Anda di halaman 1dari 8

JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN VOL 2 NO.

2, NOVEMBER 2021

PENGARUH PENYUNTIKAN EKSTRAK KELENJER HIPOFISA IKAN MAS


DAN hCG (Human chorionic gonadtropin) DENGAN DOSIS YANG BERBEDA
TERHADAP OVULASI DAN PENETASAN TELUR IKAN MALI (Labeobarbus
festivus,Heckel 1843)

Effect of Injection of Carp Pituitary ekstrak hipofisa and hCG (Human chorionic
gonadotropin) with Different Doses on Ovulation and Hatching Rate of signal
barb (Labeobarbus festivus, Heckel 1843)

Ardy Maulana Martoni1*, Nuraini2, dan Netty Aryani2


1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
2) Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT

Diterima: 05 oktober 2021 This research was conducted from March to April 2021 at the Fish Hatchery and
Distujui: 05 November 2021 Breeding Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Science,University of Riau. The
purpose of this research was to know the effect of carp pituitary extracts hipofisa and hCG
best treatment to ovulation and hatching rate eggs of signal barb and to determine the best
Keywords:
doses of hCG to stimulate ovulation and hatching eggs of signal barb . The method used in
Signal barb, hipofisa, hCG this study was an experimental method. Data were analyzed descriptive with one factor, four
treatments and three repetitions. Doses of hormones treatment used were P0: control using
0.9% NaCl, P1: 2 doses of carp pituitary ekstrak hipofisa and 200IU/kg of hCG, P2: 2 doses
of carp pituitary extracts hipofisa and 300 IU/kg of hCG, P3: 2 doses of barb pituitary
extracts hipofisa and 400 IU of hCG /kg. The best results in this study were P3 treatment with
2 doses of barb pituitary extracts hipofisa and hCG doses of 400 IU/Kg with a latency time
was 5 hours 48 minutes, the number of stripping eggs 200 eggs/gram broodstock, ovisomatic
index value (IOS) 13.82%, fertilization rate (FR) 69.82%, hatching rate (HR) 78.13%, and
survival rate 5 days (SR) 80.02%. Result of water quality measurements during the study
were 27- 31˚C temperature pH 5-7 and DO 5,4 – 6,5 ppm.

* Corresponding author
E-mail address: ardymaulana520@gmail.com
JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

1. PENDAHULUAN
Ikan Mali (Labeobarbus festivus,Heckel 1843) merupakan salah satu spesies ikan air tawar endemik
Riau. Saat ini populasi ikan mali semakin berkurang dikarenakan penangkapan yang berlebihan pada
habitat aslinya antara lain di sungai Kampar.Dimana ikan ini merupakan salah satu sumber daya yang
sangat potensial di kembangkan di daerah Riau.
Usaha budidaya tersebut dilakukan dengan melibatkan kemajuan teknologi yaitu dengan menggunakan
hormon. Hormon yang alami digunakan untuk merangsang ikan untuk di pijahkan yaitu kelenjer
hipofisa ikan mas.hCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah hormon gonadotropin yang
merupakan sel-sel sintesa tropoblas dari plasenta yang identik dengan folicle stimulating hormon
(FSH) pada air seni wanita hamil.
Hormon hCG memiliki beberapa kelebihan antara lain : penggunaaannya yang luas, mudah
pengadaannya dan konsisten potensinya, serta bila tidak berespon karena adanya reaksi immunological
dan juga perubahan ovari meningkat secara tajam yang kemungkinan karena kelebihan stimulasi
(Bromage, 1992; Lieberman 1995).
Hipofisa bisa dilakukan pada ikan yang spesiesnya sama ataupun bisa memakai ikan yang berbeda
sebagai donornya walaupun ikan rasepiennya beda.Penyuntikan ekstrak hipofisa dapat mempermudah
ovulasi induk betina matang gonad,sebab dengan penyuntikan ekstrak hipofisa tadi dapat menambah
kadar hormon gonadotropin.Gonadtropin ikan yang mengatur reproduksi kematangan tingkat akhir
oosit dan ovulasi.

2. METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 - April 2021 di Laboratorium Pembenihan dan
Pemuliaan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Pekanbaru.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan Mali bobot induk berkisar 30-62 gram yang
berasal dari Danau bingkuang Sungai Kampar, hCG, hipofisa ikan mas, NaCl 0,9%, tubifex sp dan
pakan buatan. Alat-alat yang digunakan tangguk, timbangan analitik, pisau, pipet tetes, akuarium,
bakfiber, pH meter,thermometer dan DO meter.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen mengunakan anava. Dengan 4
perlakuan dan 3 ulangan yang telah dilakukan seperti berikut:
P0 :NaCl 0,9% sebagai ikan control
P1:kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 200 IU/kg bobot tubuh.
P2:kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 300 IU/kg bobot tubuh.
P3 :kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 400 IU/kg bobot tubuh.

Berat induk
Perhitungan kelenjar hipofisa yang digunakan: 1000 gram
x dosis yang digunakan (1ml)
Berat induk Kosentrasi hormon yang digunakan (IU)
Perhitungan hCG yang digunakan : x x Volume pengenceran (ml)
1000 gram Kadar hCG satu ampul (IU)

Prosedur Penelitian
32 JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

Sebelum diberi perlakuan ikan di timbang bobot tubuhnya sehingga dapat menentukan dosis kelenjer
hipofisa dan hCG.Penyuntikan dilakukan sebnayak 2 kali secara intramuscular Penyuntikan pertama
dengan mengunakan larutan kelenjer hipofisa yang telah di buat terlebih dahulu sesuai dengan dosis
perlakuan. Penyuntikan kedua di lakukan dengan mengunakan hCG. Sebelum hCG disuntikkan pada
ikan uji sesuai dengan dosis perlakuan, hCG yang diberikan Pengurutan/stripping terhadap ikan uji
dilakukan setelah 6 jam setelah penyuntikan kedua,setelah itu dilakukan pembuahan dengan
mencampurkan sperma dan telur yang sudah di striping. Perhitungan telur terbuahi dilakukan setelah
6-8 jam penebaran telur, 18-24 jam setelah penebaran telur akan menetas.

Parameter yang diukur


Waktu laten

Waktu laten adalah waktu yang dibutuhkan dari penyuntikan terakhir terhadap ovulasi ikan yang
dipijahkan

Telur Hasil striping


Perhitungan jumlah telur hasil stripping adalah telur yang keluar saat ikan distripping. Penghitungan
telur hasil stripping (THS) dilakukan dengan cara gravimetric dengan menggunakan rumus (Sukendi,
a
2001) :𝐴 = 𝑏 xn
Dimana :
A = Jumlah telur (butir) hasil stripping
a = Bobot (gram) semua telur yang diovulasikan
b = Bobot (gram) sub sampel telur
n = Jumlah rata – rata (butir) sub sampel telur

Nilai ovisomatic
Nilai indeks ovisomatik adalah perbandingan antara berat telur yang ovulasi dengan berat induk. Nilai
Indeks Ovisomatik dihitung dengan menggunakan rumus:
Berat telur ovulasi
𝐼𝑂𝑆 % = 𝑥 100%
Berat induk

Derajat pembuahan(Fertilisasi)
Derajat pembuahan dihitung 10 jam setelah fertilisasi, persentasi derajat pembuahan (fertilisasi)
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Effendi, 2002 )sebagai berikut:
Jumlah telur yang terbuahi
𝐹𝑅 % = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Derajat penetasan
Persentasi penetasan telur adalah persentasi jumlah telur yang menetas menjadi larva dari telur yang
telah terbuahi. Derajat Penetasan dihitung 10 jam setalah telur menetas kemudian dihitung dengann
menggunakan rumus Effendi(2002) sebagai berikut:
JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

