STUDI KASUS :
Oleh:
Kelompok 6
Ardiansah (1506673523)
Depok, 2018
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................iii
3.2. Waktu Reaksi Reaktor Batch pada Suhu 77oC dan 0oC ............................. 14
3.3. Pemilihan Rangkaian Seri dan Paralel Reaktor CSTR dan PFR................ 16
ii
ABSTRAK
Reaktor merupakan salah satu alat yang penting dalam sebuah industri yang
melibatkan reaksi kimia didalam prosesnya. Pemilihan jenis reaktor merupakan
langkah awal dalam merancang sebuah proses. Pemilihan jenis reaktor didasarkan
pada biaya produksi, mendapatkan keuntungan besar, operasi yang sederhana,
menjamin keselamatan kerja, dan meminimalisasi limbah. Jenis reaktor yang dikaji
adalah CSTR, PFR, dan Batch. Dari jenis reaktor tersebut akan dikaji berdasarkan
parameter yang telah ditetapkan. Tahap lanjut dari perancangan suatu proses adalah
menentukan penyusunan reaktor jika digunakan lebih dari 1 jenis reaktor.
Penyusunan reaktor akan berpengaruh pada konversi dari suatu proses. Penyusunan
reaktor dari CSTR kemudian dilanjutkan dengan PFR akan memiliki nilai konversi
yang berbeda dengan penyusunan dengan urutan sebaliknya. Selain susunan
reaktor, suhu operasi reaktor juga perlu dipilih pada suhu optimum yang
menghasilkan nilai konstanta laju reaksi (k) yang tinggi. Nilai k akan berpengaruh
pada laju reaksi yang terjadi dalam sebuah reaktor.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pemilihan desain reaktor batch, CSTR, dan PFR, serta rangkaian untuk reaktor
CSTR dan PFR.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa jenis reaktor beserta kondisi yang direkomendasikan ?
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konversi 90% pada
reaktor batch dengan volume 200 dm3 dengan CA0 = CB0 = 1 M setelah
pencampuran pada temperatur 77 oC ?
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan jika pada kondisi b, temperature
menjadi 0 oC ?
4. Berapa konversi yang diperoleh jika CSTR dan PFR dioperasikan pada
300 K dan dihubungkan secara seri ? Dan secara parallel dengan 5
mol/menit ?
5. Berapa volume reaktor batch yang dibutuhkan pada proses dengan kondisi
yang sama seperti pada poin a untuk mencapai konversi 90% ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui parameter dalam pemilihan desain reaktor CSTR dan PFR.
2. Mengetahui parameter dalam pemilihan desain raktor batch dan CSTR
3. Mengetahui parameter dalam pemilihan susunan reaktor CSTR dan PFR
secara seri dan paralel
2
BAB II
TEORI DASAR
Continous stirred tank reactor (CSTR) atau juga dapat disebut reaktor tangka
berpengaduk kontinyu merupakan bentuk paling dasar dari sebuah reaktor kontinyu
yang digunakan dalam proses kimia. CSTR berupa sistem terbuka (material bebas
untuk masuk atau keluar sistem) dengan kondisi tunak (tidak berubah terhadap
waktu). Reaktan terus masuk ke dalam reaktor, sedangkan produk terus keluar.
CSTR pada umumnya digunakan pada proses reaksi homogen fasa liquid, dimana
dibutuhkan pengadukan secara terus menerus. Jenis reaktor ini telah diterapkan
kedalam beberapa jenis industry diantaranya pada industri farmasi sebagai loop
reactor, pada industri biologis sebagai fermentor, dan sebagainya. Penggunaan
CSTR memiliki beberapa kelebihan maupun kekurangan sebagaimana ditunjukkan
oleh tabel 2.1.
Kelebihan Kekurangan
3
𝑉 𝑉
∫ 𝑟𝐴 𝑑𝑉 = 𝑟𝐴 ∫ 𝑑𝑉 = 𝑟𝐴 𝑉
0 0
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴
𝑉=
−𝑟𝐴
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴
𝑋=
𝐹𝐴
𝐹𝐴0 𝑋
𝑉=
−𝑟𝐴
𝐹𝐴0 𝑋
𝑉𝐶𝑆𝑇𝑅 =
−𝑟𝐴
4
Neraca mol pada reaktor 1 :
𝐼𝑛 − 𝑂𝑢𝑡 + 𝐺𝑒𝑛 = 0
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴1
𝑋1 =
𝐹𝐴0
𝐹𝐴0 𝑋1
𝑉1 =
−𝑟𝐴1
𝐼𝑛 − 𝑂𝑢𝑡 + 𝐺𝑒𝑛 = 0
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴2
𝑋2 =
𝐹𝐴0
𝐹𝐴0 (𝑋2 − 𝑋1 )
𝑉2 =
−𝑟𝐴2
5
Untuk CSTR yang disusun parallel seperti gambar diatas, volume total
adalah sebagai berikut
𝑋𝑖
𝑉𝑖 = 𝐹𝐴0𝑖 ( )
−𝑟𝐴𝑖
Konversi yang dicapai oleh CSTR yang disusun parallel akan sama
dengan konversi yang akan didapat bila reaktan dimasukkan kedalam rekator
CSTR yang memiliki volume sama dengan total volume reaktor CSTR yang
disusun parallal tersebut.
PFR dapat diaplikasikan dalam berbagai system, baik fasa gas maupun liquid.
PFR umum digunakan pada industri pembuatan bensin, oil cracking, sintesis
ammonia, dan sebagainya. Dalam menggunakan PFR, terdapat beberapa kelebihan
dan kekurangan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan PFR :
6
𝑑𝑁𝐴
=0
𝑑𝑡
melakukan diferensiasi
𝑑𝐹𝐴
= 𝑟𝐴
𝑑𝑉
Untuk reaksi tunggal
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴
𝑋=
𝐹𝐴0
𝑑𝑋
𝐹𝐴0 = −𝑟𝐴
𝑑𝑉
Kemudian diubah kedalam bentuk integral menjadi seperti berikut
𝑋
𝑑𝑋
𝑉 = 𝐹𝐴0 ∫
0 −𝑟𝐴
7
Gambar 2.5. Perhitungan Volume PFR dengan Metode Simpson
(University of Michigan. n.d.)
𝑋
𝑑𝑋 𝐹𝐴0 ∆𝑥 1 4 1
𝑉 = 𝐹𝐴0 ∫ = [ + + ]
0 −𝑟𝐴 3 −𝑟𝐴(𝑋=0) −𝑟𝐴(𝑋1 ) −𝑟𝐴(𝑋2 )
PFR yang disusun secara seri memiliki volume total dan konversi total sama
seperti satu buah PFR.
𝑋 𝑋1 𝑋2
𝑑𝑋 𝑑𝑋 𝑑𝑋
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∫ 𝐹𝐴0 = ∫ 𝐹𝐴0 + ∫ 𝐹𝐴0
0 −𝑟𝐴 0 −𝑟𝐴 𝑋1 −𝑟𝐴
8
Gambar 2.6. Plot Levenspiel untuk PFR dan CSTR secara Seri
(University of Michigan. n.d.)
2.3.Persamaan Arrhenius
Laju reaksi sangat dipengaruhi oleh temperatur. Hal tersebut dikarenakan laju
reaksi berbanding lurus dengan konstanta laju reaksi (k) seperti dirumuskan
sebagai berikut :
𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴
−𝐸𝐴
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
𝑘2 𝐸𝑎 1 1
= 𝑒𝑥𝑝 [− ( − )]
𝑘1 𝑅 𝑇2 𝑇1
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Pemilihan Reaktor
(a) Which reactor and what conditions do you recommend? Explain the reason
for your choice (e.g.. Color, cost, space available, weather conditions). Back
up your reasoning with the appropriate calculations.
Parameter yang digunakan untuk membandingkan reaktor
o Konversi
o Biaya
o Warna
o Ketahanan terhadap cuaca
o Ruang yang dibutuhkan
Perhitungan reaktor CSTR dan PFR sesuai keadaan dalam soal
Reaktor CSTR; V = 200 dm3, T = 350 K
Persamaan Neraca Mol CSTR
𝐹𝐴𝑜 − 𝐹𝐴 + 𝑟𝑎 𝑉 = 0
𝐹𝐴 − 𝐹𝐴𝑜
𝑉=
𝑟𝐴
dengan 𝐹𝐴 = 𝐹𝐴𝑜 − 𝐹𝐴𝑜 𝑋 = 𝐹𝐴𝑜 (1 − 𝑋)
𝑭𝑨𝒐 𝑿
𝑽=
−𝒓𝑨
Persamaan Laju Reaksi
−𝑟𝑎 = 𝑘𝐶𝐴 𝐶𝐵
dimana 𝐶𝐴 = 𝐶𝐵
−𝑟𝑎 = 𝑘𝐶𝐴 2
dengan 𝐶𝐴 = 𝐶𝐴𝑜 − 𝐶𝐴𝑜 𝑋 = 𝐶𝐴𝑜 (1 − 𝑋)
−𝒓𝒂 = 𝒌𝑪𝑨𝟎 𝟐 (𝟏 − 𝑿)𝟐
Hasil substitusi persamaan −𝑟𝑎 ke persamaan V
𝑭𝑨𝒐 𝑿
𝑽= 𝟐
𝒌𝑪𝑨𝟎 (𝟏 − 𝑿)𝟐
Mencari k pada T = 350 K
(Kondisi untuk konversi maksimal pada CSTR)
10
𝑘2 𝐸𝑎 1 1
= 𝑒𝑥𝑝 − ( − )
𝑘1 𝑅 𝑇2 𝑇1
𝑘2 2000 1 1
= 𝑒𝑥𝑝 − ( − )
0.07 1.987 350 300
𝑘2 = 8.45 𝑑𝑚3 /𝑚𝑜𝑙 ∙ 𝑚𝑖𝑛
Perhitungan Konversi
𝐹𝐴𝑜 𝑋
𝑉=
𝑘𝐶𝐴0 2 (1 − 𝑋)2
10 𝑚𝑜𝑙/𝑚𝑖𝑛 𝑋
200 𝑑𝑚3 =
𝑚𝑜𝑙 2
8.45𝑑𝑚3 /𝑚𝑜𝑙 ∙ 𝑚𝑖𝑛(1 ) (1 − 𝑋)2
𝑑𝑚3
X ≈ 0.926
Perhitungan Konversi
11
1 𝑘𝐶𝐴0 2
= 𝑉
1−𝑋 𝐹𝐴𝑜
𝑚𝑜𝑙 2
1 0.07𝑑𝑚3 /𝑚𝑜𝑙 ∙ 𝑚𝑖𝑛 (1 3)
= 𝑑𝑚 800 𝑑𝑚3
1−𝑋 10 𝑚𝑜𝑙/𝑚𝑖𝑛
X ≈ 0.82
Perhitungan reaktor CSTR dan PFR dengan pengembangan
Secara umum, penurunan rumusnya sama seperti 2 perhitungan di atas. Nilai
konversi didapat dengan menggunakan goal seek untuk nilai V yang diinginkan.
Berikut ini akan ditampilkan perbandingan hasil konversi untuk beberapa kondisi.
Tabel 3.1. Perbandingan nilai konversi antara CSTR dan PFR
CSTR PFR
T
V X V X
800 0.65738 800 0.82143
300 K
200 0.43963 200 0.28571
800 0.96227 800 0.99852
350 K
200 0.92598 200 0.99408
Dari perbandingan nilai konversi antara CSTR dan PFR dapat diketahui
bahwa semakin besar suhu, maka semakin besar hasil konversi sebab nilai
konstanta laju dan laju reaksi semakin besar dengan pertambahan suhu. Namun
perlu diingat, hal ini terjadi pada reaksi endotermik berbeda halnya dengan reaksi
eksotermik. Dimana pada reaksi eksotermik, semakin besar suhu -> nilai konstanta
laju semakin kecil -> laju reaksi semakin lambat -> nilai konversi yang dihasilkan
kecil
Dari tabel juga diketahui bahwa semakin besar volume maka nilai konversi
semakin kecil. Untuk volume yang sama dan suhu yang sama, diketahui bahwa
secara umum nilai konversi dari PFR lebih besar daripada CSTR.
