Anda di halaman 1dari 2

Faishal Zain Abdullah

18/424325/PN/15365

Review Jurnal Pembetinaan Ikan Betok, Anabas testudineus (Bloch, 1792) Menggunakan
Larutan Susu dan Kedelai Melalui Perendaman Larva.

Dalam proses reproduksi ikan, merupakan suatu hal yang menarik membicarakan
jenis kelamin ikan. Pembentukan jenis kelamin ditentukan saat ikan berada dalam tahap
larva. Pada beberapa ikan, terdapat kemampuan hermaprodit, baik protogeni maupun
protandri. Jenis kelamin ikan dapat berubah ketika diberi perlakuan tertentu. Salah satu
perlakuan adalah pemberian hormon. Pemberian perlakuan dengan harapan mendapatkan
ikan berjenis kelamin betina disebut pembetinaan.
Tujuan penelitian ini adalah pembetinaan menggunakan bahan aktif steroid alami
yang berasal dari susu sapi melalui perendaman larva untuk meningkatkan nisbah kelamin
betina, sintasan, dan pertumbuhan larva ikan betok.
Pembetinaan ikan biasa dilakukan dengan pemberian larutan yang memiliki
hormon alami atau dengan hormon sintetis esterogen seperti esterodiol yang dalam
penggunaannya diatur oleh Kepmen No. 52/Kepmen-KP/2014 tentang klasifikasi obat
ikan. Untuk menggantikan hormone esterodiol tersebut digunakan larutan susu dan larutan
kedelai. Larutan susu memiliki banyak kandungan hormon esterogen alami. Larutan
kedelai mengandung hormon fitoestrogen dari klas isoflavone yang bekerja mirip dengan
esterogen. Hormon estrogen dapat membantu dalam percepatan bentuk vitelogenesis pada
gonad ikan betina. Estrogen pada larutan susu sapi memiliki nilai sebesar 0,093 mg mL -1,
sedangkan pada estrogen sintet-estradiol sebesar 0,065 mg mL -1. Pemberian estrogen pada
tahap awal ini berkaitan dengan stadia awal perkembangan larva ketika gonad berada
dalam periode yang labil untuk dipengaruhi hormon dari luar.
Metode penelitian adalah menggunakan induk matang gonad dipijahkan secara
semi alami. Ovaprim disuntikkan ke induk betina sebanyak 0,3 mL kg -1 dan induk jantan
sebanyak 0,1 ml kg-1. Pemijahan berlangsung dua hari kemudian, Larva hasil penetasan
berumur tujuh hari direndam dalam perlakuan susu sapi, susu kedelai, dan campuran susu
sapi dan kedelai selama 10 jam. Larva dipelihara dalam akuarium 30x30x20 cm3 selama 60
hari. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan alami Artemia salina, cacing Tubifex, dan
pelet. Sampling bobot dan panjang terhadap 15% populasi dilakukan setiap 10 hari.
Kualitas air meliputi pH, suhu, oksigen terlarut, dan ammonia diukur sebagai data
sekunder. Jenis kelamin ikan ditentukan saat ikan berumur 60 hari dengan metode
asetokarmin. Gonad jantan berupa testis, sedangkan gonad betina berupa ovari. Ovari
dicirikan bewarna merah muda, diisi butiran-butiran telur, berbentuk gel transparan seperti
jaringan gonad lembut, menempati bagian posterior rongga badan, sedangkan testis
bewarna keputih-putihan berisi sel sperma.
Hasil penelitian menunjukkan nisbah kelamin betina larva ikan betok dengan
perlakuan perendaman menggunakan bahan alami berpengaruh sangat nyata terhadap
pembetinaan larva ikan betok. Perendaman dengan nisbah kelamin betina tertinggi secara
berurutan adalah dengan larutan susu, larutan susu dan kedelai, dan larutan kedelai. Nisbah
kelamin betina sebesar 77,78% pada larutan susu sedangkan yang terendah pada perlakuan

perendaman dengan larutan susu kedelai 48,15%.


Daftar Pustaka:
Helmizuryani, Muslimin, B., Khotimah, K. 2017. Pembetinaan Ikan Betok, Anabas
testudineus (Bloch, 1792) Menggunakan Larutan Susu dan Kedelai Melalui
Perendaman Larva. Jurnal Iktiologi Indonesia. 17 (2): 123-132.

Anda mungkin juga menyukai