Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PRINSIP BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR

PRADITHA

JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
LAPORAN PRAKTIKUM
PRINSIP BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR

Disusun sebagai Salah Satu Syarat


dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Prinsip Bioteknologi Akuakultur

PRADITHA
O 271 18 055

JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan praktikum ini. . Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya yang telah memberikan

do’a dan motivasi. sebagai Dosen Koordinator Mata Kuliah, serta teman-teman angkatan 2018

yang telah memberikan semangat dan motivasi yang sangat membantu pada saat proses

penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan,

oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi penulisan di laporan

selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua, dan bagi penulis pada

khusunya.

Palu, Mei 2020

Praditha
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Dunia akuakultur untuk pembesaran, ketersediaan benih memegang peranan

yang sangat penting. Di habitat aslinya ikan akan memijah jika mendapat rangsangan

lingkungan yang tepat, namun dalam lingkungan budidaya rangsangan lingkungan itu

sulit untuk diwujudkan sehingga perlu diadakan rekayasa untuk memijahkan ikan. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses pemijahan pada ikan

adalah melakukan penyuntikan kelejar hipofisa.

Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau

memijah secara alami . Hipofisa adalah kelenjar endokrin yang terletak dalam sella

tursika, yaitu lekukan dalam tulang sfenoid. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar

hipofisa diantaranya growth gormon (GH), adenocorticotropic hormon (ACTH), tiroid

stimulating hormon (TSH), Leutesing Hormon (LH), folicel stimulating hormon (FSH).

Hormon yang berperan adalah gonadotropin yaitu Leuteinizing Hormone (LH) dan

Folicle Stimulating Hormone (FSH). Hormon gonadotropin tersebut dihasilkan oleh

kelenjar adenohipofisa (Pickford, 1957; Muhammad et al., 2003).

FSH dan LH merupakan hormone yang mempunyai daya kerja mengatur fungsi

kelenjar kelamin. FSH mempunyai daya kerja merangsang pertumbuhan folikel pada
ovarium dan pada testis memberikan rangsangan terhadap spermatogenesis. LH

mempunyai daya kerja merangsang ovulasi dan menguningkan folikel ovarium dan

pada hewan jantan. Hormon ini merangsang fungsi sel-sel interstisial pada testis serta

mempertinggi atau meningkatkan produksi hormon steroid, baik pada hewan betina

maupun hewan jantan (Partodihardjo, 1987).

Kelebihan dari pemijahan dengan metode hipofisa adalah bekerja langsung pada

gonad, mudah diperoleh, relatif murah. sedangkan kekurangannya adalah sangat

spesifik, rumit, efek imunitas yang rendah, dosis yang kurang tepat akan menghasilkan

efek yang kurang baik.

Pada prinsipnya, metode hifopisa diterapkan dalam kegiatan pembenihan adalah

untuk mempercepat proses pemijahan, memijahkan ikan yang susah memijah,

meskipun faktor lingkungan tidak terlalu mendukung. keberhasilan sangat dipengaruhi

oleh sumber kelenjar hipofisa dan ikan resipien yang di tujuh. Hal ini disebabkan,

kelenjar hipofisa bersifat homoplastik dan heteroplastik. homo plastik adalah dimana

kelenjar hipofisa dari ikan donor diperuntuhkan untuk ikan yang spesiesnya sama.

Sedangkan heteroplastik adalah dimana kelenjar hipofisa dari ikan donor

diberikan/disuntikkan pada spesies ikan lain. Jenis ikan yang kelenjar hipofisanya

bersifat homoplastik dan heteroplastik adalah ikan mas.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan kelenjar hipofisa dari

ikan donor dan pengaplikasiannyapada ikan resipient untuk pemijahan secara buatan.

Terlaksananya praktikum ini diharpakan menjadi bekal bagi mahasiswa dalam


melakukan pemijahan buatan pada ikan-ikan yang bernilai ekonomis guna untuk

meningkatkan ketersediaan benih.

BAB 2. MATERI DAN METODOLOGI PRALTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan secara mandiri dengan menggunakan media online.

2.2. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya :

- Kolam pemijahan

-Timbangan

- Pisau pemotong

- Telena

- Alat pembedahanTissue, dan kain lap

- Gelas penggerus dan alat suntik


- Cutton bud dan Kunci Tang

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini berupa, ikan donor, dan ikan

resipien (Ikan Mas dan Ikan Lele) yang siap kawin, aquabidest/larutan fisiologis.

2.3. Prosedur kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini secara berurut :

1. Menyiapkan induk ikan mas dan ikan lele yang siap kawin;

2. Menimbang induk betina dan ikan donor dengan perbandingan jantan dan betina 1;2

per bobot tubuh;

3. Memotong ikan donor pada bagian kepala, kemudian meletakkannya dengan posisi

mulut menghadap ke atas;

4. Selanjutnya memotong pada bagian atas mata mengara ke belakang hingga

tengkorak kepala terbuka, dan terlihat otak;

5. Mengambil kelenjar hipofisa menggunakan pinset/cutton bud, pada bagian bawah

otak, ditandai dengan warna putih berbentuk butiran.

6. Kelenjar hipofisa yang terambil, digerus dengan menggunakan penngerus hingga

halus sambil dicampurkan dengan akuades (larutan fisologis) sebanyak 1,5 mL;

7. Selanjutnya, disentrifuge selama 3 menit lalu didiamkan sebentar agar terbentuk dua

lapisan (cairan bening dan endapan);

8. Mengambil cairan bening (lapisan bagian atas) dengan menggunakan spet, dan

disimpan dalam microtube atau tempat lainnya;

9. Selanjutnya, menyuntikkan cairan hipofisa pada ikan resipiens, di bawah sirip

punggung bagian depan, secara hati-hati. untuk ikan bersisik (ikan mas), teknik

menyuntiknya yakni sisik di angkat sedikit (jangan sampai terlepas) dengan


menggunakan jarum spuit, lalu menusuknya tepat dalam dagingnya (±2 cm tergantung

dari ukuran ikan);

10. Memasukkan induk ikan tersebut dalam kolam pemijahan lengkap dengan kakaban,

dan induk jantan (perbandingan 1;1 per bobot tubuh;

11. Melakukan pengamatan selama proses pemijahan (berapa lama waktu yang

dibutuhkan), mengamati jumlah larva yang dihasilkan dengan metode sampling,

mengamati kondisi larva (normal dan abnormal), mengamati keseragaman larva

(ukurannya).

12. melakukan langka-langka No. 1 sampai 11, untuk ikan lele

13. selain itu, dalam praktik ini lakukan penyuntikan dari hipofisa ikan mas disuntikkan

pada ikan lele, dan juga sebaliknya (hipofisa ikan lele ke ikan mas).

2.4. Menyiapkan ekstrak hipofisa

1) Kelenjar hipofisa diambil dengan hati hati dengan pinset dan diletakkan di tepi alat

penggerus.

2) Kemudian kelenjar hipofisa digerus dengan cara memutar-mutar alat penggerus ke lubang

dasar gelas penggerus.

3) Kemudian ditambahkan aquabidest/NaCl 1,5 ml.

4) Ekstrak diambil dngan jarum suntik.

5) Ekstrak dimasukkan kedalam gelas tabung.

6) Gelas tabung disentrifuse selama 2-5 menit.


7) Diamkan sebentar agar terbentuk dua lapisan (cairan bening dan endapan). Cairan yang

bening dimabil dengan spet, cairan inilah yang akan digunakanuntuk menyuntik induk ikan mas.

Penyuntikan dilakukan di bawah sirip dorsal bagian depan.

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil dari kegiatan pembenihan dengan menggunakan kelenjar hipofisa dari ikan

donor (Tabel 1) berikut;

Tabel 1. Data hasil pengamatan pemijahan dengan menggunakan kelenjar hipofisa

Sumber Kelenjar Hipofisa**


No. Parameter pangamatan
IKM ke IKM* IKM ke IL* IL ke IL IL ke IKM
1 Waktu Pemijahan (jam) 4 4,5 4 8

2 Jumlah Larva (ekor) 20.000 30.000 31.000 2.500

3 Jumlah Larva abnormal 500 510 495 1000

(ekor)

4 Keseragaman larva seragam seragam seragam beragam

Ket: ** sumber kelenjar hipofisa (donor) disuntikkan ke ikan resipiens*IKM; ikan mas, IL;

Ikan lele

3.2 Pembahasan

Menurut Hoar (1957), hipofisa terdiri dari dua kelenjar hipofisa yaitu neuron dan

adenohypofisa yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar danmemiliki tiga ruangan

yaitu proximal pars distalis, rostal pars distalis, dan pars intermediaHipofisa terletak

pada bagian bawah otak dan menghasilkan hormon GnRH, ACTH, TSH,FSH, LH, STH,

MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin. Secara umum, hormon tersebut berfungsi

mengatur pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, reproduksi,tingkah laku, dan

homeostatis. Menurut Susanto, (2001) metode hipofisasi adalah usahauntuk

memproduksi benih dengan menggunakan bantuan kelenjar hipofisa dari ikan donor

yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin.