Jumlah telur yang menetas


𝐻𝑅 % = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖
Kelulushidupan Larva
Setelah kuning telur habis, larva diberi pakan plankton. Survival rate dilakukan pada sore hari dengan
tujuan mengurangi tingkat kesetresan pada larva. Kelulushidupan larva dihitung selama 5 hari
pemeliharaan yaitu dengan menggunakan rumus Effendi (2002) yaitu:
𝑁𝑡
Kelulushidupan larva (SR 5 hari) = 𝑁𝑜 𝑥 100%

Keterangan :
SR = tingkat kelulushidupan larva
Nt = jumlah larva ika yang hidup di akhir penelitian
No = jumlah larva yang hidup diawal penelitian

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan yaitu waktu laten (jam), jumlah telur hasil
striping (butir/g induk),nilai ovisomatic (%), derajat pembuahan (%), derajat penetasan (%) dan
kelulushidupan larva (%) ikan mali dicantumkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Waktu Laten, Jumlah Telur Hasil Striping,Nilai Ovisomatic,Derajat


Pembuahan, Derajat Penetasan dan Kelulushidupan Larva Ikan Mali (Labeobarbus
festivus,Heckel 1843)
∑THS IOS
WaktuLaten
Perlakuan (Butir/g (%) FR (%) HR (%) SR (%)
(Jam,menit)
Induk
P0 0 0 0 0 0 0
P1 6.46±0,06 115±40.03 8.65±2.45 55.42±5.21 68.16±2.43 72.42±5.01
P2 6.24±0,11 190±19.50 13.65±1.90 64.72±4.92 72.51±3.93 74.05±3.41
P3 5.48±0,08 200±38.65 13.82±3.37 69.82±3.71 78.13±1,89 80.02±3.88

Dari hasil penelitian waktu laten tersingkat yang diperoleh pada perlakuan P3 (kelenjer hipofisa 2
dosis dan hCG 400 IU/kg) dengan rata-rata 5 jam 48 menit,diikuti P2 (hipofisa 2 dosis dan hCG 300
IU/kg) dengan rata-rata 6 jam 24 menit,P1(hipofisa 2 dosis dan hCG 200 IU/kg) dengan rata-rata 6 jam
46 menit. Sedangkan penelitian Manik (2015) memperoleh waktu laten 5 jam 32 menit dengan
menggunakan ovaprim pada penyuntikan ikan mali hal ini diduga dosis yang disuntikkan ke induk
betina merupakan dosis yang di duga mampu merangsang sekresi folicel stimulating hormone (FSH)
pada kelenjer pituari sehingga merangsang esterogen dan memproduksi leuteinizing hormone (LH)
sehingga terjadinya ovulasi. Meenakarn dalam Rajagukguk (2020) menyatakan bahwa hormon hCG
mengandung 90% LH dan 10% FSH.

Dari hasil penelitian di peroleh telur hasil stripping yang tertinggi diperoleh P3 (kelenjer hipofisa 2
dosis dan hCG 400 IU) sebanyak 200 butir/g induk,diikuti P2 (kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 300
34 JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

IU) sebanyak 190 butir/g induk, dan P1(kelenjer hipofisa 2 dosis dan 200 IU) sebanyak 115 butir/g
induk.Tingginya P3 diduga karena pengaruh hormon hcg yang diberikan sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan ikan mali dalam mengovulasikan telur. Rajagukguk (2020) penyuntikan ikan
mali menggunakan hCG dan ovaprim mendapatkan telur hasil striping 316 lebih besar dibandingkan
dengan penelitian ini. Sukendi, (2007) Jumlah telur yang dikeluarkan bergantung pada banyaknya telur
yang sudah matang. Pematangan oosit akan terjadi karena adanya hubungan erat antara Hipotalamus,
Hipofisis dan Gonad. Hipotalamus akan melepas GnRH jika dopamin tidak aktif. Fungsi GnRH adalah
merangsang keluarnya Gonadotropin Hormon yang berada pada hipofisis.

Dari hasil penelitian ini di peroleh rata-rata indeks ovisomatik (IOS) tertinggi pada P3(kelenjer
hipofisa 2 dosis dan hcg 400IU) sebesar 13,82% dan perlakuan terendah P1(kelenjer hipofisa 2 dosis
dan hcg 300 IU) sebesar 8,65%. hal ini disebabkan jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama
musim pemijahan tergantung pada jumlah fekunditas dan frekuensi pemijahan. Manik (2015)
penyuntikan ovaprim pada ikan mali di peroleh indek ovisomatik sebesar 20,15% diduga dosis yang
digunakan cukup besar dan kematangan induk yang bagus sehingga menghasilkan nilai ovisomatic
yang besar. Menurut Suhenda (2009) nilai indeks ovisomatik berkaitan dengan proses vitelogenesis,
pada proses vitelogenesis, granula kuning telur akan bertambah dalam jumlah dan ukurannya sehingga
volume oosit membesar. Peningkatan nilai indeks ovisomatik disebabkan oleh perkembangan oosit di
dalam gonad sebelum terjadi pemijahan. Misdian (2010) menyatakan bahwa bobot telur yang
diovulasikan di banding dengan bobot tubuh induk berpengaruh terhadap nilai indeks ovisomatik.

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa angka pembuahan (FR) terbaik terdapat pada perlakuan P3
sebesar 69.82%, diikuti dengan P2 sebesar 64.72% dan P1 sebesar 55.42%. Hal ini diduga hipofisa
dan dosis hCG yang disuntikkan kedalam tubuh induk ikan betina telah cukup dalam memberikan
pengaruh untuk membuat kualitas telur lebih baik serta peran hCG dalam merangsang produksi sex
hormon dan merangsang kematangan akhir oosit yang dapat meningkatkan kualitas telur dan angka
pembuahan lebih tinggi di bandingkan dengan manik (2015) penyuntikan ikan mali menggunakan
ovaprim mendapatkan angka pembuahan 68 ,25% dan pada Sitepu (2020) penyuntikan ikan lelan
menggunakan hormon hcg dan ovaprim menghasilkan angka pembuahan sebesar 21,68. Keberhasilan
pembuahan sangat dipengaruhi oleh banyaknya telur yang mengalami pematangan, tingginya
kosentrasai hormon sampai pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan persentaser telur yang
matang, hanya telur yang mengalami maturasi yang dapat terfertilisasi (Zairin 2013). Menurut Aeret
al., (2015) menyatakan bahwa daya fertilisasi ditentukan oleh kualitas telur, sperma, dan penanganan
manusia. Menurut Ennizarti dalam Novitasari (2014), menyatakan semakin banyak dosis hCG yang
disuntikkan semakin banyak Gonadotropin yang masuk ke dalam darah ikansehingga semakin banyak
gonadotropin yang di sekresikan oleh hipofisa dan selanjutnya mempercepat proses ovulasi.
Perbandingan jumlah jantan dalam pemijahan ikan sangat berpengaruh pada tingkat pembuhaannya,
ini memberikan penjelasan bahwa dengan jumlah jantan yang lebih banyak memberikan peluang
terbuahinya telur secara optimal, karena dengan banyaknya jumlah sperma jantan hingga mampu
membuahi telur induk betina dan telur dapat terbuahi dengan sempurna

