SKRIPSI
Oleh :
NADYA FAZRIATY SINA
NIM. 113216028
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Satu Syarat Untuk MEncapai Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1)
Oleh:
NADYA FAZRIATY SINA
NIM. 113206028
ABSTRAK
Pengelolaan sampah rumah sakit yang tidak benar akan menyebabkan masalah seperti
timbulnya penyakit pada manusia, rusaknya estetika, pencemaran lingkungan (air, tanah dan
udara), breeding pleaces dan bencana atau kecelakaan. Salah satu cara pencegahan masalah
tersebut adalah dengan pembuatan kompos. Pembuatan kompos dapat dipercepat dengan
menambahkan bioaktivator ragi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga
jenis bioaktivator ragi terhadap karakteristik fisik kompos sampah organik di Rumah Sakit
Cahya Kawaluyan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan posttest only control group desain.
Populasi penelitian yaitu seluruh sampah organik dengan sampel sampah organik dari
kegiatan Rumah Sakit Cahya Kawaluyan yang terdiri dari sampah sisa sayuran, buah-buahan
dan dedaunan. Perlakuan yang diberikan penelitian ini yaitu tiga jenis bioaktivator ragi tape,
tempe dan roti dengan dosis 17 gram selama 28 hari. Data di analisis secara univariat untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti, Rancangan acak lengkap untuk
mengatahui jenis bioaktivator yang paling berpengaruh terhadap suhu, volume akhir dan
berat serta bivariat (friedman test) untuk melihat adanya pengaruh bentuk fisik kompos.
Hasil penelitian terdapat pengaruh dari tiga jenis bioaktivator ragi terhadap karakteristik fisik
kompos sampah organik. Uji pH kompos bioaltivator ragi tape, tempe memenuhi syarat
(pH=7) dan bioaktivator tempe tidak memenuhi syarat (pH=6.5). Uji (LSD) dan Uji Duncan
terjadi penurunan terhadap hasil suhu, volume akhir dan berat kompos sampah organik yang
sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape, tempe. roti sehingga tanpa
perlakuan/kontrol. Hasil uji friedman test didapatkan nilai P ≤ α (0,05) yang menyatakan
bahwa terdapatnya pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi terhadap bentuk fisk kompos
sampah organik.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Dosis Tiga Jenis Bioaktivator Ragi Terhadap
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan baik dari
tidak lepas dari bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak
pembimbing I dan Bapak Suyono, M.Sc selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan koreksi sehingga Skripsi ini
dapat terselesaikan . Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
2. Bapak Asep Dian A ,S.Pd., SKM., MM., MH.Kes, selaku Ketua Prodi
Cimahi.
3. Seluruh Dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi
4. Ibu Dr. Novie E Mauliku, SKM., M.Sc selaku penguji I yang telah meluangkan
6. Kedua orang tua, yang selalu mencurahkan kasih sayang, semangat dan
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala
Cimahi, 2018
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
BAB I : PENDAHULUAN
C. Tujuan ............................................................................................ 6
D. Manfaat .......................................................................................... 7
iii
5. Kandungan Unsur Hara Beberapa Sampah Organik ................... 17
B. Kompos .......................................................................................... 18
C. Bioaktivator ..................................................................................... 31
iv
BAB III : METODE PENELITIAN
1. Populasi ..................................................................................... 44
2. Sampel ....................................................................................... 44
v
BAB IV ................................................................................................ 54
B. Pembahasan .................................................................................. 74
vi
BAB V ................................................................................................. 85
A. Simpulan ......................................................................................... 85
B. Saran .............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Kawaluyan
Cahya Kawaluyan
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sekitar 60% sampah yang di buang ke TPA menjadi beban terhadap TPA
tahun 2017 – 2018 jumlah sampah yang ditimbun di TPA sebesar 1120,00
ton/hari dan jumlah sampah yang tidak terkelola sebesar 264.09 ton/hari.
berasal dari masyarakat tetapi dipengaruhi oleh sarana tempat umum salah
satunya yaitu rumah sakit. Secara nasional produksi sampah padat rumah
sakit sebesar 376.089 ton/hari dan produksi sampah cair 48.958,70 ton/hari
sakit dipengaruhi oleh kenikan BOR setiap harinya, semakin banyak jumlah
tempat tidur yang terisi, maka semakin besar timbulan sampah yang
dari perhatian manajemen rumah sakit, sehingga rumah sakit hanya terfokus
pada pengelolaan sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Analisis lebih
Hal yang sama terjadi di Rumah sakit Cahya Kawaluyan yang setiap
yang paling banyak dihasilkan adalah sampah organik yang berasal dari rawat
inap, rawat jalan, halaman, perkantoran dan instalansi gizi (dapur). Hasil
sebesar 51.85 % tidak memenuhi syarat dari segi pemilahan dari sumber,
kotor) sehingga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, lipas, lalat dan
antara lain penyakit perut, pes, tifus perut, leptospirosis yang disebabkan oleh
lalat dan tikus, keracunan karena mencemari sumber air dan gangguan
and Budiman 2014). Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Syahrizal 2014)
kecelakaan atau bencana dari timbulan sampah yang sangat besar seperti
bencana kebakaran atau terjadi letupan karena adanya gas methan dan H2S,
suatu manfaat tanpa ada upaya penangan selain itu dapat mengurangi nilai
menimbulkan aroma yang tidak sedap. Di samping itu kompos bisa dijual
tanah dan recovery kondisi tanah dibandingkan dengan kompos kimia. Efek
Karena itu pemberian kompos pada tanah sangat perlu dilakukan agar
2017).
yaitu bahan yang terdisi dari enzim, bahan asam humat, dan mikroorganisme
bulan dapat dipercepat menjadi kurang dari 1-2 bulan (Djuarnani dkk, 2015).
sekali untuk meratakan kondisi kelembaban dan suhu kompos hingga kompos
yaitu 30.13 hari (ragi tape) dan 33.94 hari (ragi tempe) jika dibandingkan
dengan kontrol (tanpa aktivator) 53.80 hari. Penelitian lain dalam ragi roti
selama 96 jam (Pratama, 2013) dari penelitian tersebut ragi roti dapat
biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi
minuman. Ragi sudah tidak asing bagi kalangan masyarakat dan mudah di
lainnya yaitu ragi roti. Dosis dinaikan menjadi 17 gram berasal dari uji pra
didapatkan hasil bentuk fisik kompos yang lebih baik pada dosis 17 gram,
karena warna kompos dan tekstur kompos masih belum masak. Jumlah obat
B. Rumusan Masalah
masalah sebagai berikut: “seberapa jauh pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi
Kawaluyan ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sampah
Semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang
berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak
berguna dan tidak dikehendaki (Damanhuri & Padmi, 2011). Sampah oleh
anorganik serta Bahan berbaha dan beracun (B3). Sampah organik adalah
bahan yang lebih kecil dan tidak berbau seperti sisa sayuran dari dapur atau
pelapukan seperti berbahan plastik, kaca, kertas, besi dan logam. (Sofian,
bagi manusia dan makhluk hidup lainya. Beberapa bahan yang mengandung
unsur merkuri sangat tinggi seperti bekas kemasan cet semprot, baterai
bekas, bahan insektisida dan bahan kimia pengawet lainnya (Mulyono, 2017).
9
1. Jenis Sampah
sampah, ada beberapa jenis sampah menurut Suyono & Budiman, 2014
sebagai berikut:
b. Sampah kering (Rubbish) terdiri dari bahan mudah terbakar atau sulit
c. Abu dan residu (ash dan residual) terdiri dari bahan hasil pembakaran
sampah kayu, daun, arang, kertas, kain, kulit, plastik dan benda lain
e. Segala jenis bangkai hewan (dead material) dalam hal ini hewan mati
dipotong).
kertas, logam plastik dan sampah hasil penyapu di halaman dan lain-
lain.
lain-lain.
2. Dampak Sampah
lebih dari itu bagaimna bila bak tersebut sudah penuh, kemana harus
Lalat menyukai tempat yang basah dan lembab, penuh nutrisi untuk
makanannya, telur dan larva lalat hidup dan berkembang dengan baik
vektor penyakit perut dan tikus sebagai host penyakit pes (plaque) dan
lesptospirosis.
11
diantaranya metan, H2S, NH3, dan lain-lain. Selain itu apabila terbakar
atau dibakar (gas metan dan H2S mudah terbakar atau eksplosif) akan
(sesak napas, mata perih) serta hasil pembakaran plastik berupa gas
kanker).
yang basah mengandung kadar air yang cukup besar dan cairan ini
(leachate) akan meresap ke dalam tanah dan masuk ke sumber air akan
methan, H2S, NH3, NH4, serta bahan lainnya termasuk warna kotor hasil
c. Sumber Penyakit.
pembakaran sampah.
d. Mengganggu Estetika
kebakaran atau terjadinya letupan karena adanya gas methan dan H2S.
3. Pengolahan Sampah
a. Pengurangan Sampah
b. Penanganan Sampah
a. Jumlah Penduduk
dan sebagainya.
menggunakan truk.
c. Penggunaan Kembali
tertinggal sedikit.
15
d. Faktor Geografis
e. Faktor Waktu
jumlah sampah pada siang hari lebih banyak dibandingan dengan pagi
dilakukan tiap hari maka jumlah sampah hari senin cukup tinggi. Faktor
adanya sampah terbawa oleh air. Pada waktu beriklim dingin, musim
h. Kebiasaan Masyarakat
i. Kemajuan Teknologi
sebagainya.
j. Jenis sampah
berikut kandungan unsur hara dari bebrapa jenis bahan organik menurut
(Parnata, 2010):
Jenis sampah N P K Ca Mg
organik
Kandungan
B. Kompos
menjijikan dan sudah tidak ada manfaatnya lagi. Namun, pandangan negatif
dapat dijual kembali sementara itu sampah organik dapat langsung diolah
itu sendiri yaitu perubahan komposisi bahan organik sampah domestik akibat
kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman,
hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau
Dengan demikian pupuk kandang dan pupuk hijau yang mengalami proses
1. Manfaat Kompos
a. Pembenahan Tanah
tanaman yang tumbuh di atasnya yang subur. Lahan yang kaya akan
2. Tujuan Pengomposan
waktu yang dibutuhkan berkisar tiga minggu hingga dua bulan tergantung
seperti urea dan TPS menyebabkan kontur tanah tidak lagi gembur
Kondisi tekstur tersebut yang kemudian dapat mengikat air lebih dan
bahan terlarut seperti gula, asam amino dan nitrogen. Setelah itu
Bakteri Keterangan
tanaman tersebug
dan harga jual yang lebih tinggi serta permintaan pasar akan kompos
makin tinggi.
Harga lebih murah, bahan bisa tanpa Harga lebih mahal, pembuatannya
pupuk
23
penumpukan.
4. Kelebihan Kompos
gejolak kelangkaan pupuk anorganik atau kimia. Tidak hanya itu, kompos
juga menjawab supply and demand yang terkadang tidak berpihak pada
mikroorganisme.
daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir, memingkatkan daya tahan dan
pupuk anorganik agar lebih praktis harus dirubah karena akan berdampak
karena kekurangan unsur hara. Tanah yang diberi pupuk kimia secara
(Mulyono, 2017).
6. Syarat Kompos
Kompos yang baik terhadap kualitas tanah dan tumbuhan harus yang
a. Kematangan Kompos
air tanah. Suhu yang ada di dalam air tanah dapat diserap oleh akar-
kar tumbuhan dan suasana aerob dan suhu tidak lebih dari 30 °C.
anorganik seperti logam, gelas, plastik dan karpet serta tidak adanya
d. Organisme Patogen
tidak melampaui batas seperti Fecal Coli 1000 MPN/gr total solid
e. Pencemar Organik
7. Karakteristik Kompos
27%.
b. Kadar air, kadar air yang diperbolehkan dalam kompos maksimal 50%.
yang berukuran kecil lebih lapuk dibandingkan dengan kayu yang besar.
anatara lain:
hancur. Oleh karena itu, bahan kompos yang berasal dari kayu yang
cepat pula bahan tersebut hancur menjadi kompos. Oleh karena itu,
d. Aerasi
oksigen (aerob). aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi
e. Porositas
dengan volume totak. rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara.
a. suhu
b. pH
dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap aktif dan tahap
menjadi CO2, uap air dan panas. setelah sebagian terurai, maka suh
adalah tingakt kehancuran atau tekstur kompos, warna dan bau dari
sudah hancur dan halus, warna coklat kehitaman dan berbau seperti
31
(Sahwan, 2011).
C. Bioaktivator
Sebenarnya di alam juga telah tersedia berbagai jenis mikroba yang sering
bakteri yang mampu mengikat gas N2 dari udara bebas dan mengubahnya
1. Fungsi Bioaktivator
dekomposisi bahan organik, memiliki beberapa fungsi menurut Nisa & Dkk,
2016 diantaranya:
diurai setelah dirasa cukup barulah bahan tersebut ditutup dan waktu
Fungsi lain yang tidak kalah penting dari bioaktivator kompos yaitu
2. Keunggulan Bioaktivator
sebagai berikut:
pakan maka kandungan protein dan energinya tentu harus lebih bak.
33
sampah. Proses ini hanya bisa dilakukan oleh inokulan tertentu seperti
limbah kakao atau menekan kadar tannin pada kulit kopi dan dedak
shargum.
tempe). Selain itu, bisa juga menggunakan probiotik seperti Bio-gas atau
probiotik lainnya.
dkk, 2010).
cerevisiae mikroba ini dimanfaatkan dalam ragi roti, tape (Amaliyah, 2017).
D. Kematangan Kompos
yang sudah tidak lagi mengalami dekomposisi dan hara tanaman secara
a. Dicium/dibaui
meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau tidak
matang.
35
b. Warna Kompos
c. Penyusutan
Apabila setelah satu minggu kompos berbentuk baik, tidka berbau atau
e. Suhu Kompos
temperatur >40 derajat celcius atau idealnya 60-70 °C. Suhu yang
mikroba akan terhambat. Kadua hal itu terjadi maka harus diambil
bau busuk dan rembesan air karena terjadi emisi udara. Pembalikan
sifat fisik tanah. pasca pematangan dicirkan suhu yang lebih rendah dari
dalam waktu singat pada proses konversi, suhu turun dan akhirnya
E. Kerangka Teori
Sampah
Anorganik Organik B3
pengolahan
pengolahan
pengolahan
Reuse, pengomposan Pemusnahan (pembakan
Reduce, suhu tinggi)
Recycle
Kompos Bioaktivator
ragi
karakteristik
fisik kompos
Gambar 2.1: Kerangka Teori
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Paragdima penelitian
Sampah oleh sebagian orang dianggap kotor dan menjijikan, tidak ada
pes, tifus perut, leptospirosis yang disebabkan oleh lalat dan tikus (Suyono
2. Rancangan penelitian
dengan tes akhir dan kelompok kontrol (The Randomized Postests Only
yaitu 17 gr untuk ketiga jenis bioaktivator ragi tape, tempe dan roti
kontrol yaitu terhadap karakteristik fisik (warna, bau, volume, tekstur, suhu
dengan kontrol, tetapi peneliti tidak dapat menentukan sejauh mana atau
seberapa besar perubahan itu terjadi, sebab pretest tidak dilakukan untuk
data awal (Riyanto, 2011). Adapun skema penelitian saya sebagai berikut:
41
K1 O1
K2 O2
K3 O3
Ko O0
Keterangan:
3. Hipotesis penelitian
Kawaluyan.
4. Variabel penelitian
variabel terikat, dalam penelitian ini variabel bebas adalah tiga jenis
bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti) dalam dosis perlakuan 17 gram.
terikat adalah karakteristik fisik (warna, bau, volume, tekstur, suhu dan
2010).
43
5. Definisi operasional
No Variabel Definisi Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Konseptual Operasional Ukur
1 Pengomposa Berbagai Pemberian tiga Pengamata Indra 1. bioaktivator Nominal
n sampah mikroorganisme jenis bioaktivator n melihat ragi tape
organik oleh dalam sebuah ragi (tape, tempe langsung/o (mata) 2. bioaktivator
tiga jenis medium dan roti) selama bservasi ragi tempe
bioaktivator proses 3. bioaktivator
ragi (tape, pengomposan ragi roti
tempe dan kompos sampah
roti) orgnaik
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sampah organik basah dan kering
yang dihasilkan di instalasi gizi dan halaman Rumah Sakit Cahya Kwaluyan
2. Sampel
kriteria inklusi yaitu sampah organik yang berasal dari limbah sayuran,
polybag 45 cm x 30 cm.
jenis bioaktivator ragi tape, tempe dan roti pada setiap pengulangganya.
t(r–1)≥6
3 ( r – 1) ≥ 6
3r – 3 ≥ 6
3r ≥ 9
r≥3
keterangan:
t: banyaknya perlakuan
r: banyaknya pengulanagan
dengan penambahan tiga jenis bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti)
kg)
= (9 x 2) + (3 x2) kg
=18 + 6
= 24 kg sampah organik
46
C. Pengumpulan data
1) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diberikan perlakuan.
organik
2. Instrumen penelitian
ragi
D. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Administrasi
informasi aktual.
c. Studi kepustakaan
d. Studi pendahuluan
2. Prosedur Penelitian
a. Persiapan alat
No Alat Jumlah
3 Timbangan 1 buah
4 Saringan 1 buah
6 Spayrer 6 buah
8 Penggaris 1 buah
49
No Bahan Jumlah
1 Sampah organik 28 Kg
(Muharom, 2017):
buah.
pembuangan.
saluran pembuangan.
menggunakan pisau.
50
(Guntoro, 2013):
dan masker.
matahari. Hal ini akan membantu panas bahan kompos cepat naik.
menyerupai tanah.
berikut:
pH.
indikator keasaman.
1. Pengolahan data
data yaitu:
tidak.
2. Analisis data
standar deviasi, varian dan liner kuartil range). Pada penelitian ini analisis
organik.
analisa bivariat ini digunakan untuk melihat adanya pengaruh dari tiga
Hipotesis statistik :
Ha: ada pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi terhadap karakteritik fisik
Jika P<α maka Ho ditolak , artinya ada pengaruh tiga jenis bioaktivator
F. Etika penelitian
1. Confidentialy (kerahasiaan)
dengan hanya kelompok data tertentu yang akan diperoleh sebagai hasil
penelitian
2. Plagiat
A. Hasil Penelitian
karakteristik fisik kompos sampah organik dilakukan di TPS Rumah Sakit Cahya
yang diperoeh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah kompos yang
memenuhi syarat berdasarkan karakteristik fisik kompos sampah organik yaitu warna,
bau, tekstur, suhu, volume akhir dan pH setelah pemberian tiga jenis bioaktivator ragi
ragi roti. K4 merupakan kelompok eksperimen sebagai kelompok kontrol yang tidak
termometer yang diukur pada selama proses pengomposan kompos sampah organik
berlangsung, berikut ini merupakan hasil pengukuran suhu selama peneliitian dapat
2015).
Pada tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil pengukuran suhu selama proses
dilakukan tiga kali ulangan setiap kelompok perlakuan, tiga kali ulangan tersebut
adalah dengan membuat tiga kali kompos setiap kelompok sampelnya. Hasil rata-rata
menggunakan bioaktivator ragi tape 31.30 oC. rata-rata suhu kompos sampah organik
menggunakan bioaktivator ragi tempe 28 oC. rata-rata suhu kompos sampah organik
56
menggunakan bioaktivator ragi roti 27.87 oC. rata-rata suhu kompos sampah organik
tanpa diberikan perlakuan sama sekali atau kontrol adalah 25.13 oC.
30
28
26
24
22
20
hari 0 Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari 21 hari 28
Hari
bioaktivator ragi tape dan grafik suhu terendah pada perlakuan kontrol atau tanpa
perlakuan masih dalam batas normal yaitu maksimal suhu proses pengomposn
30
28
26
24
22
20
hari 0 hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hari
Grafik dari gambar 4.2 jika membandingkan hasil pengukuran suhu kompos
sampah organik sama pada pengulangan ke 2 dengan hasil pengukuran suhu kompos
kompos sampah organik tertinggi pada perlakuan bioaktivator ragi tape dan grafik
suhu terendah pada kontrol tanpa perlakuan. Suhu proses pengomosan kompos
sampah organik pada pengulangan ke 2 dari semua kelompok perlakuan masih dalam
batas normal yaitu maksimal suhu proses pengomposan sampah organi yaitu 60 oC
(Sudiana, 2005).
58
28
26
24
22
20
hari 0 hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hari
ke 2 dan ke 1 terlihat sama. Grafik suhu kompos sampah organik tertinggi masih sama
yaitu pada perlakuan bioaktivator ragi tape dan suhu terendah pada kontrol atau tanpa
perlakuan. Semua suhu pada kelompok perlakuan kompos masih dalam batas normal
sampah organik terdapat perbedaan hasil suhu pada setiap kelompok perlakuan.
Suhu optimum selama proses pengomposan sampah organik yang telah diberikan
tiga jenis bioaktivator ragi terjadi pada hari ke 1 sampai ke 7. Pada hari tersebut
kompos telah terjadi proses kenaikan suhu atau thermofilik tetapi pada kontrol tidak
59
terjadi sama sekali perubahan atau kenaikan suhu. setelah pengomposan sampah
organik pada hari ke 14-21 terjadi menurunan suhu kompos menuju pada suhu awal.
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat hasil rata-rata suhu kompos sampah organik
setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu 26.113 oC. Rata-rata suhu
kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tempe yaitu
23.333 oC. Rata-rata suhu kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan
bioaktivator ragi roti yaitu 23.213oC. Rata-rata suhu kompos sampah organik yang
Tabel 4.3 Uji Post Hoc Suhu Kompos Sampah Organik Antar Kelompok
Perlakuan
Secara Statistik, diperoleh bahwa jenis bioaktivator ragi berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap suhu kompos sampah organik, hal ini dapat diperhatikan dari nilai
Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil suhu kompos
sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape,
tempa. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji LSD
yaitu 0.00 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-rata terletak pada
sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape merupakan yang paling
sampah organik bahwa suhu kompos harus berbeda atau suhu menjadi naik/
thermofilik dan akan kembali suhu normal/mesofilik. Apabila suhu dalam proses
pengomposan tidak terjadi fase thermofilik maka proses pengomposan tidak berhasil.
Hasil pengukuran volume akhir kompos sampah oragnik dari seluruh kelompok
perlakuan tiga jenis bioaktivator ragi dan kontrol dengan menggunakan penggaris.
sampah organik di dalam komposter setiap 7 hari sekali, berikut hasil pengukuran
volume akhir kompos sampah organik setiap ulangannya yang dilaksanakan selama
Pengulangan Waktu Tape Ket Tempe Ket Roti Ket Kontrol Ket
ke- (hari) (cm3) (cm3) (cm3) (cm3)
1 23100 25080 25740 27720
7 19140 21780 23100 26400
1 14 18150 20790 22440 26400
21 17952 20790 22440 26400
28 17952 20790 22440 26400
1 23100 24750 25080 27720
7 18480 21120 22110 26400
2 14 17820 20460 22110 26400
MS TMS TMS TMS
21 17688 20460 22110 26400
28 17688 20460 22110 26400
1 23100 25080 25080 28050
7 18480 21780 21780 26862
3 24 17820 21120 21780 26862
21 17820 21120 21780 26862
28 17820 21120 21780 26862
Rata-rata 19.074 21.780 22.792 26.809
Keterangan:
Penurunan volume akhir kompos 30-40% (8910 – 11880 cm3) dari volume awal yaitu
29700 cm3
Pada tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil pengukuran volume akhir kompos
menggunakan bioaktivator ragi tape adalah 19.074 cm3. Volume akhir kompos
sampah organik yang diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape memenuhi syarat
karena volume akhir yang berkurang sebesar 10.626 cm3. Rata-rata volume akhir
kompos sampah organik dengan menggunakan bioaktivator ragi tempe adalah 21.780
62
cm3. Volume akhir kompos sampah organik yang diberikan perlakuan bioaktivator ragi
tempe tidak memenuhi syarat karena volume akhir yang berkurang sebesar 7.920
bioaktivator ragi roti adalah 22.792 cm3. Volume akhir kompos sampah organik yang
diberikan perlakuan bioaktivator ragi roti tidak memenuhi syarat karena volume akhir
yang berkurang sebesar 10.626 cm3. Rata-rata volume akhir kompos sampah organik
tanpa perlakuan atau kontrol adalah 26.809 cm3. Volume akhir kompos sampah
organik kontrol tidak memenuhi syarat karena volume akhir yang berkurang sebesar
2.891 cm3.
19000 19140
18150 17952 17952
17000
hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hasil Grafik dari gambar 4.5 hasil volume akhir kompos sampah organik
pengulangan ke 1 terlihat grafik tertinggi selama 28 hari terdapat pada kontrol dengan
63
volume akhir kompos sampah organik yaitu 26.400 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi kedua terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi roti dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 22.440 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi ketiga terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tempe
dengan volume akhir kompos sampah organik yaitu 20.700 cm3. Grafik volume akhir
kompos sampah organik tendah terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tape
27000 27720
26400 26400 26400 26400
25000
25080
24750
M3
23000
23100
21000 22110 22110 22110 22110
21120
20460 20460 20460
19000
18480
17000 17820 17688 17688
hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hari
Hasil Grafik dari gambar 4.6 hasil volume akhir kompos sampah organik
pengulangan ke 2 terlihat grafik tertinggi selama 28 hari terdapat pada kontrol dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 26.400 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi kedua terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi roti dengan
64
volume akhir kompos sampah organik yaitu 22.110 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi ketiga terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tempe
dengan volume akhir kompos sampah organik yaitu 20.460 cm3. Grafik volume akhir
kompos sampah organik tendah terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tape
25000 25080
M3
23000 23100
21780 21780 21780 21780
21000 21120 21120 21120
19000
18480
17820 17820 17820
17000
Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28
Hari
Hasil Grafik dari gambar 4.7 hasil volume akhir kompos sampah organik
pengulangan ke 3 terlihat grafik tertinggi selama 28 hari terdapat pada kontrol dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 26.862 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi kedua terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi roti dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 21.780 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi ketiga terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tempe
65
dengan volume akhir kompos sampah organik yaitu 21.120 cm3. Grafik volume akhir
kompos sampah organik tendah terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tape
perbedaan hasil volume akhir (cm3). Selama proses pengomposan kompos yang telah
diberikan tiga jenis bioaktivator ragi terjadi penyusutan volume kompos disebabkan
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat nilai rata-rata volume akhir kompos sampah
organik yang telah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu 17820 m3. Rata-
rata volume akhir kompos sampah organik yang telah diberikan perlakuan bioaktivator
ragi tempe yaitu 20790 m3. Rata-rata volume akhir kompos sampah organik yang telah
diberikan perlakuan bioaktivator ragi roti yaitu 20790 m3. Rata-rata volume akhir
kompos sampah organik yang tidak diberikan perlakuan atau kontrol yaitu 20790 m3.
66
Tabel 4.7 Uji Post Hoc Volume Akhir Kompos Sampah Organik Antar
Kelompok Perlakuan
antara kelompok kontrol dengan tape, tempe dan roti karena P=0.000 dan IK 95%
tidak mencakup angka 0. Secara klinis, terdapat pengaruh volume akhir kompos
sampah organik antara kelompok kontrol dengan perlakuan bioaktivator ragi tape,
tempe dan roti kaena perbedaan rerata lebih kecil dari 29.700 m3.
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Suhu Kompos Organik Terhadap Bioaktivator Ragi
Jenis Subset
Bioaktivator N
1 2 3
Tape 3 17820,00
Tempe 3 20790.00
Roti 3 22110.00
Kontrol 3 26554.00
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil volume akhir
kompos sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi
tape, tempa. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji
LSD yaitu 0.00 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-rata terletak
pada sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape merupakan yang paling
Pengulangan ke- Tape Ket Tempe Ket Roti Ket Kontrol Ket
1 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
2 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
3 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
Rata-rata 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
Keterangan:
MS: Memenuhi syarat dengan nillai pH kompos adalah 6.80-7.49 (SNI 19-7030-2004
sampah organik pada perlakuan bioaktivator ragi roti disetiap pengulangannya tidak
memenuhi syarat sebesar 50% dari seluruh sampel perlakuan yaitu terdapat pada
kompos yang telah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape dan inculant ragi tempe.
Presentasi pH kompos sampah organik yang tidak memenuhi syarat sebesar 50%
dari seluruh sampel perlakuan yaitu terdapat pada kompos yang terlah diberikan
yang telah diberikan tiga jenis bioaktivator ragi selam 28 hari dapat dilihat pada tabel
4.7
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil rata-rata berat akhir kompos sampah
organik yang telah diberikan bioaktivator ragi tape sebesar 1.53 kg. Rata-rata berat
akhir kompos sampah organik yang telah diberikan bioaktivator ragi tempe sebesar
1.60 kg. Rata-rata berat akhir kompos sampah organik yang telah diberikan
bioaktivator ragi roti sebesar 1.67 kg. Rata-rata berat akhir kompos sampah organik
Berat akhir (Kg) kompos sampah organik berdasarkan berbagai jenis bioaktivator
ragi
Perlakuan Mean N Std. Deviasi
Ragi Tape 1,5333.00 3 0.02887
Ragi tempe 1,6000.00 3 0.1000
Ragi roti 1,6667.00 3 0.05774
Kontrol 1,8167.00 3 0.02887
Total 1,6542.00 12 0.12147
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat hasil rata-rata suhu kompos sampah organik
setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu 1,533 Kg. Rata-rata suhu
kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tempe yaitu
1,600.00 Kg. Rata-rata suhu kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan
bioaktivator ragi roti yaitu1,6667.00 Kg. Rata-rata suhu kompos sampah organik yang
Tabel 4.12 Uji Post Hoc Berat Akhir Kompos Sampah Organik Antar
Kelompok Perlakuan
Secara Statistik, diperoleh bahwa jenis bioaktivator ragi berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap suhu kompos sampah organik, hal ini dapat diperhatikan dari nilai
Tabel 4.13 Uji Homogenitas Berat Akhir Kompos Sampah Organik Terhadap
Bioaktivator Ragi
Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil suhu kompos
sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape,
tempa. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji LSD
yaitu 0.003 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-rata terletak
pada sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape dan tempe merupakan yang
Hasil pemeriksaan bentuk fisik kompos sampah organik berdasarkan warna, bau
dan tekstur setelah diberikan perlakuan tiga jenis bioaktivator ragi dapat dilihat padat
tabel 4.8
71
Table 4.14 Hasil Pemeriksaan Bentuk Fisik Kompos Berdasarkan Warna, Bau
Dan Tekstur Kompos Sampah Organik
sensorik yang telah diberikan tiga jenis bioaktivator ragi selama 28 hari terdapat
perbedaan bentuk fisik kompos sampah organik. Bentuk fisik kompos sampah organik
kontrol tidak memenuhi syarat disetiap pengualangannya, warna kompos, bau dan
tekstur kompos belum memenuhi syarat karena kompos masih dalam proses
penguraian. Bentuk fisik kompos perlakuan inculant ragi tape dan bioaktivator ragi
tempe memenuhi syarat terhadap karaktersitik fisik kompos, telah memiliki berbedaan
terhadap warna, bau dan tekstur kompos. Bentuk fisik kompos perlakuan bioaktivator
ragi roti tidak memenuhi syarat karena tekstur kompos masih utuh belum hancur tetapi
warna dan bau kompos memenuhi syarat. Selama proses pengomposan, kompos
yang diberikan tiga jenis bioaktivator memiliki warna yang khas yaitu kompos memiliki
warna putih di atas permukaan kompos, permukaan putih berasal dari jamur atau
kapang.
72
Tabel 4.15 Bentuk Fisik Kompos Sampah Organik Setelah Diberikan Tiga Jenis
Bioaktivator Ragi
Berdasarkan hasil tabel 4.9 dapat diketahui dari setiap pengulang pada kontrol
tidak terdapat perubahan sama sekali terhadap bentuk fisik warna kompos belum
mancapai warna kompos yaitu warna kompos coklat agak kekuningan, bau kompos
masih tercium bau asam dan tekstur kompos masih utuh belum hancur menyerupai
tanah. Bentuk fisik kompos setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape dan
tempe selama 28 hari telah memenuhi syarat karakteristik fisik kompos yaitu warna
sudah berubah menjadi coklat kehitaman, bau kompos sudah tercium mendekati bau
tanah dan tektur kompos sudah mulai hancur. Bentuk fisik kompos stelah diberikan
perlakuan bioaktivator ragi roti terdapat 1 karakteristik fisik yang tidak berubah yaitu
tekstur kompos belum sepenuhnya hancur, tekstur kompos masih kasar sedangkan
untuk warna dan bau sudah memenuhi syarat, karena warna kompos sudah
mendekati waran tanah yaitu coklat pekat dan bau sudah muali tercium bau tanah,
bau kompos perlakuan bioaktivator ragi sudah tidak tercium bau asam/ragi.
73
Grafik batang bentuk fisik yang diamati secara sensorik, kompos sampah
organik dapat terlihat tertinggi pada perlakuan bioaktivator ragi tape dan tempe serta
terendah pada kontrol. Rata-rata bentuk fisik kompos sampah organik pada kontrol
adalah 0 atau tidak ada sama sekali karakteristik fisik kompos sampah organik yang
bioaktivator ragi tape dan tempe adalah 3 yang memenuhi syarat. Rata-rata bentuk
fisik kompos sampah organik perlakuan bioaktivator ragi roti adalah 2 karakteristik fisik
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Pada Bentuk Fisik Kompos Sampah Organik
Berdasarkan Jenis Bioaktivator Ragi
bioaktivator ragi selama 28 hari, didapatkan karakteristik fisik komops sampah organik
pada kontrol dari setiap pengulanganya tidak memenuhi syarat berdasarkan warna,
bioaktivator ragi tape dan tempe telah memenuhi syarat kompos berdasarkan
karakteritik fisik warna, bau dan tekstur kompos dan karakterisitik fisik kompos
sampah organik pelakuan bioaktivator ragi roti tidak memenuhi syarat, karena
didapatkan tekstur kompos masih belum hancur tetapi terhadap karakteristik fisik
waran dan bau sudah memenuhi syarat karakterisitik fisik kompos sampah organik.
Berdasarkan hasil uji friedman test didapatkan bahwa adanya pengaruh tiga
jenis bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti) terhadap karakteritik fisik kompos sampah
organik. Hasil mean rank bentuk fisik kompos sampah organik yaitu 1.00. Mean rank
jenis bioaktivator ragi roti yaitu 2.00. Hasil uji friedman test didapatkan nilai p = 0.001
dan α (0,05), nilai P ≤ α yang menyatakan bahwa terdapatnya pengaruh tiga jenis
bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti) terhadap bentuk fisk kompos sampah organik.
B. Pembahasan
bertentuk padat atau cair dan media pertumbuhan serta penyedia mikrroganisme
1. Pengaruh Suhu Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis Bioaktivator
ragi.
dilakukan setiap 7 hari sekali. Perubahan suhu selama proses pengomposan sampah
organik menunjukan bahwa suhu pada hari ke 7 sampai hari ke 14 terjadi fase
thermofilik (suhu naik), Suhu yang tinggi akan memicu kinerja bakteri thermofilik dan
akan kembali ke suhu mesofilik, sedangkan kontrol tidak mengalami perubahan suhu.
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba, ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan semakin cepat pula proses dekomposisi. peningkatan suhu
dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. temperatur yang berkisar antara
30-60 oC menunjukan aktivitas pengomposan yang cepat. suhu yang lebih dari 60 oC
akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan
Pada penelitian ini suhu terendah berada pada awal pengomposan karena mikroba
yang ada belum menunjukan aktivitasnya juga terjadi pada akhir pengomopsan
karena mikroba sudah mengurai sebagian besar bahan organik. Suhu kompos
matang sama dengan suhu pada saat awal pengomposan, dari hasil penelitian
didapat suhu awal dan suhu akhir pengomposan sama atau mendekati sehingga
bekerja untuk mengurai bahan organik banyak. Bioaktivator ragi tape memiliki
komplek dibandingkan dengan bioaktivator ragi tempe dan roti. Pengamatan suhu
dilakukan pada pertengahan titik dari tumpukan kompos agar memastikan kestabilan
suhu kompos. Rentan suhu kompos sampah organik dari perlakuan tiga jenis
bioaktivator ragi dan kontrol pada masing-masing perlakuan yaitu 25.13 – 31,30 oC
Suhu yang tidak stabil serta tidak tercapainya fase termofilik dikarenakan
kurangnya aktivitas mikroba pengurai bahan organik. temperatur yang tinggi pada
proses higienisasi yaitu untuk membunuh bakteri pathogen dan bibit gulma, selain
kombinasi suhu thermofilik dan mesofilik. Kurang tingginya suhu kompos disebabkan
karena jumlah limbah yang dikomposkan tidak cukup memberikan insulasi panas.
sejumlah energi dilepaskan dalam bentuk panas pada perombakan bahan organik
bakteri dalam mendekomposisi bahan organik. Kondisi mesofilik lebih efektif karena
2. Pengaruh Volume Akhir Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis
Bioaktivator ragi.
kompos semua komposter sama yaitu 29.700 m3, selama proses pengomposan
setelah 7 hari karena bahan kompos yang berupa sampah organik cepat membusuk.
Dari hasil pengukuran pada penelitian terlihat volume akhir tertinggi adalah
bioaktivator ragi tape, volume kompos berkurang disebabkan karena adanya proses
mengakibatkan suhu pada kompos terjadi thermofilik, mikroorganisme yang aktif akan
mengurai bahan organik dengan menggunakan oksigen menjadi CO2 , uap air dan
panas. Bahan organik yang terurai mengakibatkan volume kompos manjadi berkurang
Penyusutan volume akhir kompos tertinggi yaitu pada bioaktivator ragi tape,
dengan bioaktivator ragi tempe dan roti. bioaktivator ragi tape memiliki
ragi tempe hanya memiliki mikroorganisme yang aktif adalah Rhizopus sp dan
mikroorganisme aktif tambahan menjadikan volume akhir kompos belum pada proses
maksimal.
menguraikan bahan organik menjadi oksigen, uap, air dan panas. Setelah sebagian
besar bahan telah terurai maka suhu akan berangsur mengalami penurunan. Pada
saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut yaitu pembentukan kompos akan
Ragi
pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5 yang
perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. sebagai contoh proses
meningkat pada inkubasi lebih lanjut akibatnya terurainya protein dan terjadinya
pelepasan ammonia (Widarti, 2015). pH kelompok kontrol dan bioaktivator ragi roti
tidak memenuhi syarat karena proses dekomposisi atau penguraian sampah organik
masih dalam proses sehingga menjadi asam-asam organik. hal tersebut menajdikan
Derajat keasaman umumnya asam samapi netrai (pH 6.0-7.0), derajat keasaman
pada awal proses pengomposan akan mengelami penurunan karena jumlah yang
terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. pada
proses selanjutnya mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversi asam organik
yang telah terbentuk sehingga bahan memilki derajat keasaman yang tinggi dan
80
pada keadaan pH anatar 5.5 sampai 8 (Hadisumarno, 1992 dalam Allo dkk, 2014).
lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos
berlansung, asam-asam organik tersebut akan meningkat secara bertahap yaitu pada
asam organik yang terbentuk maka aselanjutnya menjadi netral dan kompos menjadi
4. Pengaruh Berat Akhir Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis
Bioaktivator Ragi.
Berdasarkan hasil pengukuran berat akhir kompos sampah organik dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata berat akhir kompos dari perlakuan tiga jenis bioaktivator di
organik. Hasil analisa berat kompos yang dihasilkan dilakukan pengukuran dan
kompos semua sempel komposter sama yaitu 2 kg. Selama proses pengomposan
berkurang dari berat awal. Proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba-mikroba
menjadi CO2, uap air dan panas. selama proses pengomposan akan menjadi
Beda bioaktivator ragi yang diberikan pada setiap sampah organik pada proses
disebabkan karena bahan organik yang tersedia semakin lama semakin sedikit
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang mengurai sampah organik (Allo dkk,
2014).
5. Bentuk Fisik Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis Bioaktivator
Ragi.
karakteristik kematangan kompos sampah organik. hal ini disebabkan juga didalam
Pengamatan bentuk fisik kompos sampah organik diperiksa setelah diberika tiga jenis
bau kompos sampah organik menyerupai bau tanah dan tekstur kompos sampah
organik sudah hancur. Berdasarkan hasil analisis karakteristik fisik kompos sampah
organik yang sudah diberikan bioaktivator ragi tape dan tempe memiliki kesaamaan
hasil terhadap bentuk fisik kompos sampah orgnaik warna, bau dan tekstur. Warna
kompos sudah berubah menjadi coklat kehitaman, bau kompos sudah mendekati bau
tanah dan tekstur kompos sudah hancur seluruhnya, maka kompos sampah organik
82
terhadap bioaktivator ragi tape dan tempe memenuhi syarat terhadap bentuk fisik
kompos sampah organik. Hasil bentuk fisik kompos sampah bioaktivator ragi roti
memiliki berbedaan hasil yaitu tektur kompos tidak seluruhnya hancur dan hasil
masih hijau, bau tercium masih asam dan tekstur sampah masih utuh atau belum
hancur.
dekomposisi, pada proses pengomposan akan terjadi pengurian bahan organik oleh
aktivitas mikroba yang mengambil air oksigen dan nutrisi bahan organik, kemudian
akan mengamai pengurian dan membebaskan CO2 dan O2. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan biologi dan kimia kompos yang dapat digunakan sebagai indikator
bau yang menyengat (bau busuk). Walaupun demikian dalam pembuatan kompos
tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau, dengan memanfaatkan indra
penciuman dapat dijadikan sebagai alat untuk deteksi permasalahan yang terjadi
selama proses pembuatan kompos. Kompos berubah menajdi berbau tanah karena
telah selesai atau terhentinya proses dekomposisi atau penguraian bahan organik
yang dilakukan oleh mikroba. Kompos yang beraroma asam atau berbau ammonia
mikroba serta proses aerasi terhambat sehingga akan terjadi proses anaerob yang
Tekstur kompos yang sudah matang akan menajdi hancur dan halus seperti tanah
atau tekstur kompos sudah hancur atau halus dan dapat dijadikan sumber hara bagi
6. Pengaruh Tiga Jenis Bioaktivator Ragi Terhadap Karakteritik Fisik Kompos Sampah
Organik.
Tiga jenis bioaktivator ragi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ragi
tape, tempe dan roti untuk melihat pengaruh terhadap karakteritik fisik kompos
sampah organik, yang paling berpengaruh adalah bioaktivator ragi tape. Sesuai
inoculant cair ragi tape dan inoculant cair ragi tempe terhadap waktu pengomposan
sampah organik rumah tangga bahwa ragi tape lebih efektif dari pada ragi tempe
pengaruh ragi roti, tempe dan Lactobacillus Plantarum terhadap fermentasi singkong
Ragi tape, tempe dan Roti dapat dijadikan sebagai bioaktivator kompos
spp yang memiliki fungsi lain sebagai pengurai atau dekomposisi bahan organik.
cepat proses penguraian karena terdapat banyak mikroorganisme yang bekerja aktif.
C. Keterbatasan Penelitian
Tiga jenis bioaktivator ragi yang digunakan pada penelitian ini menunjukan hasil
mencapai suhu maksmial yaitu 50-60oC serta efesiensi volume akhir kurang dari 30%.
hal tersebut disebabkan karena suplay oksigen tidak banyak serta pengadukan hanya
7 hari sekali, lebih baik kompos dilakukan pengadukan setiap hari untuk suplay
A. Simpulan
pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi terhadap karakteristik fisik kompos sampah
1. Pengaruh suhu kompos sampah organik dari ketiga jenis bioaktivator ragi
2. Pengaruh volume akhir kompos sampah organik setelah diberikan tiga jenis
bioaktivator ragi rata-rata tertinggi yaitu 26.809 M3 pada kelompok kontrol dan
bioaktivator ragi tempe dan roti adalah 21.780 M3 dan 22.792 M3.
kelompok kontrol tidak memenuhi syarat standar kualitas kompos nilai pH yaitu
5.5 dan bioaktivator ragi roti tidak memnuhi syarat standar kualitas kompos
pada kelompok perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu dengan nilai pH 7 dan
diperoleh nilai rata-rata tertinggi yaitu 1.82 Kg yaitu pada kelompok kontrol.
bioaktivator ragi tempe. rata-rata berat akhir kompos sampah organik 1.67 Kg
pada kelompok bioaktivator ragi roti dan rata-rata berat akhir terendah yaitu
5. Tiga jenis bioaktivator ragi yang memberikan pengaruh terhadap bentuk fisik
kompos sampah organik. Bentuk fisik kompos sampah organik pada kontrol
tidak adanya perubahan sama sekali terhadap segi warna, bau dan tekstur
berpengaruh yaitu bioaktivator ragi tape Karena uji RAL terhadap suhu
kompos sampah organik yaitu (P<0.01) dimana P=0.000, berat akhir kompos
memberikan pengaruh yang nyata yaitu (P<0.05) dimana P=0.001 serta Hasil
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berhubungan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit Cahya Kawaluyan dalam hal pengelohan sampah organik
menjadi kompos dalam waktu yang cepat dan efisien dapat menggunakan
bioaktivator buatan sendiri yaitu bioaktivator ragi tape dan tempe yang murah
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sampah
Semua buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan hewan yang
berbentuk padat, lumpur (sludge), cair maupun gas yang dibuang karena tidak
berguna dan tidak dikehendaki (Damanhuri & Padmi, 2011). Sampah oleh
anorganik serta Bahan berbaha dan beracun (B3). Sampah organik adalah
bahan yang lebih kecil dan tidak berbau seperti sisa sayuran dari dapur atau
pelapukan seperti berbahan plastik, kaca, kertas, besi dan logam. (Sofian,
bagi manusia dan makhluk hidup lainya. Beberapa bahan yang mengandung
unsur merkuri sangat tinggi seperti bekas kemasan cet semprot, baterai
bekas, bahan insektisida dan bahan kimia pengawet lainnya (Mulyono, 2017).
9
1. Jenis Sampah
sampah, ada beberapa jenis sampah menurut Suyono & Budiman, 2014
sebagai berikut:
b. Sampah kering (Rubbish) terdiri dari bahan mudah terbakar atau sulit
c. Abu dan residu (ash dan residual) terdiri dari bahan hasil pembakaran
sampah kayu, daun, arang, kertas, kain, kulit, plastik dan benda lain
e. Segala jenis bangkai hewan (dead material) dalam hal ini hewan mati
dipotong).
kertas, logam plastik dan sampah hasil penyapu di halaman dan lain-
lain.
lain-lain.
2. Dampak Sampah
lebih dari itu bagaimna bila bak tersebut sudah penuh, kemana harus
Lalat menyukai tempat yang basah dan lembab, penuh nutrisi untuk
makanannya, telur dan larva lalat hidup dan berkembang dengan baik
vektor penyakit perut dan tikus sebagai host penyakit pes (plaque) dan
lesptospirosis.
11
diantaranya metan, H2S, NH3, dan lain-lain. Selain itu apabila terbakar
atau dibakar (gas metan dan H2S mudah terbakar atau eksplosif) akan
(sesak napas, mata perih) serta hasil pembakaran plastik berupa gas
kanker).
yang basah mengandung kadar air yang cukup besar dan cairan ini
(leachate) akan meresap ke dalam tanah dan masuk ke sumber air akan
methan, H2S, NH3, NH4, serta bahan lainnya termasuk warna kotor hasil
c. Sumber Penyakit.
pembakaran sampah.
d. Mengganggu Estetika
kebakaran atau terjadinya letupan karena adanya gas methan dan H2S.
3. Pengolahan Sampah
a. Pengurangan Sampah
b. Penanganan Sampah
a. Jumlah Penduduk
dan sebagainya.
menggunakan truk.
c. Penggunaan Kembali
tertinggal sedikit.
15
d. Faktor Geografis
e. Faktor Waktu
jumlah sampah pada siang hari lebih banyak dibandingan dengan pagi
dilakukan tiap hari maka jumlah sampah hari senin cukup tinggi. Faktor
adanya sampah terbawa oleh air. Pada waktu beriklim dingin, musim
h. Kebiasaan Masyarakat
i. Kemajuan Teknologi
sebagainya.
j. Jenis sampah
berikut kandungan unsur hara dari bebrapa jenis bahan organik menurut
(Parnata, 2010):
Jenis sampah N P K Ca Mg
organik
Kandungan
B. Kompos
menjijikan dan sudah tidak ada manfaatnya lagi. Namun, pandangan negatif
dapat dijual kembali sementara itu sampah organik dapat langsung diolah
itu sendiri yaitu perubahan komposisi bahan organik sampah domestik akibat
kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman,
hewan dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau
Dengan demikian pupuk kandang dan pupuk hijau yang mengalami proses
1. Manfaat Kompos
a. Pembenahan Tanah
tanaman yang tumbuh di atasnya yang subur. Lahan yang kaya akan
2. Tujuan Pengomposan
waktu yang dibutuhkan berkisar tiga minggu hingga dua bulan tergantung
seperti urea dan TPS menyebabkan kontur tanah tidak lagi gembur
Kondisi tekstur tersebut yang kemudian dapat mengikat air lebih dan
bahan terlarut seperti gula, asam amino dan nitrogen. Setelah itu
Bakteri Keterangan
tanaman tersebug
dan harga jual yang lebih tinggi serta permintaan pasar akan kompos
makin tinggi.
Harga lebih murah, bahan bisa tanpa Harga lebih mahal, pembuatannya
pupuk
23
penumpukan.
4. Kelebihan Kompos
gejolak kelangkaan pupuk anorganik atau kimia. Tidak hanya itu, kompos
juga menjawab supply and demand yang terkadang tidak berpihak pada
mikroorganisme.
daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir, memingkatkan daya tahan dan
pupuk anorganik agar lebih praktis harus dirubah karena akan berdampak
karena kekurangan unsur hara. Tanah yang diberi pupuk kimia secara
(Mulyono, 2017).
6. Syarat Kompos
Kompos yang baik terhadap kualitas tanah dan tumbuhan harus yang
a. Kematangan Kompos
air tanah. Suhu yang ada di dalam air tanah dapat diserap oleh akar-
kar tumbuhan dan suasana aerob dan suhu tidak lebih dari 30 °C.
anorganik seperti logam, gelas, plastik dan karpet serta tidak adanya
d. Organisme Patogen
tidak melampaui batas seperti Fecal Coli 1000 MPN/gr total solid
e. Pencemar Organik
7. Karakteristik Kompos
27%.
b. Kadar air, kadar air yang diperbolehkan dalam kompos maksimal 50%.
yang berukuran kecil lebih lapuk dibandingkan dengan kayu yang besar.
anatara lain:
hancur. Oleh karena itu, bahan kompos yang berasal dari kayu yang
cepat pula bahan tersebut hancur menjadi kompos. Oleh karena itu,
d. Aerasi
oksigen (aerob). aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi
e. Porositas
dengan volume totak. rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara.
a. suhu
b. pH
dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap aktif dan tahap
menjadi CO2, uap air dan panas. setelah sebagian terurai, maka suh
adalah tingakt kehancuran atau tekstur kompos, warna dan bau dari
sudah hancur dan halus, warna coklat kehitaman dan berbau seperti
31
(Sahwan, 2011).
C. Bioaktivator
Sebenarnya di alam juga telah tersedia berbagai jenis mikroba yang sering
bakteri yang mampu mengikat gas N2 dari udara bebas dan mengubahnya
1. Fungsi Bioaktivator
dekomposisi bahan organik, memiliki beberapa fungsi menurut Nisa & Dkk,
2016 diantaranya:
diurai setelah dirasa cukup barulah bahan tersebut ditutup dan waktu
Fungsi lain yang tidak kalah penting dari bioaktivator kompos yaitu
2. Keunggulan Bioaktivator
sebagai berikut:
pakan maka kandungan protein dan energinya tentu harus lebih bak.
33
sampah. Proses ini hanya bisa dilakukan oleh inokulan tertentu seperti
limbah kakao atau menekan kadar tannin pada kulit kopi dan dedak
shargum.
tempe). Selain itu, bisa juga menggunakan probiotik seperti Bio-gas atau
probiotik lainnya.
dkk, 2010).
cerevisiae mikroba ini dimanfaatkan dalam ragi roti, tape (Amaliyah, 2017).
D. Kematangan Kompos
yang sudah tidak lagi mengalami dekomposisi dan hara tanaman secara
a. Dicium/dibaui
meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau tidak
matang.
35
b. Warna Kompos
c. Penyusutan
Apabila setelah satu minggu kompos berbentuk baik, tidka berbau atau
e. Suhu Kompos
temperatur >40 derajat celcius atau idealnya 60-70 °C. Suhu yang
mikroba akan terhambat. Kadua hal itu terjadi maka harus diambil
bau busuk dan rembesan air karena terjadi emisi udara. Pembalikan
sifat fisik tanah. pasca pematangan dicirkan suhu yang lebih rendah dari
dalam waktu singat pada proses konversi, suhu turun dan akhirnya
E. Kerangka Teori
Sampah
Anorganik Organik B3
pengolahan
pengolahan
pengolahan
Reuse, pengomposan Pemusnahan (pembakan
Reduce, suhu tinggi)
Recycle
Kompos Bioaktivator
ragi
karakteristik
fisik kompos
Gambar 2.1: Kerangka Teori
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Paragdima penelitian
Sampah oleh sebagian orang dianggap kotor dan menjijikan, tidak ada
pes, tifus perut, leptospirosis yang disebabkan oleh lalat dan tikus (Suyono
2. Rancangan penelitian
dengan tes akhir dan kelompok kontrol (The Randomized Postests Only
yaitu 17 gr untuk ketiga jenis bioaktivator ragi tape, tempe dan roti
kontrol yaitu terhadap karakteristik fisik (warna, bau, volume, tekstur, suhu
dengan kontrol, tetapi peneliti tidak dapat menentukan sejauh mana atau
seberapa besar perubahan itu terjadi, sebab pretest tidak dilakukan untuk
data awal (Riyanto, 2011). Adapun skema penelitian saya sebagai berikut:
41
K1 O1
K2 O2
K3 O3
Ko O0
Keterangan:
3. Hipotesis penelitian
Kawaluyan.
4. Variabel penelitian
variabel terikat, dalam penelitian ini variabel bebas adalah tiga jenis
bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti) dalam dosis perlakuan 17 gram.
terikat adalah karakteristik fisik (warna, bau, volume, tekstur, suhu dan
2010).
43
5. Definisi operasional
No Variabel Definisi Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Konseptual Operasional Ukur
1 Pengomposa Berbagai Pemberian tiga Pengamata Indra 1. bioaktivator Nominal
n sampah mikroorganisme jenis bioaktivator n melihat ragi tape
organik oleh dalam sebuah ragi (tape, tempe langsung/o (mata) 2. bioaktivator
tiga jenis medium dan roti) selama bservasi ragi tempe
bioaktivator proses 3. bioaktivator
ragi (tape, pengomposan ragi roti
tempe dan kompos sampah
roti) orgnaik
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sampah organik basah dan kering
yang dihasilkan di instalasi gizi dan halaman Rumah Sakit Cahya Kwaluyan
2. Sampel
kriteria inklusi yaitu sampah organik yang berasal dari limbah sayuran,
polybag 45 cm x 30 cm.
jenis bioaktivator ragi tape, tempe dan roti pada setiap pengulangganya.
t(r–1)≥6
3 ( r – 1) ≥ 6
3r – 3 ≥ 6
3r ≥ 9
r≥3
keterangan:
t: banyaknya perlakuan
r: banyaknya pengulanagan
dengan penambahan tiga jenis bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti)
kg)
= (9 x 2) + (3 x2) kg
=18 + 6
= 24 kg sampah organik
46
C. Pengumpulan data
1) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diberikan perlakuan.
organik
2. Instrumen penelitian
ragi
D. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Administrasi
informasi aktual.
c. Studi kepustakaan
d. Studi pendahuluan
2. Prosedur Penelitian
a. Persiapan alat
No Alat Jumlah
3 Timbangan 1 buah
4 Saringan 1 buah
6 Spayrer 6 buah
8 Penggaris 1 buah
49
No Bahan Jumlah
1 Sampah organik 28 Kg
(Muharom, 2017):
buah.
pembuangan.
saluran pembuangan.
menggunakan pisau.
50
(Guntoro, 2013):
dan masker.
matahari. Hal ini akan membantu panas bahan kompos cepat naik.
menyerupai tanah.
berikut:
pH.
indikator keasaman.
1. Pengolahan data
data yaitu:
tidak.
2. Analisis data
standar deviasi, varian dan liner kuartil range). Pada penelitian ini analisis
organik.
analisa bivariat ini digunakan untuk melihat adanya pengaruh dari tiga
Hipotesis statistik :
Ha: ada pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi terhadap karakteritik fisik
Jika P<α maka Ho ditolak , artinya ada pengaruh tiga jenis bioaktivator
F. Etika penelitian
1. Confidentialy (kerahasiaan)
dengan hanya kelompok data tertentu yang akan diperoleh sebagai hasil
penelitian
2. Plagiat
A. Hasil Penelitian
karakteristik fisik kompos sampah organik dilakukan di TPS Rumah Sakit Cahya
yang diperoeh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah kompos yang
memenuhi syarat berdasarkan karakteristik fisik kompos sampah organik yaitu warna,
bau, tekstur, suhu, volume akhir dan pH setelah pemberian tiga jenis bioaktivator ragi
ragi roti. K4 merupakan kelompok eksperimen sebagai kelompok kontrol yang tidak
termometer yang diukur pada selama proses pengomposan kompos sampah organik
berlangsung, berikut ini merupakan hasil pengukuran suhu selama peneliitian dapat
2015).
Pada tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil pengukuran suhu selama proses
dilakukan tiga kali ulangan setiap kelompok perlakuan, tiga kali ulangan tersebut
adalah dengan membuat tiga kali kompos setiap kelompok sampelnya. Hasil rata-rata
menggunakan bioaktivator ragi tape 31.30 oC. rata-rata suhu kompos sampah organik
menggunakan bioaktivator ragi tempe 28 oC. rata-rata suhu kompos sampah organik
56
menggunakan bioaktivator ragi roti 27.87 oC. rata-rata suhu kompos sampah organik
tanpa diberikan perlakuan sama sekali atau kontrol adalah 25.13 oC.
30
28
26
24
22
20
hari 0 Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari 21 hari 28
Hari
bioaktivator ragi tape dan grafik suhu terendah pada perlakuan kontrol atau tanpa
perlakuan masih dalam batas normal yaitu maksimal suhu proses pengomposn
30
28
26
24
22
20
hari 0 hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hari
Grafik dari gambar 4.2 jika membandingkan hasil pengukuran suhu kompos
sampah organik sama pada pengulangan ke 2 dengan hasil pengukuran suhu kompos
kompos sampah organik tertinggi pada perlakuan bioaktivator ragi tape dan grafik
suhu terendah pada kontrol tanpa perlakuan. Suhu proses pengomosan kompos
sampah organik pada pengulangan ke 2 dari semua kelompok perlakuan masih dalam
batas normal yaitu maksimal suhu proses pengomposan sampah organi yaitu 60 oC
(Sudiana, 2005).
58
28
26
24
22
20
hari 0 hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hari
ke 2 dan ke 1 terlihat sama. Grafik suhu kompos sampah organik tertinggi masih sama
yaitu pada perlakuan bioaktivator ragi tape dan suhu terendah pada kontrol atau tanpa
perlakuan. Semua suhu pada kelompok perlakuan kompos masih dalam batas normal
sampah organik terdapat perbedaan hasil suhu pada setiap kelompok perlakuan.
Suhu optimum selama proses pengomposan sampah organik yang telah diberikan
tiga jenis bioaktivator ragi terjadi pada hari ke 1 sampai ke 7. Pada hari tersebut
kompos telah terjadi proses kenaikan suhu atau thermofilik tetapi pada kontrol tidak
59
terjadi sama sekali perubahan atau kenaikan suhu. setelah pengomposan sampah
organik pada hari ke 14-21 terjadi menurunan suhu kompos menuju pada suhu awal.
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat hasil rata-rata suhu kompos sampah organik
setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu 26.113 oC. Rata-rata suhu
kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tempe yaitu
23.333 oC. Rata-rata suhu kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan
bioaktivator ragi roti yaitu 23.213oC. Rata-rata suhu kompos sampah organik yang
Tabel 4.3 Uji Post Hoc Suhu Kompos Sampah Organik Antar Kelompok
Perlakuan
Secara Statistik, diperoleh bahwa jenis bioaktivator ragi berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap suhu kompos sampah organik, hal ini dapat diperhatikan dari nilai
Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil suhu kompos
sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape,
tempa. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji LSD
yaitu 0.00 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-rata terletak pada
sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape merupakan yang paling
sampah organik bahwa suhu kompos harus berbeda atau suhu menjadi naik/
thermofilik dan akan kembali suhu normal/mesofilik. Apabila suhu dalam proses
pengomposan tidak terjadi fase thermofilik maka proses pengomposan tidak berhasil.
Hasil pengukuran volume akhir kompos sampah oragnik dari seluruh kelompok
perlakuan tiga jenis bioaktivator ragi dan kontrol dengan menggunakan penggaris.
sampah organik di dalam komposter setiap 7 hari sekali, berikut hasil pengukuran
volume akhir kompos sampah organik setiap ulangannya yang dilaksanakan selama
Pengulangan Waktu Tape Ket Tempe Ket Roti Ket Kontrol Ket
ke- (hari) (cm3) (cm3) (cm3) (cm3)
1 23100 25080 25740 27720
7 19140 21780 23100 26400
1 14 18150 20790 22440 26400
21 17952 20790 22440 26400
28 17952 20790 22440 26400
1 23100 24750 25080 27720
7 18480 21120 22110 26400
2 14 17820 20460 22110 26400
MS TMS TMS TMS
21 17688 20460 22110 26400
28 17688 20460 22110 26400
1 23100 25080 25080 28050
7 18480 21780 21780 26862
3 24 17820 21120 21780 26862
21 17820 21120 21780 26862
28 17820 21120 21780 26862
Rata-rata 19.074 21.780 22.792 26.809
Keterangan:
Penurunan volume akhir kompos 30-40% (8910 – 11880 cm3) dari volume awal yaitu
29700 cm3
Pada tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil pengukuran volume akhir kompos
menggunakan bioaktivator ragi tape adalah 19.074 cm3. Volume akhir kompos
sampah organik yang diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape memenuhi syarat
karena volume akhir yang berkurang sebesar 10.626 cm3. Rata-rata volume akhir
kompos sampah organik dengan menggunakan bioaktivator ragi tempe adalah 21.780
62
cm3. Volume akhir kompos sampah organik yang diberikan perlakuan bioaktivator ragi
tempe tidak memenuhi syarat karena volume akhir yang berkurang sebesar 7.920
bioaktivator ragi roti adalah 22.792 cm3. Volume akhir kompos sampah organik yang
diberikan perlakuan bioaktivator ragi roti tidak memenuhi syarat karena volume akhir
yang berkurang sebesar 10.626 cm3. Rata-rata volume akhir kompos sampah organik
tanpa perlakuan atau kontrol adalah 26.809 cm3. Volume akhir kompos sampah
organik kontrol tidak memenuhi syarat karena volume akhir yang berkurang sebesar
2.891 cm3.
19000 19140
18150 17952 17952
17000
hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hasil Grafik dari gambar 4.5 hasil volume akhir kompos sampah organik
pengulangan ke 1 terlihat grafik tertinggi selama 28 hari terdapat pada kontrol dengan
63
volume akhir kompos sampah organik yaitu 26.400 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi kedua terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi roti dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 22.440 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi ketiga terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tempe
dengan volume akhir kompos sampah organik yaitu 20.700 cm3. Grafik volume akhir
kompos sampah organik tendah terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tape
27000 27720
26400 26400 26400 26400
25000
25080
24750
M3
23000
23100
21000 22110 22110 22110 22110
21120
20460 20460 20460
19000
18480
17000 17820 17688 17688
hari 1 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28
Hari
Hasil Grafik dari gambar 4.6 hasil volume akhir kompos sampah organik
pengulangan ke 2 terlihat grafik tertinggi selama 28 hari terdapat pada kontrol dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 26.400 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi kedua terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi roti dengan
64
volume akhir kompos sampah organik yaitu 22.110 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi ketiga terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tempe
dengan volume akhir kompos sampah organik yaitu 20.460 cm3. Grafik volume akhir
kompos sampah organik tendah terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tape
25000 25080
M3
23000 23100
21780 21780 21780 21780
21000 21120 21120 21120
19000
18480
17820 17820 17820
17000
Hari 1 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28
Hari
Hasil Grafik dari gambar 4.7 hasil volume akhir kompos sampah organik
pengulangan ke 3 terlihat grafik tertinggi selama 28 hari terdapat pada kontrol dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 26.862 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi kedua terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi roti dengan
volume akhir kompos sampah organik yaitu 21.780 cm3. Grafik volume akhir kompos
sampah organik tertinggi ketiga terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tempe
65
dengan volume akhir kompos sampah organik yaitu 21.120 cm3. Grafik volume akhir
kompos sampah organik tendah terdapat pada perlakuan bioaktivator ragi tape
perbedaan hasil volume akhir (cm3). Selama proses pengomposan kompos yang telah
diberikan tiga jenis bioaktivator ragi terjadi penyusutan volume kompos disebabkan
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat nilai rata-rata volume akhir kompos sampah
organik yang telah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu 17820 m3. Rata-
rata volume akhir kompos sampah organik yang telah diberikan perlakuan bioaktivator
ragi tempe yaitu 20790 m3. Rata-rata volume akhir kompos sampah organik yang telah
diberikan perlakuan bioaktivator ragi roti yaitu 20790 m3. Rata-rata volume akhir
kompos sampah organik yang tidak diberikan perlakuan atau kontrol yaitu 20790 m3.
66
Tabel 4.7 Uji Post Hoc Volume Akhir Kompos Sampah Organik Antar
Kelompok Perlakuan
antara kelompok kontrol dengan tape, tempe dan roti karena P=0.000 dan IK 95%
tidak mencakup angka 0. Secara klinis, terdapat pengaruh volume akhir kompos
sampah organik antara kelompok kontrol dengan perlakuan bioaktivator ragi tape,
tempe dan roti kaena perbedaan rerata lebih kecil dari 29.700 m3.
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Suhu Kompos Organik Terhadap Bioaktivator Ragi
Jenis Subset
Bioaktivator N
1 2 3
Tape 3 17820,00
Tempe 3 20790.00
Roti 3 22110.00
Kontrol 3 26554.00
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil volume akhir
kompos sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi
tape, tempa. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji
LSD yaitu 0.00 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-rata terletak
pada sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape merupakan yang paling
Pengulangan ke- Tape Ket Tempe Ket Roti Ket Kontrol Ket
1 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
2 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
3 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
Rata-rata 7 MS 7 MS 6.5 TMS 5.5 TMS
Keterangan:
MS: Memenuhi syarat dengan nillai pH kompos adalah 6.80-7.49 (SNI 19-7030-2004
sampah organik pada perlakuan bioaktivator ragi roti disetiap pengulangannya tidak
memenuhi syarat sebesar 50% dari seluruh sampel perlakuan yaitu terdapat pada
kompos yang telah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape dan inculant ragi tempe.
Presentasi pH kompos sampah organik yang tidak memenuhi syarat sebesar 50%
dari seluruh sampel perlakuan yaitu terdapat pada kompos yang terlah diberikan
yang telah diberikan tiga jenis bioaktivator ragi selam 28 hari dapat dilihat pada tabel
4.7
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil rata-rata berat akhir kompos sampah
organik yang telah diberikan bioaktivator ragi tape sebesar 1.53 kg. Rata-rata berat
akhir kompos sampah organik yang telah diberikan bioaktivator ragi tempe sebesar
1.60 kg. Rata-rata berat akhir kompos sampah organik yang telah diberikan
bioaktivator ragi roti sebesar 1.67 kg. Rata-rata berat akhir kompos sampah organik
Berat akhir (Kg) kompos sampah organik berdasarkan berbagai jenis bioaktivator
ragi
Perlakuan Mean N Std. Deviasi
Ragi Tape 1,5333.00 3 0.02887
Ragi tempe 1,6000.00 3 0.1000
Ragi roti 1,6667.00 3 0.05774
Kontrol 1,8167.00 3 0.02887
Total 1,6542.00 12 0.12147
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat hasil rata-rata suhu kompos sampah organik
setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu 1,533 Kg. Rata-rata suhu
kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tempe yaitu
1,600.00 Kg. Rata-rata suhu kompos sampah organik setelah diberikan perlakuan
bioaktivator ragi roti yaitu1,6667.00 Kg. Rata-rata suhu kompos sampah organik yang
Tabel 4.12 Uji Post Hoc Berat Akhir Kompos Sampah Organik Antar
Kelompok Perlakuan
Secara Statistik, diperoleh bahwa jenis bioaktivator ragi berpengaruh sangat nyata
(P<0,01) terhadap suhu kompos sampah organik, hal ini dapat diperhatikan dari nilai
Tabel 4.13 Uji Homogenitas Berat Akhir Kompos Sampah Organik Terhadap
Bioaktivator Ragi
Dari uji (LSD) dan Uji Duncan terjadi penurunan terhadap hasil suhu kompos
sampah organik yang sangat nyata (P<0.01) dari perlakuan bioaktivator ragi tape,
tempa. roti hingga tanpa perlakuan/kontrol, hal ini dapat dilihat dari sig. pada uji LSD
yaitu 0.003 (P<0.01) dan subset pada uji Duncan dimana semua rata-rata terletak
pada sunset yang berbeda, dimana bioaktivator ragi tape dan tempe merupakan yang
Hasil pemeriksaan bentuk fisik kompos sampah organik berdasarkan warna, bau
dan tekstur setelah diberikan perlakuan tiga jenis bioaktivator ragi dapat dilihat padat
tabel 4.8
71
Table 4.14 Hasil Pemeriksaan Bentuk Fisik Kompos Berdasarkan Warna, Bau
Dan Tekstur Kompos Sampah Organik
sensorik yang telah diberikan tiga jenis bioaktivator ragi selama 28 hari terdapat
perbedaan bentuk fisik kompos sampah organik. Bentuk fisik kompos sampah organik
kontrol tidak memenuhi syarat disetiap pengualangannya, warna kompos, bau dan
tekstur kompos belum memenuhi syarat karena kompos masih dalam proses
penguraian. Bentuk fisik kompos perlakuan inculant ragi tape dan bioaktivator ragi
tempe memenuhi syarat terhadap karaktersitik fisik kompos, telah memiliki berbedaan
terhadap warna, bau dan tekstur kompos. Bentuk fisik kompos perlakuan bioaktivator
ragi roti tidak memenuhi syarat karena tekstur kompos masih utuh belum hancur tetapi
warna dan bau kompos memenuhi syarat. Selama proses pengomposan, kompos
yang diberikan tiga jenis bioaktivator memiliki warna yang khas yaitu kompos memiliki
warna putih di atas permukaan kompos, permukaan putih berasal dari jamur atau
kapang.
72
Tabel 4.15 Bentuk Fisik Kompos Sampah Organik Setelah Diberikan Tiga Jenis
Bioaktivator Ragi
Berdasarkan hasil tabel 4.9 dapat diketahui dari setiap pengulang pada kontrol
tidak terdapat perubahan sama sekali terhadap bentuk fisik warna kompos belum
mancapai warna kompos yaitu warna kompos coklat agak kekuningan, bau kompos
masih tercium bau asam dan tekstur kompos masih utuh belum hancur menyerupai
tanah. Bentuk fisik kompos setelah diberikan perlakuan bioaktivator ragi tape dan
tempe selama 28 hari telah memenuhi syarat karakteristik fisik kompos yaitu warna
sudah berubah menjadi coklat kehitaman, bau kompos sudah tercium mendekati bau
tanah dan tektur kompos sudah mulai hancur. Bentuk fisik kompos stelah diberikan
perlakuan bioaktivator ragi roti terdapat 1 karakteristik fisik yang tidak berubah yaitu
tekstur kompos belum sepenuhnya hancur, tekstur kompos masih kasar sedangkan
untuk warna dan bau sudah memenuhi syarat, karena warna kompos sudah
mendekati waran tanah yaitu coklat pekat dan bau sudah muali tercium bau tanah,
bau kompos perlakuan bioaktivator ragi sudah tidak tercium bau asam/ragi.
73
Grafik batang bentuk fisik yang diamati secara sensorik, kompos sampah
organik dapat terlihat tertinggi pada perlakuan bioaktivator ragi tape dan tempe serta
terendah pada kontrol. Rata-rata bentuk fisik kompos sampah organik pada kontrol
adalah 0 atau tidak ada sama sekali karakteristik fisik kompos sampah organik yang
bioaktivator ragi tape dan tempe adalah 3 yang memenuhi syarat. Rata-rata bentuk
fisik kompos sampah organik perlakuan bioaktivator ragi roti adalah 2 karakteristik fisik
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Pada Bentuk Fisik Kompos Sampah Organik
Berdasarkan Jenis Bioaktivator Ragi
bioaktivator ragi selama 28 hari, didapatkan karakteristik fisik komops sampah organik
pada kontrol dari setiap pengulanganya tidak memenuhi syarat berdasarkan warna,
bioaktivator ragi tape dan tempe telah memenuhi syarat kompos berdasarkan
karakteritik fisik warna, bau dan tekstur kompos dan karakterisitik fisik kompos
sampah organik pelakuan bioaktivator ragi roti tidak memenuhi syarat, karena
didapatkan tekstur kompos masih belum hancur tetapi terhadap karakteristik fisik
waran dan bau sudah memenuhi syarat karakterisitik fisik kompos sampah organik.
Berdasarkan hasil uji friedman test didapatkan bahwa adanya pengaruh tiga
jenis bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti) terhadap karakteritik fisik kompos sampah
organik. Hasil mean rank bentuk fisik kompos sampah organik yaitu 1.00. Mean rank
jenis bioaktivator ragi roti yaitu 2.00. Hasil uji friedman test didapatkan nilai p = 0.001
dan α (0,05), nilai P ≤ α yang menyatakan bahwa terdapatnya pengaruh tiga jenis
bioaktivator ragi (tape, tempe dan roti) terhadap bentuk fisk kompos sampah organik.
B. Pembahasan
bertentuk padat atau cair dan media pertumbuhan serta penyedia mikrroganisme
1. Pengaruh Suhu Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis Bioaktivator
ragi.
dilakukan setiap 7 hari sekali. Perubahan suhu selama proses pengomposan sampah
organik menunjukan bahwa suhu pada hari ke 7 sampai hari ke 14 terjadi fase
thermofilik (suhu naik), Suhu yang tinggi akan memicu kinerja bakteri thermofilik dan
akan kembali ke suhu mesofilik, sedangkan kontrol tidak mengalami perubahan suhu.
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba, ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan semakin cepat pula proses dekomposisi. peningkatan suhu
dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. temperatur yang berkisar antara
30-60 oC menunjukan aktivitas pengomposan yang cepat. suhu yang lebih dari 60 oC
akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan
Pada penelitian ini suhu terendah berada pada awal pengomposan karena mikroba
yang ada belum menunjukan aktivitasnya juga terjadi pada akhir pengomopsan
karena mikroba sudah mengurai sebagian besar bahan organik. Suhu kompos
matang sama dengan suhu pada saat awal pengomposan, dari hasil penelitian
didapat suhu awal dan suhu akhir pengomposan sama atau mendekati sehingga
bekerja untuk mengurai bahan organik banyak. Bioaktivator ragi tape memiliki
komplek dibandingkan dengan bioaktivator ragi tempe dan roti. Pengamatan suhu
dilakukan pada pertengahan titik dari tumpukan kompos agar memastikan kestabilan
suhu kompos. Rentan suhu kompos sampah organik dari perlakuan tiga jenis
bioaktivator ragi dan kontrol pada masing-masing perlakuan yaitu 25.13 – 31,30 oC
Suhu yang tidak stabil serta tidak tercapainya fase termofilik dikarenakan
kurangnya aktivitas mikroba pengurai bahan organik. temperatur yang tinggi pada
proses higienisasi yaitu untuk membunuh bakteri pathogen dan bibit gulma, selain
kombinasi suhu thermofilik dan mesofilik. Kurang tingginya suhu kompos disebabkan
karena jumlah limbah yang dikomposkan tidak cukup memberikan insulasi panas.
sejumlah energi dilepaskan dalam bentuk panas pada perombakan bahan organik
bakteri dalam mendekomposisi bahan organik. Kondisi mesofilik lebih efektif karena
2. Pengaruh Volume Akhir Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis
Bioaktivator ragi.
kompos semua komposter sama yaitu 29.700 m3, selama proses pengomposan
setelah 7 hari karena bahan kompos yang berupa sampah organik cepat membusuk.
Dari hasil pengukuran pada penelitian terlihat volume akhir tertinggi adalah
bioaktivator ragi tape, volume kompos berkurang disebabkan karena adanya proses
mengakibatkan suhu pada kompos terjadi thermofilik, mikroorganisme yang aktif akan
mengurai bahan organik dengan menggunakan oksigen menjadi CO2 , uap air dan
panas. Bahan organik yang terurai mengakibatkan volume kompos manjadi berkurang
Penyusutan volume akhir kompos tertinggi yaitu pada bioaktivator ragi tape,
dengan bioaktivator ragi tempe dan roti. bioaktivator ragi tape memiliki
ragi tempe hanya memiliki mikroorganisme yang aktif adalah Rhizopus sp dan
mikroorganisme aktif tambahan menjadikan volume akhir kompos belum pada proses
maksimal.
menguraikan bahan organik menjadi oksigen, uap, air dan panas. Setelah sebagian
besar bahan telah terurai maka suhu akan berangsur mengalami penurunan. Pada
saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut yaitu pembentukan kompos akan
Ragi
pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5 yang
perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. sebagai contoh proses
meningkat pada inkubasi lebih lanjut akibatnya terurainya protein dan terjadinya
pelepasan ammonia (Widarti, 2015). pH kelompok kontrol dan bioaktivator ragi roti
tidak memenuhi syarat karena proses dekomposisi atau penguraian sampah organik
masih dalam proses sehingga menjadi asam-asam organik. hal tersebut menajdikan
Derajat keasaman umumnya asam samapi netrai (pH 6.0-7.0), derajat keasaman
pada awal proses pengomposan akan mengelami penurunan karena jumlah yang
terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik. pada
proses selanjutnya mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversi asam organik
yang telah terbentuk sehingga bahan memilki derajat keasaman yang tinggi dan
80
pada keadaan pH anatar 5.5 sampai 8 (Hadisumarno, 1992 dalam Allo dkk, 2014).
lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos
berlansung, asam-asam organik tersebut akan meningkat secara bertahap yaitu pada
asam organik yang terbentuk maka aselanjutnya menjadi netral dan kompos menjadi
4. Pengaruh Berat Akhir Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis
Bioaktivator Ragi.
Berdasarkan hasil pengukuran berat akhir kompos sampah organik dapat dilihat
bahwa nilai rata-rata berat akhir kompos dari perlakuan tiga jenis bioaktivator di
organik. Hasil analisa berat kompos yang dihasilkan dilakukan pengukuran dan
kompos semua sempel komposter sama yaitu 2 kg. Selama proses pengomposan
berkurang dari berat awal. Proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba-mikroba
menjadi CO2, uap air dan panas. selama proses pengomposan akan menjadi
Beda bioaktivator ragi yang diberikan pada setiap sampah organik pada proses
disebabkan karena bahan organik yang tersedia semakin lama semakin sedikit
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang mengurai sampah organik (Allo dkk,
2014).
5. Bentuk Fisik Kompos Sampah Organik Setelah Pemberian Tiga Jenis Bioaktivator
Ragi.
karakteristik kematangan kompos sampah organik. hal ini disebabkan juga didalam
Pengamatan bentuk fisik kompos sampah organik diperiksa setelah diberika tiga jenis
bau kompos sampah organik menyerupai bau tanah dan tekstur kompos sampah
organik sudah hancur. Berdasarkan hasil analisis karakteristik fisik kompos sampah
organik yang sudah diberikan bioaktivator ragi tape dan tempe memiliki kesaamaan
hasil terhadap bentuk fisik kompos sampah orgnaik warna, bau dan tekstur. Warna
kompos sudah berubah menjadi coklat kehitaman, bau kompos sudah mendekati bau
tanah dan tekstur kompos sudah hancur seluruhnya, maka kompos sampah organik
82
terhadap bioaktivator ragi tape dan tempe memenuhi syarat terhadap bentuk fisik
kompos sampah organik. Hasil bentuk fisik kompos sampah bioaktivator ragi roti
memiliki berbedaan hasil yaitu tektur kompos tidak seluruhnya hancur dan hasil
masih hijau, bau tercium masih asam dan tekstur sampah masih utuh atau belum
hancur.
dekomposisi, pada proses pengomposan akan terjadi pengurian bahan organik oleh
aktivitas mikroba yang mengambil air oksigen dan nutrisi bahan organik, kemudian
akan mengamai pengurian dan membebaskan CO2 dan O2. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan biologi dan kimia kompos yang dapat digunakan sebagai indikator
bau yang menyengat (bau busuk). Walaupun demikian dalam pembuatan kompos
tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau, dengan memanfaatkan indra
penciuman dapat dijadikan sebagai alat untuk deteksi permasalahan yang terjadi
selama proses pembuatan kompos. Kompos berubah menajdi berbau tanah karena
telah selesai atau terhentinya proses dekomposisi atau penguraian bahan organik
yang dilakukan oleh mikroba. Kompos yang beraroma asam atau berbau ammonia
mikroba serta proses aerasi terhambat sehingga akan terjadi proses anaerob yang
Tekstur kompos yang sudah matang akan menajdi hancur dan halus seperti tanah
atau tekstur kompos sudah hancur atau halus dan dapat dijadikan sumber hara bagi
6. Pengaruh Tiga Jenis Bioaktivator Ragi Terhadap Karakteritik Fisik Kompos Sampah
Organik.
Tiga jenis bioaktivator ragi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ragi
tape, tempe dan roti untuk melihat pengaruh terhadap karakteritik fisik kompos
sampah organik, yang paling berpengaruh adalah bioaktivator ragi tape. Sesuai
inoculant cair ragi tape dan inoculant cair ragi tempe terhadap waktu pengomposan
sampah organik rumah tangga bahwa ragi tape lebih efektif dari pada ragi tempe
pengaruh ragi roti, tempe dan Lactobacillus Plantarum terhadap fermentasi singkong
Ragi tape, tempe dan Roti dapat dijadikan sebagai bioaktivator kompos
spp yang memiliki fungsi lain sebagai pengurai atau dekomposisi bahan organik.
cepat proses penguraian karena terdapat banyak mikroorganisme yang bekerja aktif.
C. Keterbatasan Penelitian
Tiga jenis bioaktivator ragi yang digunakan pada penelitian ini menunjukan hasil
mencapai suhu maksmial yaitu 50-60oC serta efesiensi volume akhir kurang dari 30%.
hal tersebut disebabkan karena suplay oksigen tidak banyak serta pengadukan hanya
7 hari sekali, lebih baik kompos dilakukan pengadukan setiap hari untuk suplay
A. Simpulan
pengaruh tiga jenis bioaktivator ragi terhadap karakteristik fisik kompos sampah
1. Pengaruh suhu kompos sampah organik dari ketiga jenis bioaktivator ragi
2. Pengaruh volume akhir kompos sampah organik setelah diberikan tiga jenis
bioaktivator ragi rata-rata tertinggi yaitu 26.809 M3 pada kelompok kontrol dan
bioaktivator ragi tempe dan roti adalah 21.780 M3 dan 22.792 M3.
kelompok kontrol tidak memenuhi syarat standar kualitas kompos nilai pH yaitu
5.5 dan bioaktivator ragi roti tidak memnuhi syarat standar kualitas kompos
pada kelompok perlakuan bioaktivator ragi tape yaitu dengan nilai pH 7 dan
diperoleh nilai rata-rata tertinggi yaitu 1.82 Kg yaitu pada kelompok kontrol.
bioaktivator ragi tempe. rata-rata berat akhir kompos sampah organik 1.67 Kg
pada kelompok bioaktivator ragi roti dan rata-rata berat akhir terendah yaitu
5. Tiga jenis bioaktivator ragi yang memberikan pengaruh terhadap bentuk fisik
kompos sampah organik. Bentuk fisik kompos sampah organik pada kontrol
tidak adanya perubahan sama sekali terhadap segi warna, bau dan tekstur
berpengaruh yaitu bioaktivator ragi tape Karena uji RAL terhadap suhu
kompos sampah organik yaitu (P<0.01) dimana P=0.000, berat akhir kompos
memberikan pengaruh yang nyata yaitu (P<0.05) dimana P=0.001 serta Hasil
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan berhubungan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Rumah Sakit Cahya Kawaluyan dalam hal pengelohan sampah organik
menjadi kompos dalam waktu yang cepat dan efisien dapat menggunakan
bioaktivator buatan sendiri yaitu bioaktivator ragi tape dan tempe yang murah
Allo, dkk. (2014), Pengaruh Jenis Bioaktivator Pada Laju Dekomposisi Sampah Daun
Ki Hujan Samanea Saman Dari Wilayah Kampus Unhas, Tesis, Makasar, Univeritas
Hasanudin.
Amien, dkk. (2015), Timbulan Limbah Padat Medis Di Rumah Sakit Paru Kabupaten
Jember, Skripsi, Jember, Universitas Jember.
Astuti, dkk. 2014. Kajian Pengelolaan Limbah Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB). Community Health II (1),12–20.
Azizah, dkk. (2012), Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol , Ph , Dan
Produksi Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol Dari Whey Dengan Substitusi Kulit Nanas.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 1 (2),72–77.
Guntoro, S. (2013). Membuat Pakan Ternak dan Kompos Dari Limbah Organik. Edisi
pertama. Jakarta Selatan: PT. AgroMedia Pustaka.
Mentri Lingkungan Hidup RI. 2015. Rangkaian HLH 2015 – Dialog Penanganan
Sampah Plastik. diakses di: RANGKAIAN HLH 2015 – DIALOG PENANGANAN SAMPAH
PLASTIK _ KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP.html
Mulyono. (2017), Membuat Mol Dan Kompos Dari Sampah Rumah Tangga. Cetakan
ketiga. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka.
Nisa, K., & Dkk. (2016). memproduksi kompos & mikroorganisme lokal (MOL). Edisi
pertama. Jakarta: Bibit publiher.
Royaeni dkk. (2014). Pengaruh Penggunaan Bioaktivator Mol Nasi Dan Tapai
Terhadap Lama Waktu Pengomposan Sampah Organik Pada Tingkat Rumah Tangga.
Visikes Jurnal Kesehatan 13 (1):1–9.
Sahwan, dkk. (2011). Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga Yang Dibuat
Dengan Menggunakan Komposter’’ AEROBIK. Jurnal Teknik Lingkungan, 12(3), 233–240.
Soeryoko, Hery. (2010), Kiat Pintar Memproduksi Kompos Dengan Pengurai Buatan
Sendiri. edisi ke-20. Yogyakarta: Lily Publisher.
Suwahyono, Untung. (2014), Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah. Cetakan
pertama. Jakarta: Penebar Swadaya.
Widarti, dkk. (2015). Pengaruh Rasio C / N Bahan Baku Pada Pembuatan Kompos
Dari Kubis Dan Kulit Pisang. Integrasi Proses, 5(2), 75–80. diakses pada website:
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jip Submitted
Zuanah, dkk. (2010), Ragi Tape Dan Inoculant Cair Ragi Tempe Terhadap Waktu
Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga Tahun 2010. Sanitasi, Jurnal Kesehatan
Lingkungan 3 (2),47–55.
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
suhu * jenis 12 100.0% 0 .0% 12 100.0%
volume * jenis 12 100.0% 0 .0% 12 100.0%
pH * jenis 12 100.0% 0 .0% 12 100.0%
berat * jenis 12 100.0% 0 .0% 12 100.0%
bentuk_fisik * jenis 12 100.0% 0 .0% 12 100.0%
pH2 * jenis 12 100.0% 0 .0% 12 100.0%
Report
jenis suhu volume pH berat bentuk_fisik pH2
kontrol Mean 20.9433 26554.00 5.500 1.8167 .00 .0000
N 3 3 3 3 3 3
Std. Deviation .09815 266.736 .0000 .02887 .000 .00000
tape Mean 26.1133 17820.00 7.000 1.5333 3.00 1.0000
N 3 3 3 3 3 3
Std. Deviation .09815 132.000 .0000 .02887 .000 .00000
tempe Mean 23.3333 20790.00 7.000 1.6000 3.00 1.0000
N 3 3 3 3 3 3
Std. Deviation .28868 330.000 .0000 .10000 .000 .00000
roti Mean 23.2133 22110.00 6.500 1.6667 2.00 .0000
N 3 3 3 3 3 3
Std. Deviation .07506 330.000 .0000 .05774 .000 .00000
Total Mean 23.4008 21818.50 6.500 1.6542 2.00 .5000
N 12 12 12 12 12 12
Std. Deviation 1.91943 3292.968 .6396 .12147 1.279 .52223
Page 1
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:suhu
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 40.310 3 13.437 496.582 .000
Intercept 6571.188 1 6571.188 242852.652 .000
jenis 40.310 3 13.437 496.582 .000
Error .216 8 .027
Total 6611.715 12
Corrected Total 40.526 11
a. R Squared = .995 (Adjusted R Squared = .993)
Homogeneous Subsets
Page 2
suhu
jenis Subset
N 1 2 3
a ,b
Duncan kontrol 3 20.9433
roti 3 23.2133
tempe 3 23.3333
tape 3 26.1133
Sig. 1.000 .398 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .027.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = 0.05.
Page 3
Multiple Comparisons
Dependent Variable:volume
(I) jenis (J) jenis 95% Confidence Interval
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
LSD kontrol tape 8734.00 225.969 .000 8212.91 9255.09
*
tempe 5764.00 225.969 .000 5242.91 6285.09
*
roti 4444.00 225.969 .000 3922.91 4965.09
*
tape kontrol -8734.00 225.969 .000 -9255.09 -8212.91
*
tempe -2970.00 225.969 .000 -3491.09 -2448.91
*
roti -4290.00 225.969 .000 -4811.09 -3768.91
*
tempe kontrol -5764.00 225.969 .000 -6285.09 -5242.91
*
tape 2970.00 225.969 .000 2448.91 3491.09
*
roti -1320.00 225.969 .000 -1841.09 -798.91
*
roti kontrol -4444.00 225.969 .000 -4965.09 -3922.91
*
tape 4290.00 225.969 .000 3768.91 4811.09
*
tempe 1320.00 225.969 .000 798.91 1841.09
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 76593.000.
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
volume
jenis Subset
N 1 2 3 4
a ,b
Duncan tape 3 17820.00
tempe 3 20790.00
roti 3 22110.00
kontrol 3 26554.00
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 76593.000.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = 0.05.
Page 4
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:berat
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model .132 3 .044 11.759 .003
Intercept 32.835 1 32.835 8756.056 .000
jenis .132 3 .044 11.759 .003
Error .030 8 .004
Total 32.998 12
Corrected Total .162 11
a. R Squared = .815 (Adjusted R Squared = .746)
Homogeneous Subsets
Page 5
berat
jenis Subset
N 1 2 3
a ,b
Duncan tape 3 1.5333
tempe 3 1.6000 1.6000
roti 3 1.6667
kontrol 3 1.8167
Sig. .219 .219 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .004.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = 0.05.
NPar Tests
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
jenis 2.00
bentuk_fisik2 1.00
a
Test Statistics
N 12
Chi-square 12.000
df 1
Asymp. Sig. .001
a. Friedman Test
FREQUENCIES VARIABLES=pH2
/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM MEAN
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
pH2
N Valid 12
Missing 0
Mean .5000
Minimum .00
Maximum 1.00
Page 6
pH2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak memenuhi syarat 6 50.0 50.0 50.0
memenuhi syarat 6 50.0 50.0 100.0
Total 12 100.0 100.0
Page 7
Lampiran I
Kondisi kompos hari ke 1 inoculnt ragi tape Kondisi kompos hari ke 7 inoculant ragi roti
Kondisi kompos hari ke 7 inoculant ragi tape Konisi kompos hari ke 7 inoculant ragi tempe
Kondisi kompos hari ke 21 kontrol Kondisi kompos hari ke 21 inoculant ragi roti
Kondisi kompos hari ke 28 kontrol Kondisi kompos hari ke 21 inoculant ragi roti
Kondisi kompos hari ke 28 inoculant ragi tape Kondisi kompos hari ke 28 inoculant ragi tempe
Alat menyeringan kompos Sisa kompos hasil di ayak
No Ruangan H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 timbulan
1 gizi 20 18 25 30 16 12 20 20 161 20.125
2 baseman 10 18 20 19 19 8 8 49 151 18.875
3 igd 11.5 13 6 12 14 14 14 10 94.5 11.8125
4 farmasi 3 7 3 6 4 23 2.875
5 lab 3 6 3 1 1 4 4 4 26 3.25
6 poli 15 21 15 10 19 20 25 9 134 16.75
7 rad 4 3 2 3 4 2 2 3 23 2.875
8 lobby 16 5 14 15 19 11 24 21 125 15.625
9 mikael 19 6 23 17 28 17 24 19 153 19.125
10 ep 28 22 17 20 15 22 21 25 170 21.25
11 ok 6 6 9 9 10 6 8 8 62 7.75
12 icu 8 11 3 12 17 3 4 3 61 7.625
13 rafael 25.5 30 27 24 19 18 22 40 205.5 25.6875
14 abraham 28 43 28 19 28.5 27 25 26 224.5 28.0625
15 halaman 25 20 15 35 15 35 20 15 180 22.5
total 222 229 207 229 224.5 205 221 256 1793.5 224.1875
LAMPIRAN 4
belum ada
sampah domestik yang dapat dimanfaatkan kembali pemilahan sampah
I
dipisahkan dengan wadah yang berbeda dari organik dan
sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali √ anorganik
sampah tajam terpisah dengan sampah medis dan
domestik √ drigen
TAHUN 2017