbulkan
superovulasi karena PMSG mempunyai waktu paruh yang panjang yaitu 123 jam,
sehingga walaupun pengaruh superovulasi telah tercapai PMSG masih dapat
merangsang perkembangan folikel (Sumaryadi dan Manalu, 1995).
Untuk tujuan perbaikan kualitas bakalan yang baik setelah pemberian
hormon PMSG pada induksi superovulasi dilaporkan mampu meningkatkan
jumlah ovulasi. Respons ovulasi akibat pemberian gonadotropin pada peristiwa
superovulasi dapat diindikasikan oleh beberapa parameter. Salah satu parameter
keberhasilan induksi superovulasi adalah konsentrasi hormon steroid yakni
estrogen dan progesteron (Adriani dkk., 2004).
Optimasi tumbuh kembang fetus akan meningkatkan kualitas anak yang
dihasilkan yang diindikasikan dengan peningkatan bobot lahir. Pemberian hormon
PMSG sebelum perkawinan juga mampu menstimulasi peningkatan tumbuh
kembang kelenjar ambing sejak periode awal kebuntingan (Manalu dan
Sumaryadi, 1998).

Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan
sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Fungsi utama
hormon estrogen adalah untuk merangsang berahi, merangsang timbulnya sifatsifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem saluran ambing betina, dan
pertumbuhan ambing (Wodzicka-Tomaszewska dkk., 1991). Peningkatan jumlah
folikel yang berkembang dapat diindikasikan oleh tingginya konsentrasi estradiol
pada saat berahi sedang peningkatan jumlah ovulasi dapat diindikasikan oleh
tingginya konsentrasi progesteron pada fase luteal. Sedangkan fungsi hormon
progesteron terlibat dalam manifestasi estrus, proses ovulasi, regresi siklus CL,
dan kebuntingan (Scaramuzzi dkk., 1993).
Parameter lain yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan superovulasi
adalah progesteron yang dihasilkan oleh CL. Jumlah CL berkorelasi positif
dengan konsentrasi progesteron. Peningkatan konsentrasi progesteron akan diikuti
dengan meningkatnya jumlah anak per kelahiran. Siregar (2002), membuktikan
bahwa konsentrasi progesteron selama periode pembentukan CL berhubungan
dengan jumlah CL, sedangkan konsentrasi progesteron pada pertengahan
kebuntingan berhubungan dengan jumlah anak yang akan dilahirkan

Hormon Human Chorionic Gonadotrophyn (hCG)


Peranan hCG pada ternak antara lain adalah memperpanjang masa hidup
CL, peningkatan sintesis progesteron oleh CL, induksi ovulasi pada keseluruhan
siklus birahi, dan membantu pembentukan CL asesoris ketika diberikan pada awal

fase luteal (Rajamahendra dan Sianangama, 1992). Hormon hCG dapat dipakai
untuk mengobati kesuburan pada hewan piaraan, mengobati gejala sistik ovaria,
menimbulkan berahi, menghilangkan nimpomania dan untuk merangsang ovulasi
(Kaltenbach dan Dunn, 1993). Aktivitas LH yang dikandungnya menyebabkan
hCG bersifat luteotropik dan memperpanjang fungsi CL beberapa hari, sehingga
dapat meningkatkan angka kebuntingan (Rajamahendra dan Sianangama, 1992).
Peningkatan persentase kebuntingan setelah pemberian hCG akan
mengakibatkan waktu ovulasi lebih cepat dan bertindak sebagai kontrol terbaik
untuk ovulasi (Lopez-Gatius, 2000b). Hansel dkk. (1997), menemukan hubungan
antara peningkatan dosis hCG dengan mengurangi efek yang tidak diinginkan
terhadap kebuntingan. Mekanisme kerja hCG dalam meningkatkan angka
kebuntingan mungkin disebabkan optimalisasi fungsi CL dan peningkatan
produksi hormon progesteron. Peningkatan sintesis hormon progesteron
dihasilkan dari hipertrofi sel-sel luteal pada CL yang terbentuk secara spontan
(Hermel dan Britt., 1986) dan pembentukan CL assesoris (Rajamahendra dan
Sianangama, 1992). Pemberian hCG akan mencegah terjadinya regresi luteal yang
merupakan faktor utama terjadinya kematian embrio dini (Hamdan dan Siregar,
2004).

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh mulai bulan Januari - Februari 2015.

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak aluminium. Bahan
yang digunakan adalah hormon PMSG dan hCG (PG600, Intervet, Boxmeer,
Holland), NaCl fisiologis, spuit 1 ml, dan kapas.

Metode Penelitian
Hewan coba yang digunakan diperoleh dari petshop yang berada di Medan
Sumatera Utara. Hewan coba yang digunakan adalah sepuluh ekor hamster
Campbell betina dengan berat badan 25-30 g, umur 4 bulan, dan tidak bunting.
Seluruh hamster dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (K1) dan
kelompok perlakuan (K2), masing-masing berjumlah 5 ekor hamster. Sebelum
perlakuan, hamster diadaptasikan di dalam kandang kelompok. Selama masa
adaptasi dan penelitian hamster diberi pakan komersial standar Alex JP03 berupa
biji-bijian dan diberi minum akuades secara ad libitum.

Prosedur Penelitian
Superovulasi
Kelompok K1 diinjeksi dengan NaCl fisiologis sebanyak 1 ml, sedangkan
K2 diinjeksi dengan 5 IU PMSG dan 5 IU hCG. Penyuntikan dilakukan secara
intraperitoneal. Setelah penyuntikan, hamster pada K1 dan K2 langsung disatukan
dengan hamster jantan.

Perkawinan
Pola perlakuan perkawinan sesuai petunjuk Rosadi dkk. (2008). Perkawinan
dilakukan dengan hamster jantan sejenis. Jantan dan betina dicampurkan dengan
dengan perbandingan 1:1. Untuk memastikan keberhasilan perkawinan dilakukan
pengamatan vagina plug. Pengamatan dilakukan 12 jam setelah pencampuran.

Analisis Data
Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan pada masing-masing kelompok
dianalisis dengan uji T.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari seluruh hamster yang digunakan sebanyak 10 ekor telah dikawini


dengan pejantan yang ditandai dengan adanya vagina plug. Dari hasil perkawinan
tersebut seluruh hamster berhasil melahirkan dengan rata-rata lama kebuntingan
18-19 hari. Lama kebuntingan ini tergolong normal seperti yang dinyatakan oleh
Aprilliana (2014), bahwa lama kebuntingan hamster 18-20 hari. Rata-rata jumlah
anak per kelahiran pada K1 dan K2 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata jumlah anak per kelahiran pada hamster Campbell yang
diinduksi dengan PMSG dan hCG
n
Rata-rata
Perlakuan
3,401,3a
K1 (NaCl fisiologis)
5
7,801,1b
K2 (PMSG + hCG)
5
a, b
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01)

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa pemberian PMSG dan hCG


terhadap induk betina hamster dapat meningkatkan jumlah anak per kelahiran
(litter size) lebih banyak (7,801,1) dibandingkan hamster yang diinjeksi NaCl
fisiologis (3,401,3). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa litter size K2
berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan K1. Litter size ditentukan oleh tiga faktor
yaitu jumlah sel telur yang dihasilkan setiap birahi dan ovulasi, tingkat fertilisasi,
dan kondisi selama masa kebuntingan Toelihere (1981). Jumlah anak per kelahiran
bisa dijadikan tolok ukur tingkat keberhasilan superovulasi.
Hormon PMSG mempunyai efektivitas yang tinggi dalam menimbulkan

