Anda di halaman 1dari 3

Dhea Salsabila

175130100111051
2017 D
Resume Food Borne Disease

FOOD BORNE DISEASE


Foodborne disease merupakan penyakit yang timbul akibat kontaminasi makanan oleh
mikroba maupun zat kimia berbahaya. Seperti yang kita ketahui, mikroba memiliki faktor
virulensi yang memungkinkan dirinya mampu menginfeksi manusia. Oleh karena itu, foodborne
disease oleh mikroba lebih dapat berakibat fatal. Bakteri dan fungi merupakan mikroorganisme
yang paling sering dijumpai sebagai penyebab utama foodborne disease (Nadiya,2016).
Bahaya dari foodborne disease dapat kita lihat dari manifestasi kliniknya. Beberapa di
antaranya yang paling umum adalah diare, mual-mual dan muntah. Namun, perlu digarisbawahi
bahwa diare akibat keracunan oleh mikroba ini dapat berujung pada kematian jika tidak ditangani
dengan tepat. Berdasarkan deklarasi pada konferensi Internasional Alma-Ata tahun 1978, setiap
tahun di negara berkembang, terdapat sekitar 150 juta kasus diare yang 30% dari angka tersebut
disebabkan oleh kontaminasi mikroba sehingga mengakibatkan sekitar 3 juta anak meninggal
(Nadiya,2016).

TRANSMISI
Foodborne disease, yang ditularkan melalui pangan asal ternak seperti daging, telur, susu,
dan hasil olahannya (dendeng, bakso, sosis, abon, kornet, burger, mentega, es krim, yoghurt,
mayonaise, dll.). Bahan pangan asal ternak yang terdiri atas daging, telur, susu, dan hasil
olahannya memiliki kandungan protein tinggi Kandungan gizi yang tinggi tersebut,
memungkinkan pangan asal ternak sebagai media yang sangat baik bagi pertumbuhan berbagai
macam cemaran biologis. Oleh karena itu, bahan pangan tersebut tidak akan ada artinya bila tidak
aman bagi kesehatan (Kusumaningsih, 2010).

DIAGNOSA DAN GEJALA KLINIS


Bahaya dari foodborne disease dapat kita lihat dari manifestasi kliniknya. Beberapa di
antaranya yang paling umum adalah diare, mual-mual dan muntah. Namun, perlu digarisbawahi
bahwa diare akibat keracunan oleh mikroba ini dapat berujung pada kematian jika tidak ditangani
dengan tepat. Selain diare, terdapat berbagai macam gejala spesifik yang muncul pada penderita
berdasarkan mikroba yang tertelan. Pada foodborne disease yang berkelanjutan, bahkan penderita
dapat mengalami hepatitis, asites, serta kerusakan otak dan saraf. Semua tanda dan gejala klinik
tersebut sangat bergantung dari mikroba yang terbawa oleh makanan. Keberadaan mikroba yang
terbawa oleh makanan bergantung pada kesesuaian habitat dan lamanya kontak antara makanan
dengan mikroba penyebab foodborne disease (Nadiya,2016).

PATOGENESIS
Bakteri patogenik pada pangan dapat mengakibatkan munculnya foodborne disease, yaitu
penyakit pada manusia yang ditularkan melalui makanan dan atau minuman yang tercemar.
Dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 250 penyakit yang terkait foodborne disease di seluruh
dunia, sebagian besar penyakit tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, parasit atau kapang. Masa
inkubasi penyakitnya berkisar antara beberapa jam sampai beberapa minggu, bergantung pada
jenis bakteri atau agen kausa lain yang menginfeksinya (Kusumaningsih, 2010).

ASPEK KESMAVET
Aspek utama yang menyebabkan terjadinya foodborne disease adalah karena memakan
makanan yang belum matang. Makanan yang belum matang ataupun sudah matang dapat menjadi
medium yang mendukung pertumbuhan mikroba. Selain itu, berbagai produk makanan seringkali
menjadi tempat bersarangnya toksin dari bakteri dan fungi (Nadiya, 2016).

EPIDEMIOLOGI
Dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 250 penyakit yang terkait foodborne disease di
seluruh dunia, sebagian besar penyakit tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, parasit atau
kapang .Cemaran tersebut dapat berupa cemaran biologis (bakteri patogenik, parasit, cacing,
virus, kapang/cendawan, dan riketsia), kimiawi (mikotoksin, cemaran logam berat, dan residu
antibiotika), fisika (serpihan kaca, potongan kayu, logam, batu, rambut, benang, dll), atau lainnya
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan (Kusumaningsih, 2010).

PENCEGAHAN & PENGENDALIAN


Pencegahan dan pengendalian food borne disease dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu, memastikan sayuran dan buahbuahan yang akan dikonsumsi telah dicuci dengan air
mengalir, melakukan pemanasan atau pemasakan bahan makanan hingga benar-benar matang
adalah agar sel vegetatif dan spora mikroba patogen dan pembusuk dapat terbunuh, menjaga
makanan pada suhu dibawah 5°C atau diatas 60°C akan menyebabkan melambatnya bahkan
terhentinya pertumbuhan mikroba patogen tersebut, pengontrolan hospes intermediate (siput)
dengan moluskisida sehingga parasit tidak memiliki media untuk tumbuh dan menginfeksi
manusia (Nadiya, 2016).

Daftar referensi

Kusumaningsih, Anni. 2010. Beberapa Bakteri Patogenik Penyebab Foodborne Disease Pada
Bahan Pangan Asal Ternak. Bogor : Balai Besar Penelitian Veteriner
Nadiya, Annida Nizlah . 2016. Beberapa Mikroba Patogenik Penyebab Foodborne Disease Dan
Upaya Untuk Menurunkan Prevalensi Foodborne Disease Di Indonesia.
Bandung : Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai