Disusun Oleh:
NATIQOH DIAN RATNA S. P1337433216005
TITA ADITIANA P1337433216012
FARIDA ARSHINTA P1337433216030
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktik Klinik Sanitasi di
Puskesmas Sumbang II yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 September 2019 sampai
dengan 4 Oktober 2019.
Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan PKL (Praktik Kerja Lapangan) bagi para Mahasiswa Jurusan Kesehatan
Lingkungan Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
Laporan ini dalam penyelesaiannya kami banyak mendapat bantuan baik materil
maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang
2. Bapak Asep Tata Gunawan, S.KM, M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
3. Bapak Hari Rudijanto, I.W., ST, M.Kes., selaku Ketua Prodi Diploma IV
Kesehatan Lingkungan Purwokerto.
4. Bapak Lagiono, SKM., M.Kes, selaku Ketua Pelaksana Program Klinik Sanitasi.
5. Bapak M. Choiroel Anwar, SKM., M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah
Klinik Sanitasi.
6. Bapak Khomsatun, S.Pd., M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah Klinik
Sanitasi.
7. Bapak Dr.Djamaluddin Ramlan, SKM., M.Kes, selaku dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Risiko Lingkungan dan mata kuliah Administrasi Manajemen
Kesehatan Lingkungan.
8. Bapak Agus Subagyo, SIP., M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Risiko Lingkungan dan mata kuliah Administrasi Manajemen
Kesehatan Lingkungan.
9. Semua dosen dan staff Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto yang telah
membantu dalam kelancaran penulisan Laporan Klinik Sanitasi.
10. Bapak Aris Dwi Susilarto, SKM., MPS., M.Eng, selaku Kepala Puskesmas
Sumbang II.
i
11. Ibu Belliya Yulis Ramadhani, S.Tr.KL., selaku Pembimbing Lapangan Klinik
Sanitasi Puskesmas Sumbang II.
12. Seluruh staff dan karyawan Puskesmas Sumbang II. Terimaksih atas bantuan dan
kerjasamanya
13. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Presentase Pendidikan Yang Ditamtkan di Puskesmas Sumbang II………..9
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di wilayah
kerjanya (Permenkes No 13 tahun 2015). Puskesmas merupakan kesatuan
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal,
tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).
Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, di antaranya meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar.
Di sini peran Puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung dengan masyarakat
menjadi sangat penting. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Upaya kesehatan masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan
gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
pengamanan zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
Sanitasi yang buruk dapat menjadi media transmisi dan perkembangan
berbagai agen penyakit. Penyakit yang penyebab utamanya berakar pada masalah
1
kesehatan lingkungan adalah penyakit berbasis lingkungan. Penyakit berbasis
lingkungan ini diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), diare, malaria,
Demam Verdarah Dengue (DBD), Tuberculosis (TB), kecacingan, dan penyakit
kulit (Achmadi, 2011) dalam Vini Jamarin (2014). Akar permasalahan penyakit
berbasis lingkungan berhubungan dengan sanitasi yang buruk dan masalah
kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, jika dalam pemberantasannya hanya
menonjolkan aspek kuratif dan rehabilitatif, tentu tidak akan maksimal. Dalam
memberantas penyakit ini, yang perlu dilakukan adalah mengubah pola hidup dan
tingkah laku masyarakat dengan menggencarkan aspek promotif dan preventif
(Depkes RI, 2004) dalam Vini Jamarin (2004).
Klinik Sanitasi adalah suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan
pelayanan kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada
penduduk / pasien yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan permukiman yang dilaksanakan oleh
petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan
aktif di dalam dan di luar puskesmas. Dengan meninjau gambaran pelaksanaan
klinik sanitasi, diharapkan klinik sanitasi yang dilakukan di Puskesmas Sumbang II
dapat berubah menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dan fungsinya dalam
menurunkan kasus penyakit berbasis lingkungan.
B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko lingkungan perumahan
yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan dan
mampu melakukan intervensi terhadap permasalahan yang di temukan.
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan klinik sanitasi.
b. Mahasiswa mampu bekerjasama dengan paramedis dan tenaga medis untuk
menangani penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan dan mampu
melakukan intervensi terhadap permasalahan yang ditemukan.
c. Mahasiswa mampu melakukan interview terhadap pasien di Puskesmas.
d. Mahasiswa mampu menganalisis faktor risiko lingkungan rumah yang
berhubungan dengan penyakit pasien di Puskesmas.
2
e. Mahasiswa mampu menjadi fasilitator terhadap permasalahan kesehatan
lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.
f. Mahasiswa mampu melakukan konseling terhadap pasien penyakit berbasis
lingkungan.
g. Mahasiswa mampu melakukan promosi kelompok/ keluarga.
C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memperoleh informasi tentang masalah kesehatan dan penyakit berbasis
lingkungan, membantu mengatasi mengatasi masalah tentang masalah
kesehatan lingkungan dengan memberikan beberapa alternatif da masukan-
masukan untuk pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi terutama adalah
penyakit berbasis lingkungan.
2. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas praktik klinik sanitasi dapat diupayakan dalam
penambahan program dalam mengatasi masalah di masyarakat terutama pada
penyakit berbasis lingkungan, serta sebagai salah satu layanan masyarakat di
Puskesmas yang mengintegrasi antar upaya promotif dan preventif di bidang
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.
3. Bagi Dinas Kesehatan
Mensukseskan kegiatan klinik sanitasi di Puskesmas dan sebagai bahan
evaluasi untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program klinik sanitasi.
4. Bagi Institusi
Menambah kepustakaan bagi mahasiswa dan khususnya pada program
klinik sanitasi.
5. Bagi Mahasiswa
a) Mahasiswa yang melakukan klinik sanitasi dapat menambah pengalaman
secara langsung di lapangan dari ilmu yang telah di peroleh.
b) Dapat mengetahui secara langsung mengenai penyakit berbasis lingkungan
yang ada di Puskesmas sehingga mahasiswa mampu mencari faktor risiko,
mampu menjadi konsultan di Puskesmas, dan mampu memberdayakan
masyarakat dalam menghadapi masalah kesehatan di masyarakat khususnya
masalah pada penyakit berbasis lingkungan.
3
BAB II
METODE PELAKSANAAN
B. Organisasi
Untuk kelancaran kegiatan Klinik Sanitasi sejak dari pembekalan sampai evaluasi
maka disusun satuan tugas dengan susunan sebagai berikut :
Pelindung : Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
(Asep Tata Gunawan, SKM., M. Kes)
Penanggungjawab : Ketua Program Studi DIV Kesehatan Lingkungan
(Hari Rudijanto Indro Wardono, ST., M. Kes)
Ketua : Lagiono, SKM., M. Kes
Sekretaris : Dr. M. Choiroel Anwar, SKM., M. Kes
Umum : Khomsatun, S.Pd., M. Kes
Bendahara : Kuswati
Anggota : Semua Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan
C. Kegiatan
1. Persiapan
a. Rapat-rapat
b. Penyusunan buku panduan
c. Surat menyurat
d. Pertemuan koordinasi
4
2. Pelaksanaan
a. Teori – pembekalan
b. Kerja praktik klinik sanitasi di puskesmas
c. Bimbingan dan supervise
3. Evaluasi dan pelaporan
Rincian tahapan-tahapan kegiatan klinik sanitasi meliputi :
a. Rapat – rapat
1) Rapat penentuan waktu, kelompok, dan kegiatan
2) Pematangan renana kegiatan
b. Penyusunan buku pedoman
Buku pedoman sebagai pegangan mahasiswa dalam melakukan kegiatan
praktik klinik sanitasi
c. Surat menyurat
Surat baik Dinas Kesehatan maupun ke instansi yang terkait
d. Pertemuan koordinasi
1) Pertemuan koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas
2) Pertemuan koordinasi dengan petugas sanitasi
3) Pertemuan koordinasi dengan Kepala Puskesmas yang akan menjadi
lokasi praktik
e. Pembekalan
1) Pembekalan materi tentang klinik sanitasi
2) Pemberian materi tentang pemberdayaan masyarakat
3) Pemberian materi tentang inspeksi sanitasi perumahan dan lingkungan
4) Pemberian materi tentang pengolahan air
5) Pemberian materi tentang pengambilan sampel
6) Pemberian materi tentang intervensi lingkungan
7) Pemberian materi tentang penyakit yang akan dijadikan sasaran praktik
8) Praktik interview
9) Praktik inspeksi danitasi perumahan di sekitar kampus
f. Lapangan
1) Kegiatan di Puskesmas dalam gedung meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Melakukan interview/ wawancara dengan pasien dengan kasus
penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk oleh dokter atau
5
paramedic ke ruang konseling. Jenis penyakit yang difokuskan pada
praktik klinik sanitasi yaitu Diare, TB Paru, Demam Berdarah
Dengue, Scabies, ISPA, DHF, Malaria, Kecacingan.
b) Mengambil kesimpulan perlu atau tidaknya dilakukan tindak lanjut
kunjungan rumah untuk inspeksi sanitasi terhadap lingkungan rumah
paisen.
c) Melakukan konseling terhadap pasien dan kesepakatan waktu untuk
kunjungan rumah.
d) Melakukan pemahaman mengenai perjalanan dokumen rekam medis
di Puskesmas.
e) Membantu kegiatan di Pusat pembantu.
2) Kegiatan di Puskesmas luar gedung meliputi kegiatan sebagai berikut :
a) Menilai faktor risiko lingkungan rumah yang berkaitan dengan
penyakit yang diderita.
b) Menilai kondisi lingkungan secara keseluruhan.
c) Mencari adanya kemungkinan penderita lain disekitar.
d) Menarik kesimpulan tentang faktor lingkungan yang berhubungan
dengan penyakit yang diderita.
e) Mengambil kesimpulan tentang intervensi yang perlu dilakukan.
f) Melakukan promosi kelompok/ keluarga.
g) Melakukan promosi pada tatanan sekolah dasar dan pelayanan
kesehatan.
h) Melakukan inspeksi sanitasi pada rumah tangga dan tempat umum.
i) Mengikuti Puskesmas keliling.
3) Intervensi
Melakukan intervensi sesuai dengan analisa faktor risiko yang
ditemukan. (jenis ntervensi yang dilakukan tiap – tiap penyakit
terlampir).
4) Tata Tertib
a) Kehadiran teori di kelas minimal 74% dari teori pertemuan
b) Kehadiran di lahan praktik sanitasi / puskesmas harus menggunakan
jaket almamater
6
c) Selama praktik di puskesmas mengikuti tata tertib yang berlaku di
puskesmas
5) Supervisi
Dilakukan oleh pembimbing / petugas seksi kesehatan lingkungan Dinas
Kesehatan sebanyak 2 kali yakni :
a) Pada awal kegiatan sekaligus penyerahan mahasiswa ke kepala
puskesmas
b) Akhir kegiatan dengan tujuan mengevaluasi dan sekaligus pamit ke
kepala puskesmas
6) Evaluasi
Penilaian dilakukan oleh pembimbing lapangan berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, presensi, dan laporan mahasiswa.
7
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS II SUMBANG
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk secara alami dihitung dari jumlah kelahiran
dan jumlah kematian penduduk suatu wilayah, dan untuk masing-masing
wilayah memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang berbeda. Secara
keseluruhan tingkat pertumbuhan alami di wilayah Sumbang II adalah
8
52,09 %, dihitung dari jumlah kelahiran sebanyak 597 jiwa dan jumlah
kematian sebanyak 311 orang. Sehingga tingkat pertumbuhan penduduk
selama tahun 2017 adalah sebesar 0,0013 %.
b. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk keseluruhan wilayah Puskesmas Sumbang II
tahun 2017 sebanyak 43507 jiwa, dibandingkan dengan luas wilayah
keseluruhan maka tingkat kepadatan penduduknya sebesar 1258 jiwa/Km².
Untuk wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah desa Susukan
sebesar 2201jiwa/Km², sedangkan yang memiliki tinggkat kepadatan
penduduk terendah adalah desa Limpakuwus sebesar 445jiwa/Km² dengan
luas wilayah 11,70 Km².
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
ketrampilan masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan pula keadaan sosial
ekonomi masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka
semakin baik kualitas sumberdayanya. Di Puskesmas Sumbang II tahun 2017
jumlah masyarakat dengan tingkat pendidikan setara SD/MI sebanyak 11.968
(36,7%), sedangkan masyarakat dengan pendidikan setara SMP sebanyak 4.969
(15,3%). Berikut adalah data tingkat pendidikan masyarakat di Puskesmas
SumbangII.
b. SD/MI
c. SMP/ MTs
Gambar 3.1
9
Indikator lain yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan keberhasilan pembangunan adalah angka melek huruf. Angka
melek huruf di Puskesmas Sumbang II tahun 2017 sebesar 85,09%, ada
peningkatan 1,99% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini dimungkinkan karena
akses ke pendidikan semakin mudah dan terjangkau.
4. Tingkat Pekerjaan
Sebagian besar jenis pekarjaan penduduk adalah petani. Ditinjau dari
letak geografis wilayah kerja Puskesmas Sumbang II berada pada lereng
Gunung Slamet dengan ketinggian ±800m diatas permukaan laut, suhu
minimum 24 0C dengan curah hujan 1.000 mm/tahun, sehingga sebagian besar
potensi dan perkembangan wilayah merupakan swasembada pertanian dengan
jenis komoditas sayuran dan palawija. Selain pertanian/perkebunan sebagian
penduduk juga memiliki mata pencaharian pada sector perdagangan, dan
industri kecil.
10
b. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan
pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab‐sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup.Jumlah kematian ibu mengalami penurunan dari
tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 tidak terdapat kematian ibu baik pada
ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas. / Diasumsikan bahwa upaya dan
kegiatan untuk menekan AKI di wilayah Puskesmas Sumbang II sudah
dilaksanakan secara maksimal yang meliputi P4K, kelas ibu hamil, dan
persalinan 24 jam di puskesmas, sehingga risiko kematian ibu dapat
diantisipasi dengan baik.
2. Angka Kesakitan
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan
di Puskesmas Sumbang II. Data penyakit yang terdapat di masyarakat meliputi
penyakit infeksi dan degeneratif.
a. Penyakit Menular Langsung
1) Penyakit TB Paru
Penyakit TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis yang lebih sering menginfeksi organ paru‐paru sebagai
organ tempat infeksi primer, serta dapat menyerang organ lain seperti
kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak. Penyakit TB ditularkan
melalui droplet yaitu percikan dahak penderita. jumlah suspek TB Paru
tahun 2017sebanyak 11 orang dan kasus BTA (+) yang ditemukan
sebanyak 11 penderita.
2) Kusta
Penyakit Kusta atau sering disebut Lepra adalah penyakit infeksi
kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang
menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Jumlah kasus kusta
tahun 2017 sebanyak 1 kasus dari desa Banjarsari Kulon, Persentase
New Case Detection Rate (NCDR) sebesar 1,63%.
11
3) Penyakit HIV/AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan menurunnya imunitas tubuh
sebagai akibat dari Human Imunodeficiency Virus. Akibat penurunan
daya tahan tersebut adalah penderita mudah diserang berbagai macam
penyakit infeksi (Infeksi Oportunistik).
Tahun 2017 tidak ditemukan kasus baru HIV (+) di wilayah II
Sumbang. Upaya penemuan kasus HIV telah dilaksanakan melalui
sosialisasi pada kelas ibu hamil, skrining HIV pada ibu hamil dan pasien
TB Paru serta menjaring kasus melalui program IMS.
4) Pneumonia
Jumlah kasus pneumonia tahun 2017 sebanyak 101 kasus.
Penurunan jumlah kasus dari tahun sebelumnya sebesar 3,5%, hal ini
dimungkinkan karena program MTBS dan MTBM yang langsung
menangani balita sakit belum berjalan secara optimal dan adanya sedikit
perbedaan pada penegakan diagnosis pneumonia dari dokter dengan
penegakan diagnosis sesuai bahasa program.
5) Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyebab angka kematian
dan kesakitan pada anak terutama balita. Secara umum penyakit diare
berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat,
sehingga adanya peningkatan kasus diare merupakan cerminan
penurunan kualitas kedua faktor tersebut.Jumlah penderita diare tahun
2017 adalah 693 orang atau 68,3% dari target kasus yaitu 1.015 kasus.
Jumlah kasus diare menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
31,7%.
b. Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi / PD3I
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), namun diantara
penyakit‐penyakit tersebut ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau
disingkat PD3I, antara lain :
12
1) Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium
Tetani yang masuk ke dalam tubuh melalui luka. Penyakit TN ini
merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi
sistim urat syaraf dan otot. Tetanus Neonatorum menyerang bayi yang
baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril,
terutama jika tali pusar terinfeksi. Tahun 2017 tidak terdapat kasus TN
di wilayah Puskesmas Sumbang II.
2) Campak
Campak merupakan penyakit akut yang disebabkan virus
campak (measles).Sebagian besar kasus campak menyerang anak‐anak.
Penularan dapat terjadi melaluiudara yang terkontaminasi oleh sekret
orang yang telah terinfeksi, dengangejala awal demam, bercak
kemerahan, batuk pilek lalu timbul ruam di seluruhtubuh. Tahun 2017
ditemukan 3 kasus suspek campak dari desa Ciberem, Sikapat dan
Gandatapa, dan telah diperiksa sampel darah untuk diperiksa dengan
hasil negatif campak.
Gambar 3.2
13
3) AFP (Acute Flaccid Paralysis)
Kasus AFP dalam hal ini adalah semua anak berusiakurang dari
15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi
secaraakut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa. Target
AFP telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu
sebesar2/100.000 anak usia <15 tahun.Tahun 2017 tidak ditemukan
kasus AFP di wilayah Puskesmas Sumbang II.
c. Penyakit Menular Bersumber Binatang
1) Demam Berdarah Dengue
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu menyerang
masyarakat akan tetapi tidak sampai menjadi KLB di wilayah Sumbang
II. Tahun 2016 terdapat 8 kasus DBD dengan Incidence Rate sebesar
18,5% dan CFRsebesar 0%. Untuk sebaran kasus DBD menurut wilayah
kerja Puskesmas dapat dilihatpada lampiran profil tahun 2017 tabel 21.
Dari 8 kasus yang ditemukan adalah dari desa Gandatapa, Sikapat,
Cibetem, dan Kotayasa masing-masing dua kasus.
2) Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
HPR merupakan kasus gigitan oleh hewan penular rabies seperti
kera, anjing, dan kucing. Tahun 2017 tidak ditemukan kasus HPR di
wilayah Puskesmas Sumbang II.
15
d. Puskesmas Keliling (Pusling)
Di Wilayah Puskesmas Sumbang II terdapat puskesmas keliling
yang berada di Desa Susukan. Puskesmas keliling ini bertempat di rumah
salah seorang warga yang dibuka setiap hari selasa.
e. Pos Kesehatan Desa (PKD)
Di Wilayah Puskesmas Sumbang II terdapat 7 PKD yang terletak di
Desa Susukan, Banjarsari Kulon, Ciberem, Sikapat Gandatapa, Kotayasa,
dan Limpakuwus.
f. Apotek Swasta
Di Wilayah Puskesmas Sumbang II terdapat 2 Apotek Swasta yang
berada di Desa Kotayasa dan Sikapat.
g. Praktek Pengobatan Tradisional
Di Wilayah Puskesmas Sumbang II terdapat 2 Praktik Pengobatan
Tradisional yang berada di Desa Ciberem Rt 01 Rw 01 dan Rt 05 Rw 01.
2. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
professional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak,
yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Jenis tenaga kesehatan
yang ada di Puskesmas II Sumbang adalah :
a. Tenaga Medis
Dokter Umum : 3 orang
Dokter Gigi : 1 orang
b. Tenaga Keperawatan
Perawat : 7 orang
Perawat gigi : 1 orang
Bidan : 20 orang
c. Tenaga Apoteker : 1 orang
d. Tenaga Nutrisionis : 2 orang
e. Analis Kesehatan : 1 orang
f. Tenaga Sanitasi : 1 orang
g. Tenaga Promkes : 2 orang
h. Surveilans : 1 orang
i. Tenaga lainnya : 2 orang
16
3. Pembiayaan Kesehatan
a. Operasional Rutin Puskesmas
Anggaran operasional Puskesmas II Sumbang tahun 2017 tardiri dari
anggaran yang bersumber dari APBD dan Kapitasi BPJS. Sampai dengan
31 Desember 2017 Puskesmas II Sumbang mendapatkan anggaran
operasional puskesmas yang bersumber dari Kapitasi dan Pelayanan Umum
dari target anggaran sebesar Rp. 4.009.655.801,-
Diharapkan Puskesmas II Sumbang sudah bisa menerapkan PPK
BLUD bertahap dengan memperhatikan pendapatan, SDM, pencapaian
kinerja dan surplus anggaran diharapkan pelayanan di Puskesmas
meningkat danmenjadikan Puskesmas betul-betul memberikan manfaat bagi
pelayanan kesehatan di Puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat khususnya di wilayah Puskesmas II Sumbang.
17
2) Memperoleh data kualitas air secara teratur untuk manajemen
pengawasan kualitas air dalam rangka peningkatan kualitas air.
3) Mencegah peningkatan angka kesakitan penyakit yang disebabkan oleh
dan atau berhubungan dengan air (KLB).
b. Bagi Masyarakat
1) Tersedianya air yang mencukupi dan memenuhi syarat
2) Terhindar dari water borne disease atau water related borne disease
(penyakit yang ditularkan melalui air / berhubungan dengan pemakaian
air)
3) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Jamban Keluarga
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung program ODF (Open Defecation
Free) yang telah digagas pemerintah melalui beberapa kegiatan :
a. Melakukan penyuluhan PHBS secara berkelanjutan
b. Kunjungan rumah secara berkelanjutan
c. Membuat jamban / bowl percontohan dengan melibatkan dinas terkait
d. Menjaga hubungan kerjasama baik dengan lintas sektoral
e. Mengajak masyarakat untuk membuat jamban yang sesuai dengan syarat
kessehatan
f. Mengadakan kegiatan pemicuan terhadap desa yang belum ODF
g. Menyebarkan leaflet tentang keehatan lingkungan
h. Pelatihan natural leader
i. Sosialisasi CLTS ke masyarakat dan sekolah
3. TPM
Kegiatan pengawasan TPM (Tempat Pengolahan Makanan)
dilaksanakan untuk mengetahui berbagai permasalahan dan pengawasan
terhadap TPM dan membantu dalam upaya peningkatan program pengawasan
TPM dengan mencari solusi di lingkungan kesehatan puskesmas. Kegiatan
pengawasan dapat berupa pengambilan sampel makanan untuk dilakukan
pemeriksaan untuk beberapa parameter yang diinginkan dan inspeksi sanitasi
TPM.
18
BAB IV
HASIL KEGIATAN
(L/P) (Tahun)
Tabel 4.1
(L/P) (Tahun)
19
4. An. WNH L 2,5 Limpakuwus 3/1
Tabel 4.2
(L/P) (Tahun)
6. An. AN P 4 Gandatapa 2 /6
8.
9.
10.
Tabel 4.3
20
2. Tempat
Daftar penderita ISPA, Diare dan Scabies di Puskesmas Sumbang II
berdasarkan tempat
No Nama Desa Jenis Penyakit Total
ISPA Diare Scabies
1. Gandatapa 3 2 2
2. Ciberem - 1 -
3. Banjarsari Kulon - - -
4. Banjarsari Wetan 1 - -
5. Kotayasa - 2 1
6. Susukan 2 2 3
7. Sikapat 2 1 -
8. Limpakuwus 2 2 1
Tabel 4.4
3,5
2,5
1,5 ISPA
Diare
1
Scabies
0,5
Gambar 4.1
21
B. Deskripsi Faktor Resiko
1. ISPA
Berdasarkan hasil konseling terhadap 10 responden di dapatkan faktor resiko
terjadinya ISPA di Kecamatan Sumbang adalah :
a. Mayoritas rumah tidak memiliki lubang asap dapur, sehingga asap hasil
kegiatan di dapur tidak dapat keluar secara maksimal dan menyebar
keseluruh ruangan didalam rumah, hal ini menimbulkan kontaminasi CO
yang dapat menurunkan kapasitas paru (nafas menjadi tersendat-sendat) dan
gangguan pernapasan.
b. Masih banyak rumah yang menggunakan obat nyamuk bakar sebagai
insektisida rumah tangga
c. Beberapa responden tidak menggunakan masker saat bepergian maupun
bekerja.
d. Beberapa rumah responden dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi
syarat sehingga menyebabkan kurangnya oksigen.
e. Terdapat salah satu anggota keluarga responden yang merokok sehingga
mengingkatkan risiko terjadinya penyakit ISPA.
2. Diare
Dari hasil konseling yang kami lakukan terhadap responden di Puskesmas
Sumbang II terdapat pasien yang menderita diare, adapun faktor-faktornya
sebagai berikut :
a. Mayoritas rumah tidak memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat,
sehingga dapat menimbulkan penyakit diare melalui fecal oral yaitu melalui
makanan dan minuman yang tercemar tinja melalui lalat (hewan perantara).
b. Kurangnya pemahaman tentang CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun),
terutama untuk anak usia dini harus sudah diajarkan mengenai ctps karena
penyakit diare seringkali menyerang anak-anak (balita).
c. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis
d. Penyimpanan makanan tidak ditempatkan pada wadah yang tertutup
sehingga terjadi kontaminasi oleh vektor.
e. Tempat sampah tidak tertutup sehingga vektor hinggap di sampah dan
meninggalkan bakterinya pada makanan yang tidak tertutup.
22
3. Scabies
Berdasarkan hasil konseling terhadap 10 responden di dapatkan faktor
terjadinya Scabies di Kecamatan Sumbang adalah :
a. Dinding rumah masih terbuat dari anyaman bambu/ilalang (bukan tembok)
dan lantai rumah juga masih papan/ anyaman bambu yang dekat dengan
tanah/ plesteran retak dan berdebu. Hal ini dapat membuat suasana rumah
semakin lembab.
b. Keadaan tempat tidur, seperti sprei, bantal dan guling yang jarang dijemur
dan diganti serta pakaian kotor.
c. Rata-rata responden tidak memiliki jendela kamar tidur, sehingga kondisi
pencahayaan di dalam ruang kamar kurang.
d. Sabun dan handuk yang digunakan untuk mandi digunakan secara bersama-
sama, sehingga mempermudah penularan dari anggota keluarga satu kepada
anggota keluarga lainnya.
e. Mayoritas rumah responden tidak memiliki jamban keluarga yang
memenuhi syarat, sehingga dapat memicu terjadinya penyakit scabies.
f. Beberapa responden memiliki kuku yang panjang dan kotor sehingga
meningkatkan risiko scabies.
23
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita ISPA,
didapatkan 5 responden merasakan batuk dan kesulitan bernafas. Hal
tersebut merupakan tanda umum terjadinya ISPA namun tidak semua
orang mendapatkan tanda dan gejala yang sama.
3) Dirumah terdapat atap tembus cahaya (kaca, fiber atau plastik tembus
cahaya,dll) yang memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam rumah.
Jawaban Jumlah (rumah)
Ya 0
Tidak 5
Total 5
Tabel 4.a.3
24
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita ISPA,
didapatkan 5 rumah responden seluruhnya tidak memiliki atap tembus
cahaya (kaca, fiber atau plastik tembus cahaya, dan lainnya) yang
memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam rumah. Kebanyakan
responden menggunakan jendela, pintu, dan ventilasi sebagai media
yang memungkinkan sinar matahri masuk ke dalam rumah.
25
sehingga terjadi gangguan kesulitan bernafas, dan jarak antara lantai dan
langit-langit kurang dari 2,75 meter.
26
8) Bahan bakar yang digunakan untuk memasak
Jawaban Jumlah (rumah)
Gas 4
Minyak tanah 0
Arang 0
Kayu Bakar 1
Total 5
Tabel 4.a.8
Berdasarkan hasil kujungan rumah responden penderita ISPA,
didapatkan empat responden menggunakan bahan bakar gas untuk
memasak dan satu responden menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Rumah responden yang memasak menggunakan gas memiliki lubang
asap dapur kurang dari 10% dari luas lantai dapur sehingga asap dari
aktivitas memasak mengumpul, ruangan dapur menjadi pengab dan
panas. Penggunaan kayu bakar untuk memasak menimbulkan asap dan
gas CO hasil pembakaran tidak sempurna, dan asap yang mengandung
CO jika terhirup terus-menerus dapat menyebabkan sumbatan pada
saluran pernafasan dan mengakibatkan infeksi.
27
10) Penderita tidur setempat tidur atau sekamar dengan orang lain
(istri/suami, anak dan lainnya)
Jawaban Jumlah (rumah)
Ya 5
Tidak 0
Total 5
Tabel 4.a.10
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita ISPA,
didapatkan seluruh responden tidur bersama dengan orang lain yang
merupakan anggota keluarganya. Dengan tidur bersama orang lain,
ISPA akan sangat mudah menular dari satu orang ke orang yang lain.
28
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden ISPA, didapatkan
tiga responden setiap batuk menutup mulut dan dua responden setiap
batuk tidak menutup mulut. Salah satu perpindahan bakteri dan virus
adalah melalui percikan saat batuk, maka jika penderita ISPA batuk
dengan tidak menggunakan etika batuk dapat dengan mudah
memindahkan bateri dan viru ke orang lain. Perilaku menutup mulut
saat batuk dapat meminimalisir terjadinya penularan penyakit ke orang
lain.
b. Diare
1) Sumber air bersih yang digunakan
Jawaban Jumlah (rumah)
Ledeng / PDAM 4
SGL / SPT 1
Sungai 0
Empang 0
Air Hujan / PAH 0
Total 5
Tabel 4.b.1
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita diare,
didapatkan hasil sebanyak empat responden menggunakan sumber air
29
bersih yang berasal dari ledeng/PAM dan satu responden menggunakan
air bersih bersumber dari SGL/SPT. Sumber air bersih yang paling
aman digunakan untuk keperluan hygiene sanitasi yaitu bersumber dari
PDAM karena telah melalui proses pengolahan dan dilakukan
pemantauan kualitas air bersih. Dari hasil kunjungan rumah responden
air bersih yang digunakan telah memenuhi persyaratan fisik air bersih.
30
4) Air minum yang dipergunakan sehari-hari dimasak
Jawaban Jumlah (rumah)
Ya 5
Tidak 0
Total 5
Tabel 4.b.4
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita diare,
didapatkan hasil seluruh responden mengkonsumsi air minum yang
dimasak secara konvensional. hal ini dapat membunuh mikroorganisme
yang ada di air sehingga aman dikonsumsi.
31
dalam keadaan bersih. Wadah tersebut dicuci setiap hari saat hendak
digunakan.
32
9) Tempat buang air besar
Jawaban Jumlah (rumah)
Kakus / WC sendiri 4
Kakus / WC umum 0
Sungai 0
Kebon 0
Empang 1
Total 5
Tabel 4.b.9
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita diare,
didapatkan hasil sebanyak empat responden membuang air besar di
kakus/ WC sendiri dan satu responden membuang air besar di empang.
Namun dari keempat responden yang sudah memiliki kakus/WC sendiri
belum memiliki septictank sehingga belum memenuhi persyaratan
jamban sehat.
33
11) Anggota keluarga melakukan CTPS sesudah buang air besar
Jawaban Jumlah (rumah)
Ya 5
Tidak 0
Total 5
Tabel 4.b.11
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita diare,
didapatkan hasil sebanyak lima responden melakukan CTPS sesudah
buang air besar. Namun terkadang responden lupa melakukan CTPS
sebelum makan, sehingga bakteri yang ada di tangan dapat masuk ke
dalam tubuh dan menyebabkan penyakit gangguan pencernaan.
c. Scabies
1) Sumber air bersih yang digunakan
Jawaban Jumlah (rumah)
Ledeng / PDAM 3
SGL / SPT 2
Sungai 0
Empang 0
Air Hujan / PAH 0
Total 5
Tabel 4.c.1
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita
Scabies, didapatkan tiga rumah responden menggunakan ledeng/PDAM
dan dua rumah responden menggunakan SGL/SPT. Penyakit kulit dapat
terjadi karena salah satunya dari sumber air bersih yang digunakan.
Akan lebih aman jika menggunakan air PDAM karena sudah melalui
proses pengolahan air bersih.
34
2) Kapasitas air
Jawaban Jumlah (rumah)
Cukup 5
Kurang 0
Total 5
Tabel 4.c.2
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita
Scabies, didapatkan lima rumah responden yang kami kunjungi
kapasitas air bersih yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sudah
mencukupi dan menurut parameter fisik kualitas air bersih juga sudah
memenuhi syarat.
3) Tempat mandi
Jawaban Jumlah (rumah)
Kamar mandi sendiri 5
Kamar mandi umum, MCK 0
Empang 0
Sungai 0
Sumur 0
Total 5
Tabel 4.c.3
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita
Scabies, didapatkan hasil sebanyak lima responden sudah memiliki
tempat mandi sendiri.
35
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita
Scabies, jarak sumber air bersih dengan sumber pencemar (air limbah)
sudah lebih dari 10 m. Jarak sumber air dengan sumber pencemar lebih
dari 10 m karena untuk menghindari kontaminasi sumber pencemar
terhadap air bersih.
36
membersihkan badan dari kotoran dan membunuh kuman yang ada pada
tubuh.
10) Responden sebagai karyawan pabrik yang selalu kontak dengan bahan-
bahan kimia
Jawaban Jumlah (rumah)
Ya 0
Tidak 5
Total 5
Tabel 4.c.10
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita
Scabies, tidak ada yang bekerja sebagai karyawan pabrik yang selalu
kontak dengan bahan-bahan kimia.
38
Berdasarkan hasil kunjungan rumah responden penderita
scabies, tiga responden sudah menjaga kebersihan pakaian dan dua
responden belum menjaga kebersihan pakaian. Responden yang belum
menjaga kebersihan pakaiannya seperti menggunakan kembali baju
yang dipakai sehabis bepergian untuk pergi keesokan harinya atau
hanya digantungkan saja digantungan baju hingga berhari-hari,
kemudian dipakai lagi apabila akan pergi. Bahkan ada juga baju yang
dipakai untuk bepergian sore atau malam hari sehabis sampai rumah
tidak ganti baju melainkan digunakan untuk tidur. Sehingga hal tersebut
memicu timbulnya bakteri dan virus penyebab sakit kulit. Responden
penderita scabies hendaknya lebih memperhatikan kebersihan pakaian
yang digunakan sehari-hari agar terhindar dari penyakit yang
diakibatkan dari penyakit kulit.
39
2. Hasil Intervensi
Nama Penyakit Observasi Lapangan Saran dan Tindakan
An.H ISPA Tingkat hunian Satu kamar dihuni
rumah yang padat tidak lebih dari 2 orang
Salah satu anggota atau sebaiknya luas
keluarga ada yang kamar > 8 m2/jiwa
merokok Sebaiknya untuk
anggota keluarga yang
merokok tidak
merokok di dalam
rumah
Ny. S ISPA Kurangnya luas membuat tambahan
ventilasi pada dapur ventilasi (cerobong
(< 10% dari luas asap dapur)
lantai)
40
memadai asap dapur atau
ventilasi pada dapur
agar dan tidak
membawa anak saat
memasak
Tn. N ISPA Tidak Menggunakan masker
menggunakan ketika berpergian dan
masker ketika bekerja
berpergian
Ny. N ISPA Lubang ventilasi Menambah ventilasi
dapur yang minim buatan di rungan dapur
Kedaan rumah yang Jendela ruangan rumah
pengab dan kurang dan ruang kamar
pencahayaan dibuka setiap hari di
Kadang-kadang pagi hari agar tidak
menggunakan pengab dan untuk
masker ketika sirkulasi udara, serta
berpergian dan agar cahaya matahari
bekerja dapat masuk ke dalam
ruangan. Atap rumah
dibuat tembus cahaya
agar pada saat siang
hari kedaan rumah
tidak gelap
Keluar rumah
menggunakan masker
dan saat bekerja
Ny. R Diare Langit-langit rumah Rutin membersihkan
sulit dibersihkan rumah agar terhindar
dan rawan dari sarang nyamuk
kecelakaan dan vektor penyebab
sehingga kotoran penyakit
41
dapat jatuh Mewadahkan makanan
kebawah dan dan minuman di
apabila terdapat tempat yang tertutup,
makanan yang bersih dan ditempatkan
diwadahkan terbuka yang aman yang jauh
dapat dari jangkauan tikus
terkontaminasi, atau vektor lainnya
pada saat Wadah makanan dan
dikonsumsi bisa minuman rutin dicuci
menyebabkan diare agar tetap hygienis dan
Dinding masih bersih
terbuat dari Dinding dan lantai
anyaman bambu diplester agar kotoran
dan lantai terbuat dan debu yang ada
dari plesteran yang tidak mencemari
retak dan berdebu, makanan dan minuman
sehingga dapat serta mencegah adanya
mencemari bakteri dan virus yang
makanan yang ada ada
di rumah apabila Menyediakan tempat
tidak ditempatkan sampah yang kedap air
di wadah tertutup dan tertutup, sehingga
Terdapat jamban tidak mengundang lalat
tetapi tidak dan hewan penyebab
memiliki septictank penyakit berbasis
sehingga lingkungan lainnya
kotorannya dibuang
ke sungai/kolam.
Sungai/kolam
biasanya sudah
terdapat ikan dan
ikan tersebut
42
diperjual belikan
dan dikonsumsi
sendiri
Tidak memiliki
tempat pembuangan
sampah, sehingga
selain mencemari
lingkungan sekitar
juga memicu
berbagai vektor
untuk hinggap dan
bisa
mengkontaminasi
makanan dan
minuman yang
tersedia di rumah
Keadaan rumah
kotor, tidak pernah
membersihkan
rumah dan halaman
sehingga
menyebabkan
tumbuhnya bakteri
dan virus
An. I Diare Mengkonsumsi Mengkonsumsi
makanan yang tidak makanan yang hygienis
hygienis (jajan dan bergizi dan jangan
sembarangan) jajan sembarangan
Jarang melakukan kalau bisa membawa
CTPS sebelum bekal sendiri dari
makan rumah
Tidak memiliki Membiasakan CTPS
43
jamban sehat sebelum makan dan
sesudah BAB
Membuat jamban sehat
yang berleher angsa
dan memiliki septic
tank
An. M Diare Jajan sembarangan Mengontrol makanan
dan mengkonsumsi anak dan membiasakan
makanan yang tidak untuk tidak jajan
bergizi dan hygienis sembarangan
Tidak melakukan Mengajarkan dan
CTPS sebelum menerapkan CTPS
makan kepada anak pada saat
sebelum makan dan
sesudah BAB
An. M Diare Mengkonsumsi Mengkonsumsi
makanan yang tidak makanan yang hygienis
hygienis (jajan dan bergizi dan jangan
sembarangan) jajan sembarangan
Jarang melakukan kalau bisa membawa
CTPS sebelum bekal sendiri dari
makan rumah
Membiasakan CTPS
sebelum makan dan
sesudah BAB
An. NF Diare Keadaan rumah Rutin membersihkan
yang kotor, rumah dan halaman
berantakan, banyak rumah
lalat, dan jarang Pasang perangkap lalat
dibersihkan, lantai (lem kertas lalat)
dapur responden Mengkonsumsi
diplester tetapi agak makanan yang bergizi
44
retak dan berdebu dan hygienis,
Jajan jajanan mengurangi makanan
sembarangan dan dan jajanan yang pedas
suka mengkonsumsi serta tidak jajan
makanan yang sembarangan
pedas Membiasakan untuk
Jarang melakukan melakukan CTPS
CTPS sebelum sebelum makan dan
makan sesudah BAB
Tn. T Scabies Keadaan tempat Rutin membersihkan
tidur (sprei, bantal halaman rumah dan
dan guling) serta lantai dalam rumah
pakaian yang kotor agar lantai tidak
Sabun yang berdebu, serta
digunakan untuk membersihkan langit-
mandi digunakan langit rumah
secara bersama- Menjemur kasur,
sama bantal dan guling min
Pemakaian handuk 2 minggu 1x dan rutin
setelah digunakan mengganti sprei
tidak dijemur Jangan gunakan sabun
dibawah sinar batang secara bersama-
matahari melainkan sama, ganti dengan
di letakkan pada sabun cair berantiseptic
gantungan baju di Jemur handuk setelah
kamar dipakai mandi di
Kamar tidur tidak bawah sinar matahari
terdapat jendela dan dan rutin mencuci
pencahayaan yang handuk agar tetap
kurang bersih
Keadaan rumah Membuat jendela atau
kotor/jarang ventilasi sebagai
45
dibersihkan tempat masuknya
cahaya ke dalam kamar
dan terdapat sirkulasi
udara agar kamar tidak
pengab dan lembab
Ny. R Scabies Penggunaan sabun Seharusnya
secara bersama- mengunakan sabun
sama secara sendiri-sendiri
Kondisi kukunya atau bisa diganti
yang kotor dengan sabun cair
Kondisi tempat Rutin memotong kuku
tidur (sprei,bantal seminggu sekali
dan guling) yang Sering membersihkan
jarang dijemur dan tempat tidur dengan
diganti menjemur kasur, bantal
Pakaian yang dan guling serta
dipakai berkali kali mencuci sprei
An. TS Scabies Kondisi rumah yang Rutin membersihkan
kotor dan rumah, seperti
berantakan menyapu halaman,
Langit-langit yang lantai dalam rumah,
kotor dan sulit dan membersihkan
dibersihkan langit-langit rumah
Dindingya terbuat Edukasi dan untuk
dari anyaman memicu responden
bambu (orang tuanya)supaya
Lantai rumah membuat jamban
plesteran yang retak keluarga yang
dan berdebu memenuhi syarat,
Tidak memiliki membuat tembok
jendela kamar tidur permanen yang kedap
46
lubang asap dapur jendela sederhana di
Tidak memiliki ruangan kamar tidur
jamban keluarga supaya ada sirkulasi
Pencahayaan dan udara dan cahaya dapat
ventilasi ruangan masuk, serta
rumah yang minim menambah ventilasi
Keadaan tempat buatan pada ruangan
tidur (sprei, bantal rumah/keluarga agar
dan guling) yang tidak pengab, gelap
kotor dan lembab
47
tidur (sprei, bantal cair
dan guling) yang Rutin membersihkan
kotor temat tidur, mencuci
sprei dan menjemur
bantal,guling dan kasur
An. KF Scabies Kondisi kuku yang Rutin memotong kuku
kotor setiap seminggu sekali
Sabun yang Jangan gunakan sabun
digunakan untuk batang bersamaan,
mandi digunakan ganti dengan sabun
secara bersama- cair berantiseptic
sama Rutin membersihkan
Keadaan tempat tempat tidur, mencuci
tidur (sprei, bantal sprei dan menjemur
dan guling) yang kasur, bantal dan
kotor guling
48
2. Kegiatan Luar Gedung
a. Kegiatan Inspeksi Sanitasi Rumah
Kegiatan inspeksi sanitasi kami laksanakan pada 15 rumah penderita
ISPA, diare dan scabies yang kami kunjungi sebagai tindak lanjut dari
kegiatan KS dalam gedung dan 15 rumah responden berasal dari Desa
Gandatapa, Desa Kotayasa, Desa Sikapat, Desa Banjarsari Wetan, Desa
Ciberem dan Desa Limpakuwus.
1) ISPA
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita ISPA yang kami
kunjungi, rumah An. H memperoleh nilai 1205 yang termasuk kedalam
kategori rumah sehat. Beberapa komponen yang belum memenuhi
syarat yaitu sarana pembuangan sampah (tempat sampah) yang tidak
tertutup dan sarana pembuangan air limbah dialirkan ke selokan terbuka.
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita ISPA Ny. S
diperoleh total hasil penilaian 1011 yang termasuk kedalam kategori
rumah tidak sehat. Beberapa komponen yang belum memenuhi syarat
yaitu luas ventilasi dapur kurang 10% dari luas lantai, memiliki jamban
leher angsa tetapi tidak memiliki septictank dan disalurkan ke kolam,
sarana pembuangan sampah (tempat sampah) tidak tertutup dan sarana
pembuangan air limbah dialirkan ke selokan terbuka.
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita ISPA An. AG
diperoleh total hasil penilaian 656 yang termasuk ke dalam kategori
rumah tidak sehat. Beberapa komponen penilaian yang belum
memenuhi syarat yaitu tidak ada langit-langit, dinding bukan tembok
atau terbuat dari anyaman bambu, lantai rumah masih menggunakan
tanah, tidak memiliki jendela kamar tidur, luas lubang ventilasi kurang
10% dari luas lantai dapur, tidak pernah membuka jendela kamar tidur,
tidak memiliki jamban, sarana pembuangan air limbah dialirkan ke
selokan terbuka dan sarana pembuangan sampah (tempat sampah) tidak
tertutup.
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita ISPA Tn. N
diperoleh total hasil penilaian 1117 yang termasuk ke dalam kategori
49
rumah sehat. Beberapa komponen penilaian yang masih belum
memenuhi syarat yaitu sarana pembuangan sampah (tempat sampah)
yang tidak tertutup, sarana pembuangan air limbah dialirkan ke selokan
terbuka dan kadang-kadang membuka jendela kamar tidur dan jendela
ruang keluarga.
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita ISPA Ny. N
diperoleh total hasil penilaian 1049 yang termasuk ke dalam kategori
rumah tidak sehat. Beberapa komponen penilaian yang masih belum
memenuhi syarat yaitu luas ventilasi permanen dan luas ventilasi dapur
kurang 10% dari luas lantai, sarana pembuangan air limbah dialirkan ke
selokan terbuka, sarana pembuangan sampah (tempat sampah) tidak
tertutup dan kadang-kadang membuka jendela kamar tidur.
2) Diare
Berdasarkan hasil inspeksi rumah sehat yang telah dilakukan pada
rumah Ny. R diperoleh total skor sebesar 443, sehingga rumah tersebut
masuk dalam kategori rumah tidak sehat. Beberapa variabel yang belum
memenuhi syarat yaitu langit-langit kotor, sulit dibersihkan dan rawan
kecelakaan, dinding terbuat dari anyaman bambu, lantai plesteran yang
retak dan berdebu, tidak memiliki jendela keluarga sehingga setiap hari
tidak pernah membuka jendela keluarga, ventilasi permanen kurang
10% dari luas lantai, tidak memiliki lubang asap dapur, pencahayaan
tidak terang sehingga tidak dapat dipergunakan untuk membaca,
memiliki jamban leher angsa tetapi tidak memiliki septictank sehingga
kotoran buang air besar disalurkan ke kolam, sarana pembuangan air
limbah disalurkan ke selokan terbuka, tidak memiliki sarana
pembuangan sampah (tempat sampah) sehingga sampah rumah tangga
dibuang ke kebon, jarang membuka jendela kamar tidur dan tidak
pernah membersihkan rumah dan halaman sehingga rumah terlihat kotor
dan isi rumah berserakan.
Berdasarkan hasil inspeksi rumah sehat yang telah dilakukan pada
An. I diperoleh total skor sebesar 849, sehingga rumah tersebut masuk
dalam kategori rumah tidak sehat. Beberapa variabel yang belum
50
memenuhi syarat yaitu langit-langit kotor, sulit dibersihkan dan rawan
kecelakaan, dinding terbuat dari anyaman bambu, lantai diplester
sehingga kedap air, pencahayaan kurang terang sehingga kurang jelas
untuk membaca dengan normal, tidak memiliki jamban keluarga, sarana
pembuangan air limbah disalurkan ke selokan terbuka, sarana
pembuangan sampah (tempat sampah) tidak tertutup dan kadang-kadang
membuka jendela kamar tidur.
Berdasarkan hasil inspeksi rumah sehat yang telah dilakukan pada
An. M diperoleh total skor sebesar 1036, sehingga rumah tersebut
masuk dalam kategori rumah tidak sehat. Beberapa variabel yang belum
memenuhi syarat yaitu luas ventilasi dapur kurang 10% dari luas lantai
dapur, sarana pembuangan air limbah di salurkan ke selokan terbuka,
tidak memiliki sarana pembuangan sampah (tempat sampah) sehingga
membuang sampah di kebon.
Berdasarkan hasil inspeksi rumah sehat yang telah dilakukan pada
An. M diperoleh total skor sebesar 1024, sehingga rumah tersebut
masuk dalam kategori rumah tidak sehat. Beberapa variabel yang belum
memenuhi syarat yaitu tidak memiliki lubang asap dapur, pencahayaan
kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal,
sarana pembuangan air limbah disalurkan ke selokan terbuka, sarana
pembuangan sampah (tempat sampah) tidak tertutup dan jarang
membuka jendela kamar tidur dan jendela ruang keluarga.
Berdasarkan hasil inspeksi rumah sehat yang telah dilakukan pada
An. NF diperoleh total skor sebesar 724, sehingga rumah tersebut masuk
dalam kategori rumah tidak sehat. Beberapa variabel yang belum
memenuhi syarat yaitu langit-langit kotor, sulit dibersihkan dan rawan
kecelakaan, tidak memiliki jendela kamar tidur sehingga tidak pernah
membuka jendela kamar tidur, luas ventilasi permanen kurang 10% dari
luas lantai, tidak memiliki lubang asap dapur, pencahayaan kurang
terang sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal, memiliki
jamban leher angsa tetapi tidak memiliki septictank sehingga kotoran
buang air besar disalurkan ke kolam, sarana pembuangan air limbah
dialirkan ke selokan terbuka, sarana pembuangan sampah (tempat
51
sampah) tidak tertutup dan keadaan rumah halaman dan lantai agak
kotor karena jarang membersihkan rumah.
3) Scabies
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita scabies yang kami
kunjungi, rumah Tn. T memperoleh nilai 493 yang termasuk ke dalam
kategori rumah tidak sehat. Beberapa komponen penilaian yang belum
memenuhi syarat yaitu langit-langit kotor, sulit dibersihkan dan rawan
kecelakaan, dinding terbuat dari anyaman bambu, lantai plesteran yang
retak dan berdebu, tidak memiliki jendela kamar tidur sehingga tidak
pernah membuka jendela kamar tidur setiap hari, luas ventilasi
permanen kurang 10% dari luas lantai, tidak memiliki lubang asap
dapur, pencahayaan yang kurang terang sehingga kurang jelas untuk
membaca dengan normal, memiliki jamban leher angsa tetapi tidak
memiliki septictank sehingga kotoran buang air besar disaluran ke
kolam, sarana pembuangan air limbah dialirkan ke selokan terbuka,
tidak memiliki sarana pembuangan sampah (tempat sampah) sehingga
sampah yang dihasilkan dibuang ke kebon dan rumah terlihat agak kotor
karena jarang dibersihkan.
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita scabies yang kami
kunjungi, rumah An. S memperoleh nilai 468 yang termasuk ke dalam
kategori rumah tidak sehat. Beberapa komponen penilaian yang belum
memenuhi syarat yaitu langit-langit kotor, sulit dibersihkan dan rawan
kecelakaan, dinding terbuat dari anyaman bambu, lantai plesteran yang
retak dan berdebu, tidak memiliki jendela kamar tidur sehingga tidak
pernah membuka jendela kamar tidur setiap hari, luas ventilasi
permanen kurang 10% dari luas lantai, tidak memiliki lubang asap
dapur, pencahayaan yang kurang terang sehingga kurang jelas untuk
membaca dengan normal, tidak memiliki jamban keluarga, sarana
pembuangan air limbah dialirkan ke selokan terbuka, tidak memiliki
sarana pembuangan sampah (tempat sampah) sehingga sampah yang
dihasilkan dibuang ke kebon dan rumah terlihat agak kotor karena
jarang dibersihkan.
52
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita scabies yang kami
kunjungi, rumah Tn. R memperoleh nilai 881 yang termasuk ke dalam
kategori rumah tidak sehat. Beberapa komponen penilaian yang belum
memenuhi syarat yaitu tidak memiliki langit-langit, lantai terbuat dari
plesteran yang retak dan berdebu, luas ventilasi permanen kurang 10%
dari luas lantai, tidak memiliki lubang asap dapur, memiliki jamban
leher angsa namun tidak memiliki septictank sehingga kotoran tinja
disalurkan ke kolam, sarana pembuangan air limbah dialirkan ke
selokan terbuka dan sarana pembuangan sampah (tempat sampah) tidak
tertutup
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita scabies yang kami
kunjungi, rumah An. A memperoleh nilai 1024 yang termasuk ke dalam
kategori rumah tidak sehat. Beberapa komponen penilaian yang belum
memenuhi syarat yaitu luas ventilasi permanen kurang 10% dari luas
lantai, tidak memiliki lubang asap dapur, sarana pembuangan air limbah
dialirkan ke selokan terbuka, sarana pembuangan sampah (tempat
sampah) tidak tertutup dan kadang-kadang (jarang) membuka jendela
kamar tidur dan jendela ruang keluarga.
Berdasarkan survei rumah sehat pada penderita scabies yang kami
kunjungi, rumah An. KF memperoleh nilai 855 yang termasuk ke dalam
kategori rumah tidak sehat. Beberapa komponen penilaian yang belum
memenuhi syarat yaitu luas ventilasi permanen kurang 10% dari luas
lantai, tidak memiliki lubang asap dapur, pencahayaan kurang terang
sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal, memiliki jamban
leher angsa namun tidak memiliki septictank sehingga kotoran tinja
disalurkan ke kolam, sarana pembuangan air limbah dialirkan ke
selokan terbuka, sarana pembuangan sampah (tempat sampah) tidak
tertutup dan kadang-kadang (jarang) membuka jendela kamar tidur dan
jendela ruang keluarga.
3. Pemeriksaan PHBS
Kegiatan pemeriksaan PHBS dilakukan pada tanggal 24 dan 27
September 2019 di TK Pertiwi Banjarsari Wetan dan KB Tunas Mulya
Banjarsari Wetan. Kegiatan pemeriksaan PHBS meliputi pemeriksaan
kebersihan gigi dan mulut, telinga, kuku, dan rambut. Siswa yang pada saat
pemeriksaan gigi dan mulut serta telinga terdapat masalah maka akan dirujuk
ke puskesmas untuk dilakukan tindak lanjut. Dan siswa yang mengalami
masalah kebersihan rambut seperti terdapat kutu pada rambutnya maka diberi
saran untuk melakukan pembasmian kutu menggunakan bahan alami yaitu
campuran jeruk lemon dan lidah buaya yang diusapkan pada kulit kepala.
55
adalah melakukan penyuluhan pada keluarga balita yang tergolong stunting dari
segi penggunaan jamban sehat yang bisa menjadi faktor risiko stunting.
56
kaporit kedalam air maka dibuatlah suatu alat pembubuh kaporit yang disebut
chlorine diffuser.
a. Keuntungan
Keuntungan dari model chlorine diffuser yang akan dibuat antara lain :
Kualitas air lebih baik.
Mengurangi kemungkinan tertularnya water borne disease.
Mudah dibuat dan dioperasikan.
Mampu menentukan jumlah sisa chlor sesuai dengan yang diharapkan
melalui pembedaan jumlah lubang pada chlorine diffuser.
b. Alat Dan Bahan
Pipa 2 inch
Pipa ¾ inch
Dop pipa 2 inch
Dop pipa ¾ inch
Gergaji pipa
Bor pipa
Penggaris
Ayakan pasir
Ember
Lem pipa
Amplas
Pasir Kwarsa/ Pasir Kali
Kaporit bubuk
c. Aplikasi/Cara Pemasangan
- Pemasangan pada sumur gali dengan kerekan timba
57
Pasanglah Chlorine diffuser dengan menggunakan tali plastik merapat
dinding sumur hingga setengah kedalaman sumur. Ikatkan ujung tali
plastik pada tiang penimba atau paku yang ditancapkan pada bibir sumur.
- Pemasangan pada sumur gali yang dilengkapi pompa listrik
Chlorine diffuser dipasang dekat footklep pada ujung pipa hisap.
- Pemasangan pada bak penampung air
Chlorine diffuser dipasang pada setengah ketinggian /kedalaman bak
bagian dalam. Pemasangan Chlorine diffuser agar dilakukan pada malam
hari pada waktu sarana tidak digunakan, sehingga memberi waktu kontak
yang cukup antara kaporit dan air.
d. Cara Perawatan
Chlorin diffuser yang telah digunakan selama ± 10 hari, harus dilakukan
penggantian kaporit dengan cara :
1. Mengeluarkan pasir dari pipa.
2. Mencuci pipa, dop dan pasir hingga bersih lalu dijemur hingga kering.
3. Merakit kembali seperti semula.
61
fasilitas berwudhu dan tandon/ bak air lantai, lantai tempat wudhu dan
dinding berlumut serta tidak ada endapan.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Klinik sanitasi dilakukan untuk memperoleh gambaran faktor resiko
permasalahan kesehatan lingkungan apa yang menjadi sebab seseorang
menderita suatu penyakit tertentu dan diharapkan dengan ditemukannya
permasalahan kesehatan lingkungan, maka kejadian penyakit tersebut akan
menurun atau bahkan bisa hilang sama sekali dengan kerjasama lintas sektor.
2. Penyakit yang diambil untuk dilakukan intervensi yaitu ISPA, diare dan scabies
karena merupakan penyakit yang mudah tersebar penularannya.
3. Penyebab penyakit ISPA :
a. Luas ventilasi dapur kurang 10% dari luas lantai dapur
b. Jarang membuka jendela kamar tidur
c. Masih banyak rumah yang menggunakan obat nyamuk bakar sebagai
insektisida rumah tangga
d. Beberapa responden tidak menggunakan masker saat bepergian maupun
bekerja.
e. Beberapa rumah responden dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi
syarat sehingga menyebabkan kurangnya oksigen.
f. Terdapat salah satu anggota keluarga responden yang merokok sehingga
mengingkatkan risiko terjadinya penyakit ISPA.
4. Penyebab penyakit diare :
a. Mayoritas rumah tidak memiliki jamban keluarga yang sehat.
b. Sarana pembuangan sampah (tempat sampah) yang tidak memenuhi syarat.
c. Kurangnya pemahaman tentang CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun),
terutama untuk anak usia dini.
d. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis.
5. Penyebab Scabies :
a. Keadaan tempat tidur, seperti sprei, bantal dan guling yang jarang dijemur
dan diganti serta pakaian kotor..
b. Sabun dan handuk yang digunakan untuk mandi digunakan secara bersama-
sama.
66
c. Mayoritas rumah responden tidak memiliki jamban keluarga yang
memenuhi syarat.
a. Kondisi kuku yang panjang dan kotor.
6. Kegiatan Manajemen Kesehatan Lingkungan terdiri dari:
a. Pemicuan di desa yang belum ODF (Open Defecation Free)
b. Penyuluhan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dan gosok gigi
c. Pemeriksaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
d. Posyandu balita dan lansia
e. Posbindu remaja dan lansia
f. Monitoring pembuatan chlor diffuser
g. Pengambilan sampel air minum dan air bersih
7. Kegiatan Manajemen Risiko Lingkungan yang dilakukan adalah melakukan
inspeksi sanitasi pada beberapa tempat seperti :
a. Inspeksi sanitasi TTU / wisata (masjid dan pasar)
b. Inspeksi sanitasi industri (pabrik roti)
c. Inspeksi sanitasi sekolah
d. Inspeksi sanitasi DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II
e. Inspeksi sanitasi Puskesmas Sumbang II
B. Saran
1. Diharapkan kepada penderita ISPA, scabies, dan diare untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat agar status kesehatan dan kesejahteraan
meningkat.
2. Diharapkan kepada Puskesmas Sumbang II untuk melakukan promosi kesehatan
dan upaya pencegahan ISPA, scabies, dan diare yang bersifat menyeluruh pada
suatu kelompok masyarakat.
3. Diharapkan kepada Puskesmas Sumbang II untuk melakukan pengambilan
limbah cair sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan pada IPAL Puskesmas
Sumbang II agar mengetahui kualitas limbah cair yang dihasilkan, dan jika
hasilnya belum memnuhi syarat maka dapat dilakukan evaluasi kinerja IPAL
secara berkala.
67
Lampiran
Kegiatan intervensi pada penderita ISPA Kegiatan intervensi pada penderita diare
68
Kegiatan intervensi pada penderita scabies Kondisi kamar penderita ISPA
69
Inspeksi sanitasi Pabrik Roti Ratuna Inspeksi sanitasi Pabrik Roti Ratuna
Inspeksi sanitasi SMP Negeri 4 Sumbang Inspeksi sanitasi SMP Negeri 4 Sumbang
Inspeksi sanitasi TK Pertiwi Banjarsari Wetan Inspeksi sanitasi TK Pertiwi Banjarsari Wetan
70
Inspeksi sanitasi Pasar Sikapat Inspeksi sanitasi Pasar Sikapat
71
Kegiatan posyandu Kegiatan posyandu
Kegiatan pengambilan sampel air minum Kegiatan pengambilan sampel air bersih
72
Kegiatan World Cleanup Day Kegiatan penyuluhan PHBS di TK
73
74
Form Penilaian Rumah Sehat Penderita Diare
77
Form Penilaian Rumah Sehat Penderita ISPA
80
Form Penilaian Rumah Sehat Penderita Scabies
83
FORM INSPEKSI SANITASI SEKOLAH
85
b. Kantin sekolah 5 [ ] Selalu bersih 1 0
[ ] Lantai kuat, tdk licin, kedap air, mudah 5
1
dibersihkan
[ ] Dinding kuat, tdk lembab, warna terang 1 5
[ ] Sirkulasi udara lancar 1 5
[ ] Makanannya ditutup 1 0
[ ] Tempat cuci peralatan memenuhi syarat 1 0
[ ] Tersedia air bersih 1 5
[ ] Wastafel, tempat sampah, pemadam, PPPK 1 0
[ ] Perilaku penjamah sehat 2 10
24. Pos Kesehatan 5 [ ] Selalu bersih 4 20
[ ] Tersedia obat & peralatan 3 15
[ ] Selalu ada petugas kesehatan 3 0
25. Pemadam 1 [ ] Tersedia alat pemadam 4 0
[ ] Mudah dilihat, dijangkau tempat yang berisiko 3 0
[ ] Mentaati masa berlakunya 3 0
TOTAL BOBOT 97 TOTAL SKORE 557
Petugas Pemeriksa
…………………………..
86
FORMULIR PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (PP-IRT)
37 Perilaku karyawan v
38 Perhiasan dan asesoris lainnya v
Nilai Group G =
H Pengendalian Proses
39 Penetapan persyaratan bahan baku v
40 Penetapan komposisi dan formulasi bahan v
41 Penetapan cara produksi yang baik v
42 Penetapan persyaratan kemasan v
43 Penetapan tanggal kadaluarsa dan kode produksi v
Nilai Group H = 13 : 5 = 2,6 (B)
I Label Pangan
44 Persyaratan label v
Nilai Group I = 3 : 1 = 3 (B)
J Penyimpanan
45 Penyimpanan bahan dan produk v
46 Tata cara penyimpanan v
47 Penyimpanan bahan berbahaya v
48 Penyimpanan label dan kemasan v
49 Penyimpanan peralatan v
Nilai Group J = 9 : 5 = 1,8 ( C)
K Manajemen Pengawasan
50 Penanggungjawab v
51 Pengawasan v
Nilai Group K = 2 : 2 = 1 (K)
L Pencatatan dan Dokumen
52 Pencatatan dan dokumentasi v
53 Penyimpanan pencatatan dan dokumentasi v
Nilai Group L = 2 : 2 = 1 (K)
M Pelatihan Karyawan
54 Pengetahuan karyawan v
Nilai Group M = 2 : 1 = 2 (C )
DESKRIPSI MASALAH
NO TEMUAN BATASAN / SYARAT -SYARAT
SARAN
88
PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN (INSPEKSI SANITASI) PASAR
BOBO
NO VARIABEL UPAYA KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKORE
T
1 2 3 4 5 6
PERSYARATAN
A
KESEHATAN
I UMUM
1 Lokasi 4 [ ] Tidak terletak di daerah banjir 5 20
[ ] Sesuai dengan perencanaan tata kota 5 20
2 Lingkungan / Halaman 4 [ ] Bersih dan tertata rapi 4 0
[ ] Sistem drainase berfungsi baik 2 0
[ ] Tidak terdapat genangan air 3 12
KONSTRUKSI
B
UMUM
[ ] Susunan tata ruang diatur sedemikian rupa
3 Bangunan 2 4 8
sehingga lalu lintas lancar
[ ] Terdapat pengelompokan untuk jenis
2 4
barang (seperti daging, sayur, dll)
[ ] Permukaan bangunan tempat berjualan
3 6
rata, miring & lebih tinggi dari lantai
4 Lantai 2 [ ] Bersih 3 0
[ ] Bahan kuat, kedap air, permukaan rata 3 0
[ ] Miring kearah saluran pembuangan 2 0
[ ] Tidak licin 2 4
FASILITAS
C
SANITASI
5 Penyediaan Air 20 [ ] Tersedia dengan jumlah yang cukup 6 120
[ ] Memenuhi persyaratan fisik 4 80
6 Jamban dan Urinoir 16 [ ] Bersih dan terpelihara 2 0
[ ] Jumlah jamban sbb :
- untuk tiap 40 pedagang wanita 1 buah
jamban 2 0
- untuk tiap 60 pedagang pria 1 buah
jamban
[ ] Setiap 60 pengunjung pria tersedia 1 buah
2 0
urinoir
[ ] Jamban dan urinoir dihubungkan dengan
2 0
saluran air kotor / septictank
[ ] Jamban pria dan wanita terpisah 2 0
[ ] Dilakukan pengolahan sendiri atau
7 Pembuangan Air Limbah 16 6 0
pengolahan perkotaan
[ ] Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap
4 0
air, limbah mengalir dengan lancar
[ ] Tempat sampah terbuat dari bahan yang
8 Pembuangan Sampah 12 4 0
kuat, keap air dan dengan penutu
[ ] Permukaan dalam halus dan rata 2 24
[ ] Tersedia dengan jumlah yang cukup 2 0
[ ] Tersedia TPS yang memenuhi syarat 2 0
89
D LAIN – LAIN
[ ] Tersedia alat pembersih dengan jumlah
9 Alat – Alat Pembersih 8 6 0
yang cukup
[ ] Alat pembersih masih berfungsi dengan
4 0
baik
[ ] Tersedia minimal 1 buah kotak P3K yang
10 Kotak P3K 6 6 0
berisi obat-obatan sederhana
[ ] Obat-obatan masih dalam keadaan baik 0
[ ] Tersedia alat pemadam kebakaran yang
11 Pemadam Kebakaran 6 6 0
berfungsi baik dan mudah dijangkau
[ ] Terdapat penjelasan cara penggunaannya 4 0
[ ] Tersedia alat pengeras suara untuk
12 Pengeras Suara 4 6 0
memberikan penerangan / pengumuman
[ ] Alat pengeras suara masih berfungsi
4 0
dengan baik
TOTAL BOBOT 100 TOTAL SKORE 298
Petugas Pemeriksa
……………………………
90
FORMULIR INSPEKSI SANITASI SARANA PENDIDIKAN
NAMA SEKOLAH : TK PERTIWI BANJARSARI WETAN
ALAMAT : BANJARSARI WETAN RT 02 / 03
JUMLAH SISWA PUTRA : 32 PUTRI : 33
TANGGAL PEMERIKSAAN : SELASA, 24 SEPTEMBER 2019
NO VARIABEL BOBOT NILAI TOTAL NILAI
1 2 3 4 5
I KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN 3 Max. 250
1.1 Bagian Luar Banguna
a. Bersih tertata rapi tidak ada sampah
0.7 30 21
berserakan
b. Mempunyai drainase dan SPAL 0.7 25 17,5
c. Tidak terdapat perindukan serangga dan tikus 0.7 25 17,5
1.2 Keindahan
a. Ada taman / kebun sekolah yang terawat 0.7 X
b. Apotek hidup 0.7 X
c. Pagar hidup 0.7 X
1.3 Bagian dalam bangunan/ruangan
a. Bersih tertata rapi penggunaanya sesuai
0.6 30 18
peruntukan
b. Masing – masing ruangan tersedia tempat
0.6 25 15
sampah
c. Tidak terdapat tempat perindukan serangga
0.6 30 18
dan tikus
1.4 Tempat Parkir
a. Tersedia tempat parkir 0.5 X
b. Tempat parkir aman dan terlindung 0.5 X
c. Kendaraan tertata rapi 0.5 25 12,5
1.5 Pemadam kebakaran
a. Tersedia tabung pemadam kebakaran yang
0.5 X
berfungsi
b. Peralatan sederhana pemadam kebakaran 0.5 X
JUMLAH NILAI SUB TOTAL 119,5
II KONSTRUKSI BANGUNAN 2 Max.250
2.1. Lantai
a. Kuat, kedap air, rata dan mudah dibersihkan 0.4 30 12
b. Yang sering kontak dengan air dibuat miring
0.4 X
dengan saluran
2.2. Dinding
a. Kuat, rata, dan tidak lembab 0.4 25 10
b. Warna terang dan mudah dibersihkan 0.4 25 10
c. Yang sering kontak dengan air dibuat kedap
0.4 X
air, mudah dibersihkan
2.3. Ventilasi
a. Seluruh ruangan terdapat ventilasi 0.4 30 12
b. Luas ventilasi (jendela dan kisi – kisi min.
0.4 25 10
15% luas lantai)
c. Tinggi jendela, kisi – kisi pintu min. 2,5 M
0.4 X
dari lantai
d. Ventilasi menghadap udara bebas 0.4 25 10
2.4. Langit – langit
a. Tinggi minimal 2,5 M dari lantai 0.2 30 6
b. Terbuat dari bahan yang kuat, warna terang
0.2 30 6
mudah dibersihkan
2.5. Atap
a. Bebas serangga dan tikus 0.2 30 6
91
b. Kuat dan tidak bocor 0.2 30 6
2.6. Pencahayaan
a. Terang minimal 10 FC ( bisa membuat di
0.4 30 12
sudut ysng gelap ) 0.4
b. Tidak menyilaukan 0.4 30 12
JUMLAH NILAI SUB TOTAL 112
III KESEHATAN FASILITAS SARANA SANITASI 4 Max.400
3.1. Ruang UKS
a. Tersedia perlengkapan UKS 0.7 25 12,5
b. Tersedia obat PPP3 0.7 25 17,5
3.2. Penyediaan Air Bersih
a. Tersedia dalam jumlah yang cukup 0.7 30 21
b. Memenuhi syarat fisik 0.7 30 21
c. Memenuhi syarat bakteriologi 0.7 25 17,5
d. Memenuhi syarat kimia 0.7 25 17,5
3.3. Kamar mandi/jamban
a. Bersih dan mudah perawatannya 0.6 X
b. Jumlah perbandingan dengan pemakai 1 : 15 0.6 X
c. Ventilasi menghadap udara bebas 0.6 25 15
3.4. Peturasan
a. Dalam keadaan bersih 0.6 X
b. Terdapat air pembersih 0.6 X
c. Jumlah perbandingan pemakai 1 : 15 0.6 X
3.5 SPAL
a. Dibuat dengan sistem aliran tertutup 0.5 X
b. Menggunakan sistem peresapan 0.5 X
3.6. Pembuangan air hujan
a. Dibuat drainase permanen 0.3 X
b. Menggunakan sumur resapan dengan
0.3 X
luapannya ke saluran umum
3.7. Pengelolaan Sampah
a. Tiap ruangan tersedia tempat sampah yang
0.3 25 7,5
tertutup
b. TPS kuat dan memenuhi syarat 0.3 25 7,5
c. Dibuang ke TPA atau pemusnahan sampah
0.3 X
yang memenuhi syarat
3.8. Tempat cuci tangan
a. Tersedia tempat cuci tangan yang memadai 0.3 25 7,5
b. Air yang digunakan selalu bersih dan tersedia
0.3 25 7,5
lap
JUMLAH NILAI SUB TOTAL 157
IV WARUNG SEKOLAH / KANTIN 2 Max.100
4.1. tempat pengolahan makanan/ dapur
a. Tempat dan peralatan masak bersih 0.5 30 15
b. Bahan makanan dan makanan jadi terjamin
0.5 30 15
mutu dan kualitasnya
4.2. Tempat saji dan ruang makan
a. Tempat saji makanan terlindung 0.5 30 15
b. Tersedia meja makan dan fasilitasnya 0.5 X
c. Disediakan tempat cuci tangan dilengkapi
0.5 30 15
sabun dan lap pengering
d. Tersedia tempat sampah yang memenuhi
0.5 X
syarat
JUMLAH NILAI SUB TOTAL 60
JUMLAH NILAI TOTAL 448,5
Keterangan : MS Nilai >= 750, TMS Nilai < 750. Nilai diisi mulai dari 25 dengan kelipatan 5
92
INSPEKSI SANITASI MASJID
a. Kuantitas 100 Baik 100 Bila jml air tersedia melebihi keb berwudlu
jemaah walau dimusim kemarau
60 Cukup Bila jml air tersedia sebanding keb berwudlu
jemaah walau dimusim kemarau
25 Kurang Bila jml air tersedia sebanding dengan keb
berwudlu jemaah
c. Kuantitas 100 Baik 100 Bila jml air tersedia melebihi keb berwudlu
jemaah walau dimusim kemarau
60 Cukup Bila jml air tersedia sebanding keb berwudlu
jemaah walau dimusim kemarau
25 Kurang Bila jml air tersedia sebanding dengan keb
berwudlu jemaah
PENILAIAN
NO INDIKATOR KETERANGAN
YA TIDAK
1 Apakah wadah terbuat dari bahan yang kedap air? v
2 Apakah wadah terbuat dari bahan yang tahan karat? v
3 Apakah wadah terbuat dari bahan yang kuat? v
4 Apakah wadah terbuat dari bahan yang cukup ringan? v
5 Apakah tempat sampah medis dan non medis berbentuk konus? v
6 Apakah ada tempat penampungan sampah medis di puskesmas? v
7 Apakah tersedia safety box untuk sampah medis benda tajam? v
8 Apakah tersedia tempat penampungan khusus untuk sampah non benda
v
tajam?
9 Apakah tempat sampah medis dicuci dan didesinfeksi setelah
v
dikosongkan ketika akan digunakan lagi?
10 Apakah sampah diangkut setiap hari? v
11 Apakah terdapat petugas pengangkut sampah dengan menggunakan
v
APD?
12 Apakah warna kantong plastik sesuai dengan ketentuan? v
13 Apakah tempat penampungan sementara sampah medis terpisah dengan
v
sampah non medis?
14 Apakah pernah diadakan pelatihan mengenai pengelolaan sampah
v
puskesmas?
15 Apakah tempat sampah tersebut sanggup menampung sampah yang
v
dihasilkan dari unit ruangan?
16 Apakah petugas mengetahui jenis sampah yang berada di lingkungan
v
Puskesmas?
17 Apakah petugas mengetahui cara pengelolaan sampah yang memenuhi
v
syarat ?
18 Apakah para pekerja di puskesmas mengetahui cara memilah dan
v
memilih sampah medis dan non-medis yang berada di Puskesmas ?
19 Apakah di Puskesmas sudah memiliki tempat penampungan sementara? v
20 Apakah tenaga yang terlibat dalam pengelolaan sampah medis pernah
mendapatkan pendidikan atau pelatihan khusus mengenai pengelolaan v
sampah medis ?
21 Apakah ada dana atau anggaran khusus yang disediakan rumah sakit
v
untuk pengelolaan sampah medis ?
22 Apakah tempat sampah medis padat dilapisi dengan kantong plastik ? v
23 Apakah ada petugas khusus yang melakukan pemilahan sampah medis
v
dan non medis sebelum dibuang?
24 Adakah pemilahan sampah medis dan sampah non medis di setiap
v
ruangan?
25 Pernahkah terjadi penumpukan sampah medis dan terlambat diambil oleh
v
petugas kebersihan?
26 Apakah ada tenaga khusus yang menangani sampah medis? v
27 Apakah petugas sampah medis menggunakan alat pelindung diri? v
99
28 Apakah penyediaan peralatan selama ini dapat dikatakan mencukupi
v
sesuai kebutuhan?
29 Apakah berbagai fasilitas dan peralatan yang disediakan dapat berfungsi
v
dengan baik?
30 Adakah kebijakan yang mendasari pengelolaan sampah medis padat di
v
puskesmas?
JUMLAH 27 3 90%
Kategori Penilaian :
80% – 100% = BAIK
60% - 80% = CUKUP
< 60% = KURANG
100
CHEKLIST PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
DI PUSKESMAS
PENILAIAN KETERANGAN
No. INDIKATOR
YA TIDAK
1. Apakah dilakukan pengolahan di tiap sumber limbah ? v
2. Apakah Perpipaan kedap air, tidak bocor ? v
3. Apakah Saluran terpisah antara saluran air hujan dengan saluran air limbah
v
?
4. Apakah terdapat SPAL ? v
5. Apakah SPAL tertutup? v
6. Apakah Konstruksi IPAL kedap air ? v
7. Apakah Konstruksi IPAL tertutup ? v
8. Apakah konstruksi IPAL terdapat manhole? v
9. Apakah Volume penampungan memenuhi kuantitas ? v
10. Apakah terdapat SOP pengoperasian IPAL? v
11. Apakah pengukuran suhu memenuhi persyaratan (27-30oC)? belum belum
12. Apakah dilakukan pengukuran debit? belum belum
13. Apakah pengukuran TSS memenuhi persyaratan? belum belum
14. Apakah pengukuran BOD memenuhi persyaratan? belum belum
15. Apakah pengukuran COD memenuhi persyaratan? belum belum
16. Apakah pengukuran DO memenuhi persyaratan? belum belum Belum pernah
17. Apakah pengukuran pH memenuhi persyaratan belum belum dilakukan
18. Apakah pengukuran Nitrat, Nitrit memenuhi persyaratan belum belum pengambilan
19. Apakah pengukuran phospat memenuhi persyaratan belum belum sampel limbah
20. Apakah pengukuran amonia memenuhi persyaratan? belum belum cair
21. Apakah pengukuran parameter biologi pada pemeriksaan E-coli memenuhi
belum belum
persyaratan?
22. Apakah dilakukan pengukuran sampel setiap 1 bulan sekali ? belum belum
23. Apakah effulen memenuhi persyaratan baku mutu ? belum belum
24. Apakah kualitas limbah cair memenuhi persyaratan? belum belum
25. Apakah dilakukan monitoring IPAL? v
26. Apakah dilakukan pembersihan secara rutin pada bak equalisai ? v
27. Apakah setiap hari dilakukan pengecekan pompa? v
28. Apakah petugas menggunakan APD pada saat melakukan pemeliharaan? v
29. Apakah dilakukan pencatatan dan pelaporan IPAL? v
30. Apakah dilakukan evaluasi hasil IPAL? v
JUMLAH 15 50%
Kategori Penilaian :
80% – 100% = BAIK
60% - 80% = CUKUP
< 60% = KURANG
101
SURVEILANS SARANA PAB
FORMULIR INSPEKSI SANITASI SARANA PAB
Jumlah :
Skor Risiko Pencemaran, jika jawaban “Ya” :
7-14 = Tinggi
0-6 = Rendah
Kesimpulan : Tingkat pencemaran reservoir tersebut : Tinggi - Rendah
102