PENDAHULUAN
Semen berperan penting dalam suatu pembangunan. Semen berperan sebagai bahan
pengikat. Dalam suatu pembangunan semen berperan dalam mengikat bahan-bahan
bangunan seperti batu bata, batako, dan bahan bangunan lainya.
dalam pembuatan semen terdiri dari tiga proses utama, yaitu tahap penggilingan bahan
mentah di raw mill, pembakan raw mix di kiln, dan penggilingan klinker dengan bahan
tambahan seperti gypsum di cement mill.
Bahan mentah untuk membuat semen terdiri dari 4 bahan, di antaranya batu
kapur(limestone), pasir silika, pasir besi, dan tanah liat (clay). Bahan mentah ini
kemudian di simpan di storage (silo) dan dilakukan homogenisasi untuk pemerataan
komposisi. Lalu dilakukan penggilingan terhadap ke empat bahan mentah ini raw mill
dengan komposisi yang telah ditentukan. Hasil penggilingan ini dinamakan raw mix.
Raw mix ini kemudian di bakar pada alat yang dinamakan dengan kiln dengan suhu
1450℃ sehingga terjadi perubahan sifat secara kimia pada bahan tersebut. Hasil
pembakaran ini dinamakan klinker.klinker ini kemudian di giling pada cement mill
dengan penambahan beberapa bahan lainya seperti gypsum dan bahan ketiga (pozzolan
dan lime stone).
Dalam mentransport material dari satu tempat ke tempat lainya digunakan berbagai jenis
conveyor, seperti belt conveyor, apron conveyor, drag chain conveyor, dan jenis
conveyor lainya.
Hasil pembakaran raw mix pada kiln didinginkan menggunakan komponen grate
cooler. Grate cooler ini terdiri dari susunan grate plate yang memiliki celah di antara
grate plate tersebut. Sehingga material klinker yang berukuran halus terjatuh dari grate
plate menuju chamber dan masuk ke drag chain conveyor. Material klinker yang
berukuran lebih besar di bawa oleh grate plate menuju roller breaker, untuk memperkecil
ukuran klinker tersebut. Hasil dari roller breaker ini kemudian juga masuk kedalam drag
chain conveyor.
Drag chain conveyor berperan dalam mentransport material klinker dari grate cooler ini
menuju apron conveyor yang membawa klinker menuju storage klinker (domesilo). Drag
chain conveyor terdiri dari tiga bagian utama, diantaranya bagian drive, idler, dan take
up.
1
dari drag chain conveyor dengan kode 4W1K08 bidang kiln dan coal mill pabrik
indarung IV PT Semen Padang.
1.2 Rumusan Masalah
Bearing pada drag chain conveyor 4W1K08 area grate cooler di kiln dan coal mill pabrik
indarung IV PT Semen Padang lebih sering mengalami kerusakan dibandingkan dengan
bearing pada lokasi lain. Sehingga perlu dilakukan analisis penyebab kegagalan bearing
tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini di lakukan untuk menganalisis penyebab terjadinya keausan pada bearing
bagian drive drag chain conveyor 4W1K08 area kiln dan coal mill pabrik indarung IV PT
Semen Padang.
1.4 Batasan Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian, pembahasan di batasi pada analisis penyebab keausan
bearing bagian drive drag chain conveyor 4W1K08 area kiln dan coal mill pabrik
indarung IV PT Semen Padang.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab, antara lain :
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan
Penelitian, Batasan Permasalahan, serta Sistematika Penulisan. BAB II PROFIL
PERUSAHAAN berisi tentang profil perusahaan tempat penelitian ini dilaksanakan
yaitu PT Semen Padang. BAB III TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang
landasan teori yang berhubungan dan akan digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang
metodologi penelitian, yaitu cara penulis mendapatkan informasi tentang penelitian yang
dilakukan, material dan peralatan yang mendukung penelitian, diagram alir penelitian,
dan di ikuti dengan prosedur dan tahapan proses penelitian. BAB V HASIL DAN
PEMBAHASAN Bab ini merupakan penjelasan tentang hasil dan pembahasan penelitian
terkait hasil yang diperoleh. BAB VI PENUTUP Bab ini membahas tentang penutup
yang berisi tentang Kesimpulan dan Saran untuk kelanjutan studi di kemudian hari.
2
A. Minggu Pertama
B. Minggu Kedua
3
- Check kebocoran pipa-pipa ke
terminal dan pressure gauge
pompa hydraulic
- Pasang fan (4W1P61) Riki Rega
C. Minggu Ketiga
D. Minggu Keempat
4
.
1 Senin, 12 Juli 2021 - Pasang pipa elbow fine coal
coriolis 4W1V73 / 4W1V83 Riki Rega
E. Minggu Kelima
5
BAB II
6
1945 pabrik diambil alih oleh Jepangdengan nama Management Asano Cement Jepang. Dan
tahun 1945, pabrik diambil alih oleh karyawan dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah
Republik Indonesia dengan nama Kilang Semen Indarung.
Pada tahun 1896 seorang perwira Belanda yang berkebangsaan Jerman yang Bernama
Ir. Carl Christophus Lau tertarik dengan batu-batuan yang ada di Bukit Karang Putih dan
Bukit Ngalau. Batu-batuan itu dikirim ke Belanda dan hasil penelitian menunjukkan bahwa
batu-batuan tersebut dapat dijadikan bahan baku semen. Pada tanggal 25 Januari1907 Ir. Carl
Christophus Lau mengajukan permohonan kepada Hindia Benlanda untuk mendirikan pabrik
semen di Indarung, pada tanggal 16 Agustus 1907 permohonan itu disetujui.
7
6 Desember 1998. Dengan diresmikannya pabrik Indarung VI pada tanggal 16 Desember
2016 maka kapasitas produksi meningkat menjadi 8.840.000 tin semen pertahun.
Logo PT Semen Padang (PTSP) pertama kali diciptakan pada 1910, semasih bernama
Nederlandsch Indische Portland Cement (Pabrik Semen Hindia Belanda). Logonya berbentuk
bulat, terdiri atas dua lingkaran (besar dan kecil) dengan posisi lingkaran kecil berada di
dalam lingkaran besar. Di antara kedua lingkaran tersebut terdapat tulisan "Sumatra Portland
Cement Works". Di dalam lingkaran kecil terdapat huruf N.I.P.C.M, singkatan Nederlandsch
8
Indische Portland Cement Maatschappij, sebuah pabrik semen di Indarung, 15 km di timur
kota Padang.
Logo itu hanya berumur 3 tahun karena pada 1913 dibuat sebuah logo baru, meski
bentuk bulat dengan dua garis lingkaran dan kata-katanya tetap dipertahankan. Hanya saja,
NIPCM ditambah dengan NV. Nah, ini yang menarik: ada gambar seekor kerbau jantan
dalam lingkaran kecil tampak sedang berdiri menghadap ke arah kiri dengan latar panorama
alam Minangkabau. Gambar ini menggantikan posisi huruf NIPCM sebelumnya.
Logo itu diubah lagi pada 1928. Kata Nederlandsch Indische diubah menjadi Padang.
Jadi, tulisan di antara kedua lingkaran tersebut adalah N.V. Padang Portland Cement
Maatschapij. Di bagian bawahnya tertulis Fabrik di Indarung Dekat Padang, Sumatera
Tengah, yang ditulis dengan huruf yang lebih kecil. Wah, telah muncul bahasa Melayu,
setelah Sumpah Pemuda pada 1928. Dalam lingkaran kecil, selain gambar kerbau, terdapat
gambar seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan sebelah kanan kerbau sambil
memegang tali kerbaunya. Ada pula gambar sebuah rumah adat, kelihatan hanya dua
gonjongnya, di belakang sebelah kanan kerbau. Panorama di latar belakang ditambah dengan
lukisan Gunung Merapi, lambang sumarak ranah Minang. Gambar kerbau tetap ditampilkan
mendominasi di lingkaran kecil tersebut.
Logo PTSP diperbarui lagi pada 1970. Dua lingkaran dihilangkan, sehingga tulisan
Padang Portland Cement Indonesia dibuat melingkar sekaligus menjadi pembatasnya.
Gambar kerbau hanya menampilkan kepalanya saja dengan posisi menghadap ke depan. Di
atas kepala kerbau dibuat pula gambar atap/gonjong (5 buah) rumah adat. Muncul pula moto
9
PTSP yang berbunyi "Kami Telah Berbuat Sebelum yang Lain Memikirkan". Namun, pada
1972 logo tersebut dimodifikasi dengan memunculkan dua garis lingkaran: besar dan kecil.
Perubahan terjadi lagi pada 1991, saat tulisan Padang Portland Cement menjadi Padang
Cement Indonesia.
Pada 1 Juli 2012, PT SP kembali melakukan perubahan logo. Pada perubahan kali
ini, PT Semen Padang tidak melakukan perubahan yang bersifat fundamental karena brand
perusahaan tertua di Indonesia ini dinilai sudah kuat. Pergantian ini dilakukan dengan
pertimbangan, logo yang dipakai sebelumnya memiliki ciri, tanduk kerbau kecil dan
complicated (rumit). Mata kerbau kelihatan old (tua), gonjong dominan, dan telinga terlihat
off position. Pada logo baru disempurnakan menjadi, tanduk kerbau menjadi besar dan
kokoh/melindungi, mata kelihatan tajam/tegas, gonjong menjadi sederhana (crown) , dan
telinga pada posisi “on” (selalu mendengar). Logo baru ini memiliki kriteria dan karakter
yang kokoh (identitas semen), universal (tidak kedaerahan), lebih simpel (mudah
diingat/memorable), dan lebih konsisten (aplicable dalam ukuran terkecil). Bentuk dari logo
PT Semen Padang dapat dilihat pada Gambar 2.2
10
Gambar 2.2 Logo PT Semen Padang Sejak 1910 Hingga Sekarang
11
Loyal (Berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara)
Adaptif (Terus berinovasi & antusias dalam menggerakkan ataupun menghadapi
perubahan)
Kolaboratif (Membangun kerja sama yang sinergis)
Biro PM IV
Endi Alta ST MT
12
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Biro Pemeliharaan Mesin IV
2. Silica
13
Material ini merupakan sumber Silsium Oksida (SiO2) dan Aluminium Oksida
(Al2O3) material in ditambang di Bukit Ngalau. Penambangannya dilakukan tanpa
bahan peledak tapi diruntuhkan dengan trackcavator dan dibawa ke crusher
dengan sheel loader atau dump truck.
5. Gypsum
Gypsum merupakan CaSO4.2H2O. material ini dipakai sebagai penahan agar
semen tidak cepat mengering dan mengeras. Kebutuhan gypsum untuk PT Semen
Padang didatangkan dari Gresik, Australia, dan Thailand.
14
2. Proses Produksi Kering
Para pembuatan semen pada proses kering, bahan mentah digiling dan
dikeringkan dalam Raw Mill, sehingga dihasilkan Raw Mix dan selanjutnya
dihomogenisasi di dalam Silo. Kemudian Raw Mix mengalami reaksi kalsinasi awal
di dalam Preheater dan Calciner. Hasil kalsinasi ini diumpankan ke dalam Kiln
untuk membentuk Klinker pada suhu ±1450℃ dan didinginkan dalam Cooler hingga
mencapai suhu ±100℃. Setelah itu, Klinker dan gypsum digiling di dalam Cement
Mill, sehingga menghasilkan semen.
PT Semen Padang menggunakan 2 proses pembuatan, yaitu Wet Process dan Drying
Process. Terhitung Oktober 1999, proses basah yang selama ini dilakukan di pabrik Indarung
I tidak dioperasikan lagi secara menyeluruh, karena tidak efisien serta menyadari pentingnya
dampak terhadap pencemaran, sehingga Indarung I dioperasikan I unit penggilingan semen
(Cement Mill). Dengan demikian, keseluruhan pabrik saat ini hanya mempergunakan proses
kering.
15
Gambar 2.5 Proses Pembuatan Semen Secara Umum
16
menjadi raw mix akan diproses selanjutnya. Proses akhir pada raw mill yaitu
penyimpanan raw mix pada silo. Raw mix dipindahkan dengan menggunakan air
slide, kemudian dimasukkan ke dalam silo melalui atas dibantu dengan bucket
elevator. Bentuk skematis dari proses raw mill dapat dilihat pada Gambar 2.6
B. Proses di Kiln
Raw Mix yang disimpan di silo raw mix kemudian diangkut menggunakan
elevator bucker yang berbeda, kemudian masuk ke dalam sebuah hopper bertingkat
yang dinamakan cyclone. Di dalam siklon material akan berputar-putar turun akibat
adanya gaya sentrifugal gas panas dari arah bawah, dimana gas tersebut berasal dari
kiln. Raw mix mengalami proses preheater, semakin ke bawah temperaturnya semakin
tinggi karena gas panas yang lewat semakin dekat dengan kiln. Pada cyclone ini
terdapat pneumatic valve yang dapat mengatur feed rate raw mix jika proses pada kiln
sebelumnya masih penuh. Bentuk skematis dari proses kiln dapat dilihat pada
Gambar 2.7
17
Gambar 2.7 Proses di Kiln
Tujuan dari pemanasan awal raw mix sebelum menuju kiln yaitu agar beban
pemanasan pada kiln tidak terlalu besar. Jika tidak dilakukan preheater, maka waktu
yang dibutuhkan agar material mencapai temperatur yang điinginkan akan sangat
lama.
Raw mix yang sudah melalui seluruh hopper cyclone masuk ke dalam kiln
yang berputar. Kiln berada pada posisi sedikit miring agar material di dalamnya dapat
mengalır, dan terus berputar agar pemanasan merata. Sumber panas di Kiln berasal
dari batubara yang dihaluskan pada Coal Mill.Temperatur pemanasan dalam Kiln
dapat mencapai 1400°C. Raw mix yang telah melewati kiln akanmenjadi clinker,
kermudian didinginkan secara cepat dengan grater cooler. Clinker yang telah
didinginkan akan melewati crusher klinker, tujuannya agar menghaluskan klinker
sehingga mudah dipindahkan ke intermediate silo. Clinker dipindahkan ke dalam
domesilo dengan menggunakan elevator.
18
gypsum, pozzolan, dan limestone sebagai bahan tambahan. Tube mill pada cement mill
ini menggunakan grinding media berupa bola- bola baja yang akan menumbuk
clinker dan bahan tambahan lainnya di dalam tube mill yang berputar. Material hasil
penggilingan pada tube mill dipisahkan antara yang halus dan kasar oleh sepax
separator. Material yang telah halus ditransportasikan oleh air slide menuju silo
cement. Material yang telah halus pada silo cement ini adalah merupakan semen jadi
yang siap untuk dikemas dan didistribusikan. Bentuk skematis dari proses cement mill
dapat dilihat pada Gambar 2.8
Ada delapan unit packer di pabrik ini, 2 unit di Indarung I, 6 unit di Packing Plant
Indarung dan 4 unit di Teluk Bayur (1 unit merupakan rotary packer dengan kapasitas 80
ton per jam).
2.7.2 Pengendalian
Kualitas Untuk mendapatkan hasil produk yang bermutu dan terjamin perusahaan
Selalu melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas secara kontinu dan terpadu.
Pengendalian kualitas dilaksanakan mulai dari penambangan bahan baku, selama proses
19
produksi berlangsung sampai kepada produk akhir dan juga pemantauan produk-produk
yang ada di pasar.
Selain peralatan QCX System, laboratorium juga dilengkapi dengan fasilitas untuk
pengendalian kualitas antara lain:
Pengendalian kualitas yang dilaksanakan secara terpadu, teliti, cermat dan totalitas
tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan terhadap mutu yang dihasilkan. Dari kegiatan
pengendalian mutu tersebut maka hasil produksi PT Semen Padang telah diakui pemerintah
sebagai produksi yang memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia) No.15-2049 Cement
Portland. Selain itu produksi PT Semen Padang juga telah memenuhi standar :
a. A.S.T.M Vol 04.01-1990 C-150-89 American Society for Testing and Materials untuk
semen Portland.
b. A.S.TM Vol 04.01-1990/C-91 type M (American Society for Testing and Materials)
untuk standar spesialisasi Masonry Cement
c. BS 12-1989 (British standard) untuk Portland Cement
d. JIS R-5210-B1981 (Japanese Industrial Standart) untuk Portland Cement
e. A.P.I Spec.10A, Twenty First Edition Sep'91 untuk Oil Well Cement, Class GHSR
f. ISO 9002-1987, Scope : Raw Material Mining, Cement Manufacturing and Cement
Packing and Marketing, dari Quality Certification Bureau Inc, Canada
g. ISO 9001-1998, Scope : Design Development Production Instalation and Servicing of
Equipment for Industries, dari Quality Certification Bureau Inc, Canada.