superovulasi karena PMSG mempunyai waktu paruh yang panjang yaitu 123 jam,
sehingga walaupun pengaruh superovulasi telah tercapai PMSG masih dapat
merangsang perkembangan folikel lainnya. Hormon PMSG memberikan pengaruh
langsung terhadap pematangan oosit dengan cara merangsang perkembangan inti
oosit sehingga jumlah oosit yang berhenti perkembangannya hanya sedikit
(Sumaryadi dan Manalu, 1995). Dengan perkembangan oosit yang semakin banyak
dan semakin cepat akan memengaruhi jumlah CL yang akan terbentuk setelah
terjadi ovulasi (Ratnawati dkk., 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hardjopranjoto (1995), pada
tikus yang dihipofisektomi dan diberi PMSG yang dapat menggertak pertumbuhan
folikel. Penggunaan hormon PMSG dengan dosis 7,5 IU yang diberikan secara
intraperitoneal pada tikus yang dihipofisektomi dapat menyebabkan 94,6% dari
tikus mengalami ovulasi (Matsuzaki, 1997). Greenwald (1976) melaporkan bahwa
pemberian PMSG pada hamster dapat meningkatkan jumlah anak sebanyak
9,81,7. Hasil ini dua kali lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol.
Penggunaan hormon-hormon superovulasi, dalam hal ini PMSG dan hCG,
terbukti memberikan pengaruh yang positif pada jumlah anak banyak sekelahiran
karena

hCG

mampu

memelihara

CL

selama

proses

kebuntingan

dan

memperpanjang produksi hormon-hormon luteal sampai plasenta mampu


mensekresikan banyak steroid gonad yang diperlukan untuk melanjutkan
kebuntingan (Butar-butar, 2001).
Menurut Dian (2007), jumlah litter size tergantung pada umur dan ukuran
tubuh induk sedangkan nutrisi induk akan menentukan ukuran tubuh atau rataan

bobot lahir anak. Umur yang terlalu tua atau muda dan ukuran tubuh yang terlalu
kecil menyebabkan penurunan litter size. Perbedaan litter size dipengaruhi oleh sel
telur yang dilepaskan saat ovulasi. Beberapa sel telur yang diovulasikan dari folikel
de Graaf tidak semua dibuahi dan sebagian akan mati dalam uterus (Nuryadi,
2000). Santoso (2000) mengemukakan bahwa jumlah sel telur yang diovulasikan
dan dibuah serta berkembang menjadi anak sampai lahir tergantung pada kondisi
induk, umur induk, dan kualitas pakan. Kualitas pakan yang baik menentukan
jumlah sel telur yang dihasilkan dalam satu proses ovulasi serta kondisi uterus
untuk menyediakan makanan anak selama kebuntingan. Vallet dkk. (2009)
menyatakan bahwa litter size dipengaruhi oleh banyaknya ova yang diovulasikan,
gagalnya fertilisasi antara ovum dan spermatozoa, tingkat kematian embrio, dan
jumlah embrio yang bertahan saat kebuntingan.
Litter size pada hamster akan memengaruhi bobot lahir, semakin tinggi litter
size maka akan bobot lahir semakin rendah. Hal ini sesuai pendapat Suryadi
(2006), yang menyatakan bahwa jumlah anak dalam kelahiran berpengaruh besar
terhadap bobot individu anak. Anak yang dilahirkan dari kelahiran dengan jumlah
anak sedikit dimungkinkan bobotnya dua kali atau lebih dari kelahiran yang
memiliki jumlah anak banyak. Meskipun dalam penelitian ini bobot lahir tidak
diukur tetapi dari hasil observasi terlihat bahwa bobot lahir K2 lebih rendah
dibandingkan K1.
Litter size juga memengaruhi tingkat mortalitas. Semakin banyak jumlah
anak yang dilahirkan mempunyai kecenderungan peningkatan mortalitas anak
selama menyusui. Hal ini disebabkan semakin banyak anak yang menyusu ke

induk, persaingan anak untuk memperoleh air susu induk lebih tinggi dibandingkan
jumlah anak yang dilahirkan sedikit (Sembiring, 2008). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa tingkat mortalitas kelahiran hamster Campbell pada K1 dan K2
masing-masing sebanyak 9 dan 26 ekor.

PENUTUP

Kesimpulan
Hormon PMSG dan hCG mampu meningkatkan jumlah anak per kelahiran
pada hamster Campbell.

Saran
Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh hormon PMSG
dan hCG terhadap bobot lahir, profil steroid, dan bobot sapih hamster Campbell
(Phodopus campbelli).

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, K. Sutama, A. Sudono, dan W., Manalu. 2004. Pengaruh superovulasi


sebelum perkawinan dan suplementasi seng terhadap produksi susu kambing
peranakan Etawa. J. Anim. Product. 6(2):86-94.
Aprilliana, F.A.P. 2014. Effect of Litter Size on Growth Rate to Weaned in
Crossed Hamster Campbell Normal with Hamster Campbell Dove. Skripsi.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
Anonymous. 2002. Ovulation. www. Fertility. Network.com/articles.html. Diakses
31 Mei 2015.
Anonymus. 2013. Dwarf hamsters. http://www.dwarfhamsterfacts.com/html.
Diakses 19 Desember 2014.
Bindon, B.M and L.R. Piper. 1982. Physiology Base of Ovarian Respone to PMSG
in Sheep and Cattel, in ET in Cattle, Sheep and Goats. Aus. Soc. Passport to
the year. 2000. AIHOCHIS.
Bradford, G.E.J.F. Quirke P. Sitorus, I. Inounu, B. Tiesnamurti, F.L. Bell., I.C.
Flercher, and D.T., Torell. 1986. Reproduction in Javanese sheep : Evidence
for agen with large effect on ovulation rate and litter size. J. Anim. Sci. 63 :
418-431.
Butarbutar, R.M. 2001. Efektivitas Penyutikan Pregnant mares serum
gonadotropin sebelum perkawinan pada bobot organ anak tikus putih saat
lahir. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Cahill, L.P. 1982. Factors influencing the follicular response of animals to PMSG.
In : Embryo transfer in cattle, sheep and goat. Aust. Soc. Reprod Biol. 20 : 57.
Dian, A.C. 2007. Penambahan Ampas Kunyit dalam Ransum terhadap Sifat
Reproduksi Mencit Putih (Mus musculus). Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dieleman, S.J. M.M., Bavers. P.L.A.M., Vos, and F.A.M., DE Loos .1993 .
PMSG/anti-PMSG in cattle : a simple and efficiency superovulatory
treatment. Theriogenology 39: 25-41.
Elsden RP, and G.E., Seidel. 1984. Embryo Transfer. Proceedings Bovine Embryo
Transfer Workshop 6-10 Agustus 1984 The University of Sydney.
Greenwald, G.S. 1976. Effects of superovulation on fetal development and
hormone levels in the pregnant hamster. Epartments of Obstetrics &
Gynecology and Anatomy, Ralph L.Smith Research Center, University of
Kansas Medical Center, Kansas City, Kansas U.S.A. J. Reprod. Fert. 48:
313-316.
Hamdan dan T.N., Siregar. 2004. Perbandingan sistem sinkronisasi singkat dengan
sistem sinkronisasi standar terhadap tampilan berahi kambing lokal. JIIP VII
(3) : 17-22.
Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press,
Surabaya.

Hay, M.F, and R.M., Moore. 1975 . Functional and structural relatilhips in the
Graafian follicle population of the sheep ovary. J. Reprod. Fert. 45 : 583593.
Hollister, N. 1912. New Mammals from The Highlands of Siberia 60 (14).
Smithsonian Institution. 16. Diakses 8 April 2012.
Iriyanti, N., Zupriza1., T. Yuwanta dan S., Keman. 2007. Penggunaan vitamin E
dalam pakan terhadap fertilitas, daya tetas dan bobot tetas telur ayam
kampung (the effect of vitamin e supplementation in ration on fertility,
hatchability and hatch weight of native chicken's eggs). Jurnal Animal
Production. 20 : 36-39.
Isnaeni, W. 2010. Studi Penggunaan Prekusor Hormon Steroid dalam Pakan
Terhadap Kualitas Reproduksi Burung Puyuh Jantan (Coturnix coturnix
japonica). Laporan Penelitian Universitas Indonesia. Jakarta
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Jaya,
Surabaya.
Kaltenbach C.C. and J.G., Dunn. 1993. Endocrinology of Reproduction. In Hafez
ESE. (Ed): Reproduction in farm animals. Philadelphia:Lea and Febiger.
Kurniasih, S. D., Aryanto dan A.P., Wicaksono. 2012. Aplikasi Sistem Pakar untuk
Mengidentifikasi Penyakit pada Hamster (Cricetinae) dan Saran
Pengobatannya Menggunakan Metode Backward Chaining. Program Studi
Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Lilian. 2009. How to Breed Hamsters. http://www.ask-the-vet.com. Diakses 21
Oktober 2014.
Lopez-Gatius F. 2000. Reproductive performance of lactatin of dairy cows treated
with cloprostenol, hCG, and estradiol benzoate treatment on berahi
synchronization of berahi followed by time AI. Theriogenology 54 (2): 551558.
Madyawati, S. P.A., Samik, dan E., Safitri. 2002. Efektivitas Pemberian Antibodi
Poliklonal Anti PMSG Terhadap Produksi Oosit Dan Embrio Mencit.
library@lib.unair.ac.id.
Maertens L, and F., Luzi. 1995. Note concerning the effect of PMSG stimulation
on the mortality rate at birth and the distribution of litter size in artificially
inseminated doses. World Rabbit Science 3(1):57-61.
Manalu dan Sumaryadi. 1996. Peranan Ketersediaan Substrat Dalam
Memperlambat Laju Involusi Jaringan Kelenjar Susu Pada Domba Laktasi.
Prosiding Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan. Balai Penelitian
Ternak. Ciawi Bogor.
Manalu,W. M.Y., Sumaryadi. 1998. Correlations of litter size and maternal serum
progesterone concentration during pregnancy with mammary gland growth
and development indices at parturition in Javanese thin-tail sheep. AsianAustr J Anim Sci 11:300-306.
Manalu, W. M.Y., Sumaryadi. 1998. Maternal serum progesterone concentration
during gestation and mammary gland growth and development at parturition
in japanese thin-tail ewes a carrying single or multiple fetuses. Small Rumin
Res 27:131-136.

Manalu, W. M.Y., Sumaryadi, Sudjatmogo, and A.S., Satyaningtijas. 1998. Effect


of superovulation on maternal serum progesterone concentration, uterine and
fetal weight at weeks 7 and 15 of pregnancy in Javanese thin-tail ewes. Small
Rumin Res 30:171-176.
Manalu, W. M.Y., Sumaryadi, Sudjatmogo, and A.S., Satyaningtijas. 2000. Effect
of superovulation prior to mating on milk production performances during
lactation in ewes. J. Dairy Sci. 83(3):477-483.
Matsuzaki, K. A., Nakamura, O., Murase, K., Sugishita, N., Fujii, K., Miyajima.
1997. Modulation of Magainin 2-Lipid Bilayer Interactions By Peptide
Charge. National Institute of Child Health and Human Development.
Moore, N.W. 1984. Manipulation of Reproduction In The Goat . In : Goat
Production and Research in the Tropics. Ed. J.W. Copland, University of
Queensland, Brisbane, Australia.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas.
(Diterjemahkan S. Keman). Edisi 3. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Nishigai, M. A., Takamura, H., Kamomae, T., Tanaka and Y., Kaneda. 2001. The
effect of human chorionic gonadotrophin on the development and function of
bovine corpus luteum. J. Reprod.and Develop. 47 (5) : 283- 294.
Nurcahyo, N.P. 2009. Kualitas dan Kuantitas Embrio Mencit (Mus Musculus)
Hasil Induksi dengan Ekstrak Pituitary Sapi. Skripsi. FKH Unsyiah.
Nuryadi. 2000. Dasar Reproduksi Ternak. Universitas Brawijaya. Malang
Pratt, N.C. and R.D., Lisk. 1989. Effects of social stress during earlypregnancy on
litter size and sexratio in the golden hamster (Mesocricetusauratus). J Reprod
Fert (1989) 87. 763-769.
Putro, P.P. 1996. Teknik Superovulasi Untuk Transfer Embrio Pada Sapi. Bull.
FKH UGM XIV(1):1-20.
Rajamahendra R. and P.C., Sianangama. 1992. Effect of dominant follicles in
cows: formation of accessory corpora lutea, progesterone production and
pregnancy rates. J Reprod Fert 95:577-584.
Ratnawati, D.M. Dikman, dan J., Efendy. 2011. Pemanfaatan PMSG Lokal sebagai
Alternatif Hormon Superovulasi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner.
Rosadi, B., M.A. Setiadi, D., Sajuthi, dan A., Boediono. 2008. Perkembangan
embrio mencit dan hamster dalam medium KSOMaa dan HECM-6. J. Vet.
9(4):157-162.
Sadgala, Y. 2010. Merawat Hamster. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sanford, J.P and Woodgate. 1979. Domestic Rabbit. Third Edition. Chairman The
British Rabbit Comercial Association. London.
Santoso, S. 2000. Studi Litter Size pada Kelinci dengan Perbaikan Manajemen.
Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Scaramuzzi, R.J., N.R. Adams, D.T. Baird, B.K., Campbell, J.A. Downing, J.
Findlay, K.M. Henderson, G.B., Martin, K.P., Macnatty, A.S., McNeilly, and
C.G., Tsonis 1993. A model for follicle selection and the determination of
ovulation rate in the ewe. Reprod. Fertil. Dev. 5:459-479.
Sembiring, D.L. 2008. Pengaruh Frekuensi Perkawinan dan Sex Ratio Terhadap
Litter Size, Bobot Lahir, Mortalitas, Selama Menyusui dan Bobot Sapih Pada

Kelinci Persilangan. Skripsi. Departemen Peternakan. Universitas Sumatra


Utara. Medan.
Setiadi, B., I-K. Sutama dan I.G.M., Budiarsana. 1997. Efisiensi reproduksi dan
produksi kambing PE pada berbagai tatalaksana perkawinaan. JITV. 2:233
Siregar, I.K. 2011. Kinerja Reproduksi Kambing Lokal yang Mengalami Induksi
Manipulasi Ovulasi dengan Pemberian Ekstrak Pituitary Sapi Mengiringi
Pelaksanaan Inseminasi Buatan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan
Unsyiah.
Siregar, T.N. 2002. Pengukuran profil progesteron sebagai suatu metode diagnosis
kebuntingan dini dan kelahiran kembar pada domba lokal. Media Kedokteran
Hewan 18(2):73-77.
Siregar, T.N. N., Areuby, G., Riady, dan Amiruddin. 2004. Efek pemberian PMSG
terhadap respons ovarium dan kualitas embrio kambing lokal prepuber.
Media Kedokteran Hewan 20(3):108-112.
Situmorang, P. dan A.R. Siregar. 1997. Pengaruh hormon hCG setelah penyuntikan
estrumate terhadap kinerja reproduksi kerbau Lumpur (Bubalus Bubalis).
JITV 2:213-217.
Solihati. N, T.D., Lestari, K., Hidajat, R., Setiawan., dan L.J., Nurhayati. 2006.
Perlakuan Superovulasi Sebelum Pemotongan Ternak. Jurnal Ilmu Ternak. 6
(2) : 145-149. Fakultas Peternakan universitas Padjajaran Bandung.
Steel R.D.G. dan J.H., Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia.
Jakarta.
Sumaryadi, M.Y. and W., Manalu. 1995. The Effect of Corpora Luthea Number
On Serum Progesteron and Estradiol of Ewes During Lutheal Phase of
Estrous Cycle and Pregnancy. Bull. Anim. Sci:231-235.
Suryadi, U. 2006. Pengaruh Jumlah Anak Sekelahiran dan Jenis Kelamin
Terhadap Kinerja Anak Domba Sampai Sapih. Politeknik Negeri Jember.
Jember. http://ejournal.unnud.ac.id/abstrack/ suryadi%20090102006.pdf.
Suyadnya, P. 1987. Peningkatan Produksi Anak Babi Balli Melaluhi Superovulasi
Dan Pemacuan. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Thomas, O. 1905. "The Duke of Bedford's Zoological Exploration in Eastern
Asia.IX. List of Mammals from the Mongolian Plateau". Proceedings of
the Zoological Society of London 78 (1): 104110.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi Ternak. Angkasa, Bandung.
Vale, G.W. 2004. Technique of artificial insemination. Principles of oestrus
detection and artificial insemination. Handbook on the use of reproductive
biotechniques in water buffaloes. 7th World Buffalo Congress. Makati City,
Philippines.Manila Philippina. pp. 19-42.
Vallet, J.L., B.A., Freking, J.R., Miles, J.A., Nienaber, and T.M., Brown-Brandl.
2009. Factors Affecting Litter Size in Pigs. http://www.nsif.com/
Conferences2006/pdf%5CFactorsAffectingLitterSize. Diakses pada tanggal
15 Februari 2015.
Wodzicka-Tomaszewska, M., I.K. Sutama, I.G. Putu, dan T.D., Chaniago. 1991.
Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Yoga, A.S. 2013. Sejarah Hamster Campbell. http://hamster/Yoga%20Hammy%.


Diakses 16 September 2014.
Yulnawati, M.A. Setiadi, and A., Boediono. 2005. Maturation and fertilization rate
of ovine oocytes collected from different status of ovaries. Proceedings,
Reproductive Biotechnology for Improved Animal Breeding in Southeast
Asia. Bali, Indonesia. 67: 199-20.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel hasil uji t dari rata-rata jumlah lahir anak hamster Campbell
Group Statistics
Sampel

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

K1

3.40

1.342

.600

K2

7.80

1.095

.490

Independent Sample Test


Test Value = 0
95% Confidence Interval of
the Difference
t

df

Nacl Fisiologis

5.667

PMSG danhCG

15.92

Sig. (2-tailed) Mean Difference

Lower

Upper

.005

3.400

1.73

5.07

.000

7.800

6.44

9.16

22

23

Lampiran 2.Dokumentasi alat dan bahan yang digunakan pada saat penelitian

Hormon PMSG dan hCG

Spuit 1 ml

24

Lampiran 3.Dokumentasi kegiatan penelitian pada K1 dan K2

Kegiatan pemberian
NaCl fisiologis

Masa kebuntingan

Hasil penelitian

Dokumentasi kegiatan penelitian pada K2

Pemberian hormon
PMSG + hCG

Pengamatan vagina plug

Hasil Penelitian

25

Lampiran 5. Skema Pengenceran Hormon PG600


PG600
(400 PMSG+ 200
hCG)

1 ml = 80 IU

0.32 ml = 25 IU

0.32
ml

diencerkan

5,32 ml
Akuades

1,06 ml
= 5 IU

1,06 ml
= 5 IU

1,06 ml
= 5 IU

1,06 ml
= 5 IU

1,06 ml
= 5 IU

26

BIODATA

Nama

: Novi Afriani Nur

Tempat/Tanggal Lahir

: Tebing Tinggi/ 16 November 1992

Nomor Induk Mahasiswa

: 1102101010031

Agama

: Islam

Alamat/No.Telp

: Jalan T. Nyak. Arief Lr. Jambu No.


12A/085315830919

Nama Orang Tua


Ayah

: Ahmad Yani

Pekerjaan

: PNS (Kabid Penyuluhan)

Ibu

: Siti Nur Ainun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua

: Jalan Jend. Sudirman Gg. Pancasila Kota Madia


Tebing Tinggi Kecamatan Rambutan Sumatera
Utara.

Pendidikan yang Ditempuh

: 1.

SD Negeri 166492 Tebing Tinggi tamat tahun


2005

2.

SLTP Negeri 3 Tebing Tinggi tamat tahun 2008

3.

SMA Negeri 2 Tebing Tinggi tamat


tahun 2011

4.

FKH Unsyiah Banda Aceh sejak tahun


2011

Karya Tulis

:
Pengaruh Pemberian Pregnant Mares Serum
Gonadotropin
(Pmsg) Dan Human Chorionic
Gonadotropin (Hcg) Terhadap Peningkatan Jumlah
Kelahiran Hamster Campbell (Phodopus Campbelli)

Anda mungkin juga menyukai