Dari hasil penelitian diperoleh perhitungan telur yang menetas (HR) dapat dilihat bahwa rata-rata
JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

angka pembuahan terbaik terdapat pada perlakuan P3 (kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 400
IU)sebesar 78.13%, diikuti P2(kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 300 IU) sebesar 72.51% dan
P1(kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 200 IU) sebesar 68.16%. Irvan (2018) Penyuntikan hCG pada
ikan nilem mendapatkan angka penetasan sebesar 73,91 terjadinya peningkatan dan penurunan daya
tetas ini akibat dari perlakuan yang diberikan dan hal ini berkaitan erat dengan terjadinya peningkatan
dan penurunan persentase fertilitas pada telur ikan. Rendahnya P1(kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG
200IU) dibandingkan yang lain hal ini diduga karena kualitas telur dan sperma tidak baik sehingga
telur yang telah dibuahi tidak mengalami proses pembelahan secara sempurna sehingga embrio
mengalami kematian sebelum menetas. , hal ini didukung oleh pendapat Paviov dan Moksness dalam
Priyatama (2011) yang menyatakan bahwa kualitas sperma dan telur yang kurang baik dapat
mengakibatkan spermatozoa gagal melebur ke dalam inti sel telur, sehingga telur-telur tidak membelah
pada tahap blastosis setelah pembuahan dan embrio mati sebelum menetas.

Dari hasil penelitian di peroleh kelulusanhidupan larva 5 hari (SR) bahwa hasil terbaik terdapat pada
perlakuan P3 (kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCG 400 IU) sebesar 80.02%, P2 (kelenjer hipofisa 2 dosis
dan 300 IU hCG) sebesar 74.05% dan P1 (kelenjer hipofisa 2 dosis dan hCGp 200 IU) sebesar
72.48%.Tingginya P3 dibandingkan P2 dan P1 diduga karena larva yang dihasilkan memiliki kuning
telur yang lebih banyak.Sedangkan penelitian Rajaguguk (2020) penyuntikan hCG dan Ovaprim
mendapatkan kelulusanhidup larva sebesar 80,25% hal ini di sebabkan karena diameter telur maupun
kematangan telur di peroleh lebih tinggi dikarenakan pengaruh dari rangsangan hormonal dari kedua
hormon yang digunakan. Menurut Desnita (2003) semakin besar diameter telur, maka kuning telur
semakin besar sebagai cadangan makanan semakin banyak, sehingga waktu larva untuk beradaptasi
dengan pakan alami yang akan diberikan semakin bagus dan larva akan semakin tahan dengan
habisnya kuning telur. Menurut Effendi (2002) kematian larva bukan saja disebabkan oleh kualitas air
yang tidak cocok. Pada umumnya kematian larva disebabkan oleh faktor luar seperti kompetisi antara
larva, ruang gerak dan penanganan yang kasar. Rendahnya persentase kelulushidupan pada larva ikan
juga diduga larva tidak mampu beradaptasi dengan pakan yang baru, dimana pakan yang berasal dari
luar tubuh ikan.

Kualitas air selama penelitian pada wadah pemijahan di peroleh suhu air selama penelitian berkisar
antara 27-31oC, pH pada wadah berada pada kisaran 6-7 dan oksigen terlarut (DO) 5,4-6,5 mg/L.
Dalam budidaya ikan selain pakan yang diberikan kualitas air juga memegang peranan penting.
Kualitas air sangat mempengaruhi pemijahan ikan budidaya yaitu meliputi suhu, pH dan oksigen
terlarut (DO).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuntikan ekstrak kelenjer hipofisa ikan mas dan
hormon hCG pada ikan mali berpengaruh bagi pemijahan ikan mali sehingga mendapatkan hasil
terbaik pada perlakuan P3 (hipofisa 2 dosis dan hCG 400 IU) dengan waktu laten 5 jam 48
menit,jumlah telur hasil stripping sebanyak 200 butir/gram induk, nilai indeks ovisomatic (IOS)
13.82% , derajat pembuahan (FR) sebesar 69,82%, daya tetas (HR) 78,13%, dan kelulushidupan larva
5 hari (SR) 80,02%.
36 JURNAL AKUAKULTUR SEBATIN Vol 2 No. 2, November 2021

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis
dalam melakukan penelitian dan penilisan artikel ini, serta kepada jurusan budidaya perairan fakultas
perikanan dan kelautan universitas riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan pendidikan sarjana perikanan

6. DAFTAR PUSTAKA

Aer, V.S. Christo, Mingkid, M. Winda, Kalesaran, J. Ockstan. 2015. Kejutan Suhu Pada
Penetasan dan Sintesa Hidup Larva Ikan Lele (Clarias gariepinus). Jurnal Budidaya Perairan.
Fakultas Perikana dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 3(2) : 13-18

Bromage, N. 1992. Propagation and Stock Improvement I : Sheperd C.J. And Bromage, N. R. (ed)
1992. Intensive Fish Farming. Blackwell Scientific Publication. London. P 103-153.

Desnita, D.M, 2003.Pengaruh Kombinasi Penyuntikan hCG dan Ekstrak Kelenjer Hipofisa Ikan Mas
Terhadap Kualitas Telur Ikan Baung (Mystus Nemurus).Skiripsi.Jurusan Budidaya
Perairan.Fakultas Perikanan Universitas Riau .Pekanbaru.119hal.(Tidak diterbitkan)

Effendie, M.I. 2002. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Bogor.187 hlm


Irvan A.,Nuraini.,dan Suharman I 2018. Pengaruh Penyuntikan hCG denagn dosis yang berbeda
terhadap Ovulasi dan Dayatetas Telur Ikan Nilem Jurnal Online Mahasiswa Vol 5 1-11
Manik,A.,Aryani.N., dan Alawi.H 2015, Pengaruh Dosis Ovaprim berbeda terhadap penyuntikan ikan
mali(labeobarbus festivus,heckel 1843), Jurnal Online Mahasiswa, 3(1): 1-9.
Misdian,F.2010.Pengaruh Kombinasi Dosisi hCG dan Hipofisa ikan Mas (Cyprino carpio) Terhadap
Ovulasi Ikan Panta (rasbora aurotaniea).Skiripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Universitas Riau
Novitasari,F.,Eka. I R., dan Farida 2014. Kombinasi Penyuntikan Hormon hCG dan Ovaprim terhadap
Ovulasi dan Daya Tetas Telur ikan Tagandak (Barbonymus schwanenfeldii) .Jurnal Ruaya
Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak.(4): 5 hlm
Priyatama, T.A, 2011. Pemijahan Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) dengan dosis hCG (Human
Chorionic Gonadotropin) yang berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Riau. Pekanbaru.50 halaman (tidak diterbitkan)
Rajagukguk, A.P, Sukendi, dan Aryani, N., 2020 Pengaruh Kombinasi Hormon hCG dengan Ovaprim
Terhadap Ovulasi Dan Daya Penetasan Telur Ikan Mali (Labeobarbus festivus), Jurnal Online
Mhasiswa, 7(1): 1-11
Sitepu B.S .Alawi H., dan Aryani N 2020 Pengaruh Penyuntikan Ovaprim ,hCG dan Kombinasi
terhadap Pemijahan Ikan Lelan (Osteochilus pleurotaenis Blkr), Jurnal Online Mahasiswa, 7(1)-
1-10
Suhenda, N. 2009. Peningkatan Produksi Benih Baung (Mystus nemurus) Melalui Perbaikan Kadar
Lemak Pakan Induk.Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Jurnal Berita Biologi. Bogor.
Sukendi.2001.Biologi Reproduksi dan Pengendalian dalam upaya Pembenihan ikan Baung (Mystus
nemurus CV) dari Perairan Sungai Kampar Riau.Disertasi Program Pascasarjana IPB (tidak
diterbitkan)
Sukendi. 2007. Fisiologi Reproduksi Ikan. MM Press C.V. Mina Mandiri. Pekanbaru. 130 hlm.
Zairin, M. 2013. Kiat Memijahkan Ikan Hias Secara Teratur. Digreat Publishing Bogor

Anda mungkin juga menyukai