20
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap pembangunan yang digalakkan pemerintah, PT
Semen Padang telah memproduksi 3 jenis semen antara lain : Cement Portland, Oil Well
Cement dan Super Masonry Cement. Sedangkan Cement Portland diproduksi dengan
bermacam-macam type, antara lain type I, II, III, IV dan V. Diversivikasi produk ini tidak
bertujuan untuk membedakan mutu, akan tetapi diproduksi untuk memenuhi permintaan
yang sesuai dengan kodisi tanah.
21
sehingga tidak mudah retak,lebih tahan terhadap sulphat,lebih kedap air dan
permukaan acian lebih halus.
7. Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen tipe ini merupakan semen hidrolis yang terdiri dari campuran antar
pozzoland dengan portland halus, Semen ini digunakan pada konstruksi yang
memerlukan persyaratan khusus sebagai tipe Il yaitu panas dengan hidrasi sedang,
tahan terhadap sulfat serta memiliki kekuatan tekan seperti semen portland tipe I.
Semen ini digunakan untuk konstruksi sepertipemukiman, jembatan, bedungan,
irigasi, dam, bangunan tepi pantai dan berawa. Semen ini memenuhi standar: SNI
15-0302-2004 dan ASTM C 595-08.
8. Oil Well Cement (OWC) : Merupakan semen khusus yang digunakan untuk
pengeboran minyak bumi dan gas alam dengan kostruksi sumur minyak di bawah
permukaan laut dan bumi, OWC yang telah diproduksi adalah class G-HSR (high
sulfate resistant) disebut juga sebagai Basic OWC karena dengan menambahkan
additive dapat digunakan untuk berbagai kedalaman dan temperatur.. Semen ini
memenuhi standar: SNI 15-3044-1992 dan API Spec. 10A-2002
9. Super Masonry Cement (SMC) : Semen ini memenuhi standar: SNI 15-3500-
2004, ASTM C 91-05 Type M Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi
perumahan, gedung, jalan dan irigasi yang sruktur betonnya maksimal K.225.
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
23
Gambar 3.1 Drag Chain Conveyor
a. Drive System
Penggerak alat transport Drag Chain Conveyor ini dinamakan Drive
System dimana drive system ini terbagi atas tiga komponen besar yaitu
motor, gearbox dan copling. Ketika drive system berfungsi maka chain
dapat bergerak untuk membawa material (klinker).
24
Gambar 3.4 Chain
d. Idler
25
Gambar 3.6 Idler Bearing
f. Pulley Take Up
g. Take Up Bearing
yang dialami oleh Pulley take up yang menopang dua chain. Dimana
26
Gambar 3.8 Take Up Bearing
h. Casing
dari itu alat transport ini di beri casing. Dimana casing ini berfungsi
3.2 Bearing
Bearing berfungsi untuk membatasi gerak relative antara dua atau lebih komponen
mesin agar selalu bergerak pada arah yang diinginkan. Bearing menjaga poros agar
selalu berputar terhadap sumbu porosnya, atau juga menjaga suatu komponen yang
1) Outer Ring
27
Ring yang letaknya dibagian paling luar. Permukaanya bersentuhan
yang sama. Terbuat dari material yang keras, seperti baja atau chrome, yang
2) Inner Ring
umumnya terbuat dari material yang keras, seperti baja atau chrome.
atau silinder, cone atau needle yang keras. Bagian ini bersentuhan langsung
28
dengan outer dan inner ring. Bagian ini akan bergulir sesuai jalurnyaketika
poros/komponen berputar.
yang lain. Sehingga putaran bearing menjadi halus dan berputar dengan
lancer.
Bagian ini mungkin hanya ada di beberapa jenis bearing saja. Bagian ini
berfungsi untuk menutup agar kotoran tidak masuk kedalam bearing, dan
29
Gambar 3.14 Seal atau Penutup
a) Ball Bearing
30
Gambar 3.16 Self-Aligning Ball Bearing
b) Roller Bearing
31
Gambar 3.19 Tappered Roller Bearing
32
Gambar 3.21 Cylindrical Roller Bearing
Ukuran Bearing berdasarkan kode angka (Matrix) dapat dilihat pada table
dibawah ini :
Kode Bearing d D l
605 5 14 5
606 6 17 6
607 7 19 6
608 8 22 7
609 9 24 7
623 3 10 4
624 4 13 5
625 5 16 5
626 6 19 6
627 7 22 7
628 8 24 8
629 9 26 8
634 4 16 5
635 5 19 6
6000 10 26 8
6001 12 28 8
6002 15 32 9
6003 17 35 10
33
6004 20 42 12
6005 25 47 12
6006 30 55 13
6007 35 62 14
6008 40 68 15
6009 45 75 16
6010 50 80 16
6200 10 30 9
6201 12 32 10
6202 15 35 11
6203 17 40 12
6204 20 47 14
6205 25 52 15
6206 30 61 16
6207 35 72 17
6208 40 80 18
6209 45 85 19
6210 50 90 20
D = Diameter Luar
d = Diameter Dalam
l = Lebar
Satuan = mm
Kode jenis penutup bearing menggunakan kode yang berupa huruf adalah sebagai
berikut :
M = Brass cage
34
3.2.4 Kode Kerenggangan Bearing
CN = Kerenggangan normal
Dari berbagai macam alat transport masing – masingnya terdapat kelemahan dan
trouble yang sering terjadi. Salah satunya alat transport Drag Chain Conveyor ini,
dimana alat transport ini beroperasi 24 jam tanpa henti maka banyak terdapat
a. Terjadinya keausan pada idler dan chain karena akibat beroperasi yang begitu lama
c. Terkadang chain membawa material berjalan miring karena salah satu idler yang
35
3.4 Pemeliharaan Drag Chain Conveyor 4W1K08
Pemeliharaan adalah suatu Tindakan atau usaha yang dilakukan dalam merawat
suatu alat atau mesin yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan agar kondisi
mesin dan alat dapat beroperasi dan menghasilkan produksi yang optimal dan efisien.
Pemeliharaan dilakukan ini berfungsi untuk menjaga drag chain agar dapatb
beroperasi dengan baik sehingga kelancaran hasil produksi PT. Semen Padang tidak
terganggu. Drag chain merupakan komponen utama yang sangat penting dalam proses
produksi semen.
A. Pembersihan (Cleaning).
B. Pelumasan (Lubrication).
C. Pemeriksaan
1. Chain
Biasanya chain setelah diperiksa terhadap setahun pakai akan di ganti. Dikarenakan
telah banyak terdapat keausan dan kebalingan pada chain akibat gesekan dan suhu material
yang di transport oleh chain.
2. Idler
Biasanya idler ini juga sama dengan chain setelah di periksa terhadap setahun pakai
akan di ganti semuanya, karena sering terjadi keausan dan kebalingan pada idler.
3. Bearing
36
Biasanya bearing setelah diperiksa terhadap setahun pakai akan di ganti, karena
sering terjadi keausan dan kebalingan pada bearing.
BAB IV
METODE PENELITIAN
37
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian.
penelitian dilakukan selama 30 hari dari tanggal 21 Juni 2021 sampai 21 Juli 2021 di
Bidang Pemeliharaan Mesin Kiln dan Coal Mill (PM-KCM) Pabrik Indarung IV PT. Semen
Padang, Indarung, Sumatera Barat.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini secara singkat dapat terlihat pada diagram
alir seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.
Mulai
Observasi Lapangan
Identifikasi Permasalahan
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Selesai
38
penelitian dilakukan selama 30 hari dari tanggal 21 Juni 2021 sampai 21 Juli
2021 di Biro Pemeliharaan Mesin Kiln dan Coal Mill (PM-KCM) Pabrik Indarung
IV PT. Semen Padang, Indarung, Sumatera Barat.
l. Observasi Lapangan
Observasi dilakukan untuk mempelajari mekanisme kerja di PT Semen Padang dan
untuk mengetahui mempelajari berbagai macam mekanisme permasalahan kerja di yang
PT. terjadi Semendi pelusahaan. Observasi dilakukan lapangan, catatan (history) dan
wawancara (interview) dengan pekerja lapangan, staf, dan karyawan di Biro Pemeliharaan
Mesin Kiln dan coal Mili (PM-KCM) Pabrik Indarang IV PT. Semen Padang.
2. Penentuan dan Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan observasi yang dilakukan dan wawancara dengan pekerja lapangan,
staf, dan karyawan PT. Semen Padang diperoleh permasalahan untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut.
3. Studi Literatur
Tinjauan pustaka dilakukan untuk membantu dalam menganalisis permasalahan
berdasarkan teori yang terkait dengan masalah tersebut.
4. Pengumpulan Data
Berdasarkan proses yang terjadi di lapangan, pengumpulan data dilakukan dalam
beberapa tahap, diantaranya melalui proses interview dengan pekerja lapangan, staf, dan
karyawan Blro Pemeliharaan Mesin Kiln dan Coal Mill (PM-KCM) Pabrik Indarung IV
PT. Semen Padang mengenai permasalahan yang ditinjau. Serta melalui manual book dan
katalog yang dikeluarkan oleh manufacturer peralatan.
Data yang diperoleh kemudian diolah berdasarkan teori yang ada untuk memperoleh
parameter yang dapat dijadikan untuk melakukan analisis kerusakan seperti umur pakai
(lifetime) dari bearing tersebut.
BAB V
39
PEMBAHASAN
5.1 Keausan
Secara Definisi Keausan adalah hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena
adanya gesekan antara permukaan padat dengan benda lain.
Secara Umum Keausan adalah ketika terjadi kontak antara 2 permukaan material,
bagian kasar dari suatu material akan terlibat kontak. Saat beban ditambahkan, bagian
kasar pada logam akan terdeformasi secara plastis dan menghasilkan sub-shear zone.
5.2 Analisis Keausan pada Bearing Drag Chain Conveyor 4W1K08
Bearing dapat mengalami keausan karena beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Umur Pakai (Life Time)
Setiap peralatan memiliki umur pakai yang mempunyai batas tertentu, termasuk
dengan komponen bearing. Umur pakai bearing dapat ditentukan dengan menggunakan
katalog dari perusahaan pembuat (manufacturer) dan dengan menggunakan data beban
radial dan aksial yang diterima oleh bearing.
Dengan memperhatikan perkiraan umur oakai dari bearing yang digunakan
berdasarkan beban yang diterima oleh bearing tersebut, dapat dilakukan penggantian
bearing secara lebih optimal.
2. Lubrikasi
Pelumasan berfungsi dalam membentuk film, sehingga mengurangi gesekan antara
dua benda yang bergerak. Kuantitas dan kualitas serta ketepatan interval waktu relubrikasi
merupakan faktor penting dalam mencapai performa optimum dari bearing dan untuk
mencapai umur pakai maksimal dari bearing tersebut.
3. Beban Berlebih
Beban yang diterima oleh bearing berpengaruh pada umur pakai bearing tersebut.
Semakin besar beban yang diterima semakin berkurang pula umur pakai bearing. Bila beban
yang diterima bearing lebih besar dari pada spesifikasi beban mampu yang diterima bearing,
maka dapat mengurangi performa dan umur pakai dari bearing tersebut.
4. Kontaminasi pada Bearing
Drag Chain Conveyor berfungsi untuk mengangkut material klinker berukuran kecil
yang terjatuh dari grate plate. Sehingga kombinasi aliran udara berkecepatan tinggi dan
material klinker yang terbawa mengakibatkan bearing lebih cepat mengalami keausan dan
mengurangi umur pakai bearing tersebut.
40
Penyebab terjadinya keausan pada bearing yaitu karena Drag chain conveyor terletak
berdekatan dengan cooler fan sehingga aliran udara berkecepatan tinggi dari cooler
fan ikut terbawa menuju bagian bearing drive drag chain. Drag chain conveyor
berfungsi untuk mengangkut material klinker berukuran kecil yang terjatuh dari grate
plate. Sehingga kombinasi aliran udara berkecepatan tinggi dan material klinker yang
terbawa mengakibatkan bearing lebih cepat mengalami keausan dan mengurangi
umur pemakaian pada bearing tersebut.
5.4 Pembahasan
Keausan yang terjadi pada Bearing Drag Chain Conveyor 4W1K08 karena bearing
sudah tidak efektif dan terjadi menurunnya kualitas putaran pada Drag Chain Conveyor
4W1K08. Drag Chain Conveyor 4W1K08 berperan dalam mentransport material klinker
dari grate cooler menuju apron conveyor yang membawa klinker menuju storage klinker.
Faktor usia juga memperngaruhi terjadinya keausan pada bearing, perkiraan umur pakai
bearing yang di gunakan berdasarkan beban yang di gterimaoleh bearing tersebut. Karena
beban yang di terima bearing melebihi kapasitas yang di tentukan maka semakin
berkurangnya umur pakai pada bearing dan terjadinya keausan pada bearing tidak sesuai
dengan umur pakai yang di tentukan.
Berdasarkan kondisi di lapangan bearing masih sering terkontaminasi oleh material
klinker halus akibat aliran udara berkecepatan tinggi dari cooler fan yang masuk ke bagian
dalam drag chain conveyor dan keluar melalui celah poros dari casing drag chain conveyor
menuju housing bearing hingga msuk ke dalam bearing.
Untuk menghindari kontaminasi pada bearing maka di lakukan pemberian seal pada
drag chain conveyor 4W1K08, Untuk mencegah masuknya material klinker. Agar
pemakaian pada bearing tidak terjadi keausan sebelum waktu pakai yang di tentukan.
Kemudian akibat terjadinya keausan pada bearing sering terjadinya pemkanan pada
idler sehingga cara kerja idler untuk menahan chain bagian atas dan mengakibatkan
putaran idler menjadi tidak stabil atau tidak seimbang.
Sehingga terjadinya gesekan dengan casing idler.
Idler ini terpsang di tiap – tiap blok pada casing. Banyak idler yang digunakan yaitu 17
buah dengan masing – masing memiliki 2 bearing
41
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
a. Faktor utama penyebab terjadinya keausan pada bearing pada bagian drive drag chain
conveyor 4W1K08 adalah akibat adanya aliran udara berkecepatan tinggi dari cooler fan
yang membawa material klinker berukuran halus yang mampu menembus kedalam housing
bearing yang di gunakan. Apabila material klinker berhasil masuk ke dalam bearing, maka
akan sangat rentan untuk mengalami kerusakan.
b. untuk mengurangi kontaminasi di gunakan selang aliran udara dengan arah yang
berlawanan dengan aliran udara dari dalam drag chain conveyor.
6.2 Saran
a. Melakukan penggantian jenis seal yang di gunakan pada housing bearing drag chain
conveyor 4W1K08 dengan jenis seal yang lebih mampu dalam menahan kontaminasi
partikel halus.
b. melakukan penambahan ukuran panjang pada shaft bagian drive drag chain conveyor
4W1K08 dan meletakkan housing bearing sedikit lebih jauh dari casing drag chain
conveyor tersebut. Sehingga aliran udara berkecepatan tinggi dan material klinker dari
dalam drag chain conveyor tidak semuanya menuju ke housing bearing.
42
DAFTAR PUSTAKA
[1] Utomo, Kls Yoga et al., 2019, Bearing 7210 pada Torsion shaft",
Jurnal ilmiah GIGA, Volume 22, Halaman 75-84.
[2] Okti. Febi Paria,2008, “Identifikasi Penyebab Dasar Kecelakaan Kerja dengan
Metode Fault Tree Analysis (FTA) di Unit Produksi IV PT Semen Padang,
Sumatera Barat tahun 2007”, Universitas Indonesia
[5] CDM Systems, 'Drag Chain Conveyors", cdmsys.com, diakses pada 10 Maret
2021
43