Disusun oleh :
1.3 Tujuan
1. Menyusun program untuk perancangan reactor batch pada proses pembuatan 1-butena
dari etilen menggunakan reactor batch berbasis Scilab 5.5.2.
2. Menyusun program komputasi dan proses dengan Scilab 5.5.2 untuk mencari hubungan
waktu dengan konversi yang dihasilkan pada proses pembuatan 1-butena dari etilen
menggunakan reaktor batchpada kondisi non adiabatic.
3. Menyusun program komputasi dan proses dengan Scilab 5.5.2 untuk mencari hubungan
suhu dengan waktu operasi pada proses pembuatan 1-butena dari etilen menggunakan
reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
4. Menyusun program komputasi dan proses dengan Scilab 5.5.2 untuk mencari hubungan
konsentrasi dengan waktu operasi pada proses pembuatan 1-butena dari etilen
menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu menyusun program untuk perancangan reactor batch pada proses
pembuatan 1-butena dari etilen berbasis Scilab 5.5.2
2. Mahasiswa mampu menyusun program komputasi dan proses dengan Scilab 5.5.2 untuk
mencari hubungan waktu dengan konversi yang dihasilkan pada proses pembuatan 1-
butena dari etilen menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
3. Mahasiswa mampu menyusun program komputasi dan proses dengan Scilab 5.5.2 untuk
mencari hubungan suhu dengan waktu operasi pada proses pembuatan 1-butena dari
etilen menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
4. Mahasiswa mampu menyusun program komputasi dan proses dengan Scilab 5.52 untuk
mencari hubungan konsentrasi dengan waktu operasi pada proses pembuatan 1-butena
dari etilen menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam reaktor batch, tidak ada aliran masuk dan keluar , A adalah reaktan, maka
dNA
[0] [0] + [-rAV] =
dt
dNA
= -rAV
dt
dX
NAo = -rAV
dt
X dX X dX C dCA
untuk densitas konstan, t = NAo0 A = CAo 0 A = C A
rA V rA Ao rA
X dX X dX
untuk densitas berubah, t = NAo0 A = CAo 0 A
rA vo (1+XA) rA (1+XA )
Karena FAo = CAOvo, maka volume reaktor sebagai fungsi space time () untuk
reaksi fase cair
dan densitas konstan (v=vo) ,
V CAo X
==
vo rA
2. Reaksi Eksotermis
Reaksi eksotermis adalah reaksi yang melepaskan panas, karena
menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi eksotermis
selalu ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung,
dengan nilai entalpi bertanda negatif (H < 0) dikarenakan energi yang dilepaskan
lebih besar daripada energi yang digunakan untuk reaksi. Contoh reaksi eksotermis
antara lain yaitu reaksi pembakaran, reaksi netralisasi asam basa, reaksi korosi
seperti oksidasi logam, reaksi polimerisasi, dan reaksi respirasi.
Untuk menentukan apakah reaksi berjalan eksotermis atau endotermis perlu
pembuktian dengan menggunakan panas pembentukan standar (Hof) pada 1 atm
dan 298,15 K dari reaktan dan produk.
Ho reaksi = Hof produk - Hof reaktan
Jika Hof reaksi berharga negatif maka reaksi akan bersifat eksotermis, sebaliknya
jika berharga positif reaksi akan bersifat endotermis
(J.M. Smith et al., 2001).
k1 k2
A R S
Reaksi seri yang terkenal pada skala industri adalah reaksi antara etilen-oksida
dan ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin, kemudian reaksi berlanjut
terbentuk di-etanol-amin dan produk akhir adalah tri-etanol-amin.
k1
C2H4O + NH3 HOCH2CH2NH2
EO
(HOCH2CH2NH)2NH (HOCH2CH2)3N
2. Reaksi Paralel
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari reaktan
yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda
pula. Contoh reaksi paralel adalah sebagai berikut :
k1
A R k1 R
atau A
k2
A S k2 S
Contoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala industri adalah reaksi
oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang diinginkan adalah etilen
oksida sementara selama terjadi reaksi oksidasi sebagian etilen terbakar
sempurna dan dihasilkan produk yang tidak diinginkan adalah uap air dan
karbon dioksida.
C2H4 + O2 C2H4O
C2H4 + 3 O2 2CO2 + 2 H2O
dengan:
Go = -RT ln K
sehingga:
ln K HR 0
=
dT RT 2
Jika Ho merupakan entalpi standar (panas reaksi) dan dapat diasumsikan konstan
terhadap temperatur, persamaan di atas dapat diintegrasikan menjadi:
K HR 0 1 1
ln = [( ) ( )]
K1 R T T1
Harga K yang sangat besar K >>1 mengindikasikan bahwa reaksi tersebut bersifat
serah (irreversibel) sedangkan harga K yang kecil, K << 1 menandakan bahwa
reaksi tersebut bersifat dua arah (reversibel).
(Levenspiel.O, 1999, Chemical Reaction Engineering 3rd ed.)
Reaksi samping :
CH2=CH-CH2-CH3(l) + C2H4(l) CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3(l)
Butena-1 Etilena 1-Heksena
Pada reaksi utama, Etilena akan bereaksi membentuk Butena-1,kemudian disisi lain,
karena reaksinya bersifat paralel maka Butena-1 yang terbentuk akan bereaksi
kembali dengan etilena dan menghasilkan 1-Heksena sebagai reaksi samping, semua
senyawa direaksikan dalam fase cair (liquid). Reaksi pembentukan 1-Butena ini
merupakan reaksi monomolekuler yang termasuk reaksi paralel karena Butena-1 yang
dihasilkan dapat bereaksi dengan Etilena menghasilkan produk samping yaitu 1-
Heksena .
Reaksi sintesis ini Reaktor dioperasikan pada tekanan 20 atm dan temperature 50 C. Commented [K3]: sesuaikan scipad
Kondisi operasi tersebut diatur untuk memperoleh hasi sesuai dengan tujuan dari
perancangan dan simulasi laporan ini yaitu untuk menentukan :
a. Hubungan waktu dengan konversi yang dihasilkan pada proses pembuatan 1-
butena dari etilen menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
b. Hubungan suhu dengan waktu operasi pada proses pembuatan 1-butena dari etilen
menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
c. Hubungan konsentrasi dengan waktu operasi pada proses pembuatan 1-butena
dari etilen menggunakan reaktor batch pada kondisi non adiabatic.
0
K HR 1 1
ln K = [( R
) ( )]
T T
298 1
K 105500 1 1
ln = [( )( )]
4,72410^11 8,314 323 298
K = 1.276 x 1013
Karena nilai K >>> 1 maka reaksi berjalan secara irreversible
(J.M Smith et al., 2001)
2.2.4 Tinjauan Kinetika
Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi dipengaruhi oleh kenaikan
suhu, adanya pengadukan/factor tumbukan dan penambahan katalis. Hal ini
dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius yaitu:
=
dengan :
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = temperatur
EA = energi aktivasi
Dari rumus tersebut apat diihat bahwa nilai k (kontanta laju reaksi) berbanding lurus dengan
nilai T (Temperatur). Sehingga semakin tinggi suhu maka semakin besar pula konstanta
kecepatan reaksi yang dihasilkan.
Berdasarkan referensi, reaksi pembentukan 1-butene ini diketahui bahwa harga:
A = 7,1 x 10-3 m3/kmol.det
Ea= 37,7 kcal/kmol K =157,84 kJ/kmol K
T operasi : 50 C = 323 K
Maka :
k = A.e
157,84 Commented [K6]: sesuaikan scipad
k1 = 7,1 x 10-3 m3/kmol.det x e
(8,314 /) 323
k1 = 0,006694
236
k2 = 5,25 x 10-3 m3/kmol.det x e
(8,314 /) 323
k2 = 0,004808
Sehingga diperoeh nilai k1 (reaksi utama) sebesar 0,006694 dan nilai k2 (Reaksi samping)
sebesar 0,004808
(Purwandari, 2003)
BAB III
METODE PENYELESAIAN
Reaksi samping :
CH2=CH-CH2-CH3(l) + C2H4(l) CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3(l)
Butena-1 Etilena 1-Heksena
Reaktan:
C2H4 Produk utama: C4H8
Produk samping:
C6H12
Dalam reaktor batch, tidak ada aliran yang masuk maupun keluar dari reaktor selama reaksi
berlangsung (input = output = 0). Sehingga persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
[ ] = [ ]
. =
Dimana = 0 0 .
0 0 .
. =
0 .
. =
=
0
Dimana
V = volum reaktor (liter)
NA0 = mol reaktan A (mol/menit)
XA = konversi
-rA = laju reaksi terhadap A
k2
CH2=CH-CH2-CH3(l) + C2H4(l) CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3(l)
(B) (A) (C)
Berdasarkan reaksi tersebut, didapatkan persamaan keceparan reaksi sebagai berikut:
= 1 . 2 2.
1
= . 2 2.
2 1
= 2.
3.1.1.2 Stoikhiometri
Konsentrasi dari A adalah mole A per unit volume sesuai dengan persamaan
berikut:
CA =
Untuk reaksi gas atau cair pada reaktor batch maka volume dianggap konstan (V = V0 ).
Dengan menganggap A (2CH=CH) sebagai pereaktan pembatas maka stoikiometri reaksi
tersebut dapat disusun sebagai berikut :
Reaksi utama:
Tabel 3.1 Stoikhiometri reaksi utama
2CH2=CH2(l) CH2=CH-CH2-CH3(l)
2A B
Awal NA0 -
Reaksi -NA0XA (1/2)NA0XA
Sisa NA0(1-XA) (1/2)NA0XA
Reaksi samping:
Tabel 3.2 Stoikhiometri reaksi samping
CH2=CH-CH2-CH3(l) + C2H4(l) CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3(l)
B A C
Awal (1/2)NA0XA NA0(1-XA)
Reaksi NA0(1-XA)XA NA0(1-XA)XA NA0(1-XA)XA
Sisa NA0[1/2XA-(1-XA)XA] NA0(1-XA)(1-XA) NA0(1-XA)XA
= 0 (1- )(1 )
1
= 0 [ (1- )( )]
2
= 0 (1- )( )
Untuk reaksi gas, maka volume dianggap konstan (v=v0) sehingga berlaku juga
persamaan berikut :
= 0 (1- )(1 )
1
= 0 [ (1- )( )]
2
= 0 (1- )( )
3.1.1.3 Kombinasi
Untuk menyelesaikan persoalan yang ada maka persamaan neraca massa,
kecepatan reaksi, dan stokhiometri dikombinasikan menjadi persamaan tunggal sebagai
berikut :
= .
= 0
k1C 2A + k2 CA CB
=
2 2
2 0
k1C A0 (1-2XA+X A) + k2CA0 ((1-XA)(1-XA).CA0 [1/2XA-(1-XA).(XA)]
=
0
2 2
= k1CA0 (1-2XA+X A) + k2CA0(1-X A)(1-XA).[1/2XA-(1-XA).(XA)]
Sedangkan perubahan konsentrasi reaktan dan produk dapat dirumuskan sebagai berikut:
= -k1C2A -k2CACB (persamaan 3)
= 1/2k1C2A k2CACB (persamaan 4)
= k2CACB (persamaan 5)
dengan nilai :
k1 = A
k2 = A
i = koefisien stoikhiometri
-rA = f(T, XA)
Empat persamaan tersebut memiliki variabel yang bergantung sama lain sehingga kedelapan
persamaan tersebut harus diselesaikan secara simultan. Penyelesaian persamaan diferensial
simultan menggunakan scilab dapat dilakukan dengan memanfaatkan fungsi subprogram
penyelesaian diferensial yaitu ode yang terdapat pada scilab (Setia Budi, 2010). Setelah
penyelesaian diferensial menggunakan scilab, kemudian dibuat grafik konversi, suhu dan
konsentrasi terhadap waktu untuk mencapai konversi yang diinginkan dan suhu yang telah
dicapai pada waktu tersebut.
3.3 Logika Pemograman Commented [K7]: pakai shape yaa
Mulai
E1
RT
k1 = Ae
E2
RT
k2 = Ae
function
ydot=fungsi(t,y)
ydot(1)
.
.
ydot(5)
endfunction
y0=[0;Tr;ca0;cb0;cc0]
t0=0
t=0:10:300
ydot=ode(y0,t0,t,fungsi)
Hubungan t vs XA,
Hubungan T Vs t, dan
Hubungan Ca vs t
Selesai
nokomp=1; k=0;
while nokomp>0
nokomp=x_choose(dfnamakom,tulisbs,'Selesai');
if nokomp > 0 then
k=k+1;
j u g a semakin tinggi. Hal ini dikarenakan sifat reaksi yang terjadi dalam reaktor ini Commented [K12]: kok gni
adalah eksotermis. Reaktor non adiabatis bekerja dengan adanya perpindahan kalor,
sehingga suhu reaktor meningkat seiring berjalannya waktu. Hal tersebut dapat terlihat
pada persamaan berikut :
( ) + [( )( ) ] Commented [K13]: sumber
=
Reaksi eksotermis yaitu reaksi yang membebaskan kalor, kalor mengalir dari
sistem ke lingkungan (terjadi penurunan entalpi), entalpi produk lebih kecil daripada
entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda negatif. Pada reaksi Commented [K14]: sumber
eksotermis umumnya suhu sistem menjadi naik, adanya kenaikan suhu inilah yang
menyebabkan sistem melepas kalor ke lingkungan. Untuk mendapatkan produk secara
optimum maka suhu harus dijaga pada kondisi suhu operasi dengan cara memasang jaket
pendingin pada reaktor. Hal ini dilakukan agar kenaikan suhu operasi tidak terlalu naik Commented [K15]: sumber
k1
2CH2=CH2(l) CH2=CH-CH2-CH3(l)
(A) (B)
k2
CH2=CH-CH2-CH3(l) + C2H4(l) CH2=CH-CH2-CH2-CH2-CH3(l)
(B) (A) (C)
Dimana :
mol etilen : NA0(1-XA)(1-XA),
mol 1-butena : NA0[1/2XA-(1-XA)(XA)],
mol 1-heksena : NA0(1-XA)XA.
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil simulasi dengan scilab 5.5.2 diperoleh hasil bahwa proses pembuatan 1-
Butena dari etilen dapat dilakukan dalam reaktor batch pada kondisi non adiabatis dengan
susunan reaksi seri dan monomolekular serta reaksinya bersifat eksotermis.
2. Hubungan antara konversi terhadap waktu tinggal yang diperoleh dalam perancangan
reaktor batch non-adiabatis pembuatan 1-butena ini menunjukkan bahwa semakin lama
waktu tinggal dalam reaktor maka konversi yang dihasilkan semakin besar. Hal ini
disebabkan semakin lama waktu, maka semakin banyak reaktan yang bereaksi menjadi
produk, namun perubahan konversi tiap satuan waktu sangat kecil (tidak signifikan)
karena reaktan teah mencapai konversi optimalnya.
3. Hubungan antara suhu terhadap waktu tinggal yang diperoleh dalam perancangan reaktor
batch non-adiabatis pembuatan 1-butena ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu
tinggal, maka suhu operasinya juga semakin meningkat.
4. Hubungan antara konsentrasi reaktan dan produk terhadap waktu tinggal dalam
perancangan reaktor batch non-adiabatis pembuatan 1-butena ini menunjukkan semakin
lama waktu tinggal maka konsentrasi reaktan semakin menurun sedangkan konsentrasi
produk semakin meningkat. Hal ini disebabkan semakin lama waktu, maka semakin
banyak reaktan yang akan bereaksi membentuk produk.
5.2 Saran
1. Pengambilan data penunjang perhitungan perancangan reactor dari literature yang jelas.
2. Perhitungan perancangan reaktor menyesuaikan spesifikasi reaktor yang ada dipasaran.
3. Perhitungan perancangan reaktor seperti neraca massa dan neraca panas dilakukan dengan
teliti.
4. Melakukan analisa kelayakan ekonomi pada perancangan reaktor
DAFTAR PUSTAKA
DIPERIKSA TANDA
NO TANGGAL KETERANGAN TANGAN
1.