Anda di halaman 1dari 28

Pertemuan K3RS

Ke-1
DASAR HUKUM
Tujuan dan Sasaran
PERMENKES NO. 66 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR K3RS
BAB III
STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
Pasal11

a. Manajemen risiko K3RS (UMR)


b. Keselamatan dan keamanan di RS (SPSRS)
c. Pelayanan Kesehatan Kerja (SDM, PPI, KOMKEP, RADIOLOGI,
LAB)
d. Pengelolaan B3 dari aspek K3 (FARMASI, RT, LAB, RADIOLOGI)
e. Pencegahan dan pengendalian kebakaran (SPSRS)
f. Pengelolaan prasarana RS dari aspek K3 (SPSRS)
g. Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3 (SPSRS, RADIOLOGI)
h. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana (UMR,
CS)
a. Manajemen Risiko K3RS
• Undang-undang No 44 tahun 2009 tent Rumah sakit
• Undang-undang No 32 Tahun 2009 tent rumah sakit
• Undang-undang No 24 Tahun 2007 tent sistem
manajemen pengamanan organisasi, perusahaan
dan/atau instansi/lembaga pemerintah
• Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tent sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
• peraturan mentri tenaga kerja No.Per/05/Men/1996 tent
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
• peraturan presiden RI no 77 tahun 2015 tent pedoman
organisasi RS
b. keamanan dan keselamatan RS
• Undang-undang No 24 Tahun 2007 tent sistem manajemen pengamanan
organisasi, perusahaan dan/atau instansi/lembaga pemerintah
• Surat keputusan Ka.Porli: No Pol. 126 Tahun 1980 tent pola pembinaan
satpam
• Surat keputusan Ka.Porli: No Pol. 73 tahun 1981 tent pelaksanaan
pembinaan satuan-satuan pengaman
• surat keputusan Ka.Porli: No Pol. 74 Tahun 1981 tent pelaksanaan seragam
satuan pengaman
• surat keputusan Ka.Porli: No Pol. 62 Tahun 1981 tent pendidikan satpam
• peraturan mentri tenaga kerja No.Per/05/Men/1996 tent sistem menajemen
keselamatan dan kesehatan kerja
• keputusan dirjen pembinaan pengawasan ketenagakerjaan No.Kep
45/D/Peraturan pemerintah K/IX/2008 tent pedoman keselamatan dan
kesehatan kerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali
• peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi No per 09/MEN/VII/2010
tent operator petugas pesawat angkat dan angkut
• peraturan mentri tenaga kerjatrans no per.01/MEN/1999 tent bejana
tekanan
• peraturan mentri tenaga kerjatrans no 09/MEN/1999 tent syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja lift untuk mengangkutan orang dan
barang
c. Pelayanan Kesehatan Kerja
• Undang-undang No. 01 tahun 1970 tent Keselamatan kerja
• Undang-undang No. 10 tahun 1997 tent Ketenaganukliran
• undang-undang No 08 tahun 1999 tent perlindungan konsumen
• Undang-undang No. 25 tahun 2009 tent pelayanan publik
• Undang-undang No 29 tahun 2004 tent tenaga kedokteran
• Undang-undang No. 01 tahun 1970 tent tenaga kesehatan
• peraturan pemerintah no 70 tahun 2012 tent jaminan kecelakaan kerja dan jaminan
kematian bagi ASN
• peraturan mentri kesehatan no 01 tahun 1981 tent kewajiban melapor penyakit akibat kerja
• Peraturan mentri tenaga kerja No 08 tahun 2010 tent alat pelindung diri
• keputusan presiden no 22 tahun 1993 tent penyakit yang timbul karena hubungan kerja
• peraturan pemerintah republik indonesia no 33 tahun 2007 tent keselamatan radiasi
pengion dan keamanan sumber radioaktif
• peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir no 8 tahun 2011 tent keselamatan radiasi
dalam penggunaan pesawat sinar X radiologi diagbosik dan intervensional
• peraturan mentri kesehatan no 66 tahun 2016 tent standar kesehatan kerja rumah sakit
• peraturan mentri kesehatan no 48 tahun 2016 tent standar kesehatan dan keselamatan
kerja perkantoran rumah sakit
• peraturan mentri kesehatan no 56 tahun 2016 penyelenggaraan penyakit akibat kerja di
fasilitas layanan kesehatan
• peraturan mentri kesehatan no 70 tahun 2016 tent standar kesehatan lingkungan kerja
industri
• peraturan kepala BKN no 5 tahun 2016 tent pedoman kriteria penetapan kecelakaan kerja,
cacat dan penyakit akibat kerja serta kriteia penetapan tewas bagi pegawai ASN
• undang-undang no 4 tahun 1984 tent wabah penyakit menular
• peraturan mentri kesehatan no 949/Menkes/SK/VIII/2004 tent pedoman penyelenggaraan
sistem kewaspadaaan dini KLB
jenis-jenis pely kesehatan

Jenis-
jenis Pely
kesehatan

rehabilitati
preventif kuratif promotif
f
kegiatan promotif
• Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi (extra
fooding) bagi petugas yang bekerja di area berisiko tinggi serta
petugas yang dinas bergilir (sore, malam dan diluar hari kerja atau
libur).
• Pelaksanaan program kebugaran jasmani terprogram (pengukuran
kebugaran jasmani dan latihan fisik terprogram), senam kesehatan
dan rekreasi.
• Pembinaan mental/rohani.
• Pemenuhan gizi kerja dan ASI di Rumah Sakit, meliputi :
a) Pengelolaan kantin bersih, sehat dan selamat/ hygiene sanitasi.
b) Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan/hygiene perorangan.
c) Pemantauan status gizi dan konseling gizi.
d) Tempat Penitipan Anak (TPA).
e) Pengelolaan ASI di Rumah Sakit (penyediaan Ruang ASI,
Pemberian Makanan Tambahan-PMT, konseling dan Komunikasi
Informasi Edukasi-KIE tentang ASI).
kegiatan preventif
• Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada SDM Rumah Sakit dan pekerja yang
bekerja pada area/tempat kerja yang berisiko dan berbahaya (antara lain; thypoid, hepatitis,
influenza dan Ca.Cervix).
• Pemeriksaan kesehatan bagi pegawai sebelum bekerja, berkala dan khusus sesuai dengan risiko
pekerjaan. Langkah pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan berdasarkan risiko
pekerjaannya, meliputi;
a) Identifikasi dan pemetaan populasi berisiko sesuai potensi bahaya yang ada
b) Menentukan jenis pemeriksaan kesehatan sesuai dengan potensi bahaya tempat kerjanya
c) Melakukan pemeriksaan kesehatan
d) Menentukan kelaikan bekerja sesuai kondisi kesehatan pegawai (fit to work)
e) Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan pegawai secara populasi untuk memberikan
rekomendasi program Kesehatan Kerja dan perbaikan lingkungan kerja.
• Pelaksanaan program fit to work dalam rangka penentuan jenis pekerjaan yang sesuai dengan
status kesehatan pekerja Rumah Sakit.
• Surveilans medik
a) Menganalisis hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus,data rawat
jalan, data rawat inap seluruh sumber daya manusia Rumah Sakit.
b) Memberikan rekomendasi dan tindak lanjut hasil analisis.
• Surveilans lingkungan kerja
a) Menilai, menganalisa dan mengevaluasi hasil pengukuran lingkungan kerja
b) Memberikan rekomendasi hasil evaluasi pengukuran lingkungan kerja
• Memantau kesehatan SDM Rumah Sakit dan pekerja yang bekerja pada tempat kerja yang
mengandung potensi bahaya tinggi, sesuai dengan peraturan perundangan.
kegiatan kuratif
• Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM
Rumah Sakit yang menderita sakit.
• Melakukan diagnosis dan tatalaksana Penyakit Akibat Kerja (PAK)
yaitu penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab yang
spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui, selain
risiko penyakit umum yang ada di masyarakat.
• Penanganan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yaitu suatu kejadian
atau peristiwa dengan unsur-unsur tidak diduga, tidak dikehendaki,
tidak disengaja, terjadi dalam hubungan kerja, menimbulkan
trauma/ruda paksa, kecacatan, dan kematian disamping itu
menimbulkan kerugian dan/atau kerusakan properti.
• Penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis)
kegiatan rehabilitatif
• Rehabilitasi medik
• Pelaksanaan program pendampingan
kembali bekerja (return to work) bagi SDM
Rumah Sakit yang mengalami
keterbatasan setelah mengalami sakit
lebih dari 2 minggu/KAK/PAK, yang mana
memerlukan rehabilitasi medik dan/atau
rehabilitasi okupasi/kerja.
d. Pengelolaan B3 dari aspek K3
• undang-undang no 32 tahun 2009 tent perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
• peraturan pemerintah no 69 tahun 1999 tent label dan iklan pangan
• peraturan mentri kesehatan no 239 tahun 1985 tent zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai
bahan berbahaya
• permendag RI no 44 tahun 2009 tent pengadaan, distribusi dan pengawasan bahan berbahaya
• peraturan mentri kesehatan no 472 tahun 1996 tent pengamanan bahan berbahaya bagi
kesehatan
• kep. menperindag no 254 tahun 2000 tent tata noaga impor dan perdaran bahan berbahaya
tertentu
• kep. menperindag no634 tahun 2002 tent ketentuan dan tata cara pengawasan barang dan jasa
yang beredar di pasar
• permendag no 4 tahun 2006 tent distribusi dan pengawasan bahan berbahaya
• permen LH no 2 tahun 2008 tent pemanfaatan limbah B3
• peraturan pemerintah RI no 74 tahun 2001 tent pengelolaan limbah berbahaya dan beracun
• keputusan mentri kesehatan no 1204/Menkes/SK/X/2004 tent persyaratan kesehatan lingkungan
RS
• kep. Ka. Bapedal No 3 tahun 2995 tent pesyaratan teknis pengelolaan limbah B3
• kepmenLH no 3 tahun 2008 tent tata cara pemberian simbol dan label B3
• peraturan pemeritah no 74 tahun 2001 tent pengelolaan B3
• peraturan pemerintah no 101 tahun 2014 tent pengelolaan limbah B3
• peraturan mentri kesehatan bo 115/Menkes/SK/IX/2007 tent pedoman penanganan medis korban
msaal akibat bencana kimia
jenis
kegiatan

Pembuatan
Identifikasi Pedoman dan Penangan Menyiapkan
Menyiapkan Standar
dan an sarana
dan Memiliki Prosedur
Inventarisasi Operasional Keadaan keselamatan
MSDS
B3 Pengelolaan Darurat B3 B3
B3
identifikasi dan inventarisasi B3
• Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
instalasi yang akan ditangani untuk mengenal
ciri-ciri dan karakteristiknya. Diperlukan
penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi
diberi label atau kode untuk dapat membedakan
satu dengan lainnya.
• Mengawasi pelaksanakan kegiatan
inventarisasi, penyimpanan, penanganan,
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).
Menyiapkan dan Memiliki Material
Safety Data Sheet
• Informasi mengenai bahan-bahan
berbahaya terkait dengan penanganan
yang aman, prosedur penanganan
tumpahan, dan prosedur untuk mengelola
pemaparan sudah yang terbaru dan selalu
tersedia.
Menyiapkan sarana keselamatan
B3
1) Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3);
2) Penyiram badan (body wash);
3) Pencuci mata (eyewasher);
4) Alat Pelindung Diri (APD);
5) Rambu dan Simbol Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3); dan
6) Spill Kit
Pembuatan Pedoman dan Standar
Prosedur Operasional Pengelolaan B3
• 1) Menetapkan dan menerapkan secara aman bagi petugas dalam
penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan- bahan dan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
• 2) Menetapkan dan menerapkan cara penggunaan alat pelindung
diri yang sesuai dan prosedur yang dipersyaratkan sewaktu
menggunakannya.
• 3) Menetapkan dan menerapkan pelabelan bahan-bahan dan
limbah berbahaya yang sesuai.
• 4) Menetapkan dan menerapkan persyaratan dokumentasi,
termasuk surat izin, lisensi, atau lainnya yang dipersyaratkan oleh
peraturan yang berlaku.
• 5) Menetapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi)
untuk tumpahan dan paparan, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
• 6) Menetapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan.
Penanganan Keadaan Darurat B3
1) Melakukan pelatihan dan simulasi
tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).
2) Menerapkan prosedur untuk mengelola
tumpahan dan paparan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
3) Menerapkan mekanisme pelaporan dan
penyelidikan (inventigasi) untuk tumpahan
dan paparan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
e. Pencegahan dan
pengendalian kebakaran
• badan standarisasi nasional (2000) tent pencegahan kebakaran pada bangunan
gedung 2000-2001 menyangkut siste, hidran, sprinkler otomatis dan APAR
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun 1980, tentang Syarat-syarat
pemasangan dan pemeliharaan APAR
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1983, tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 186 Tahun 1999 tentang Unit penanggulangan
bahaya kebakaran di tempat kerja.
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 10 Tahun 2000, tentang Ketentuan teknis
pengamanan terhadap bahaya kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 11 Tahun 2000, tentang Ketentuan teknis
manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan
f. Pengelolaan prasarana RS
dari aspek K3
• undang-undang no 28 tahun 2007 tent bangunan gedung
• Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011)
• Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005, tentang Peraturan
Pelaksana Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung.
• Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989, tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 25 tahun 2015 sebagai
pengganti nomor 3 Tahun 1999 Tentang Syarat-syarat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 2306 Tahun 2011, tentang
Persyaratan teknis prasarana Instalasi Elektrikal Rumah Sakit.
• peraturan mentri kesehatan no 24 tahun 2016 tent persyaratan
teknis bangunan dan prasarana rumah sakit
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29 Tahun 2006, tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangungan Gedung
g. Pengelolaan peralatan medis
dari aspek K3
• Peraturan Pemerintah no. 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan
peralatan kesehatan.
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 Tahun 2016 Tentang Penggunaan Gas Medik
dan Vakum Medik pada Fasilitas Layanan Kesehatan
• Buku pedoman Operasional Dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial RI, Direktorat Jendral Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2001.
• Buku Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan
Diterbitkan oleh Direktorat Pelayan Keperawatan . Direktorat Pelayanan Medik Dep.
Kes. RI Tahun 2001
• Buku Pedoman Kerja Sistem Pelayanan Direktorat Medik dan Keperawatan
diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2006.
• Buku Standar Alat Medik & Keperawatan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
diterbitkan oleh Bidang Fasilitas Medik Dan Keperawatan tahun 2006.
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 51 Tahun 2017 Tentang Penilaian Teknologi
Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional.
h. Kesiapsiagaan menghadapi
kondisi darurat atau bencana
• undang-undang no 24 tahun 2007 tentang penggulangan bencana
• keputusan mentri kesehatan RI no 448/Menkes/SK/VX/1993 tent
pembentukam tim kesehatan penanggulangan korban bencana di
setiap RS
• keputusan mentri kesehatan RI no 28/Menkes/SK/1/1995 tent
petunjuk pelaksanaan umum penggulangan medik korban bencana
• keputusan mentri keseahtan RI no 205/menkes/SK/III/1999 tent
petunjuk pelaksanaan permintaan dan pengiriman bantuan medik di
RS rujukan saat bencana
• peraturan mentri kesehatan no 145/Menkes/SK/I/2007 tent
pedoman penaggulangan bencana bidang kesehatan
• peraturan mentri kesehatan bo 115/Menkes/SK/IX/2007 tent
pedoman penanganan medis korban msaal akibat bencana kimia
• peraturan pemerintah RI no 21 tahun 2008 tent penyelenggaraan
penanggulangan bencana
• Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
• Standar K3RS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilaksanakan oleh
SDM Rumah Sakit.
• Pelayanan Kesehatan Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c
dilakukan secara komprehensif melalui
kegiatan yang bersifat promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
• Kegiatan yang bersifat preventif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi imunisasi,
pemeriksaan kesehatan, surveilans
lingkungan kerja, dan surveilans medik.
• Pemeriksaan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan bagi
SDM Rumah Sakit yang meliputi:
• a. pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja;
• b. pemeriksaan kesehatan berkala;
• c. pemeriksaan kesehatan khusus; dan
• d. pemeriksaan kesehatan pasca bekerja.

Anda mungkin juga menyukai