Praktikum ini diawali dengan cara menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Setelah itu disiapkan ikan donor. Ikan donor merupakan ikan yang nantinya diambil

kelenjar hipofisanya dan didonorkan pada ikan resipien. Sedangkan ikan resipien

merupakan ikan yang nantinya akan menerima suntikan hipofisa dari ikan donor.Pada

praktikum ini menggunakan ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai ikan donor. Ikan donor

diambil ikan yang berjenis kelamin jantan dengan berat 0,5 kg.
Ikan mas merupakan ikan donor universal artinya dapat digunakan secara efektif

pada berbagai jenis ikan baik dalam satu famili maupun tidak satu famili.Ikan donor

adalah ikan yang sengaja dikorbankan sebagai sumber gonadotropin.Hormon tersebut

dihasilkan dan sengaja disimpan di kelenjar hipofisa yang terletak ditengkorak kepala di

bawah otak dan berwarna putih. Kelenjar hipofisa tumbuh seiring dengan

perkembangan kedewasaan ikan. Semakin besar ukuran tubuh ikan dan

semakindewasa ikan maka semakin besar dan berat pula hipofisa ikan tersebut.

Kelenjar hipofisa tersebut tidak dapat diidentifikasi pada ikan muda. Kelenjar hipofisa

tampak jelas setelah ikan memasuki perkembangan kedewasaan. Jumlah hormon

gonadotropin yang dihasilkan berfluktusi sesuai dengan tingkat kematangan gonad dan

periodisasi pemijahan. Kualitas hormon gonadotropin akan turun drastis pada induk

ikan yang baru saja memijah dan meningkat drastis pada induk ikan yang siap berpijah

(Sugiharto, 1986).

Berdasarkan perkembangan kelenjar hipofisa dan fluktuasi hormon tersebut,

makasyarat ikan donor yang dipersiapkan adalah ikan mas yang telah dewasa dan

matang gonad diutamakan berjenis kelamin jantan karena lebih cepat dewasa dan

periodisasipemijahannya cukup pendek sehingga kualitas hormon cukup stabil setiap

saat. Ikan donorsebaiknya sejenis dengan ikan resipien, sehingga dapat meminimalkan

kemungkinanketidak cocokan antara hormonnya. Ukuran ikan donor harus lebih besar

dari pada ikanresipien dengan perbandingan berat 2:1 atau sama 1:1.

Ikan donor yang baik dapat ditangkap dari perairan alam maupun dari kolam

pemeliharaan yang dikelola secara intensif, asalkan umurnya tidak kurang dari 1 tahun.

Ikan donor yang diambil dari kolam pemelihara memiliki kelebihan karena dapat
diketahui secara pasti umur ikan tersebut dan dapat dipilih ikan yang berkualitas baik.

Ikan donor harus dalam kondisi sehat, tidak ada luka fisik atau cacat karena dapat

menimbulkan infeksi dan penularan bibit penyakit (Sugiharto,1986).

Persyaratan bagi ikan resipien atau ikan penerima hipofisa dari ikan lain adalah berasal

dari induk jantan dan betina yang matang kelamin dan siap untuk dipijahkan. Induk

resipien merupakan hasil ikan budidaya dan domestikasi. Memiliki badan sehat dan

tidak cacat.(Sugiharto, 1986).

Pengambilan hipofisa dilakukan dengan cara memasukkan jari ke dalam mulut ikan

agar tidak bergerak kemudian memotong bagian kepalanya. Pemotongan ini dilakukan

saat ikan masih hidup agar diperoleh kelenjar hipofisa yang segar. Pemotongan kepala

inidilakukan pada bagian belakang operculum. Setelah kepala terlepas dari badan ikan,

mulutikan dihadapkan ke atas dan mulai dipotong pada bagian nostril dengan arah

tegak lurus kebawah (pada bagian di atas mata sedikit agak ke arah bagian belakang).

Pemotongan dengan arah tersebut untuk memudahkan saat kelenjar hipofisa sudah

mulai terlihat. Setelah tulang tengkorak terbuka, terlihat otak yang dibawahnya terdapat

kelenjar hipofisaberwarna putih dengan ukuran kecil. Otak diambil dengan

menggunakan tusuk gigi atau piset yang yang berujung tumpul agar jika tidak sengaja

terkena kelenjar hipofisa makakelenjar tersebut tidak pecah atau hancur. Kemudian

rongga otak dibersihkan dengan menggunakan tissu supaya kelenjar hipofisanya dapat

terlihat. Setelah kelenjar hipofisaterlihat, diambil dengan menggunakan pinset dan

diletakkan di dalam cawan dan dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam mortar untuk

digerus.
Pengambilan kelenjar yang digunakan untuk memicu proses pemijahan ini dilakukan

pada kelenjar hipofisa karena hipofisa bersifat sangat vital pada kehidupan

kelangsungan ikan. Hipofisa dapat dihasilkan berbagai hormon yang memicu terhadap

sex reversalikan seperti hormon somatotropin berfungsi untuk hormone pertumbuhan

badan.Kemudian prolactin yang berperan untuk mengatur kegiatan hormon-hormon sex

danterakhir adalah hormon gonadotropin untuk merangsang terjadinya perubahan

untuk memijah pada saat ikan siap memijah dan sudah matang kelamin (Gordon,

1982).Penggerusan ini dilakukan agar hipofisa halus serta untuk memperkecil dan

memperhalus ukuran kelenjar hipofisa sehingga mudah apabila akan diinjeksikan

padaikan yang siap kawin. Saat penggerusan ditambahkan aquabidest sebanyak 2 ml.

Penambahan aquabidest ini digunakan sebagai larutan fisiologis sehingga bentuk sel

darikelenjar hipofisa tersebut tidak rusak selain itu juga sebagai pelarut dan pengencer.

Kemudian larutan kelenjar hipofisa dimasukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan

pipet tetes atau spuit supaya memudahkan pemindahan larutan hipofisa kemudian

disentrifugeselama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Perlakuan ini bertujuan untuk

memisahkan antara endapan dan supernatan. Setelah terpisah, larutan bening atau

supernatannyadiambil dengan menggunakan spet (jarum suntik) dan disuntikkan ke

dalam tubuh induk resipien.

Menurut Sumantadinata (1981), penyuntikkan ini dilakukan pada bawah sirippunggung

bagian depan merupakan area yang dekat dengan otak yang merupakan areapenerima

rangsang (hipotalamus) yang juga disebut sebagai master of glands yaitu pengatur

semua kelenjar. Selain itu pnyuntikkan dan tidak boleh menyuntikkan padabagian sisik

karena sisik dapat terlepas dan menyebabkan ikan tersebut stres. Cara penyuntikkan
dilakukan dengan cara mengangkat sedikit sisik kemudian dimasukk jarum suntik

sampai menembus dagingnya. Kemudian ikan recipien ini diletakkan didalam aquarium.

Mekanisme pemijahan dimulai dari ekstrak kelenjar hipofisa yang disuntikkan akan

menimbulkan rangsangan pada hipotalamus. Rangsangan dibawa akson yang berakhir

padapenonjolan tengah di dasar ventral ketiga hipotalamus. Hormon FSH dan LH

bekerja merangsang perkembangan gonad dan merangsang ovulasi. FSH dan LH juga

merangsang perkembangan fungsi testis. FSH meningkatkan ukuran saluran semini

ferus dan LHmerangsang sel intestinum dari testis untuk memproduksi hormon kelamin

jantanPembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing ikan jantan dan

betinamengeluarkan sperma dan ovum. Keduanya dapat dipicu dengan menggunakan

teknik hipofisasi. Keberhasilan ovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan

akhiroosit. Oosit yang telah siap diovulasikan akan terjadi jika telah mendapat

rangsanganhormon yang sesuai. Rendahnya hormon gonadotropin yang masuk dalam

darah dapatmenyebabkan kemampuan hormon gonadotropin untuk mengovulasikan

telur sangatterbatas (Sutisna, 2005).Kelebihan dari metode pemijahan dengan

penyuntikkan hormon hipofisa adalahhormon ini dapat disimpan dalam waktu lama

sampai dua tahun.

Penggunaan hormone ini juga relative mudah (hanya membutuhkan sedikit alat

dan bahan), tidak membutuhkan refrigenerator dalam penyimpanan, dosis dapat

diperkirakan berdasar berat tubuh donordan resepien, adanya kemungkinan terdapat

hormon hormon lain yang memiliki sifatsinergik. Kekurangan dari metode pemijahan

dengan penyuntikkan hormon hipofisa adalahadanya kemungkinan terjadi reaksi

imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan terutama jika donor hipofisa berasal dari
ikan yang berbeda jenis, adanya kemungkinan penularan penyakit, adanya hormon

hormon lain yang mungkin akan merubah atau malah menghilangkan pengaruh hormon

gonadotropin (Bachtiar, 2002).

Untuk mengetahui berat gonad pada induk betina adalah dengan ketentuan 10-25% x

berat induk ikan, kemudian

dihitung jumlah telur dalam setiap gramnya, lama waktu pemijahan, daya tetas, hingga

kelangsungan hidul larva.

1. Waktu Memijah

Hasil pengamatan waktu memijah selama penelitian adalah rata-rata 11’.38’’ setelah

ikan recipient disuntik. Setelah dilakukan uji t-student pada taraf 5% didapatkan hasil

bahwa Penggunaan kelenjer hypofisa yang berbeda terhadap waktu memijah pada

pemijahan ikan lele dumbo berbeda tidak nyata. Setelah induk-induk ikan lele dumbo

disuntik dan dimasukkan kedalam kolam peimjahan yang telah disediakan, dalam waktu

10-12 jam akan mmemijah dengan sendirinya sampai telur dari ovari menjadi masak

(Handoyo, 1986). Selanjutnya ovari dalam perut akan membesar kerena terjadi proses

penyerapan air oleh ovari.

2. Daya Tetas

Tingkat daya tetas telur ikan uji selama penelitian adalah 14,41-15,67 %. Dari hasil

uji t-student didapatkan hasil bahwa daya tetas ikan lele dumbo dengan

memnggunakan kelenjar hypofisa ikan mas (P1) dan kelejar hypofisa ikan lele dumbo

(P2) berpengaruh tidak nyata. Kecilnya prosentase daya tetas ikan lele dumbo ini
diduga akibat faktor eksternal, seperti kandungan oksigen terlarut, suhu, kecerahan dan

lain-lain, dan faktor internal seperti umur ikan, kematangan telur. Keberhasil penetasan

ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan lingkungan, sumber mata air,

kotoran dalam air serta kematangan telur, jumlah telur yang terbuahi

(Hardjamulya,1970). Kisaran telur ikan yang dapat dibuahi selama pemijahan dengan

kondisi perairan yang tenang antara 10 - 25%, sedangkan pada air yang bergerak bisa

mencapai 25-60% karena spermatozoa akan mampu bergerak dalam air selama 1-2

menit.

3. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo adalah 91,74- 93,63% dengan tingkat

mortalitas 6,36-8,26 %. Hasil uji t-student taraf 5% menunjukkan bahwa kelangsungan

hidup benih ikan lele dumbo hasil pemijahan dengan menggunakan kelenjar hypofisa

ikan mas (P1) dan kelenjar hypofisa ikan lele dumbo (P2) berbeda tidak nyata. Fase

kritis dalam daur hidup ikan terdapat pada tahap fase larva, yaitu, pada saat sebelum

dan sesudah pengisapan kuning telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari

luar antara umur 2- 3 hari setelah penetasan (Effendi, 1997). Kualitas Air Kualitas air

selama penelitian adalah pH air = 6-7,5, suhu air = 25-27 0c, oksigen terlarut = 4,66

-5,33 mg/lt. Kualitas air ini masih dikatagorikan berada batas normal untuk pemijahan

dan kelansungan hidup ikan lele dumbo. Hal ini sejalan dengan Najiati (1992) yang

mengemukakan bahwa kondisi air yang ideal untuk ikan lele dumbo adalah air dengan

pH 6-9. Selain itu Soetomo (1987) mengemukakan bahwa pH lebih kecil dari 4 dan

lebih besar dari 11 akan membunuh ikan lele dumbo baik ukuran benih maupun ukuran

konsumsi. Sedangkan pH yang sangat baik untuk pembenihan ikan lele adalah pada
pH 7-8,5. Oksigen terlarut dalam penelitian ini cukup baik untuk pembenihan ikan lele

dumbo dan berada pada batas toleransi. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto

(2002) yang mengemukakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang optimal adalah 4

– 7 mg/lt, serta dapat mematikan ikan pada oksigen kurang dari 2 mg/lt.

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1) Dalam PengambIlan kelenjar Hipofisa harus dilakukan dengan hati-hati karena

hipofisa sangat mudah pecah

2) Proses pemijahan dapat dipercepat dengan striping dan penyuntikan ekstrak kelenjar

hipofisa atau yang sering disebut dengan metode hipofisasi.

3) Striping dapat dilakukan dengan carapemijatan pada bagian perut ikan sedangkan

hipofisasi dengan cara pengambilan kelenjarhipofisa dari ikan donor yang disuntikkan

dalam tubuh ikan resipient.

4) Kelenjar hipofisamenghasilkan hormone gonadotropin, ACTH, TSH, FSH, LH, STH,

MSH, Prolaktin,Vasopresin, dan Oksitosin yang berfungsi untuk mengatur

pertumbuhan, perkembangan,metabolisme, reproduksi.


5) Persyaratan bagi ikan donor yang digunakan harus dalm keadaandewasa dan

matang gonad, memiliki berat badan dua kali lipat dari ikan resipien,diutamakan

berjenis kelamin jantan, dalam kondisi sehat dan tidak terkena infeksi, danberasal dari

species yang sejenis agar tidak terjadi penolakan sdalam tubuh ikan

resipien.Persyaratan bagi ikan recipient yaitu dewasa dan matang gonad, siap untuk

dipijahkan,berat badan yang dimiliki harus setengahnya dari berat badan ikan donor,

merupakan hasilikan budidaya dan domestikasi dan memiliki badan sehat dan tidak

cacat. Keberhasilanovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan akhir

oosit.

4.2 Saran

Ikan donor harus berukuran relative besar untuk memudahkan dalam menemukan

hipofisa karena ikan yang berukuran besarpun agak sulit mencari hipofisanya. Serta

Untuk selanjutnya agar melakukan kegiatan pengambilan kelenjar hipofisa dengan hati-

hati teliti dan cermat.


BAB 4. DAFTAR PUSTAKA

Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya : Jakarta

Pickford , A. 1957. General Zoology Calude. The Mac Millan Publishing Company, New York.

Muhammad, H. Sanusi, dan I. Ambas. 2003. Pengaruh Donor dan Dosis Kelenjar
Hipofisa terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch). J. Sains
& Teknologi. Vol.3(3): 87-94.

Afrianto, I. dan Liviawati, E. 1998. “Beberapa Metode Budidaya Ikan”. Yogyakarta : Kanisesis
(Anggota IKAPI).

Bachtiar, Y. 2002. “Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan”. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Hadjamulia.

A. 1970. “Pengamatan Budidaya Ikan Merangsang Pemijahan Hormon Hypofisa”Kontribusi


Lembaga Penelitian Perikanan Darat No.19 : Bogor.

Hoar , W. S. 1957. “The Endocryne Organs”. Academic Press : New York.

MacLatchy, et al. 2011. “Fundulus Heteroclitus: Ovarian Reproductive Physiology And The
Impact Of Environmental Contaminants”.
Comparative Biochemistry and Physiology, Part C 154 (2011) 278 .287.Prihatman, Kemal.
2000.“

Budidaya Ikan Mas”. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas.


JakartaSugiarto. 1986. Teknik Pembenihan Ikan. CV. Simplex, Jakarta.

Sumantadinata, K.1981. “Perkembangbiakan Ikan–Ikan Pelihara Indonesia”. Fakultas


Perikanan : Bogor.

Susanto, H. 2001. “Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis”. Penebar Swadaya : Jakarta.

Sutisna, D. H. 2005. “Pembenihan Ikan Air Tawar”. Kanisius : Yogyakarta.

Zairin M. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. PenebarSwadaya,
Jakarta.

Anuar, 1999. Peranan Salinitas Bagi Kehidupan Ikan. Paper Institut Pertanian Bogor. Effendi,
1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Hanafiah .A. K. 2010. Rancangan
Percobaan. Fakultas Pertanian Sriwijaya Palembang. Rajawali pers. Edisi

Keiga. Handoyo, 1986. Usaha Budidaya Lele. CV.Simpix. Jakarta. Hardjamulya, 1970.
Pengamatan Budidaya Ikan Merangsang Pemijahan Dengan Hormon Hypofisa.

Kontribusi Lembaga Penelitian Perikanan Darat Bogor Khairuman, Amri, K., 2003. Pembenihan
dan Pembesaran Gurame Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Soetomo, 1987. Teknik Bududaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Susanto 2002. Teknik Kawin
Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai