Anda di halaman 1dari 20

PROSES INDUSTRI KIMIA II

PROPANE DEASPHALTING UNIT (PDU) III


PT. PERTAMINA REFINERY UNIT IV
CILACAP JAWA TENGAH

(Report of Practice Activity in Propane Deasphalting Unit (PDU) III


PT. PERTAMINA Refinery Unit IV Cilacap Central Java)

Disusun oleh :

1. Silvia Sandi Pratiwi (21030115060001)

2. Aprilia Nur Wahidah (21030115060002)

3. Arum Alviani (21030115060003)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah Propane Deasphalting Unit (PDU) III ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi nilai tugas Proses Industri Kimia II yang diampu oleh Ibu
Ir. Hj Wahyuningsih Msi.
Dalam menyusun makalah ini, kami mendapat bantuan dari
berbagai pihak.Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan
baik dari segi isi maupun penulisan.Jadi, besar harapan kami atas kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga dapat
menjadi suatu masukan untuk kesempurnaan makalah-makalah
berikutnya.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 10 Mei 2017

penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i


KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II DESKRIPSI PROSES .................................................................................................... 5

2.1 Persiapan Bahan .........................................................................................5

2.2 Tahapan Proses ............................................................................................6

2.3 Skema Sederhana Proses Deasphalting Unit III...................................15


2.4 Flowsheet Deasphalting Unit III..............................................................16
BAB III PENUTUP...............................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................,............18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Produk PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, selain menghasilkan BBM juga

menghasilkan produk seperti bahan dasar minyak pelumas dan aspal. Adapun bahan

baku dan produk yang dihasilkan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap adalah :

1. Fuel Oil Complex I

Bahan Baku :Arabian Light Crude (ALC), Iranian Light Crude (ILC),

Basrah Light Crude (BLC)

Produk : Refinery Fuel Gas, Kerosene / Avtur, Industrial Diesel Oil

(IDO),Gasoline/Premium, Automatic Diesel Oil (ADO)/ Solar,

Industrial Fuel Oil (IFO)

2. Fuel Oil Complex II

Bahan Baku : Cocktail crude (crude oil domestik dan impor)

Produk : LPG, Naphtha, Gasoline/Premium, Propane,Avtur

Kerosene, HDO / LDO, IFO, Refinery Fuel Gas

3. Lube Oil Complex I ( LOC I )

Bahan Baku : Residu FOC I

Produk : HVI 60, HVI 95, Propane Asphalt, Minarex A dan B,

Slack Wax

4. Lube Oil Complex II ( LOC II )

Bahan Baku : Residu FOC I

Produk : HVI 95, HVI 160S, Propane Asphalt, Minarex A dan B,

Slack Wax

1
5. Lube Oil Complex III ( LOC III )

Bahan Baku : Distilat LOC Idan LOC II

Produk : HVI 650,Slack Wax, Propane Asphalt

6. Kilang Paraxylene

Bahan Baku : Heavy Naphta

Produk : Paraxylene, Benzene, LPG, Raffinate, Heavy Aromate,

Tolluene

7. LPG dan SRU

Bahan Baku : Off Gas dari Unit FOC I, FOC II, dan LOC III

Produk : LPG (C3 dan C4), Kondensat (C5), Sulfu

1. Spesifikasi Bahan Baku

Tabel Spesifikasi Propane

Sifat sifat Pelarut Propane

Spec gravity 15 0C 0,585

Boiling Point 0C -42,2

Tekanan uap pada 40 oC (kg/cm2) 14,05

Tekanan uap pada 80 oC (kg/cm2) 32,03

Temperatur kritis 0C 96,8

Tekanan kritis (kg/cm2) 43,4

2
Tabel spesifikasi Umpan (Feed) Propane Deasphalting Unit III

Analisa Short Residu

Spec gravity 150C 1,010

Viscosity pada 2100C (cst) 440

Flash point PPMC (0C) -

Pour Point (0C) -

C Carbon Residue (% wt) -

Sulphur (%wt) 3,7

Penetrasi at 250C 0.1 mm 990

1.2 Spesifikasi Produk

Pada unit ini produk yang dihasilkan adalah DAO (Deasphalted Oil), selain DAO

produk yang dihasilkan dari kilang LOC III adalah aspal. Berikut penjelasan dari produk

yang dihasilkan :

a) DAO (Deasphalted Oil)

DAO (Deasphalted Oil) merupakan produk yang akan dijadikan sebagai bahan

baku pelumas (Lube Base Oil).

3
Tabel Spesifikasi DAO (Deasphalted Oil)

PARAMETER UNIT DAO

Specific Gravity 70/4 C 0,9000

Sulphur Content % wt 2,4

Nitrogen Content ppm wt 1200

Color 6,5

Kinematic Viscosity at 100 C cSt 41-44

Kinematic Viscosity at 80 C cSt 87

Flash Point PMCC C 290

Pour Point C 50

Cond. Carbon Residue % wt 3,0

b) Aspal

Aspal Pertamina memiliki kapasitas produksi 650.000 ton/tahun, diproduksi

dalam 2 grade yaitu Penetrasi 60/70 dan Penetrasi 80/100

Tabel Spesifikasi Aspal (60 PEN)

ANALISA METODA MIN MAX

Specific Gravity at 60/60 F ASTM D - 70 1,0000 -

Ductility at 25 C (cm) ASTM D 113 100 -

Flash Point C.O.C (C) ASTM D 92 200 -

Loss on Heating at 5 hours/163 C (%wt) ASTM D 6 - 0,4

Penetration at 25 C (0,1 mm) ASTM D - 5 60 79

Penetration after Loss Heating (%) ASTM D 5 75 -

Solubility in CCl4 (%wt) ASTM D 2042 99 -

Softening Point Ring and Ball (C) ASTM D - 36 45 58

4
BAB II

DESKRIPSI PROSES

2.1 Persiapan Bahan

Metode paling lama dan biasa digunakan untuk memisahkan oil dari

asphalt adalah dengan proses distilasi. Tetapi keterbatasan proses ini adalah

tidak dapat diaplikasikan pada fraksi minyak yang lebih berat dan tidak dapat

diuapkan/didistilasi pada vacuum distilasi tanpa terjadi cracking. Untuk

mengatasi keterbatasan itu maka proses pemisahan menggunakan proses

ekstraksi yaitu propane deasphalting. Pada proses ini liquid propane

digunakan sebagai solvent untuk mengekstrak heavy residual oil yang

dikenal dengan nama Deasphalted Oil (DAO) dari short residu dan

meninggalkan material asphaltic yang dikenal sebagai propane asphalt.

Propane Deasphalting Unit III (PDU III) direncanakan mengolah 784

ton/hari Short Residue dari Arabian Light Short Residue produk bottom dari

unit High Vacuum Unit II (HVU II) kemudian dilanjutkan di Propane

Deasphalting Unit III (PDU III) dan menghasilkan 290 ton/ hari Deasphated

Oil (DAO) dan 494 ton/hari asphalt, dengan menggunakan sirkulasi propane

3058 ton/hari.

Tujuan proses yang ada di Propane Deasphalting Unit III (PDU III) adalah

untuk proses awal pembuatan bahan baku pelumas dengan bahan baku

short residu hasil proses dari High Vacuum Unit II (HVU II) dan dilanjutkan

dengan proses di Hydro Treating Unit (HTU) dan MEK Dewaxing Unit (MDU),

menjadi bahan baku pelumas dengan jenis HVI-650.

5
Proses Propane Deasphalting Unit adalah suatu proses ekstraksi yang

berlangsung secara counter current di ekstraktor yang menggunakan

propane sebagai solventnya (pelarut). Deasphalted Oil (DAO) dapat larut

dalam propane, sedang asphalt tidak. Antara short residu dengan propane di

dalam ekstraktor (Rotating Disc Contactor/ RDC) akan terbentuk dua lapisan

yaitu lapisan ekstrak dan raffinat. Setelah dispisahkan, ekstrak dan raffinat

dialirkan kedalam seksi recovery untuk diambil lagi propane yang terdapat

didalamnya. Ekstrak yang sudah bebas dari propane menjadi Deasphalted

Oil (DAO) dan raffinat menjadi propane asphalt.

2.2 Tahapan Proses

Seksi Umpan

Umpan short residu dengan suhu 1250C dipompakan dari tanki

feed 041T-310/311 atau dari High Vacuum Unit II (HVU II). Dengan

menggunakan pompa 041P-304 A/B masuk ke 220E-103 untuk

didinginkan karena mengacu pada penyesuaian kondisi operasi. Sebelum

masuk ke 220E-103 terlebih dahulu diinjeksikan sedikit propane sebesar

0,5 wt/wt sebagai pengencer awal (predillution) untuk menurunkan

kekentalan umpan dan menghindari kebuntuan di 220E-103 serta

mengoptimalkan proses pertukaran panas di 220E-103. Agar tidak terjadi

penguapan propane didalam umpan dan pendinginan yang mendadak di

220E-103, suhu setelah predillution tidak lebih dari 96,80C (untuk

predillution minimum dan maksimum). Propane cair dari vesel

penampung (accumulator) di 220V-103 sebelum dipompakan

menggunakan pompa 220P-104 untuk keperluan predillution maupun

6
untuk proses ekstraksi terlebih dahulu didinginkan di 220E-102 A/B ke

bagian bawah Rotating Disc Contractor (RDC) dengan suatu pengaturan

aliran 220FIC - 004. Tujuan pendinginan tersebut adalah untuk

menghindari terjadinya vapour lock (kavitasi) pada pompa propane

apabila temperatur propane masih terlalu tinggi serta untuk pengaturan

temperatur bottom (dasar) kolom ekstraksi. Pengambilan propane untuk

predillution terletak setelah orifice 220FE 004 sebelum control valve

220FV 004. Hal ini berarti jumlah keseluruhan propane yang dipakai

dapat diatur termasuk propane untuk predillution. Pengaturan temperatur

propane untuk proses ekstraksi diatur pada 35 oC dengan menggunakan

kontrol 220TIC - 130. Sedangkan pengaturan jumlah predillution dengan

menggunakan kontrol 220FIC-003 serta pengaturan jumlah solvent untuk

keperluan proses ekstraksi dengan menggunakan control 220FIC-004.

Seksi Ekstraksi

Tempat berlangsungnya proses ekstraksi terjadi di dalam Rotating

Disc Contractor (RDC) yaitu suatu slilinder tegak dengan pengaduk

berupa piringan berputar sebanyak 33 buah, 7 buah piringan dibagian

atas dan 3 buah piringan dengan ukuran sama dibagian umpan masuk

dan pada bagian seksi ekstraksi terdapat 21 buah piringan. Sedangkan

piringan yang tetap menempel pada dinding sebanyak 21 buah terletak

diantara dua piring yang berputar di seksi ekstraksi dan seksi umpan

masuk. Konstruksi ini dimaksudkan agar setiap larutan yang masuk

Rotating Disc Contractor (RDC) akan melalui diantara piringan yang

berputar dan piring tetap, sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung

dengan baik. Tingkat pencampuran tergantung pada besar diameter butir

7
fase larutan yang dapat diatur oleh jumlah putaran dari rotor pemutar.

Bagian pengendapan (setling compartment) terdapat di bawah dan di

atas Rotating Disc Contractor (RDC) yang dipasang Calming Grid setebal

4 inchi yang bertujuan mencegah turbulensi didalam settling zone.

Umpan berupa short residu dan sedikit propane keluar dari 220E-

103 dengan suhu 650C kemudian masuk kedalam kolom ekstraktor yaitu

220C-101 (Rotating Disc Contactor / RDC) melalui bagian atas,

sedangkan propane cair dengan suhu 350C untuk keperluan ekstraksi

masuk melalui bagian bawah Rotating Disc Contractor (RDC). Ekstraksi

pada RDC ini berlangsung pada tekanan 31,5 kg/cm2g pada temperature

top RDC 58 oC dan 35 oC pada bottom Rotating Disc Contractor (RDC).

Dengan pengaturan seperti ini diharapkan akan terjadi kontak antar

keduanya di dalam Rotating Disc Contractor (RDC) karena adanya

perbedaan spesifik gravity dan terjadilah proses pelarutan Deasphalted

Oil (DAO) oleh propane. Proses pelarutan akan lebih sempurna karena di

dalam Rotating Disc Contractor (RDC) dilengkapi dengan piringan

bergerak yang menempel pada sumbu, diputar oleh motor sebagai

penggerak yang juga dilengkapi dengan pengaturan kecepatan putar.

Pada bagian dinding Rotating Disc Contractor (RDC) terdapat piringan

tetap terletak diantara piringanpiringan yang bergerak sehingga proses

ekstraksi menjadi semakin baik dan optimum. Propane dan Deasphalted

Oil (DAO) yang terbentuk kemudian keluar melalui bagian top Rotating

Disc Contractor (RDC) dengan melalui pengatur tekanan Rotating Disc

Contractor (RDC) 220PIC-003 untuk mengatur aliran Deasphalted Oil

(DAO) yang kemudian masuk kedalam proses recovery. Suhu top

8
Rotating Disc Contractor (RDC) diatur 580C, dengan tujuan untuk

memisahkan kembali keterikutan fraksi asphalt (hidrokarbon dengan titik

didih tinggi) di dalam Deasphalted Oil (DAO) karena pada suhu tersebut

daya larut propane akan berkurang dan hydrokarbon dengan titik didih

tinggi akan terpisah turun ke bawah. Untuk mengatur suhu top Rotating

Disc Contractor (RDC) tersebut digunakan uap bertekanan rendah (Low

Pressure Steam) dengan pengatur temperatur steam oleh 220 TIC-002

yang kemudian akan memerintahkan tekanan steam 220PIC-002 untuk

naik ataupun turun sesuai dengan kebutuhan. Steam yang sudah

digunakan sebagai pemanas di top Rotating Disc Contractor (RDC) akan

berubah fase menjadi cair (kondensat) karena adanya perubahan suhu

dan dikeluarkan melalui pipa panas secara terus menerus dengan alat

bantu steam trap. Propane asphalt yang keluar melalui dasar Rotating

Disc Contractor (RDC) diatur oleh 220LIC-001/002 untuk selanjutnya

masuk kedalam sistem recovery untuk diambil kembali propannya.

Seksi Deasphalted Oil Recovery (Extract Sistem)

Deasphalthed Oil mix (DAO mix) yang keluar dari top Rotating

Disc Contractor (RDC) terdiri dari 90% berat propane dan sisanya minyak

kemudian dialirkan ke dalam serangkaian alat penukar panas yaitu 220E-

105 A/B/C hasil dari Deasphalthed Oil (DAO) produk untuk pemanasan

awal sebelum masuk ke dalam first evaporator 220E-106 untuk proses

penguapan propane. Di 220E-105 A/B/C suhu mencapai 66oC. 220E-106

sebagai evaporator pertama menggunakan pemanas berupa Low

Pressure Steam (LP Steam), hingga temperatur Deasphalthed Oil Mix

(DAO mix) mencapai 78C pada tekanan 26,3 kg/cm2 g.

9
Pada kondisi tersebut propane yang teruapkan sebanyak 95% dari DAO

mix. Deasphalthed Oil Mix (DAO mix) keluar dari 220E-106 kemudian

dialirkan ke evaporator kedua melalui alat pengatur tinggi cairan 220LIC-

004 menuju ke 220E-107 yang terletak di bawahnya untuk penguapan

kembali sisa kandungan propane yang masih terikut. Pemanasan di

220E-107 menggunakan media pemanas Hot Oil Sirkuasi sampai

temperatur mencapai 194C pada tekanan yang sama dengan di 220E-

106. Setelah keluar dari 220E-107 dengan melalui pengatur tinggi cairan

220LIC-006. Pada kondisi tersebut propane yang teruapkan sebanyak

4,6% dari DAO MIx. Deasphalthed Oil Mix (DAO mix) kemudian

dimasukkan kedalam kolom stripper 220C-102 yang bertekanan sedikit

lebih tinggi dari tekanan atmosfir yaitu 0,27 kg/ cm2 g dengan suhu tetap.

Dengan adanya perbedaan tekanan yang besar antara 220E-107 dan

220C-102 dengan dibantu dengan stripping steam di 220C-102 maka

diharapkan propane yang masih terkandung dalam Deasphalthed Oil

(DAO) akan teruapkan semuanya, fungsi kolom stripper 220C-102

disamping untuk memisahkan propane dengan Deasphalthed Oil (DAO),

juga untuk memperbaiki flash point dari Deasphalthed Oil (DAO) agar

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Di 220E-102 ini propane

dipisahkan dari Deasphalthed Oil (DAO) dengan bantuan Low Pressure

steam (LPS) sebesar 200 kg/jam. Pada bagian atas kolom stripper 220C

102 dilengkapi dengan demister untuk menyaring Deasphalthed Oil

(DAO) yang terikut ke uap propane. Setelah terbebas dari propane,

Deasphalthed Oil (DAO) kemudian dipompakan dengan pompa 220P-102

10
A/B ke tanki produk dibawah kontrol pengatur ketinggian cairan 220LIC-

003, melalui 220E-105A/B/C sebagai pemanas awal Deasphalthed Oil

Mix (DAO mix). Agar panas yang dihasilkan Deasphalthed Oil (DAO)

produk tidak terbuang sia- sia maka panas Deasphalthed Oil (DAO)

produk digunakan untuk pemanasan awal Deasphalthed Oil Mix (DAO

mix) di 220E-105 A/B/C. Viskositas dari Deasphalthed Oil (DAO) selalu

terkontrol oleh alat pengontrol viscometer 220AR-001 yang terpasang

pada line produk.

Seksi Propane Asphalt Recovery

Asphalt mix yang mengandung sekitar 23% berat propane, keluar

dari RDC dialirkan menuju 220E-109A/B untuk dipanaskan hingga

temperatur mencapai 2400C dengan pemanas Hot Oil System (HOS).

Tujuan pemanasan awal ini untuk menguapkan propane yang terikut

dalam asphalt pada kolom flash tower 220C-103 yang beroperasi pada

tekanan 26,5 kg/cm2 g. Sebelum masuk ke 220E-109 A/B diinjeksikan

suatu larutan antifoam untuk mencegah terjadinya busa pada asphalt mix

jika temperatur terlalu rendah, karena perbedaan tegangan permukaan

yang terlalu besar antara asphalt dan propane. Oleh karena itu pada

aliran setelah 220E-109 A/B dipasang alarm sebagai peringatan awal jika

temperatur mendekati terjadinya foaming. Kolom 220C 103

dioperasikan pada tekanan 26,5 kg/cm2 g. Asphalt stripper dioperasikan

sedikit diatas tekanan atmosfer yaitu sebesar 0,27 kg/cm2 g dan terletak

diatas 220C-103. Karena adanya perbedaan tekanan, asphalt mix

kemudian mengalir dari kolom 220C-103 kedalam stripper 220C-104

setelah melalui pengatur 220LIC-010.

11
Pada keadaan permukaan cairan di 220C-103 rendah , control valve

220LIC 010 akan menutup, hal ini disebabkan karena bekerjanya

220LSL 007.

Di dalam 220C-104 ini propane dipisahkan dari asphalt dengan

bantuan Low Pressure steam (LPS) sebesar 180 kg/jam. Pada bagian

atas stripper 220C-104 dilengkapi dengan demister. Setelah bebas dari

propane, asphalt kemudian dipompakan dengan pompa 220P-103 A/B

dengan pengatur 220LIC - 008 mengalir kedalam tanki produk 041T -

312, 041T - 313 dan 041T 314 sebagai asphalt bitumen setelah melalui

alat pendingin 220-E108 A/B/C dan dimanfaatkan panasnya untuk

menghasilkan LP steam pada boiler.

Seksi Sirkulasi Propane System

Uap propane bertekanan tinggi yang keluar dari 220E-106, 220E-

107 (DAO Recovery system) dan 220C-103 (asphalt recovery system)

kemudian dikondensasikan di 220E-112A/B dengan suhu mencapai 65oC

pada tekanan 25,4 kg/cm2 g. Setelah terkondensasi (menjadi cair)

propane kemudian ditampung di akumulator 220V-103 untuk

dipergunakan kembali sebagai solvent (pelarut) pada proses ekstraksi.

Uap propane bertekanan rendah yang berasal dari kolom stripper

220C-102 dan 220C-104 masih mengandung stripping steam kemudian

dikondensasikan di kondenser 220E-111 dengan suhu mencapai 35oC

pada tekanan 0,20 kg/cm2 g. Proses kondensasi tersebut bertujuan hanya

untuk mengambil steam yang terikut dalam propane vapour, kemudian

menjadi air dan dibuang ke vessel knock out Drum 220V-107, uap

12
propane kemudian dialirkan ke vesel suction compressor 220K-101.

Kompressor 220K-101 dirancang dengan dua tahap (stage) kompresi

untuk menghasilkan tekanan keluar (discharge) sama dengan tekanan

uap propane yang keluar dari 220E-106, E107 dan 220C-103 untuk

bersamasama dikondesasikan di 220E-112 A/B kemudian masuk ke

220V-103 penampung propane. Propane mengalir ke kompressor stage

pertama, propane dikompresi sampai tekanan 4,6 kg/cm2 g dan suhu 106
o
C. Keluar dari stage pertama propane dikondensasikan dengan suhu
o
mencapai 35,8 C pada tekanan 3,8 kg/cm2 g, kemudian propane

dialirkan ke stage kedua, propane dikompresi sampai tekanan 28 kg/cm2

g dan suhu 36 oC. Setelah dari stage kedua propane dialirkan 220E-112

A/B. Kemudian dialirkan ke vesel penampung 220V-103.

Vessel penampung propane (acumulator) 220V-103 dirancang

dengan kemiringan 30C dengan tujuan untuk mengendapkan kandungan

fraski berat yang masih terikut dalam propane. Kandungan fraksi berat

yang terikut dalam propane ada sedikit minyak fraksi Deasphalthed Oil

(DAO) dan partikel asphalt. Keterikutan fraksi berat tersebut tidak dapat

dihilangkan walaupun didalam top evaporator 220E-106, E-107 dan C-

103 sudah dipasang demister untuk mencegah agar fraksi berat tidak

terikut bersama dengan uap propane. Untuk membuang kandungan fraksi

berat yang ada di 220V-103 dengan cara pengedrainan melalui 220V-105

yang ada dibawahnya. Namun keterikutan fraksi berat ini jarang terjadi.

13
Kondisi Operasi

Untuk menghasilkan produk Deasphalthed Oil (DAO) yang sesuai

dengan spesifikasi yang ditentukan maka pengaturan kondisi operasi

harus diperhatikan secermat mungkin agar produk yang dihaslilkan selalu

on spec. Adapun kondisi operasi proses di PDU adalah sebagai berikut :

1. Rotating Disc Contactor (RDC)

- Suhu top (0C ) : 55 s/d 60

- Suhu bottom (0C) : 30 s/d 38

- Tekanan (kg/cm2 g) : 31,5

- Solvent Ratio (wt/wt) : 2.0 s/d 3.0

- Predillution (wt/wt) : 0,5 s/d 0,6

- Interface level bottom (%) : 25 s/d 35

2. Evaporator

- First DAO Evaporator (0C) : 75 s/d 84

- Second Evaporator (0C ) : 190 s/d 260

3. DAO Stripper (220C-102)

- Suhu Top (0C) : 190 s/d 260

- Suhu Bottom (0C) : 195 s/d 260

- Tekanan (kg/cm2 g) : 0,2 s/d 0,3

4. Asphalt Stripper (220C-104)

- Suhu Top (0C) : 190 s/d 260

- Suhu Bottom (0C) : 200 s/d 260

- Tekanan (kg/cm2 g) : 0,2 s/d 0,3

14
2.3 Skema Sederhana Proses Deasphalting Unit III

Skema Sederhana Proses Propane Deasphalting Unit III PT.

Pertamina RU IV Cilacap.

Gambar Skema Sederhana Proses Propane Deasphating Unit III)

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) IV Cilacap merupakan

kilang minyak terbesar yang berada di Indonesia berdasarkan kapasitas

produksinya yaitu sekitar 348.000 Barrel per hari. Kilang minyak yang

terletak di Desa Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten

Cilacap ini dibangun dalam lima tahap yaitu pembangunan Kilang Minyak

I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project serta

Kilang LPG dan SRU. Pertamina RU IV Cilacap menggunakan bahan

baku yang berasal dari timur tengah (Middle East Crude) serta minyak

dalam negeri. Penggunaan minyak timur tengah berguna untuk

menghasilkan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan pelumas serta

asphalt. General Manager RU merupakan pimpinan tertinggi RU IV.

Salah satu unit yang terdapat dalam RU IV adalah Propane

Deasphalting Unit II (PDU II) yang berfungsi sebagai unit pengolah short

residue yang merupakan hasil bawah (bottom product) High Vacuum Unit

II (HVU II) dengan ekstraksi menggunakan pelarut propane. Ekstraktor

yang digunakan berupa Rotating Dics Contactor (RDC) dengan 31 dics

didalamnya. Tahapan proses yang terjadi antara lain seksi umpan, seksi

ekstraksi, seksi Deasphalted Oil (DAO) recovery, Asphalt recovery serta

Propane recovery. Hasil yang diperoleh dari PDU II adalah DAO dan

Asphalt.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cilacap Cilacap Refinery Pertamina, 1997, Operating Manual, Cilacap


Debottlenecking Project, PT.Pertamina UP IV Cilacap.
Cilacap Refinery Pertamina, 1997, Operating Manual Lube Oil Complex
III,Cilacap Debottlenecking Project, PT. Pertamina UP IV Cilacap.
Cilacap Refinery Pertamina, 1998, Propane Deasphalting Unit 220, Cilacap
Debottlenecking Project, PT. Pertamina UP IV Cilacap.

18

Anda mungkin juga menyukai