12
Pemilihan Reaktor
Tabel 3.2. Perbandingan reaktor CSTR dan PFR
Parameter CSTR PFR
Secara umum, lebih kecil dari Secara umum, lebih besar dari
Konversi
CSTR PFR
Warna Abu-abu Merah, Hitam
Lebih mahal karena untuk
pengoperasiannya membutuhkan Lebih murah karena hanya
Biaya
banyak aksesoris seperti pemanas, membutuhkan pipa
stirrer, dll
Reaktor PFR yang berwarna
Reaktor CSTR ini lebih tahan
merah, hitam memiliki
terhadap cuaca sebab reaktor
kemampuan atau daya serap
berwarna abu-abu dimana jika
panas yang tinggi sehingga
cuaca lingkungan luar panas,
pada cuaca lingkungan yang
panas yang terserap hanya sedikit.
panas maka PFR secara
Ketahanan Sehingga reaktor ini lebih stabil
otomatis menerima panas dari
terhadap Cuaca terhadap perubahan cuaca. Tidak
lingkungan. Sehingga untuk
memerlukan kontrol temperatur.
PFR dapat bekerja tanpa harus
Namun karena tidak menerima
memberi panas tambahan
panas dari lingkungan luar maka
(berupa heater). Namun
perlu ada panas yang ditambahkan
diperlukan kontrol untuk
(berupa heater).
menjaga suhu operasi
Ruang yang dibutuhkan
Membutuhkan ruang penempatan sedikit karena PFR berbentuk
reaktor yang cukup besar pips ysng dapat dibentuk
Ruang
dibandingkan PFR, karena seperti koil sehingga dengan
Dibutuhkan
berbentuk tabung berdiameter pipa yang panjang hanya akan
besar membutuhkan ruang yang
sedikit
13
Berdasarkan hal tersebut, reaktor yang dipilih adalah reaktor PFR sebab konversi
besar, volume kecil (ruang yang dibutuhkan kecil), biaya rendah dan ketahanan
terhadap cuaca.
Pengaruh perubahan suhu (T) terhadap waktu reaksi (t) dalam reaktor
batch
14
Hub T dan t
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
250 270 290 310 330 350 370
Hub T dan t
Pada data tabel dan grafik, dapat terlihat bahwa semakin tinggi suhu
berlangsungnya reaksi dalam reactor, waktu yang diperlukan untuk berjalannya
reaksi semakin sedikit. Kenaikan suhu mempengaruhi waktu reaksi secara
signifikan sampai pada suhu sebesar 300 K, dimana pada suhu diatas 300 K, kurva
cenderung membentuk garis yang lebih landai. Suhu optimum untuk
berlangsungnya reaksi adalah 280-300 K, karena waktu yang diperlukan sudah
terhitung sedikit dengan suhu yang tidak perlu dinaikan lebih tinggi lagi.
Secara sederhana pengaruh suhu terhadap sebagian besar reaksi kimia dapat
didekati melalui korelasi Arrhenius, yaitu:
𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 −𝑅𝑇
1 𝑋
𝑡= ( )
𝑘𝐶𝐴𝑜 1 − 𝑋
dimana, semakin besarnya nilai k akibat semakin naiknya suhu, maka waktu yang
diperlukan untuk bereaksi juga akan menjadi semakin kecil.
15
Pada reaksi irreversible seperti pada kasus ini, untuk konversi tertentu maka
sebaiknya reaktor dioperasikan padasuhu tinggi, selama memungkinkan
(keterbatasan material reaktor) agar dapat memaksimumkan laju reaksi dan
meminimumkan ukuran reactor.
Gambar 3.2. Konversi dan suhu pada berbagai laju reaksi untuk reaksi
irreversible
(Elements of Chemical Engineering 3rd edition, Fogler)
16
CSTR
𝐹𝐴0 𝑥
𝑉= 2 (1
𝑘𝐶𝐴0 − 𝑋)2
𝑋 = 0.44
PFR
𝐹𝐴0 𝑑𝑋 2 (1
= 𝑘𝐶𝐴0 − 𝑋)2
𝑑𝑉
2
𝑑𝑋 𝑘𝐶𝐴0
= 𝑑𝑉
(1 − 𝑋)2 𝐹𝐴0
𝑋 800 2
𝑑𝑋 𝑘𝐶𝐴0
∫ 2
= ∫ 𝑑𝑉
0.44 (1 − 𝑋) 0 𝐹𝐴0
𝑿 = 𝟎. 𝟕𝟑𝟔
Diperoleh bahwa konversi total dari susunan reaktor CSTR dan PFR
secara seri adalah 0.736
Jika susunan reaktor diubah, di mana PFR berada lebih dahulu seperti
pada gambar 3.4, pada kondisi operasi yang sama akan diperoleh konversi
yang berbeda dengan susunan reaktor sebelumnya. Penghitungan konversi
dapat dilihat sebagai berikut:
17
Gambar 3.4. Reaktor CSTR dan PFR tersusun Seri
PFR
𝐹𝐴0 𝑑𝑋 2 (1
= 𝑘𝐶𝐴0 − 𝑋)2
𝑑𝑉
2
𝑑𝑋 𝑘𝐶𝐴0
= 𝑑𝑉
(1 − 𝑋)2 𝐹𝐴0
𝑋 800 2
𝑑𝑋 𝑘𝐶𝐴0
∫ 2
=∫ 𝑑𝑉
0 (1 − 𝑋) 0 𝐹𝐴0
X kCAo 2
= V
1−X FAo
X = 0.85
CSTR
𝐹𝐴0 𝑥
𝑉= 2 (0.15
𝑘𝐶𝐴0 − 𝑋)2
𝑚𝑜𝑙
(1.5 )𝑋
200 𝑑𝑚3 = 𝑚𝑖𝑛
0.07𝑑𝑚3
(1 𝑀)2 (0.15 − 𝑋)2
𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑖𝑛
𝑿 = 𝟎. 𝟗𝟓𝟖
18
Diperoleh bahwa konversi total dari susunan reaktor PFR dan CSTR secara
seri adalah 0.958
Dapat dilihat bahwa konversi yang lebih tinggi diperoleh pada saat
reaktor PFR diletakkan terlebih dahulu pada susunan reaktor seri. Hal
tersebut dikarenakan reaktor PFR yang beroperasi pada suhu yang sama
dengan reaktor CSTR, memiliki kemampuan menangani reaktan pada laju
alir umpan lebih tinggi lebih baik daripada reaktor CSTR sehingga
diperoleh konversi yang lebih tinggi.
(b) Rangkaian pararel CSTR dan PFR dioperasikan pada suhu 300 K dengan
laju alir umpan tiap reaktor 5 mol/min
CSTR
𝐹𝐴0 𝑥
𝑉= 2 (1
𝑘𝐶𝐴0 − 𝑋)2
19
(5 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝑚𝑖𝑛)𝑋
200 𝑑𝑚3 =
0.07𝑑𝑚3 ⁄𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑖𝑛 (1 𝑀)2 (1 − 𝑋)2
𝑋 = 0.56
PFR
𝐹𝐴0 𝑑𝑋 2 (1
= 𝑘𝐶𝐴0 − 𝑋)2
𝑑𝑉
2
𝑑𝑋 𝑘𝐶𝐴0
= 𝑑𝑉
(1 − 𝑋)2 𝐹𝐴0
𝑋 800 2
𝑑𝑋 𝑘𝐶𝐴0
∫ 2
=∫ 𝑑𝑉
0 (1 − 𝑋) 0 𝐹𝐴0
𝑋 = 0.92
Konversi Rata-rata
𝐹𝑎 𝐶𝑆𝑇𝑅 𝑥 𝑋 𝐶𝑆𝑇𝑅 + 𝐹𝑎 𝑃𝐹𝑅 𝑥 𝑋 𝑃𝐹𝑅
𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝐹𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
0.56 + 0.92
𝑋𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0.74
2
Dengan memvariasikan laju alir umpan ke PFR dan CSTR pada
rangkaian reaktor pararel seperti pada gambar X1, kita dapat melihat profil
konversi dan menemukan konversi yang optimum untuk susunan reaktor
pararel. Selain variasi laju alir umpan kita juga dapat melakukan variasi
suhu pada reaktor CSTR, karena reaktor CSTR dilengkapi dengan coil
pemanas dan pendingin. Dengan menggunakan persamaan yang telah
diperoleh pada soal sebelumnya maka konversi pada reaktor PFR dan CSTR
diperoleh data sebagai berikut:
20
Tabel 3.4. Data Konversi Reaktor dengan Susunan Paralel
Pada Suhu 300K Pada Suhu 350K Pada Suhu 273K
CSTR PFR
X CSTR X PFR X rata-rata X CSTR X PFR X rata-rata X CSTR X PFR X rata-rata
0 10 0.000 0.848 0.848 0.000 0.848 0.848 0.000 0.848 0.848
1 9 0.766 0.862 0.852 0.976 0.862 0.873 0.502 0.862 0.826
2 8 0.687 0.875 0.837 0.966 0.875 0.893 0.384 0.875 0.777
3 7 0.632 0.889 0.812 0.959 0.889 0.910 0.316 0.889 0.717
4 6 0.590 0.903 0.778 0.953 0.903 0.923 0.270 0.903 0.650
5 5 0.555 0.918 0.736 0.947 0.918 0.933 0.236 0.918 0.577
6 4 0.525 0.933 0.689 0.942 0.933 0.939 0.211 0.933 0.500
7 3 0.500 0.949 0.635 0.938 0.949 0.941 0.190 0.949 0.418
8 2 0.478 0.966 0.575 0.934 0.966 0.940 0.173 0.966 0.332
9 1 0.458 0.982 0.510 0.930 0.982 0.935 0.159 0.982 0.242
10 0 0.440 0.000 0.440 0.926 0.000 0.926 0.147 0.000 0.147
Jika kita memplot setiap nilai perubahan nilai konversi pada variasi
laju alir umpan, maka kita dapat menentukan pembagian laju alir yang
menghasilkan konversi maksimum pada tiap variasi suhu. Dapat kita lihat
pada grafik D1 bahwa konversi paling maksimum untuk rangkaian pararel
diperoleh ketika laju alir umpan reaktor CSTR adalah 7 mol/min dengan
suhu operasi 350K dan laju alir umpan reaktor PFR adalah 3 mol/min
dengan suhu operasi adalah 300K.
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
X
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Fa0 CSTR
Gambar 3.6. Profil Konversi VS Laju Alir Umpan CSTR pada rangkaian
Pararel
21
Dapat dilihat pada gambar 3.6 bahwa pada suhu operasi 300K dan 273K
diperoleh bahwa seiring dengan meningkatnya proporsi laju alir umpan
reaktor CSTR maka konversi rata-rata dari rangkaian reaktor semakin
menurun. Hal tersebut dapat terjadi karena reaktor CSTR tidak lebih baik
dalam menangani laju umpan yang lebih besar. Berbeda dengan hal
sebelumnya pada rangkaian reaktor dengan suhu operasi reaktor CSTR
adalah 350K, pada proporsi laju alir umpan reaktor CSTR sampai mencapai
7 mol/min konversi rata-rata yang diperoleh meningkat seiring
meningkatnya proporsi laju alir umpan reaktor CSTR, namun mengalami
penurunan jika proporsi laju alir CSTR di atas 7 mol/min. Dari data tersebut
diperoleh bahwa pada rangkaian reaktor pararel konversi reaktor CSTR dan
PFR optimum pada laju alir tertentu dan suhu operasi tertentu yang pada
akhirnya memengaruhi konversi rata-rata rangkaian reaktor.
Berikut ini adalah Tabel 4-3 mengenai waktu siklus reaktor Batch untuk reaksi
polimerisasi (sesuai yang diminta pada soal).
22
a) Pengisian reaktor
b) Pemanasan awal
c) Pengosongan reaktor
d) Pembersihan reaktor
e) Waktu reaksi di dalam reaktor berlangsung
Lalu dapat dasumsikan bahwa total waktu untuk mengalami 1 siklus adalah 3 jam.
Waktu 3 jam ini sudah termasuk waktu reaksi, di mana untuk mereaksikan secara
batch hingga mencapai 90% konversi (sesuai jawaban problem b) dibutuhan sekitar
1.065 menit, sehingga waktu ini dapat diabaikan karena sangat cepat. Maka, dalam
1 hari reaktor dapat memproses 8 reaksi batch
Jika masing-masing reaktan diumpankan ke dalam reaktor sebanyak 5
mol/menit, maka dalam satu hari reaktor memproses sebanyak :
14400 𝑚𝑜𝑙
= 1800 𝑚𝑜𝑙
8 𝑏𝑎𝑡𝑐ℎ
1 𝑚𝑜𝑙
Untuk konsentrasi reaktan , maka volume reaktor yang dibutuhkan :
𝑑𝑚3
1800 𝑚𝑜𝑙
𝑉= = 1800 𝑑𝑚3 = 475,51 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛 ≈ 500 𝑔𝑎𝑙𝑙𝑜𝑛
1 𝑚𝑜𝑙/𝑑𝑚3
23
Gambar 3.4. Siklus reaktor Batch untuk reaksi
polimerisasi
(Elements of Chemical Engineering 3rd edition,
Fogler)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa harga untuk 1 reaktor batch berkapasitas 500
gallon adalah $70,000.
o Sehingga semakin rendah suhu umpan yang masuk ke dalam reaktor, maka
semakin lama waktu tinggal umpan di dalam reaktor tersebut untuk
mencapai konversi yang diinginkan
Bandingkan antara reaktor CSTR dan PFR yang dirangkai seri dan parallel
o Jika ditinjau dari besar konversi yang dihasilkan, disimpulkan bahwa
konversi yang dihasilkan oleh reaktor CSTR-PFR paralel lebih besar
daripada rangkaian seri meskipun tidak terlalu signifikan (sedikit
perbedaannya)
24
Harga Reaktor
o Harga sebuah reaktor tergantung besar volumenya. Semakin besar volume
reaktor maka harganya semakin mahal dan semakin kecil volume reaktor
maka harganya semakin murah
o Dalam hal ini dicari volume total reaktor yang terkecil sehingga dapat
mengurangi capital cost suatu pabrik/perusahaan
3.6.Soal Pengembangan
Jika pada soal a juga dimasukkan jenis reaktor batch, maka jenis reaktor
manakah yang akan anda pilih apakah reaktor CSTR, reaktor PFR, atau
reaktor batch?
Tahap perhitungan
Untuk melihat lebih jauh pengaruh suhu terhadap waktu reaktor Batch untuk
mencapai konversi 90% dapat dilakukan perhitungan berikut ini.
−𝐸𝑎
𝑘 =𝐴𝑒 𝑅𝑇
𝑘2 −𝐸𝑎 1 1
( − )
=𝑒 𝑅 𝑇2 𝑇1
𝑘1
−𝐸𝑎 1 1
( − )
𝑘2 = 𝑘1 . 𝑒 𝑅 𝑇2 𝑇1
1 𝑋
𝑡𝑅 = ( )
𝑘 𝐶𝐴0 1 − 𝑋
di mana X = 0,9.
Berikut ini tabel tabulasi dari nilai k serta waktu perhitungan pada berbagai
suhu.
25
Suhu (K) k (dm3/mol.min) t (menit)
Tahap pemilihan
Karena dari jawaban pertanyaan a kita memilih reaktor PFR berdasarkan
berbagai pertimbangan yang ada, pada pertanyaan ini kita cukup
membandingkan reaktor batch dengan reaktor PFR
Kita bisa menganggap bahwa kondisi operasi yang dapat berlaku untuk
reaktor batch sama dengan kondisi operasi reaktor PFR karena reaktor
batch tersebut menggunakan reaktor berbentuk tabung yang tersedia
dalam pabrik tersebut, sama seperti reaktor PFR
Dari jawaban problem b, terlihat bahwa waktu reaksi yang diperlukan
untuk reaktor batch mencapai konversi 90% pada suhu yang sama (77
0
C) hanya 1.065 menit. Namun dari hasil problem e, selain waktu reaksi
kita juga harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk
memasukkan feed, memanaskan reaktor, dan mengosongkan reaktor
26
batch. Untuk satu siklus saja waktu yang dibutuhkan reaktor batch kira-
kira lebih dari 3 jam.
Selain itu perbedaan volume reaktor juga cukup besar, yakni pada
reaktor PFR hanya membutuhkan volume 2 kali lipat lebih kecil
dibanding volume reactor batch untuk menghasilkan konversi yang
sama. Tentu hal ini akan berdampak pada cost yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan.
27
BAB IV
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
University of Michigan. n.d. Plug Flow Reactors (PFRs). [ONLINE] Diambil dari
http://www.umich.edu/~elements/5e/asyLearn/bits/pfrfinal/index.htm [13
Maret 2018]
29
30